Tag Archives: sharia lending

Investree Syariah

Melihat Besarnya Potensi Industri Halal, Investree Syariah Incar Tambahan Lender Institusi

Masih besarnya potensi bisnis syariah yang belum tergarap, membuat Investree Syariah, unit usaha lending milik Investree, akan fokus memperluas produk pembiayaan dan segmen usaha yang bidik pada tahun ini. Mencari lender institusi juga menjadi rangkaian strategi perusahaan untuk mencapainya.

Berdasarkan data Investree, sepanjang tahun lalu Investree Syariah mencatatkan penyaluran sebesar Rp229,8 miliar dengan pertumbuhan 107% dari tahun sebelumnya. Pembiayaan tersebut untuk 163 peminjam dengan kontribusi 3.228 lender. Angka kontribusinya sebesar 7,2% dari total portofolio Investree, memiliki pangsa pasar sebesar 13% dari seluruh pemain fintech lending syariah di Indonesia.

VP Sharia Investree Arief Mediadianto mengatakan, sektor perdagangan diprediksi masih akan mendominasi portofolio pembiayaan syariah tahun ini. Namun, sektor lain seperti jasa IT berpotensi kembali tumbuh baik dipicu oleh kinerja tahun lalu.

“Target pembiayaan Investree Syariah di akhir tahun ini sebesar Rp320 miliar, naik 50% dari tahun lalu sekitar Rp220 miliar. Jadi sesuai dengan target kita, kontribusinya bisa lebih dari 7% dari portofolio pembiayaan Investree,” ucapnya dalam konferensi pers virtual, kemarin (6/5).

Adapun pada Q1 2021 ini Investree Syariah telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp10 miliar. Ditargetkan pada kuartal berikutnya dapat tembus ke angka Rp50 miliar. Menurut Co-Founder & CEO Investree Adrian Gunadi, banyak potensi dan momentum dalam kuartal tersebut, seperti Lebaran dan Ramadan yang memungkinkan bisnis dapat lebih menggeliat.

Adrian melanjutkan, setidaknya ada empat fokus yang akan dijalankan perusahaan untuk menggenjot pembiayaan syariah di tahun ini. Pertama, memperbanyak sumber pendanaan dari lender institusi. Untuk itu, pihaknya sedang aktif membangun kolaborasi dengan bank umum syariah, BPR/BPD syariah. Komposisi antara lender institusi dengan ritel di Investree Syariah adalah 60:40.

Sebelumnya, BRI Syariah (kini menjadi Bank Syariah Indonesia) adalah salah satu lender institusi di Investree Syariah. Menurut Adrian, finalisasi kolaborasi dengan BSI sedang dalam penjajakan. “Sudah ada beberapa sedang diskusi dalam tahap advance, semoga Q2 ini sudah bisa direalisasikan,” kata dia.

Kedua, membangun kolaborasi yang lebih erat dengan industri halal, termasuk pariwisata dan kesehatan. Ketiga, membangun ekosistem kerja sama halal, seperti yang sudah dilakukan perusahaan dengan Dompet Dhuafa untuk pembiayaan hewan kurban. Terakhir, memperkaya produk syariah untuk rantai pasokan.

Saat ini, produk syariah yang tersedia di Investree Syariah, antara lain Invoice Financing, Pre-Invoice Financing Syariah, Working Capital Term Loan Syariah, dan Retail Seller Financing Syariah. Kontribusi terbesar datang dari Invoice Financing sebesar 89%, sisanya dari produk yang lain.

“Kami akan menambah variasi produk agar lebih kaya dan masyarakat bisa punya banyak opsi pembiayaan yang sesuai dengan bisnis modelnya,” pungkasnya.

Besarnya populasi muslim di Indonesia dinilai menjadi peluang besar bagi layanan berbasis syariah untuk bertumbuh. Di lanskap fintech lending, selain Investree, ada beberapa pemain yang juga fokus pada pembiayaan syariah, di antaranya Alami, Amanna, dan SyarQ. Platform fintech lainnya seperti LinkAja (pembayaran) dan Tamasia (investasi) juga mulai suguhkan opsi syariah kepada penggunanya.

Application Information Will Show Up Here
Qazwa fokus mengembangkan platform pembiayaan syariah. Saat ini sudah resmi terdaftar di OJK dan DSN-MUI.

Qazwa Fokus Kembangkan Platform Pembiayaan Syariah

Mulai berkembangkan industri teknologi finansial di Indonesia tak hanya berdampak pada kepercayaan pengguna yang mulai naik tetapi juga banyaknya pemain baru yang bermunculan. Salah satunya adalah Qazwa, mereka hadir sebagai platform  pembiayaan peer to peer (P2P) berbasis syariah yang saat ini tengah fokus untuk mengembangkan platform yang lebih berkualitas dan juga menjangkau lebih banyak pengguna.

Sebagai platform pembiayaan, Qazwa mengemban misi menciptakan kemakmuran bersama dengan cara memfasilitasi pembiayaan ke pelaku usaha mikro yang sudah dipilih secara syariah.

Secara legal, perusahaan berada di bawah naungan PT Qazwa Mitra Hasanah. Mereka juga telah resmi terdaftar dan diawasi oleh dua otoritas penting di sektor teknologi finansial dan syariah, yakni OJK dan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia.

“Seluruh kegiatan pembiayaan kami diawasi oleh OJK. Selain itu, sebagai platform pembiayaan syariah Qazwa juga sudha terdaftar dan diawasi oleh DSN-Majelis Ulama Indonesia. Oleh karena itu kami makin mantap untuk berkontribusi memajukan ekonomi pelaku usaha mikro di Indonesia dengan menjunjung tinggi integritas dan kepatuhan terhadap ketentuan hukum di Indonesia dengan memberikan pelayanan dan perlindungan terbaik,” terang Public Relation Officer Qazwa Nurul Khomarial kepada DailySocial.

Qazwa resmi berdiri pada Maret 2018. Startup yang berkantor di Jakarta ini sekarang berada di bawah kepemimpinan CEO Brithma Argandhi yang menjabat sebagai CEO dan COO Dikry Paren. Keduanya, bersama anggota tim Qazwa lainnya, mengembangkan sebuah platform yang mempertemukan pemilik modal degan pelaku usaha terpilih, seperti layaknya konsep martketplace pada umumnya.

UKM yang ingin masuk ke dalam sistem harus melalui proses seleksi, terutama yang berkaitan dengan credit scoring. Untuk memberikan pelayanan prima bagi pemodal dan UKM, pihak Qazwa menjanjikan komunikasi yang intens, lengkap dengan laporan perkembangan usaha yang diperbarui setiap bulan. Bagi hasil akan dibagikan setelah proyek selesai, karena begitu proyek selesai pelaku usaha menyerahkan dana bagi hasil ke pihak Qazwa dan selanjutnya diteruskan ke rekening pemodal atau pemberi dana.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa penyedia layanan peminjaman atau pembiayaan yang mengusung konsep syariah, atau setidak memiliki produk berbasis syariah, seperti Investree, DanaCita, Alami, Ammana, dan lainnya.

Saat ini Qazwa masih aktif melakukan mempromosikan layanannya dan edukasi keuangan syariah baik secara offline maupun online. Pihak Qazwa menilai edukasi terkait keuangan syariah dan ekonomi Islam merupakan bagian penting dalam pengembangan produk keuanggan. Harapannya, masyarakat bisa memiliki wawasan yang baik terkait dengan produk keuangan syariah, sehingga kesadaran untuk menggunakan produk syariah semakin meningkat.

“Hingga saat ini tercatat sudah terdapat 35 pelaku usaha mikro yang dibantu oleh Qazwa. Qazwa terus berfokus mengembangkan platform pembiayaannya dengan inovasi teknologi dan kerja sama dengan berbagai pihak untuk memperluas jangkauan dan memberikan pelayanan optimal kepada pengguna,” tutup Nurul.

UangTeman verharap bisa menutup putaran pendanaan baru akhir Maret 2019

UangTeman Segera Buka Kembali Penyaluran Kredit, Siapkan Produk Syariah

Di akhir tahun 2018, platform pinjaman online UangTeman (PT Digital Alpha Indonesia) menghentikan penyaluran kredit secara terencana di 13 kota selain Jabodetabek. Mulai akhir Maret 2019, proses disbursement akan kembali dibuka secara bertahap, mulai di 5 kota terlebih dahulu.

Kepada DailySocial, SVP Corporate Affairs UangTeman Adrian Dosiwoda mengungkapkan, penghentian sementara tersebut merupakan bagian dari rencana perusahaan. Disebutkan penerapan credit scoring yang selama ini memanfaatkan data pelanggan ponsel dianggap sudah tidak sesuai lagi dan dinilai mengganggu privasi pengguna.

“Dengan alasan itulah akhirnya kami terpaksa untuk menghentikan proses disbursement di 13 kota yang secara langsung mempengaruhi portofolio bisnis kami hingga 60%. Namun setelah semua proses kami sesuaikan kembali kami optimis akhir Maret 2019 disbursement akan kami buka kembali,” kata Adrian.

Pasca pembukaan kembali layanan di luar Jabodetabek, perusahaan akan menerapkan proses automated credit scoring yang diklaim lebih akurat dan meminimalisir proses pengecekan manual untuk pemberian pinjaman.

Dalam proses pengecekan di awal tersebut, sejumlah langkah terdigitalisasi, seperti E-KYC dan tandatangan digital bakal diaplikasikan.

“Untuk proses survei tetap kami lakukan untuk kasus tertentu. Namun bagi mereka yang memiliki track record dan rekam kredit yang baik bisa langsung mendaftarkan tanpa melalui survei,” kata Adrian.

Sementara untuk memudahkan proses pinjaman bagi borrower yang memiliki portofolio yang baik, UangTeman juga akan merilis fitur Virtual Credit Line. Dengan fitur ini, pelanggan yang memiliki pagu cukup besar bisa mengambil kreditnya secara bertahap atau parsial tanpa harus mengembalikan pinjaman sebelumnya yang sedang berjalan.

Untuk mendukung rencana-rencana tahun ini, UangTeman berharap bisa menyelesaikan penggalangan dana lanjutan yang dijadwalkan difinalisasi pada akhir Maret ini.

Sebelumnya UangTeman memperoleh pendanaan Seri A sebesar $12 juta pada Agustus 2017 lalu. Investor yang terlibat termasuk K2 Venture Capital dan Draper Associates.

“Kita juga memiliki rencana untuk menambah tim, di antaranya adalah tim IT, human capital hingga marketing. Tujuannya tentu saja untuk menambah jumlah pengguna baru. Di UangTeman sendiri sebagian besar borrower adalah repeat borrower,” kata Adrian.

Produk syariah di Q4

Untuk memenuhi kebutuhan konsumen, khususnya dari kalangan UKM, UangTeman juga berencana merilis produk syariah di kuartal keempat tahun ini. Nantinya penjual online (online merchant) yang memiliki usaha di berbagai layanan marketplace bisa mengajukan pinjaman produktif berbasis syariah.

“UangTeman sendiri selama ini sifatnya adalah pinjaman konvensional. Kenapa pada akhirnya kita masuk ke pasar syariah agar bisa fokus ke pembiayaan produktif. Berbeda dengan cash loan, di syariah akadnya adalah sharing profit modelnya, sehingga harus diberikan kepada pengguna yang memiliki usaha,” kata Adrian.

Application Information Will Show Up Here