Tag Archives: Shawn Layden

Harga Game PS5 dan Xbox Series X Bakal Lebih Mahal?

Usai melihat kapabilitas PlayStation 5 dan Xbox Series X, wajar apabila kita menduga harganya bakal lebih mahal daripada pendahulunya masing-masing. Yang mungkin tidak terpikirkan adalah apakah harga game-nya juga bakal ikut lebih mahal, sebab harga game PS4 dan Xbox One pun sama persis seperti game PS3 dan Xbox 360 (sekitar $60).

Baik Sony maupun Microsoft sama sekali belum menyinggung soal ini, namun ada satu game yang setidaknya dapat menjadi indikasi, yakni NBA 2K21. Di situs resminya, NBA 2K21 untuk PS5 maupun Xbox Series X dibanderol seharga $70, sedangkan versi current gen-nya yang dijadwalkan meluncur pada 4 September mendatang cuma $60.

Jadi apakah trennya bakal seperti itu ke depannya? Apakah semua game console next-gen bakal lebih mahal $10 daripada game yang sama untuk console current-gen? Menurut pendapat IDG Consulting, sepertinya memang begitu. Kepada Games Industry, Yoshio Osaki selaku pimpinan IDG mengatakan bahwa sejumlah publisher juga tengah mempertimbangkan untuk menaikkan harga game keluarannya di platform next-gen.

Alasannya sederhana: ongkos produksi yang dibutuhkan untuk pengembangan game sudah naik sekitar 200% sampai 300% dibandingkan 15 tahun yang lalu. 2005 dan 2006 merupakan era Xbox 360 dan PS3, dan itu merupakan terakhir kalinya pasar melihat kenaikan harga game console (dari $50 menjadi $60).

Pendapat yang sama juga diutarakan oleh eks bos Sony Interactive Entertainment Worldwide Studios, Shawn Layden, dalam wawancaranya dengan VentureBeat. Menurutnya, biaya pembuatan game sudah naik sampai 10x lipat, sedangkan harga jualnya masih tetap di kisaran $60. Shawn juga menambahkan bahwa salah satu solusi yang bisa diambil developer adalah mengembangkan game yang berdurasi lebih singkat, namun saya yakin sebagian besar gamer akan lebih memilih harganya dinaikkan saja daripada kontennya dipangkas.

Bersiaplah membayar $100 kalau mau memainkan NBA 2K21 di console current-gen dan next-gen sekaligus / 2K Games
Bersiaplah membayar $100 kalau mau memainkan NBA 2K21 di console current-gen dan next-gen sekaligus / 2K Games

Menariknya, tren ini justru berbanding terbalik dari salah satu fitur yang ditawarkan Xbox Series X, yaitu Smart Delivery. Fitur tersebut sejatinya dirancang supaya pemain tak perlu membayar dua kali untuk memainkan game yang sama di Xbox One dan Series X. Beberapa judul telah dikonfirmasi bakal memanfaatkan fitur ini, termasuk halnya Cyberpunk 2077. Cukup bayar satu kali di Xbox One, maka game yang sama juga dapat dinikmati di Series X nantinya.

Kembali membahas NBA 2K21, 2K Games sebenarnya juga mengamini konsep “bayar satu kali untuk bermain di dua generasi console” ini, meski eksekusinya sedikit berbeda. Jadi bagi konsumen yang hendak memainkan NBA 2K21 di console current-gen terlebih dulu sebelum nantinya upgrade ke console next-gen, mereka bisa membeli bundel khusus NBA 2K21 Mamba Forever Edition seharga $100. Hemat $30 daripada harus membeli judul yang sama di masing-masing console ($60 + $70).

Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana dengan harganya di PC? Apakah akan mengikuti harga di console current-gen atau next-gen? Kalau merujuk pada NBA 2K21, harganya justru mengikuti harga di platform current-gen. Apakah ini berarti versi PC-nya kalah canggih dari versi PS5 atau Xbox Series X?

Kedengarannya sangat aneh kalau benar demikian, sebab pemain yang spesifikasi PC-nya di atas PS5 atau Xbox Series X tentu akan sangat kecewa melihat game yang dibelinya tidak tersaji secara maksimal pada PC kelas sultannya. Sebaliknya, kalau ternyata versi PC-nya dapat menyuguhkan pengalaman yang sama persis seperti versi next-gen tapi dengan harga yang lebih murah, pastinya konsumen PS5 dan Xbox Series X bakal mempertanyakan motif dari kenaikan harga tersebut.

Terlepas dari itu, tren kenaikan harga game untuk console next-gen ini sepertinya tidak akan terhindari. Meski begitu, kenaikannya mungkin tidak akan sampai sejauh $10 untuk game non-AAA. Game AAA pun tidak semuanya pantas dinaikkan harganya. Salah satu contohnya adalah Grand Theft Auto V, yang kabarnya akan tersedia untuk PS5 tahun depan dengan sejumlah penyempurnaan teknis.

Sungguh sangat tidak adil jika konsumen PS5 harus membayar $70 lagi untuk memainkan game yang sudah berusia tujuh tahun tersebut, dengan perbedaan mungkin hanya di kualitas lighting dan dukungan resolusinya (4K 60 fps) saja. Lebih tidak adil lagi adalah, semua itu sudah bisa didapatkan di PC tanpa harus membayar lebih.

Sumber: Games Industry.

Sony Jelaskan Alasan Mereka Absen di E3 2019

Sebagai Mekah-nya segala hal yang berkaitan dengan gaming, Electronic Entertainment Expo sudah lama jadi tempat bagi para pemilik platform dan produsen hardware dalam menghimpun fans serta meluncurkan produk baru. E3 juga merupakan titik awal perang console dan persaingan antar publisher, dimeriahkan oleh nama-nama familier di industri semisal Sony, Microsoft, EA sampai Ubisoft.

Namun kira-kira lima bulan selepas event tahun lalu dilangsungkan, ESA (penyelenggara) dan Sony Interactive Entertainment telah mengonfirmasi bahwa console maker asal Jepang itu memutuskan untuk tidak menghadiri E3 2019. Saat mengumumkan hal tersebut, Sony mengatakan mereka bermaksud buat ‘mencari cara baru dalam berinteraksi dengan komunitas, sembari tetap mempertahankan tradisi’.

Berbicara pada CNET, chairman SIE Worldwide Studios Shawn Layden akhinya menjelaskan secara lebih rinci alasan mengapa mereka absen di E3 2019. Layden menyampaikan, ranah gaming telah banyak berubah sejak tersedianya internet. Di tahun 1995 di era PlayStation pertama, produsen menarik tema gaming dari CES dan memindahkannya ke E3 karena menurut mereka acara ini punya dampak lebih besar bagi pihak retailer dan jurnalis. Retailer memanfaatkannya sebagai ajang memperluas koneksi, sedang jurnalis akan melaporkan berita-berita baru terkait gaming.

Ketika itu, akses internet masih belum merata. Jadi sudah seharusnya bagi perusahaan-perusahaan seperti Sony ikut serta dalam acara-acara pemeran karena mereka membutuhkan eksposur serta perlu mengekspansi kemitraan demi mempermudah distribusi produk – baik hardware maupun software.

Namun saat ini, ketersediaan internet di mana saja mampu menyatukan setiap gamer di dunia walaupun mereka terpisah jarak. Kini masing-masing pemilik platform punya acara khusus yang dilakukan secara konsisten untuk penggemarnya – misalnya Nintendo Direct atau Destination PlayStation. Di sanalah Sony menghimpun para retailer serta partner buat meluncurkan produk. Lalu dengan aliran berita gaming yang tak ada hentinya, E3 telah kehilangan esensinya.

Dunia telah bertransformasi begitu jauh, tapi bagi Sony, E3 tak berubah. Tak ada banyak aktivitas ‘perdagangan’ di acara yang tadinya dimaksudkan sebagai trade show.

Selain itu, ada perubahan pula pada cara Sony menyajikan produk. Di fase akhir siklus hidup PlayStation 4, perusahaan ingin fokus pada judul-judul besar dan mengurangi kuantitas permainan. Itu sebabnya, mereka merasa tak ada banyak hal yang dapat diumumkan di bulan Juni 2019. Jika Sony ada di sana, fans sudah pasti menanti penyingkapan berskala besar.

Dan melihat dari pengalaman sebelumnya, ada peluang besar perangkat penerus PlayStation 4 akan diungkap di acara selain E3…