Tag Archives: Simona Ventures

Gojek Xcelerate Batch Kedua

Gojek Xcelerate Batch Kedua Pilih 10 Startup Karya Founder Perempuan

Program akselerator besutan Gojek bersama Digitaraya, Gojek Xcelerate, telah sampai di batch kedua dengan tema startup karya founder perempuan dari Indonesia dan Asia Pasifik. Diharapkan peserta terpilih bisa mengakselerasi partisipasi perempuan di industri teknologi.

Kali ini, Digitaraya menggaet Simona Ventures yang merupakan pemodal ventura yang fokus mengembangkan bisnis dan inisiatif membawa misi sosial terkait kesenjangan gender dan pemberdayaan perempuan. Sebelumnya kedua pihak telah berkolaborasi saat menggelar program APAC Women Founders Accelerators pada Maret 2019.

SVP Product Management Gojek Dian Rosanti menjelaskan, Gojek Xcelerate batch kedua fokus melatih startup yang dipimpin perempuan mengenai strategi penting dalam mengembangkan bisnis, menghubungkan mereka dengan pemimpin perempuan sukses dari berbagai industri. Serta memberikan akses jejaring mentor dan investor yang memiliki kesamaan visi.

“Dalam proses pelatihan Gojek Xcelerate, para startup mendapatkan materi komprehensif mengenai strategi product and market fit, growth hacking, fundraising, pitch, training, leadership, dan culture building dari Gojek,” terangnya, Jumat (1/11).

Ada 10 startup terpilih yang telah selesai mengikuti program akselerasi selama satu bulan terakhir. Diisi dengan berbagai pelatihan intensif bersama sejumlah mentor Gojek dan mentor kelas dunia lainnya dari Google, McKinsey & Company, dan UBS.

Peserta dari Indonesia ada e-commerce fesyen Love and Flair dan startup penyedia layanan survei dan riset Populix. Berikutnya Jio Vio dan Pixyvlz (India), Kobe (Singapura), Paynamics dan 1Export (Filipina), Elevait (Tiongkok), PurelyB (Malaysia), dan Event Banana (Thailand).

Hari ini adalah demo day, puncak kegiatan dari seluruh rangkaian acara. Seluruh peserta memiliki kesempatan untuk pitching ke hadapan para investor global yang tertarik dengan ide-ide mereka. Kemungkinan terbesarnya adalah mereka bisa mendapatkan pendanaan, namun bukan dari Gojek.

Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita menambahkan, dalam demo day Gojek membuka exposure kepada para peserta akselerator dengan akses mentor dan investor. Sehingga harapannya mereka bisa mengakselerasi kemampuan pertumbuhan bisnis startup masing-masing.

Dia menegaskan, pertimbangan Gojek untuk merangkul startup dari akselerator yang akan masuk ke dalam ekosistemnya bukan dilihat per batch-nya. Melainkan dari seluruh batch yang bakal diselenggarakan Gojek sampai Maret 2020. Targetnya akan ada dua batch lagi yang segera digelar.

“Kami baru mempertimbangkan mana yang cocok [masuk ke ekosistem] itu dalam satu cycle dulu. Sambil paralel [Xcelerate berlangsung] kita lihat [calon startup] tapi bukan per batch, melainkan satu cycle dari empat batch tersebut,” terang Nila.

Ketimpangan peran perempuan dalam industri teknologi

Mengacu dari hasil riset ILO berjudul “Women in Business and Management: The business case for change” tahun 2019, menemukan lebih 60% responden setuju bahwa inisiatif keragaman gender meningkatkan hasil bisnis dan reputasi. Selain itu, lebih mudah menarik dan mempertahankan karyawan, serta lebih kreatif dan inovatif.

Mirisnya partisipasi perempuan di sektor teknologi masih tergolong sedikit. Sementara ekonomi digital diprediksi akan tumbuh pesat di Indonesia dan Asia Tenggara dalam satu dekade ke depan.

Dilihat dari jumlah startup yang mendaftar pada batch ini juga terlihat sangat timpang dibandingkan batch pertama yang mengambil tema machine learning. Pada batch pertama, startup yang mendaftar ada 1050 startup. Sementara pada batch kedua hanya 86 startup di Asia Pasifik.

Dian menerangkan para founder perempuan di dunia teknologi sering kali menghadapi tantangan dalam mengembangkan startup mereka dibandingkan founder laki-laki. Tidak hanya terkait stigma sosial, tetapi juga kurangnya jejaring dukungan dan akses terbatas pada pendanaan.

Di Gojek, persentase posisi manajer ke atas dari perempuan sekitar 33% dibandingkan laki-laki. Angka ini sedikit lebih tinggi dari rata-rata global yakni 30%. Namun, untuk persentase di product manager dan engineer saja, angkanya cenderung lebih sedikit sekitar 20%.

“Kami percaya bahwa industri teknologi yang lebih beragam secara gender akan mendorong lebih banyak inovasi dan mengakselerasi pertumbuhan sebuah bisnis,” tutup Dian.

Simona Ventures’ Debut, to Raise Funding Worth 140 Billion

Simona Ventures starts its debut as a VC focused on startups encouraging business and initiative to bring out social mission related to gender gap. Currently, the company is having fundraising up to $5-10 million (around Rp71 billion-Rp142 billion).

Simona Ventures Managing Partner, Putri Izzati said, the early stage startups will be in Indonesia, to penetrate Southeast Asia to Asia Pacific. The number is around $50 thousand (711 million Rupiah) up to $200 thousand (2.48 billion Rupiah) per startup, including co-investing with the other investors. The fundraising is expected to be finalized by early semester II/2019.

“We’re still in the process to find potential LP, either local or overseas. In fact, to invest in this segment, there will be trust issue, to invest in women empowering will have broad impact. Not only profit, but also social,” she explained (3/19).

Simona’s commitment in this segment is quite challenging, moreover, there’s not enough investors specifically care for gender gap and female empowerment, either Indonesia or global. Also, it’s lack of female founders.

As we take the shortest example from unicorn startups in Southeast Asia, female founders or those having role at decision maker level aren’t so many. In fact, he continued, decision maker that comes from various background should provide better solution for a startup. Thus, the company will gain benefit in terms of business.

“In fact, any industry would have this kind of issue, we want to support the mindset, on why should we have diversity, why should we have female as decision maker. Should the level consists of diversity, not only in gender, there will be better solutions delivered, it’ll make the company more profitable.”

In addition, since Putri started her first career in the IT industry in 2011, this issue isn’t really significant. Although, Indonesia is now have different condition.

Simona will discover startups with enough diversity in team, product with solution to challenge related to gender gap, and not only technology. Moreover, they’re expected to have business and receive funding.

Simona Accelerator’s first batch

In its debut, Simona Ventures collaborates with Digitaraya to hold the APAC Women Founders Accelerator Program. The company has selected 11 startups led by female from countries in Asia Pacific region.

They are from various background and vertical industry, such as AI, resources, retail, insurance, fintech, and e-commerce. These are the participant list:

1. Avana (Malaysia): handling micro business using transaction in social media, through automatic tools and business intelligence. The business player can sell products online on various channel, and transform the social media which was only for promotion to transaction platform.

2. Fuse (China): a platform that integrates O2O and optimizes offline retail solution with e-commerce. Through Fuse, business can identify consumer’s habit offline to increase store sales conversion.

3. Gadjian (Indonesia): a cloud-based app for management and employees payroll. Gadjian provides an accurate data to optimize HR division, particularly for tax and payroll.

4. Glazziq (Thailand): an e-commerce platform selling glasses products online at two to three times under the usual price.

5. Kono (South Korea): AI based assistant to help company create meeting schedule to save time and help employees to meet more customers, merchants, and partners.

6. PolicyPal (Singapore): an insurance app that offers one-stop solution for distribution, management, and insurance claim through AI and blockchain technology. This startup graduated from MAS Fintech Sandbox in Singapore and acquire insurance broker license.

7. Roshni Rides (Pakistan): a woman-friendly carpooling platform for those routinely in need of comfortable vehicle.

8. Seekmi (Indonesia): app and web solution that connects local provider with customers from blue collar.

9. Snooper (Australia): a crowsourcing app that provide incentives for buyers by collecting data from various stores to be analyzed. The data is accessible through dashboard and real time.

10. Stylegenie (Philippines): a private stylist to help customers mix and match using the data providee by retail brand.

11. ViralWorks (Vietnam): a space connecting brand and marketers to the influencers bn for potential monetizing, for social media users with dozens of followers. Supported by the algorithm to create an effective target market.

All participants will join the accelerator program for five days, starts from bootcamp and immersion from 25-27 March 2019. Demo day starts on the next day. In March 29th, 2019 will be a time for 1-1 meeting with mentors or potential investors.

Speakers and Mentors come from experts and industry players, among those are McKinsey & Company Indoonesia, Danone Indonesia, Google, Blue Bird Group, Sintesa Group, Go-Jek, Patamar Capital, UBS, and Kominfo (Communication and Informaticsh Ministry) representative.

“As a startup accelerator in Indonesia, we’re aware of the challenge of female in startups. To date, only 10% startups in our program with female co-founder or C-level executives,” Digitaraya’s VP strategy, Nicole Yap said.

He continued, “We’re sure to create an environment that supports females and help them to be the leader in the next generation is very important. That is why we collaborate with Simona to celebrate the female founders from Asia Pacific and support gender equity in technology industry.”


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Simona Ventures memulai debut sebagai VC yang fokus memberdayakan bisnis yang diusung pemimpin startup perempuan

Simona Ventures Mulai Debut, Galang Dana Hingga 140 Miliar

Simona Ventures memulai debutnya sebagai VC yang fokus untuk startup yang memberdayakan bisnis dan inisiatif membawa misi sosial terkait tantangan kesenjangan gender. Saat ini perusahaan tengah mengumpulkan penggalangan dana investasi dengan target $5-10 juta (sekitar Rp71 miliar-Rp142 miliar).

Managing Partner Simona Ventures Putri Izzati menjelaskan, startup yang dibidik pada tahap awal akan berada di Indonesia, perlahan merambah ke Asia Tenggara sampai akhirnya mencakup Asia Pasifik. Adapun nominalnya berkisar $50 ribu (711 juta Rupiah) sampai $200 ribu (2,84 miliar Rupiah) per startup, termasuk co-investing bersama investor lain. Diharapkan, proses penggalangan dana investasi kelar pada awal semester II/2019 mendatang.

“Sekarang kami masih dalam proses mencari potensial LP dari luar negeri dan lokal. Sebab untuk berinvestasi ke segmen ini ada tantangan bahwa mereka harus percaya, berinvestasi di segmen women empowering ini akan berdampak luas. Tidak hanya secara profit, tapi ada dampak sosial pula,” terangnya, kemarin (19/3).

Komitmen Simona terhadap segmen ini sendiri sebenarnya cukup menantang, terlebih belum banyak investor yang spesifik peduli terhadap isu kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, baik di Indonesia maupun global. Pun demikian, jumlah founder yang datang dari kalangan perempuan juga sedikit.

Ambil contoh tersingkat dari jumlah startup unicorn di level Asia Tenggara, di sana founder yang bertindak sebagai level decision maker dari kalangan perempuan juga sangat minim. Padahal, lanjutnya, ketika di level decision maker itu datang dari berbagai latar belakang, maka akan memberikan solusi yang jauh lebih baik buat suatu startup. Sehingga pada akhirnya perusahaan akan untung dari segi bisnis.

“Sebenarnya isu ini di industri manapun sama, yang ingin kami dukung adalah mindset-nya, kenapa harus diverse, kenapa harus ada perempuannya di level decision maker. Karena kalau di level itu ada ada diversity, enggak hanya dari segi gender saja maka akan beri suatu solusi yang jauh lebih baik, ujung-ujungnya perusahaan akan lebih profitable.”

Ditambah lagi, sejak pertama kali Putri memulai kariernya di dunia IT di 2011, isu ini belum memiliki perkembangan yang signifikan. Kendati, secara industri, kondisi Indonesia sudah jauh berbeda.

Simona akan mencari startup dengan memiliki tim yang cukup diversity, produk yang memberikan solusi tantangan mengenai gender gap, dan tidak harus bergerak di startup teknologi saja. Di samping itu, secara bisnis mereka diharapkan sudah memiliki bisnis dan pernah mendapatkan investasi.

Batch pertama program akselerator Simona

Dalam memulai debut perdananya, Simona Ventures menggandeng Digitaraya untuk menggelar program APAC Women Founders Accelerator. Perusahaan sudah memilih 11 startup yang dipimpin oleh perempuan dari negara-negara di wilayah Asia Pasifik.

Mereka datang dari berbagai latar belakang dan vertikal industri, seperti AI, sumber daya manusia, ritel, asuransi, fintech, hingga e-commerce. Berikut nama-nama peserta:

1. Avana (Malaysia): melayani usaha mikro melalui transaksi di media sosial, melalui alat otomatisasi dan business intelligence. Pemilik usaha dapat menjual produk secara online di berbagai channel, dan mengubah akun media sosial yang awalnya hanya media promosi jadi platform transaksional.

2. Fuse (Tiongkok): platform yang mengintegrasikan O2O dan mengoptimalkan solusi ritel offline dengan e-commerce. Melalui Fuse, bisnis dapat mengidentifikasi perilaku pelanggan secara offline untuk meningkatkan konversi penjualan toko.

3. Gadjian (Indonesia): adalah aplikasi untuk manajemen dan penggajian SDM berbasis cloud. Gadjian menyediakan data secara akurat untuk mengoptimatisasi peranan divisi HR terutama saat perhitungan gaji dan pajak.

4. Glazziq (Thailand): platform e-commerce yang menjual produk kacamata secara online dengan harga dua sampai tiga kali lebih murah dibandingkan toko biasa.

5. Kono (Korea Selatan): asisten berbasis AI untuk bantu perusahaan membuat jadwal rapat hingga dapat menghemat waktu dan membantu karyawan bertemu lebih banyak pelanggan, rekan, dan mitra kerja.

6. PolicyPal (Singapura): aplikasi asuansi yang menawarkan solusi menyeluruh dalam hal distribusi, manajemen, dan klaim asurasi lewat teknologi AI dan blockchain. Startup ini lulus dari MAS Fintech Sandbox di Singapura dan mendapat lisensi broker asuransi.

7. Roshni Rides (Pakistan): platform carpooling yang ramah bagi wanita yang secara rutin butuh transportasi yang nyaman.

8. Seekmi (Indonesia): solusi web dan aplikasi yang menghubungkan penyedia layanan lokal dengan pelanggan dari kalangan pekerja kerah biru.

9. Snooper (Australia): aplikasi crowdsourcing yang memberikan insentif bagi pembeli untuk mengumpulkan data dari berbagai toko yang mereka miliki untuk dianalisis oleh brand. Data ini dapat diakses melalui dashboard dan real time.

10. Stylegenie (Filipina): layanan penata busana pribadi yang membantu pelanggan mencocokkan gaya berpakaian mereka dengan data yang disediakan oleh brand ritel.

11. ViralWorks (Vietnam): wadah yang menghubungkan brand dan pemasar ke jaringan influencer sehingga memberikan peluang monetisasi bagi pengguna media sosial yang memiliki banyak followers. Dibantu juga dengan algoritma yang dapat menargetkan khalayak secara lebih efektif.

Seluruh peserta di atas akan mengikuti program akselerator selama lima hari yang dimulai dari bootcamp dan immersion berlangsung dari tanggal 25-27 Maret 2019. Esok harinya mulai demo day. Lalu, di tanggal 29 Maret 2019 akan berlangsung 1-1 meeting dengan para mentor atau calon investor.

Pembicara dan mentor datang dari para pakar dan pelaku industri, di antaranya dari McKinsey & Company Indonesia, Danone Indonesia, Google, Blue Bird Group, Sintesa Group, Go-Jek, Patamar Capital, UBS, hingga perwakilan dari Kementerian Kominfo.

“Sebagai akselerator startup di Indonesia, kami sangat sadar akan tantangan yang dihadapi para perempuan pendiri startup. Hingga saat ini, hanya 10% startup di program kami yang memiliki co-founder atau eksekutif di C-level adalah perempuan,” kata VP Strategy Digitaraya Nicole Yap.

Dia melanjutkan, “Kami yakin menciptakan lingkungan yang mendukung para perempuan dan membantu mereka jadi panutan bagi generasi berikutnya sangatlah penting. Itulah sebabnya kami bekerja sama dengan Simona untuk merayakan para founder perempuan dari Asia Pasifik dan mendukung keseimbangan gender dalam industri teknologi.”

Simona Ventures

Fokus Simona Ventures Dukung “Female Founders” di Asia Pasifik

Berangkat dari pengalamannya berkecimpung di dunia teknologi sejak tahun 2011, Putri Izzati kemudian berinisiatif untuk mendirikan sebuah wadah yang bisa menampung entrepreneur perempuan di Indonesia. Bernama Simona Ventures, misi dari Putri dan tim adalah membantu pendiri startup perempuan mendapatkan dukungan menyeluruh agar bisa membangun bisnis mereka, dan tidak kalah saing dengan pendiri startup yang saat ini masih didominasi laki-laki.

Indonesia menjadi negara di Asia Tenggara yang mengalami peningkatan cukup signifikan dalam hal pertumbuhan startup, juga pasar yang paling banyak dilirik oleh perusahaan venture capital asing. Namun demikian Putri mencatat, masih sedikit jumlah pendiri startup perempuan yang mendapatkan dukungan dalam bentuk investasi hingga kesempatan lainnya dari venture capital dan pihak terkait.

“Hal tersebut yang kemudian menjadi fokus kami di Simona Ventures, yaitu memberikan dukungan dalam bentuk networking dan edukasi sehingga pada akhirnya investasi kepada mereka pendiri startup perempuan atau startup yang memiliki perempuan di jajaran C-Level,” kata Putri.

Putri menambahkan, dengan demikian nantinya bisa muncul role model perempuan yang berkecimpung dalam dunia teknologi untuk bisa menjadi panutan bagi generasi muda khususnya perempuan. Hal tersebut yang saat ini masih sangat sedikit jumlahnya bukan hanya di Indonesia namun juga secara global.

“Kalau kita lihat saat ini negara seperti Amerika Serikat sudah mulai menempatkan perempuan di jajaran C-Level mereka sehingga meminimalisir gender gap di perusahaan. Di Indonesia sendiri masih sangat belum maksimal dilakukan,” kata Putri.

Meluncurkan Simona Accelerator APAC Women Founders

Salah satu kegiatan rutin yang baru saja diumumkan oleh Simona Ventures bulan Febuari lalu untuk batch pertama dan nantinya akan menjadi kegiatan rutin yang digelar dua kali dalam satu tahun adalah APAC Women Founders. Acara yang diinisiasi oleh Simona Accelerator ini akan memilih 12 startup terbaik yang memiliki pendiri perempuan atau memiliki perempuan di jajaran C-Level atau di manajemen perusahaan.

Nantinya startup terpilih dari Asia Pasifik akan mendapatkan bantuan, dukungan hingga investasi untuk kemudian melakukan ekspansi di Indonesia. Selain itu pemenang dari kegiatan tersebut juga berhak mendapatkan mentorship dari Google dan berhak mengikuti program khusus di Korea Selatan.

“Meskipun fokus kita adalah mengundang startup Asia Pasifik untuk masuk ke Indonesia, namun bagi startup dari Indonesia yang beruntung juga bisa mendapatkan kesempatan mentoring hingga perluasan bisnis secara regional,” kata Putri.

Kategori startup yang dipilih tentu saja yang mendukung “closing the gender gap” dan memiliki pendiri perempuan. Dengan demikian bisa lebih fokus lagi bagi Simona Ventures dan partner untuk meraih tujuan akhir yaitu memberikan kesempatan lebih kepada female founders untuk mengembangkan bisnis mereka.

“Kami juga ingin memberikan dukungan setelah kegiatan tersebut berakhir. Salah satu rencana kami adalah mengembangkan program alumni, sehingga peserta baru dan lama bisa saling bertemu dan menjalin networking setelah program berakhir,” kata Putri.