Tag Archives: sergey brin

Agar bisa memberikan impact yang masif, idealnya solusi dihasilkan untuk memecahkan persoalan yang besar / Depositphotos

Startup Bisa Memberikan Solusi Besar untuk Orang Banyak

Solving big problems is easier than solving little problems

– Sergey Brin, Co-Founder Google

Inspirasi memulai startup tidak harus datang dari ruang rapat dan anggaran yang besar. Ide terbaik seringkali datang di kegiatan sehari-hari, baik itu dalam perjalanan, di ruang tunggu dokter, atau saat antrean. Yang diperlukan untuk membuat perbedaan adalah visi untuk melihat masalah dan tekad untuk memberikan solusi terbaik.

Memberikan solusi bisa saja dimulai dari skala yang kecil. Namun demikian, agar startup bisa memberikan impact yang masif, idealnya solusi dihasilkan untuk memecahkan persoalan yang besar.

Pada satu titik, Uber, Airbnb, atau Gojek adalah startup yang terinspirasi masalah sehari-hari. Begitulah cara lahir sebagian besar ide startup yang besar dan luar biasa.

Pemerintah Ingin Kirim 200 Teknopreneur Tiap Tahun Jalani Inkubasi di Silicon Valley

Demi mewujudukan rencana pemerintah untuk menghasilkan 200 teknopreneur setiap tahunnya dan secara keseluruhan 1000 teknopreneur hingga tahun 2020, pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika akan melakukan kemitraan kepada startup dan perusahaan teknologi yang berbasis di Silicon Valley, Amerika Serikat. Nantinya perusahaan raksasa seperti Google, Facebook, Microsoft, serta startup dan inkubator lainnya diminta untuk menampung 200 teknopreneur yang telah dinyatakan lulus seleksi di Indonesia.

“Saya sudah berbicara dengan Sergey Brin, kalau bisa jangan hanya 7 startup asal Indonesia saja yang diinkubasi [dalam program Google Launchpad Accelerator] tapi 200 startup asal Indonesia juga bisa diberikan mentoring dari pakar serta pelaku perusahaan teknologi dan startup di Silicon Valley,” kata Menkominfo Rudiantara saat acara Gelar Diskusi “@5minutes for E-Commerce 2016” idEA di Hotel Le Meridien Jakarta (22/01).

Rudiantara menegaskan selama ini di Indonesia fungsi inkubator, kegiatan seperti hackathon, dan lainnya tidak memiliki kelanjutan yang pasti. Para pemenang dan peserta tidak diberikan informasi pembelajaran lebih lanjut untuk bisa mengembangkan startup yang sukses dan bertahan untuk jangka panjang.

Untuk itu, selain mengembangkan kegiatan mentoring di Indonesia, Kominfo, dibantu dengan para pelaku e-commerce, pemilik startup lokal, dan asing, diharapkan bisa bersama mengumpulkan dana serta memberikan kontribusi kepada calon pelaku e-commerce di Indonesia.

“Saya harapkan melalui program CSR masing-masing perusahaan, uang yang ada bisa dialokasikan untuk rencana kami [pemerintah] mewujudkan teknopreneur handal dan berkualitas di Indonesia,” kata Rudiantara

Secara aktif pemerintah juga masih melakukan kegiatan promosi kepada para investor asing untuk mulai berinvestasi di Indonesia untuk menanamkan modal di industri e-commerce, teknologi dan lainnya. Salah satu kegiatan yang disebutkan Rudiantara adalah melakukan pendekatan dengan pengusaha yang dikenal sebagai ‘super angel’ asal Kanada yang kerap berinvestasi dan menyediakan seed funding untuk early stage startup, Wesley Clover.

“Secara khusus saya mengajak Wesley untuk ikutan berinvestasi di Indonesia, terutama untuk e-commerce, startup serta perusahaan teknologi lainnya asal Indonesia yang saat ini semakin menggairahkan,” kata Rudiantara.

Penanganan pajak yang adil serta dukungan kementrian perdagangan

Di kesempatan yang sama, perwakilan Ditjen Pajak (DJP) juga turut memberikan dukungannya kepada industri e-commerce di Indonesia. Salah satu bukti nyata yang dilakukan Ditjen Pajak untuk e-commerce di Indonesia adalah dengan membentuk tim e-commerce di DJP yang secara khusus mengatur, memonitor, dan mendukung jalannya usaha e-commerce lokal hingga asing.

“Kami dari DJP ingin menjadi rekan serta partner para pelaku e-commerce bukannya menjadi penghalang, untuk itu menjadi hal yang penting bagi DJP untuk menerapkan pajak yang adil untuk para pelaku e-commerce dan bisnis lainnya,” kata perwakilan Ditjen Pajak Yulianingsih.

DJP mencatat hingga kini masih sulit untuk melakukan pengawasan kepada industri e-commerce. Selain jumlahnya yang makin bertambah, tidak ada laporan yang jelas siapa saja pelaku e-commerce dan UKM di Indonesia, hingga belum transparannya laporan keuangan dan transaksi yang ada.

“Untuk itu, bagi DJP penting untuk segera dibuatnya National Payment Gateway, agar pihak-pihak terkait seperti Bank Indonesia, OJK, Ditjen Pajak bisa memonitor seluruh kegiatan keuangan yang terjadi di e-commerce,” kata Yulianingsih.

Ditjen Pajak juga berharap nantinya semua perusahaan teknologi serta e-commerce asing yang memiliki induk perusahaan di luar negeri agar bisa melaporkan perusahaannya di Indonesia, bukan hanya cabang perusahaan saja agar bisa dikenakan pajak yang sesuai oleh Ditjen Pajak. Hal ini penting agar perlakuan yang adil kepada seluruh e-commerce yang ada Indonesia bisa terwujud.

Sementara itu Kementerian Perdagangan yang diwakili Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Sri Agustina mengungkapkan nantinya akan dibuat regulasi yang secara jelas menuliskan bahwa semua investor asing yang menanamkan modal kepada startup dan layanan e-commerce di Indonesia harus berfungsi sebagai mitra.

“Kami juga nantinya akan mengatur peraturan yang sifatnya light touch regulation, yaitu peraturan yang sifatnya meringankan para pelaku UKM serta e-commerce pemula,” kata Sri Agustina.

Hingga kini Kemendag, dibantu oleh Kominfo, DJP, idEA dan asosiasi serta lembaga e-commerce lainnya, masih menyusun peraturan serta regulasi yang jelas dan tentunya memudahkan, agar UKM dan lembaga e-commerce di Indonesia, bisa mengakomodir dan memberikan layanan lebih baik kepada masyarakat Indonesia yang saat ini makin antusias menerima berbagai ragam e-commerce.

Sergey Brin bertemu Rudiantara bahas Project Loon dan pengembanga startup lokal / Shuttestock

Sergey Brin Bertemu Rudiantara Bahas Project Loon dan Startup Indonesia

Sergey Brin, co-founder Google ini baru saja berkunjung ke Indonesia dan menemui sejumlah pejabat penting, salah satunya Menkominfo Rudiantara. Di pertemuan tersebut ada beberapa poin yang dibahas, di antaranya adalah masalah Project Loon dan rencana pemerintah tentang program seribu startup Indonesia.

Terkait dengan Project Loon atau proyek balon internet ini, Rudiantara mengaku saat ini masih dalam tahap menyiapkan masalah teknis, termasuk alokasi frekuensi. Nantinya frekuensi yang dialokasikan tidak hanya ke operator tetapi juga dialokasikan ke backhole.

Senada dengan Rudiantara, Brin juga mengungkapkan ada dua frekuensi yang dibicarakan terkait dengan Project Loon ini. Yang pertama adalah konjungsi yang nanti akan dibicarakan dengan rekan operator telekomunikasi dan yang kedua adalah frekuensi yang digunakan masing-masing balon untuk saling berhubungan.

“Namun, hal besar mengenai Project Loon adalah bagaimana cara balon ini mampu menjangkau tak hanya pengguna di pulau namun juga di laut. Masih banyak orang di laut seperti nelayan, traveler, dan beberapa orang yang biasa beraktivitas di tempat itu,” ujar Brin seperti dikutip dari Liputan6.

Brin merasa kondisi tersebut cocok untuk Project Loon dan bersemangat untuk bekerja sama dalam penggunaan teknologi ini, khususnya di Indonesia. Sejauh ini Brin belum mengetahui secara pasti jumlah balon yang akan digunakan dan diterbangkan pada waktu peluncuran project itu.

Menurut Brin, pihaknya belum mau mengajukan lisensi untuk Project Loon. Brin mengungkapkan bahwa saat ini kehadiran Project Loon di Indonesia masih sebatas fokus pada kerja sama dengan operator lokal.

“Kami masih fokus pada kerja sama dengan operator lokal. Sebelumnya, kami juga baru saja melakukan kerjasama dengan tiga operator, seperti XL, Telkomsel, serta Indosat. Dan untuk saat ini masih fokus pada hal itu,” ungkap Brin.

Selain Project Loon, Brin dan Menkominfo juga membicarakan tentang startup. Rudiantara meminta Google turut membantu pemerintah dengan menyinkronkan programnya dengan rencana pemerintah membesarkan 200 startup lokal berkualitas per tahun.

“Jadi tadi kami bicara bagaimana meningkatkan peran Google dalam konteks pembangunan startup, khususnya inkubator. Karena Google punya program. Sergey juga bicara, oke akan kita tingkatkan (startup yang dibimbing),” ujar Rudiantara seperti diberitakan Kompas.

Brin sendiri menanggapi positif rencana tersebut, meski belum bisa memastikan berapa besar peningkatan jumlah startup yang akan masuk ke program Google Launchpad Accelerator.

“Angkanya belum fix, tapi saat ini dari Launchpad Week ada 13 yang ikut dan dari Accelerator untuk ke Mountain View bulan depan ada delapan. Ada tujuh yang sudah diumumkan, sedangkan yang ke-8 masih belum diputuskan,” terang Communication Manager Google Indonesia Jason Tedjasukmana.

Seperti telah diberitakan sebelumnya, Google Launchpad Accelerator batch pertama akan dikuti oleh beberapa startup, antara lain Jojonomic, Kakatu, HarukaEdu, Kerjabilitas, Kurio, eFishery, dan Setipe.

Balon Udara Project Loon Mengudara di Langit Indonesia Tahun 2016

Pendiri Google dan President Alphabet Inc. Sergey Brin, Dirut Telkomsel Ririek Adriansyah, CEO XL Axiata Dian Siswarini, CEO Indosat Alexander Rusli, dan VP Project Loon Mike Cassidy di sela-sela penandatanganan MoU Project Loon di kantor Google X / XL Axiata

Meskipun menuai pro dan kontra karena dianggap akan melakukan bypass konektivitas dan berisiko mengingat proyek tersebut masih dalam tahap pengembangan (riset), kesepakatan antara Alphabet Inc. (pemilik Project Loon) dengan pemerintah Indonesia dan tiga operator utama Indonesia telah dilakukan di kantor Google X, Mountain View, Rabu (28/10/2015). Tercakup dalam kesepakatan itu adalah uji coba balon udara Loon di wilayah Indonesia mulai 2016.

“Ini adalah keputusan strategis. Setidaknya, bagi para operator telekomunikasi di Indonesia harus menjadi bagian dari ini, paling tidak mengetahui aspek teknisnya,” ujar Menkominfo Rudiantara, seperti dilaporkan Kompas di lokasi acara peresmian kesepakatan Indonesia dan Alphabet.

Secara komprehensif nantinya Project Loon di Indonesia akan menjangkau wilayah-wilayah di seluruh Indonesia yang sebelumnya belum mendapatkan akses internet serta infrastruktur telekomunikasi, misalnya di  kawasan Timur Indonesia.

Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 100 juta orang penduduk yang masih belum terhubung dengan Internet. Hal inilah yang kemudian dicoba dikurangi dengan uji coba Project Loon di Indonesia.

Project Loon dalam skala yang besar adalah yang pertama kali dilakukan di Indonesia. Sebelumnya Project Loon telah dilakukan di Australia dengan menggandeng operator seluler Telstra dengan memanfaatkan frekuensi LTE untuk disebarkan kepada pengguna melalui konektivitas Wi-Fi. Kemitraan seperti ini diharapkan bisa terwujud bersama tiga operator besar di Indonesia yaitu XL Axiata, Telkomsel dan Indosat.

Project Loon merupakan program yang digagas oleh Google (sekarang dalam payung Alphabet Inc.) dengan mengusung teknologi untuk menyebarkan koneksi Internet di daerah-daerah terpencil yang belum terjangkau koneksi kabel maupun sinyal operator selular. Loon menggunakan balon udara bertenaga matahari yang akan mengudara di ketinggian sekitar 20 km di atas permukaan laut dan berfungsi layaknya menara pemancar jaringan 4G/LTE yang luas. Metode ini diharapkan dapat mengatasi tantangan yang dihadapi dalam pembangunan infrastruktur jaringan di medan sulit, seperti hutan dan pegunungan.

Dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara Alphabet, pemerintah Indonesia, dan tiga operator utama di Indonesia, pemerintah Indonesia melalui Kominfo berharap dapat menghadirkan internet keseluruh pelosok wilayah Indonesia. Seperti apa nantinya aspek komersial kerja sama ini ke depannya masih dalam proses perencanaan Kominfo.

Turut hadir dalam acara tersebut Pendiri Google dan President Alphabet Inc Sergey Brin dan Vice President Project Loon Mike Cassidy. Pemerintah Indonesia diwakili Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Perdagangan Thomas Lembong, Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani, ditambah perwakilan tiga operator utama di Indonesia, yaitu Dirut Telkomsel Ririek Adriansyah, CEO XL Axiata Dian Siswarini, dan CEO Indosat Alexander Rusli.

Komitmen operator seluler Indonesia

projectloon_indonesia

Uji coba Project Loon direncanakan akan dilaksanakan tahun 2016 dan pelaksanaan komersialisasi akan memakan waktu 2-3 tahun. XL sendiri dalam rilis persnya akan terus melakukan evaluasi terhadap potensial pasar dari penyediaan layanan Project Loon ini. Ke depannya XL akan melanjutkan diskusi lebih lanjut pihak Google. untuk mempelajari proyek uji coba lebih dalam, baik secara teknis maupun komersial. Teknologi yang ditawarkan disebutkan akan lebih sesuai untuk diterapkan di luar Jawa dengan banyak area masih belum terlayani Internet secara maksimal oleh semua operator.

“Akses informasi menjadi salah satu kunci kemajuan di era digital saat ini. Karena itu, layanan Internet yang memadai menjadi kebutuhan urgen bagi kita untuk bisa mempercepat pembangunan dan perekonomian di daerah-daerah terpencil.  XL melihat kesempatan untuk bisa mengatasi hambatan geografis wilayah Indonesia melalui Project Loon. Untuk itu kami menyambut baik kerjasama untuk uji coba ini,” ungkap CEO XL Dian Siswarini.

CEO Indosat Alexander Rusli menambahkan, “Kami sangat senang mendukung upaya Pemerintah dalam menyediakan koneksi digital dan internet melalui kerja sama ini. Indosat senantiasa berkomitmen menyediakan koneksi digital demi meningkatkan kualitas hidup masyarakat sampai ke daerah terpencil. Kami juga telah memodenisasi jaringan kami untuk melayani masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam mengakses jaringan.”

“Telkomsel melihat Project Loon sebagai salah satu inovasi teknologi terkini yang dapat bermanfaat untuk memperluas penyebaran Internet di daerah-daerah yang sulit terjangkau dan memiliki kerapatan penduduk (densitas) yang rendah. Hal ini diharapkan dapat melengkapi jaringan Telkomsel yang saat ini sudah tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia, sehingga lebih banyak lagi masyarakat Indonesia yang dapat menikmati layanan mobile broadband yang berkualitas,” tutup Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah.

Ini Dia Mobil Tanpa Pengemudi dari Google, Tidak Ada Pedal Gas dan Rem serta Tidak Memiliki Setir

Menjadi penduduk salah satu ibukota negara terpadat di dunia, saya bisa mengerti tekanan mental yang dirasakan para pengemudi kendaraan bermotor dalam melewati padatnya lalu lintas sehari-hari. Sayangnya, di Indonesia, angkutan umum belum sistem transportasi yang bisa diandalkan. Untungnya Google menawarkan solusi yang menarik: sebuah mobil tanpa pengemudi. Continue reading Ini Dia Mobil Tanpa Pengemudi dari Google, Tidak Ada Pedal Gas dan Rem serta Tidak Memiliki Setir