Tag Archives: shoutcaster esports

Kata Ravalda dan Viscaloid Soal Lokapala dan Melon Minor Tournament

Lokapala mungkin bisa dibilang sebagai salah satu proyek ambisius game developer lokal untuk bisa mengambil pasar pemain MOBA lokal. Selain proses pembuatan game yang penuh usaha, proyek ini terbilang ambisius salah satunya lewat usaha Anatarupa Studio beserta tim penerbitu untuk dapat mengembangkan ekosistem esports game ini lewat gelaran Melon Minor Tournament.

Diselenggarakan 26-28 Juni 2020 mendatang, Melon Minor Tournament tak hanya meriah karena memperebutkan total hadiah sebesar Rp25 juta, tetapi juga karena dimeriahkan oleh sosok-sosok shoutcasters ternama. Ada sosok-sosok yang sudah ternama di komunitas pemain MOBA Indonesia seperti Atoy, Viscaloid, Dewi, Fearus 22, Gobz, dan Ravalda.

Melihat usaha keras Anantarupa Studios untuk mengembangkan Lokapala dan komunitas pemainnya lewat gelaran esports, kira-kira bagaimana pendapat mereka? Menjawab ini Tiara Evalda (Ravalda) dan M Al-fariz Firdaus (Viscaloid) memberikan komentarnya mewakili jajaran para shoutcasters.

Sumber: Lokapala Offical
Sumber: Lokapala Offical

Ravalda membuka pendapatnya membahas soal game Lokapala itu sendiri. Ia menyebut bahwa game ini punya konsep yang sangat bagus, dan benar-benar membawa semangat dari Indonesia untuk Indonesia. “Secara produk, jujur Lokapala masih perlu melakukan usaha lebih terhadap in-game development. Namun, menurut gue ini nggak masalah. Semoga game ini bisa melakukan progres perubahan yang positif seiring waktu. Toh MOBA juga tak lekang zaman. Bisa selalu hidup walau sedang tidak heboh, apalagi game ini juga berbumbu lore atau cerita dengan latar belakang dari Indonesia yang relate sama para pemainnya.”

Membahas soal perkembangan ekosistem esports game ini, Ravalda dan Viscaloid berpendapat bahwa ini memang satu inisiatif yang sangat baik dari sang pengembang. “Menurut gue ini bisa dibilang sebagai inisiatif yang cukup cepat dari sang pengembang dan pihak-pihak yang terlibat. Semoga saja bisa konsisten, dan nggak kalah saing dengan MOBA esports lainnya.”

Viscaloid lalu menambahkan. “Menurut gue kehadiran turnamen ini sangat membantu menarik perhatian para gamers, terutama yang sudah main genre MOBA game lain. Ini merupakan inisiatif yang baik, ke depannya kita tinggal serahkan kepada komunitas gamers.” tukasnya.

Sumber: Instagram
Ravalda (kiri) dan Viscaloid (kanan) dua caster Lokapala Melon Minor Tournament yang sempat naik daun sebagai caster pada game genre MOBA lain. Sumber: Instagram

Menutup obrolan, kedua sosok shoutcaster yang sebelumnya membangun nama dari skena game MOBA juga memberi harapannya terhadap Lokapala. “Untuk para partisipan, semoga bisa bersaing sportif. Saya menunggu meta dan gaya bermain baru yang menarik dari para partisipan, yang berbeda dari MOBA lain. Juga saya berharap semoga Lokapala punya banyak turnamen ke depannya, supaya bisa menjadi harapan baru bagi komunitas pemain genre MOBA di Indonesia.” ucap Viscaloid.

Ravalda lalu mengatakan. “Gue berharap Lokapala lebih giat lagi menyentuh komunitas secara langsung. Sebagai produk Indonesia, gue berharap ada inisiatif yang menyentuh pemain di luar Jakarta dan luar Jawa secara langsung. Juga semoga Lokapala berkembang secara development game dan ekosistem esports ke arah yang positif.”

Hadirkan Ksatriya Baru

Membicarakan Lokapala dari sisi pengembangan game, Anantarupa juga baru saja merilis dua Ksatriya terbaru. Ksatriya tersebut bernama Rajapatni dan Kanta. Rajapatni adalah seorang Marksman, sementara Kanta adalah seorang Fighter.

Sosok Rajapatni di sini kemungkinan berasal dari sosok istri pertama Raden Wijaya dari kerajaan Majapahit, yang punya nama serupa dan kadang disebut sebagai Gayatri. Sementara sosok Kanta merupakan sosok dengan menggunakan baju perang futuristik, yang bisa saja merupakan karakter fiksi dan tidak berasal dari sejarah lokal.

Dua Ksatriya ini tidak dapat langsung Anda mainkan. Anda bisa mendapatkannya dengan cara membeli, dengan harga 18800 Coin atau 280 Citrine di dalam in-game shop. Sementara itu, dari sisi esports, Lokapala Melon Minor Tournament juga masih membuka pendaftarannya. Anda dapat mendafatar pada tautan bit.ly/lokapalaminor untuk dapat ikut berkompetisi.

ManggisKun Bicara Soal Free Fire Indonesia Masters dan Fenomena Star Syndrome

Free Fire Indonesia Masters 2019 Season 2 telah selesai digelar. Tim Dranix Esports berhasil menjadi juara, setelah 7 ronde pertarungan pada map Bermuda dan Purgatory. Di tengah euforia selebrasi kemenangan Dranix Esports, saya menemui Muhammad Darmawan, shoutcaster Free Fire yang lebih dikenal dengan nama ManggisKun oleh komunitas.

Dalam perbincangan singkat tersebut, kami membahas soal kemenangan Dranix Esports di Free Fire Indonesia Master, serta fenomena star syndrome yang pasalnya menjangkiti para pemain Free Fire Indonesia. Berikut hasil perbincangan saya dengan Muhammad “ManggisKun” Darmawan.

Akbar (A): Halo bro ManggisKun, boleh perkenalan terlebih dahulu mungkin.

ManggisKun (M): Halo semua, nama gue Muhammad Darmawan, biasa dipanggil ManggisKun. Gue adalah shoutcaster Free Fire.

A : Oke, pertanyaan pertama nih, menurut lo sendiri, apa sih faktor kemenangan Dranix Esports di Free Fire Indonesia Masters 2019 Season 2?

M : Memang menurut gue karena gameplay Dranix Esports selalu konsisten. Ini dimulai sejak dari ESL Jagoan Series tempo hari. Mereka bahkan sempat mengamankan kill lebih dari 15 kill di dalam satu ronde. Hal itu membuktikan bahwa mental kompetisi mereka sudah terbentuk dari awal.

Di Grand Final FFIM 2019 Season 2, jadi lebih gila lagi. Mereka dapat Booyah 3 kali, walau sempat too soon, tapi poin mereka tetap sulit dikejar. Ini karena mereka bermain tanpa ragu, jadi kalau Booyah, mereka juga memastikan untuk dapat kill yang sangat banyak.

Hal itu berhasil mereka pertahankan sejak dari ESL Jagoan Series tempo hari, yang membuat mereka jadi juara di Free Fire Indonesia Masters 2019 Season 2.

Sumber: ESL Indonesia
Sumber: ESL Indonesia

A: Bicara soal scene kompetisi Free Fire, kita melihat fenomena tim yang sebelumnya juara, malah jadi ciut di kompetisi berikutnya. Apa sih penyebab hal tersebut?

M: Mungkin sedikit kasar sih ya….menurut gue, mereka terlalu fokus untuk kejar pamor. Akhirnya fokus untuk latihan hilang, lalu mereka terlalu mengejar exposure dan cuma ingin terkenal aja. Jadi mereka sudah di atas, lupa fokusnya di mana, dan malah tidak mengejar kewajiban utama mereka (sebagai pro player).

Menurut gue ini faktor utama yang membuat tim-tim juara jadi jatuh. Hal ini, bukan masalah mereka saja, tapi juga jadi hal yang perlu kita atasi bersama. Ini tentunya juga jadi PR buat teman-teman survivor yang ingin jadi seperti Dranix Esports. Karena tanpa juara, pemain itu bukan siapa-siapa. Sudah jadi juara pun, kita tetap bukan siapa-siapa jika tidak bisa mempertahankannya.

A: Bicara soal Dranix, menurut lo apakah mereka akan terjebak di siklus yang sama seperti EVOS Capital atau tim Island of Gods?

M: Menurut pendapat gue, jika melihat anak-anaknya, harusnya nggak sih. Empat orang ini adalah tipikal orang yang tidak suka bermain media sosial, dan memang pekerja keras di kancah Free Fire.

Gue beberapa kali main bareng sama mereka, knowledge in-game mereka sangat baik sekali. Bahkan kadang-kadang pengetahuan gue bisa kalah jika dibanding mereka. Jadi menurut gue mereka itu pemain dengan kualitas paket lengkap.

A: Lalu menurut ManggisKun, bagaimana potensi Dranix Esports untuk Free Fire World Series 2019 nanti?

M: Kalau menurut gue pribadi, selama mereka masih bisa konsisten dengan performanya seperti di FFIM 2019 Season 2 ini, harusnya itu bakal jadi gampang banget buat mereka.

A: Terima kasih banyak ManggisKun atas waktunya

M: Sama-sama, terima kasih juga atas wawancaranya.

Soal star syndrome mungkin memang jadi salah satu masalah yang cukup menggerogoti scene esports. Hybrid juga sempat membicarakan ini dalam topik regenerasi di ekosistem esports. Mungkin karena pelakunya yang memang masih belum dewasa, baik secara usia ataupun mental. Tapi apa yang saya setuju dengan ManggisKun adalah, bahwa masalah ini adalah sesuatu yang perlu kita selesaikan bersama.