Tag Archives: sinar mas group

KUPU, startup rekrutmen berbasis AI, mengumumkan perolehan pendanaan senilai $6 juta dipimpin oleh Ascend Global Investment Fund (AGIF)

Startup Rekrutmen KUPU Raih Pendanaan Rp91 Miliar

KUPU, startup rekrutmen berbasis AI, hari ini (04/9) mengumumkan perolehan pendanaan senilai $6 juta (atau sekitar Rp91 miliar). Putaran ini dipimpin oleh Ascend Global Investment Fund (AGIF), perusahaan dana ekuitas swasta berbasis di Singapura yang dikelola oleh Ascend Capital Advisors.

Dengan pendanaan ini, AGIF masuk ke daftar investor ternama KUPU yang di dalamnya terdapat nama besar seperti Sinar Mas Group.

Sebelumnya, baik AGIF melalui Ascend Global dan Sinar Mas Group melalui Golden Energy and Resources, bermitra dalam pembentukan perusahaan patungan Golden Investments (Australia) Pte Ltd yang bergerak di perusahaan hasil tambang dan jasa pertambangan.

Dengan pendanaan ini, KUPU berencana untuk memperluas ekspansi pasar, memperkuat solusi rekrutmen berbasis AI, dan memberikan layanan yang lebih baik kepada basis pelanggan yang lebih besar lagi.

“Investasi ini merupakan wujud optimisme AGIF terhadap potensi industri teknologi rekrutmen di Indonesia dan kemampuan KUPU dalam menangkan potensi tersebut. KUPU berada di posisi strategis untuk menjembatani kebutuhan akan talenta berkualitas tinggi di negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat seperti Indonesia,” terang perwakilan AGIF dalam keterangan resmi.

CEO KUPU Haibo Zhou menuturkan pihaknya percaya dengan kemajuan dan modernisasi dunia usaha di Indonesia, akan semakin banyak sektor industri baru yang lahir dan bertumbuh. Para perusahaan ini tentu membutuhkan talenta yang tepat untuk bisa berkompetisi di era digital ini.

“Karena itu, peran KUPU sebagai jembatan dan mitra rekrutmen akan menjadi semakin penting, terutama agar pelaku bisnis bisa menemukan kandidat potensial yang tepat dan berkualitas di tengah banyaknya talenta di Indonesia,” terangnya.

Produk KUPU

Fokus utama KUPU adalah mentransformasi proses rekrutmen menjadi lebih mudah, akurat, dan efisien. Pasalnya, saat ini mayoritas tenaga personalia (HR) masih kesulitan menemukan kandidat karyawan yang sesuai dengan kriteria perusahaan. Biasanya, dalam satu lowongan kerja ada 250 pendaftar yang mengirimkan resume mereka.

Kemudian, sekitar 4-6 orang di antaranya akan terpilih ke tahap wawancara dan hanya satu yang akan mendapatkan tawaran pekerjaan. Proses ini sangat memakan waktu, rata-rata perusahaan menghabiskan 68 hari untuk mencari satu karyawan.

Oleh karena itu, startup yang berdiri sejak 2021 ini membawa banyak inovasi baru dalam proses rekrutmen korporasi. Beberapa pendekatan kreatif yang ditawarkan, mencakup Talent and Job Competency Models, Omni-Channel Sourcing, AI Video Interviewer, dan AI Matching Model.

Misalnya dengan AI Video Interviewer, sistem KUPU dapat melakukan wawancara kandidat secara otomatis dengan daftar pertanyaan tertentu, kemudian mengirimkan hasil rekaman wawancara tersebut kepada perusahaan untuk dievaluasi, sehingga mempermudah tim HR untuk melakukan screening kandidat.

Berbagai solusi komprehensif dari KUPU membantu perusahaan dalam menghemat waktu pemrosesan rekrutmen hingga 20%, dan memperbesar pool kurasi kandidat berkualitas hingga 200% dibandingkan metode konvensional. Diklaim, hingga Agustus 2023, KUPU telah membantu lebih dari 600 ribu pencari kerja untuk menemukan lowongan yang sesuai.

Tidak hanya melalui sistem teknologi yang terkini, KUPU menawarkan aplikasi mobile swalayan (self-service) yang intuitif dan penasihat rekrutmen personal. Hasilnya, dalam waktu kurang dari dua tahun, platform KUPU telah memiliki lebih dari 3 juta pengguna aktif dan 150 ribu pelaku bisnis yang sedang mencari karyawan pun mempercayakan proses rekrutmen mereka kepada KUPU. Klien startup ini mencakup perusahaan dari berbagai skala dan industri, mulai dari Allianz, Bank DBS, Mitsubishi, Paragon, Smartfren, Kawan Lama Group, hingga Burger King.

Ke depannya, KUPU berencana untuk terus memperluas jangkauan klien dan pengguna serta mengembangkan fitur-fitur rekrutmen yang lebih cerdas dalam platform. Langkah strategis ini sejalan dengan visi KUPU untuk menjadi pionir sistem teknologi rekrutmen cerdas yang membantu perusahaan dan para pencari kerja untuk menavigasi lanskap industri yang terus berubah.

Application Information Will Show Up Here
Pasca investasi diumumkan beberapa waktu lalu, DANA akan memperkuat sistem pembayaran di Sinar Mas, mulai dari keuangan, telekomunikasi, hingga properti

Pasca Investasi, DANA Segera Lengkapi Ekosistem Pembayaran Digital di Sinar Mas

Pasca investasi diumumkan beberapa waktu lalu, DANA akan memperkuat sistem pembayaran di Sinar Mas, mulai dari keuangan, telekomunikasi, hingga properti. Harapannya lewat kolaborasi ini kedua perusahaan dapat mengakselerasi literasi digital dan inklusi keuangan di Indonesia dengan mengandalkan kapabilitas yang dimiliki oleh masing-masing industri.

“Semangat kolaborasi yang diinisiasi DANA dan Sinar Mas pada sektor telekomunikasi, layanan keuangan digital, serta properti, merupakan langkah awal kami untuk pengembangan ekonomi digital lintas industri,” kata Co-founder & CEO DANA Indonesia Vince Iswara.

Dia mengatakan, DANA akan meningkatkan layanan keuangan berbasis gaya hidup dan masuk ke dalam ekosistem bisnis miliki Sinar Mas, seperti menggandeng Smartfren di bidang telekomunikasi, lalu Sinar Mas Multiartha di bidang keuangan, dan Sinar Mas Land di bidang properti.

Meski sudah masuk ke dalam grup, Vince memastikan komitmennya untuk menjadi platform ekosistem terbuka yang diyakini dibutuhkan untuk literasi dan inklusi keuangan yang lebih masif di Indonesia.

CCO Smartfren Andrijanto Muljono menyampaikan, Smartfren sebagai enabler ekosistem digital meyakini kolaborasi bersama DANA dan stakeholders lainnya dapat turut mendorong percepatan digitalisasi ekonomi di Indonesia. “Harapan kami, dengan terwujudnya ekonomi digital ini maka akan semakin banyak peluang baru yang terbuka di masyarakat, baik untuk UMKM dan anak-anak muda kreatif yang kini sangat lihai memanfaatkan teknologi digital,” kata Andri.

Saat ini Smartfren sudah hadir dalam aplikasi DANA sebagai opsi untuk membeli kartu perdana dengan harga spesial. Pun di aplikasi My Smartfren, DANA masuk sebagai opsi pembayaran untuk semua transaksi, termasuk e-commerce yang sudah embedded di dalamnya. Bagi Smartfren, visibilitas DANA dengan basis 120 juta pengguna ini dapat dimanfaatkan untuk membuat keputusan bisnis baru.

“Dihitung-hitung secara revenue Smartfren sekitar 27% dari e-commerce, tradisional lama-lama sedikit. Dengan DANA ada tiga hal yang mau kita capai: onboarding, produk kita bisa titip jual di platform DANA karena visibilitasnya yang jauh lebih tinggi, dan pengalaman seamless.”

Hal yang sama juga berlaku ekosistem keuangan yang berada di bawah Sinar Mas Multi Artha (SMMA). CIO Sinarmas Asset Management Genta Wira Anjalu menambahkan, selama ini SMMA sudah memiliki ekosistem finansial yang lengkap tapi untuk ‘old economy’. Sekarang DANA masuk sebagai new economy dan melengkapi ekosistem SMMA.

“Contohnya, Sim Invest bisa bekerja sama dengan DANA untuk payment enabler dan ada keunggulan DANA punya big data dan pengalaman menggali consumer needs, jadi nanti kita bisa menciptakan financial planning yang sesuai kebutuhan,” kata dia.

Sementara itu, CTO Sinar Mas Land Mulyawan Gani mengatakan, di bidang properti DANA akan tersedia di aplikasi komunitas warga BSD bernama One Smile dan penambahan fitur lainnya agar memberikan nilai tambah. Kolaborasi lainnya juga akan dilakukan dengan DANA untuk proyek-proyek inovasi lainnya dalam ekosistem Sinar Mas Land.

“Kami akan mengintegrasikan pembayaran digital di township yang kami kembangkan, sehingga pelayanan warga lebih efisien dan nyaman. Selain itu, kolaborasi ini akan langsung kami implementasikan ke proyek-proyek inovasi yang sedang kami kembangkan di dalam ekosistem Sinar Mas Land,” katanya.

Saat ini DANA mengklaim telah memiliki 120 juta pengguna dan memroses rata-rata lebih dari 10 juta transaksi harian. Beberapa pengembangan fitur terbaru juga telah DANA siapkan hingga akhir tahun 2022 di antaranya memperluas pilihan pembayaran seperti asuransi, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), eSamsat, hingga mitra pembayaran online dan offline.

DANA juga ikut serta mendukung kebijakan regulator melalui penerapan BI-Fast, QRIS TTS (Topup, Tarik, Setor), dan SNAP Open Banking. Dalam waktu dekat, DANA akan meluncurkan Family Account yang ditujukan khusus untuk generasi Z.

Application Information Will Show Up Here

Behind the Participation of Local Conglomerates in Grab’s Pre-IPO

Grab has officially announced to go public on the United States stock exchange using SPAC in collaboration with Altimeter Growth Corp ($AGC). Although it is not fixed on the finalization process, the market currently shows a positive response.

It is proven by the participation of several conglomerates in Indonesia to for the pre-IPO. There are three Indonesian representatives interested in participating through PIPE (Private Investment in Public Equity), Djarum Group, Sariaatmadja Family (EMTEK Group), and Sinar Mas Group. In total there are 14 investors involved in PIPE.

Grab is targeting $ 39.6 billion (around Rp.580 trillion) valuation and raising $500 million fresh fund from $AGC and $4 billion through PIPE. A total $750 million poured as Altimeter’s commitment.

The arrival of the three local conglomerates deserves attention, as they are also affiliated with various digital businesses in the ecosystem. We tried to make the outline through the following mind map :

The figure above shows an interesting (indirect) relationship. Each of them can be said to be affiliated with digital business leaders in Indonesia today – even though they are also competing in the same market share.

Apart from its own service, Grab in Indonesia is affiliated with Ovo (supported by the Lippo Group) – the local unicorn Tokopedia also owned shares in the payment platform. Regarding payments, Grab also involved in LinkAja’s funding, which Gojek is also part of. It implies that both superapps provide a payment option from the service formerly known as TCash.

Recently, Grab (via H Holdings) also reportedly entered into Emtek through PMTHMETD, along with Naver. It stirs up the rumors of the merger between Ovo and Dana – especially since the disclosure of Emtek that is no longer Dana’s main shareholder. Since 2019, Grab has been one of the parties that encouraged the merger of the two payment platforms.

In the loop of three Indonesian conglomerates that have joined PIPE, Grab has several strategic attachments in supporting startups operating in Indonesia. On the other hand, with its competitors [including the Gojek-Tokopedia merger plan] some of the investors are crossing path.

The entrance of Djarum, Emtek and Sinar Mas in the Grab IPO comes with two perspectives. First, there is activity in corporations to take a deeper share in working on the digital economy in Southeast Asia. Second, it is not impossible if even greater consolidation between players will occur at a later date – previously Grab-Gojek had been rumored to merge before the IPO.

Market enthusiasm for the Grab IPO can also set a good precedent for similar exit initiatives for other unicorns and take the digital ecosystem – particularly in Indonesia – to the next level. The success of their exit [unicorn] can be interpreted as business maturity and open the door of opportunities for the next unicorn-to-be.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Gambar Header: Depositphotos.com

Grab PIPE Konglomerat Indonesia

Memaknai Bergabungnya Beberapa Konglomerat Lokal di Pra-IPO Grab

Grab telah resmi mengumumkan rencananya untuk go public di bursa saham Amerika Serikat menggunakan SPAC bekerja sama dengan Altimeter Growth Corp ($AGC). Kendati belum ada kepastian kapan proses persiapan akan selesai, sejauh ini pasar menyambut cukup baik inisiatif ini.

Salah satunya dibuktikan dengan minat beberapa konglomerat di Indonesia untuk berpartisipasi dalam penawaran pra-IPO. Ada tiga pihak dari Indonesia yang tertarik berpartisipasi melalui PIPE (Private Investment in Public Equity), yakni Grup Djarum, Keluarga Sariaatmadja (Grup EMTEK), dan Grup Sinar Mas. Secara total ada 14 investor yang terlibat dalam PIPE.

Grab menargetkan valuasi $39,6 miliar (sekitar Rp580 triliun) dan perolehan dana segar $500 juta dari $AGC dan melalui PIPE senilai $4 miliar. Senilai $750 juta di antaranya merupakan komitmen Altimeter.

Masuknya tiga konglomerat lokal tersebut layak menjadi perhatian, pasalnya mereka juga telah terafiliasi pada berbagai bisnis digital di ekosistem. Kami mencoba memetakannya melalui mind map berikut ini:

Peta di atas menunjukkan hubungan (tidak langsung) yang menarik. Masing-masing bisa dikatakan terafiliasi dengan pemimpin bisnis digital yang ada di Indonesia saat ini – kendati juga bersaing di pangsa pasar yang sama.

Selain mengoperasikan layanannya sendiri, Grab di Indonesia terafiliasi dengan Ovo (didukung konglomerat Grup Lippo) – unicorn lokal Tokopedia juga memiliki saham di platform pembayaran tersebut. Terkait pembayaran, Grab juga terlibat dalam pendanaan LinkAja, yang mana Gojek juga melakukan hal yang sama. Implikasinya di kedua superapp tersebut kini ada opsi pembayaran dari layanan yang dulunya bernama TCash tersebut.

Baru-baru ini Grab (via H Holdings) juga dikabarkan masuk ke dalam kepemilikan saham Emtek melalui PMTHMETD, bersama dengan Naver. Membuat rumor rencana merger antara Ovo dan Dana makin kencang – terlebih berdasarkan keterbukaan saat ini Emtek bukan lagi jadi pengendali induk Dana. Sejak 2019 lalu Grab memang menjadi salah satu pihak yang mendorong penggabungan bisnis kedua platform pembayaran tersebut.

Bersama tiga konglomerat Indonesia yang masuk ke PIPE, Grab memiliki beberapa keterikatan strategis dalam mendukung startup yang beroperasi di Indonesia. Di lain sisi, dengan para kompetitornya [termasuk rencana gabungan Gojek-Tokopedia] sebenarnya masih ada irisan sama di barisan investor.

Masuknya Djarum, Emtek, dan Sinar Mas di IPO Grab sejauh ini dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, adanya geliat pada korporasi untuk ikut andil lebih dalam lagi menggarap ekonomi digital di Asia Tenggara. Kemudian yang kedua, bukan tidak mungkin jika konsolidasi antarpemain yang lebih besar lagi akan terjadi di kemudian hari – sebelumnya memang sudah beredar kabar Grab-Gojek akan merger sebelum IPO.

Antusias pasar terhadap IPO Grab juga dapat menjadi preseden baik untuk inisiatif exit serupa bagi unicorn lainnya dan membawa ekosistem digital – khususnya di Indonesia – beranjak ke tingkatan selanjutnya. Keberhasilan exit mereka [unicorn] dapat diartikan sebagai kematangan bisnis dan terbukanya peluang untuk regenerasi calon unicorn selanjutnya.


Gambar Header: Depositphotos.com

Startup Kesehatan SehatQ

Mengenal SehatQ, Platform Pengelola Kesehatan yang Menyasar Keluarga Muda

Indonesia merupakan salah satu pasar strategis untuk industri kesehatan. Mengutip dari data Bappenas, jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia pada 2021 diproyeksi mencapai 45 juta penduduk. Angka ini diperkirakan naik dua kali lipat jadi 85 juta di 2022 dan meningkat jadi 145 juta pada 2030.

Artinya, sekarang adalah momentum yang tepat untuk menyeriusinya karena makin tinggi kemampuan ekonomi seseorang, semakin tinggi pula kesadaran untuk memperbaiki gaya hidupnya. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh SehatQ. Startup ini ikut meramaikan di ranah startup kesehatan di Indonesia sejak November 2018.

Head of Communications SehatQ Aniela Maria menjelaskan, perusahaan datang dari pengalaman pribadi founder-nya itu sendiri, yakni Linda Wijaya. Ketika Linda sudah berkeluarga, dia menyadari kesehatan itu penting dalam keseharian. Selalu ada bagian dari unsur kesehatan yang bisa terus dimaksimalkan. Kesempatan tersebut direalisasikan dengan mendirikan SehatQ.

“Secara bertahap kami akan mengembangkan fitur dengan tujuan akhirnya menjadikan SehatQ sebagai asisten untuk bantu orang mengelola kesehatan pribadi dan keluarga muda. Golongan tersebut adalah target pengguna kita,” terang Aniela kepada DailySocial.

Selaras dengan misinya tersebut, menarik minat Latitude Venture Partners (LVP) untuk gaet SehatQ sebagai proyek binaan pertama. Di luar investasi eksternal yang dilakukan LVP untuk startup yang sudah beroperasi. Linda sendiri merupakan Managing Partner LVP.

Di bawah binaan LVP, SehatQ secara langsung dipantau perkembangannya dan mendapat jaringan yang bisa dimanfaatkan baik dari LVP maupun Grup Sinar Mas. LVP adalah VC yang disiapkan Sinar Mas dengan struktur pendanaan yang berbeda dengan SMDV. LVP bertindak sebagai venture builder dan venture capital.

Penambahan fitur kesehatan secara bertahap

Tim SehatQ / SehatQ
Tim SehatQ / SehatQ

Untuk tahap awal, lanjutnya, SehatQ fokus perbanyak konten kesehatan. Mulai dari artikel kesehatan berbagai topik, ensiklopedia penyakit dan obat-obatan. Secara total ada 1514 direktori artikel, 1115 ensiklopedia penyakit dan obat yang telah diterbitkan.

“Tim konten kami tergolong cukup kuat. Setiap minggunya kami produksi konten hingga 200 artikel lengkap dengan infografis dan data pendukungnya. Ada tim dokter yang bantu kami melihat akurasi konten apakah sudah sesuai atau belum sebelum dipublikasi.”

Berikutnya, perusahaan menambah fitur direktori fasilitas kesehatan berdasarkan lokasi terdekat pengguna. Serta, booking dokter demi permudah pasien membuat janji temu. Untuk masuk ke dalam direktori, perusahaan melakukan sejumlah pengecekan agar dokter yang hadir di SehatQ benar-benar sesuai dengan ketentuan.

Terhitung, SehatQ sudah menampilkan direktori lebih dari 2 ribu dokter dari berbagai spesialisasi di seluruh Indonesia. Diklaim sejak pertama kali situs SehatQ dirilis, telah dikunjungi hingga 1 juta kali per bulannya.

Untuk menuju platform kesehatan yang menyeluruh, rencananya sebelum akhir tahun ini SehatQ akan merilis aplikasi yang sudah dilengkapi dengan fitur telekonsultasi dengan live chat. Menariknya, kata Aniela, fitur ini dapat dimanfaatkan untuk membantu pengguna yang lebih tertarik mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang tersedia di pasaran.

Menurutnya, pangsa pasar orang-orang di kalangan tersebut cukup besar dan ini bisa dimanfaatkan dengan baik oleh SehatQ. Alhasil, dokter tidak dianjurkan untuk membuat resep setiap kali pengguna melakukan live chat. Dia memastikan pangsa pasar ini tidak akan menggantikan lahan dokter yang bertugas di rumah sakit.

“Ada orang yang cenderung berobat dengan herbal, generik, sebelum harus di bawa ke dokter. Namun mereka itu ingin dapat bimbingan dari profesional sebelum mengonsumsinya, agar lebih mendapat kepastian. Itu yang akan kami sasar lewat fitur live chat.”

Seluruh data hasil live chat akan secara otomatis terekam dalam sistem SehatQ dan menjadi catatan medis berbentuk digital. Apabila nantinya dibutuhkan oleh pengguna, mereka dapat langsung memeriksa langsung dari aplikasi.

“Kami akan latih para dokter untuk standarisasi layanannya saat fitur live chat sudah resmi hadir.”

Tak hanya itu perusahaan juga berencana untuk mengintegrasikan sistemnya dengan fasilitas kesehatan dan penyedia jasa kesehatan agar seluruh pengalamannya bisa jauh lebih seamless.

Dia mencontohkan, dari fitur booking dokter yang sudah tersedia sekarang, nantinya ketika sistem terintegrasi antara SehatQ dengan rumah sakit. Pasien bisa mendapat jadwal janji temu yang lebih pasti karena sudah terhubung langsung dengan rumah sakit tempat dokter tersebut praktek. Begitupun dengan penyedia jasa kesehatan, semisal asuransi, proses klaimnya akan lebih seamless.

“Di saat yang bersamaan kami akan mengadakan grand launching, setelah itu kami mulai agresif memasarkan SehatQ untuk menarik banyak pengguna baru,” pungkasnya.

Di Indonesia, selain SehatQ, pemain startup kesehatan lainnya yang sudah lebih dahulu hadir seperti Halodoc, Alodokter, Klikdokter, DokterSehat, Konsula, dan sebagainya.

Peresmian Finmas

Finmas, Layanan P2P Lending dari Sinar Mas Group dan Oriente Resmikan Kehadiran

Finmas (PT Oriente Mas Sejahtera), perusahaan p2p lending patungan dari Sinar Mas Group dan Oriente, hari ini (14/2) meresmikan kehadiran setelah setahun soft-launch dan mengantongi surat tanda terdaftar dari OJK.

Presiden Direktur Finmas Peter Lydian mengatakan, pihaknya akan terus berinovasi memberikan produk keuangan yang dibutuhkan nasabah underserved di Indonesia. Selama ini, Finmas baru menyediakan produk cicilan dan pinjaman yang lebih mengarah untuk kredit konsumtif.

Dalam waktu dekat, perusahaan akan segera merilis produk modal kerja yang sifatnya lebih produktif. Menurutnya, produk tersebut sudah dalam tahap persiapan akhir sebelum akhirnya resmi meluncur.

“Dalam platform Finmas ada produk pinjaman dan cicilan, mau ada modal kerja. Kami tidak akan berhenti di sini, ke depannya akan ada banyak produk yang kami siapkan untuk orang Indonesia yang underserved,” kata Peter, Kamis (14/2).

Setelah modal kerja, dalam rencana jangka panjang, perusahaan secara bertahap akan merilis produk lainnya seperti credit line dan pinjaman mikro. Sampai akhirnya menjadikan Finmas sebagai marketplace untuk layanan finansial. Rencana tersebut sejalan dengan ambisinya yang ingin memosisikan sebagai perusahaan teknologi yang memiliki berbagai produk finansial dan inovasi lain ke depannya.

“Kami ini basisnya perusahaan teknologi dan memanfaatkan teknologi yang membuat proses-proses dalam institusi finansial jadi lebih efisien. Yang membedakan institusi zaman dulu dengan sekarang apa? Jelas dari sisi teknologinya.”

Kehadiran Oriente sebagai pemegang saham mayoritas 85% di Finmas akan menjadi fondasi yang kuat untuk menunjang sistem back-end dan teknologinya. Pengalaman matang Sinar Mas di bidang industri keuangan akan sangat terbantu untuk sisi manajemen risikonya.

Masih tertutup

Presiden Direktur Finmas Peter Lydian / DailySocial
Presiden Direktur Finmas Peter Lydian / DailySocial

Peter enggan merinci kinerja perusahaan selama setahun berdiri, baik dari jumlah peminjam yang terfasilitasi, nominalnya, hingga pemberi pinjamannya. Dia juga tidak merinci bagaimana proses pendaftaran apabila ada yang tertarik menjadi pemberi pinjaman.

“Nanti akan kita share semua data resminya. Untuk pemberi pinjaman juga sama, nanti ya. Tapi kita akan sasar investor dari kalangan individu maupun institusi. Tapi hanya ingin ke investor yang sudah paham dengan risikonya.”

Produk pinjaman dan cicilan yang disediakan Finmas dapat dipinjam mulai dari Rp500 ribu sampai Rp1 juta. Tenor selama 14 hari sampai 6 bulan dan bunga 0,34% per hari atau 9,95% per bulan. Setelah mengisi proses pendaftaran dan selesai verifikasi, dana akan ditransfer segera ke rekening pengguna dalam kurun waktu 24 jam.

Meski Peter juga tidak menyebut target bisnis pada tahun ini, yang pasti pihaknya ingin menunjang realisasi target tersebut dengan merekrut lebih banyak talenta di berbagai bidang pekerjaan. Dia berambisi Finmas dapat merekrut hingga 1.000 talenta, melengkapi 350 orang yang ada saat ini.

Aplikasi Finmas sudah diunduh lebih dari 500 ribu kali di Google Play dan belum tersedia untuk versi iOS.

Application Information Will Show Up Here
Danamas, layanan p2p lending dari grup Sinar Mas, menargetkan penyaluran pembiayaan tembus Rp2 triliun di 2019, dari tahun lalu sekitar Rp1,2 triliun

Layanan P2P Lending Danamas Targetkan Penyaluran Pembiayaan Tembus Dua Triliun Rupiah

Startup p2p lending Danamas, anak usaha Grup Sinar Mas, menargetkan penyaluran pinjaman tembus Rp2 triliun tahun ini. Angka ini cenderung moderat dan diprediksi bisa melampaui. Sejak awal berdiri hingga Januari 2019, Danamas telah menyalurkan dana sekitar Rp1,38 triliun.

CEO Danamas Dani Lihardja menuturkan, dalam merealisasikan target ini banyak rencana bisnis yang siap dilakukan perusahaan. Pertama, menghadirkan produk pinjaman untuk karyawan Jepang yang bekerja di Indonesia.

Dengan demikian, perusahaan tidak akan direpotkan lagi oleh permintaan pinjaman dari para karyawannya. Perusahaan akan menyasar perusahaan Jepang yang berlokasi di sekitar Jakarta dan Bekasi sebagai target penggunanya.

Langkah ini merupakan bagian dari rencana perusahaan pasca diterimanya investasi dari Itochu Corp sebesar US$50 juta pada 2017.

“SMMA (Sinar Mas Multi Artha) itu punya saham di Danamas 66%, Itochu Corp punya 33%. Tahun ini kami berikan fasilitas kredit tepat guna kepada karyawan Jepang yang tinggal di sini. Sehingga perusahaan tidak akan direpotkan lagi dengan berbagai pinjaman dari karyawan,” ujar Dani kepada DailySocial.

Berikutnya, Danamas juga siap memperluas layanan pinjaman multiguna untuk menjangkau pemilik warung mikro. Pemilik warung akan diberikan plafon pinjaman hingga Rp2 juta. Tenor untuk produk ini mulai dari 12-20 hari. Perusahaan akan menyasar pemilik warung yang berlokasi di luar Jakarta, seperti Cikampek, Purwakarta, dan Subang.

Prinsip pinjaman ini, pemilik warung tidak akan menerima dana tunai melainkan harus dalam bentuk barang. Oleh karena itu, nantinya Danamas akan bekerja sama dengan distributor yang digunakan pemilik warung untuk belanja barang.

“Jadi list belanjaan mereka yang di-kredit ke kami. Pemilik warung tidak menerima dana tunai dari kami karena sedari awal ekosistem seperti itu yang kami bangun.”

Perusahaan juga berniat untuk menambah kerja sama dengan empat perusahaan e-commerce. Hanya saja, Dani enggan menyebut lebih detil terkait hal ini.

Saat ini, perusahaan teknologi yang sudah bekerja sama dengan Danamas adalah Traveloka untuk fitur PayLater. Dani menegaskan kerja sama dengan Traveloka ini sebatas bisnis, tidak ada kucuran dana investasi yang diberikan Traveloka untuk mengontrol Danamas.

Ekspansi bisnis

Perusahaan berencana membuka kantor di 12 lokasi baru dari saat ini tersedia di 10 titik, di antaranya Medan, Makassar, Manado, Bandung, Semarang, dan Surabaya. Dani bilang, ekspansi ini ditujukan untuk mengakuisisi lebih banyak pedagang pulsa sebagai peminjam.

“Strategi kami selalu buka cabang karena lebih senang mengakuisisi secara face to face.”

Produk pedagang pulsa ini masih menjadi kontributor utama sekitar Rp700 miliar dari keseluruhan total penyaluran di Danamas sebesar Rp1,2 triliun. Sebanyak 120 ribu pedagang pulsa telah menjadi peminjam di Danamas.

Danamas sebelumnya hanya memiliki dua produk yang banyak dimanfaatkan oleh para peminjam. Yakni pinjaman untuk pedagang pulsa dan konsumen PayLater dari Traveloka. Konsep bisnisnya tetap sama, peminjam tidak bisa menerima dana tunai harus ada perantaranya untuk jaminan keamanan.

Pedagang pulsa yang bisa meminjam di Danamas harus tergabung sebagai reseller yang terdaftar di distributor modern channel yang bekerja sama dengan Danamas, seperti Narindo. Mereka dapat mengajukan pinjaman minimal Rp500 ribu sampai Rp200 juta untuk berdagang pulsa. Adapun tenornya bervariasi mulai dari 1 minggu sampai 7 bulan dengan tenor sekitar 2 persen per bulannya.

Untuk PayLater dari Traveloka, Dani mengaku produk ini telah berkontribusi menyalurkan pinjaman sekitar Rp500 miliar sepanjang tahun lalu. Ada sekitar 200 ribu pengguna Traveloka yang memanfaatkan produk ini. Diprediksi akan semakin banyak digunakan para pengguna, lantaran pihak Traveloka rutin memberikan gimmick untuk mendorong utilitasnya.

Selain mendorong jumlah peminjam, Danamas juga mulai melirik pemodal dari kalangan institusi. Perusahaan telah menggandeng 43 ribu pemodal dari kalangan ritel. Selain bisa mendanai berbagai pinjaman, pemodal dapat berinvestasi di reksa dana, beli asuransi mobil, travel, dan unitlink dari aplikasi.

Setiap pinjaman yang diberikan pemodal dijamin oleh asuransi kredit. Apabila terjadi masalah maka asuransi akan membayar 70% dari nilai pinjaman. Minimal pendanaan yang bisa dilakukan pemodal sebesar Rp500 ribu. Imbal hasil yang diberikan sekitar 20% per tahun.

Danamas merupakan startup p2p lending pertama yang mengantongi izin operasional dari OJK.

Application Information Will Show Up Here
Aplikasi instant reward Cashbac memiliki 40 ribu pengguna aktif, 500 brand dengan total 1.000 outlet mayoritas tersebar di Jabodetabek

Tambah Opsi Pembayaran, Cashbac Segera Gandeng Pemain Uang Elektronik

Perkembangan teknologi yang dinamis mendorong terjadinya revolusi gaya hidup masyarakat urban yang ingin semua hal jadi lebih praktis, termasuk saat berbelanja offline. Hal ini tercermin dalam capaian Cashbac, aplikasi instant reward, meski belum memasuki usia pertamanya.

Fokus Cashbac saat ini adalah menggenjot kemitraan dengan berbagai pihak, di antaranya merchant dan institusi finansial, untuk menambah variasi opsi pembayaran dengan harapan mengerek jumlah pengguna yang lebih besar.

Co-Founder dan CEO Cashbac Mario Gaw mengklaim sejak pertama kali dihadirkan ke publik pada awal tahun ini, Cashbac telah memproses rata-rata dua ribu transaksi harian. Meski demikian, dia enggan menyebutkan pendapatan yang diperoleh Cashbac.

Cashbac bermitra dengan 500 brand dengan total 1.000 outlet. Sebagian besar masih terfokus di wilayah Jabodetabek dan bergerak di segmen F&B.

Aplikasi Cashbac disebut sudah diunduh sekitar 100 ribu kali, 60 ribu pengguna di antaranya sudah menghubungkan kartu debit atau kreditnya dengan aplikasi. Dari jumlah tersebut sekitar 40 ribu pengguna dikategorikan sebagai pengguna aktif. Mayoritas pengguna Cashbac berusia 25-35 tahun, first jobber, dan kaum urban.

“Kami mau tambah jumlah merchant, dalam pipeline banyak diantaranya grup besar, diharapkan totalnya bisa sampai 20 ribu outlet sampai akhir tahun ini. Lalu bisa bertambah lebih besar lagi pada akhir tahun depan, sekitar 50 ribu sampai 100 ribu outlet,” ujar Mario kepada DailySocial, Jumat (21/9).

Selain itu, pihaknya akan menyediakan tambahan opsi sumber pembayaran di luar kartu debit dan kredit. Nantinya bisa mendukung pembayaran dengan uang tunai dan uang elektronik. Ada dua pemain e-money skala besar yang tengah mengintegrasikan sistemnya dengan Cashbac. Diharapkan proses tersebut akan selesai sebelum akhir tahun 2018.

Sementara ini Cashbac baru bisa menerima opsi pembayaran dari kartu debit dan kredit, sudah ada tujuh bank yang sudah bekerja sama, termasuk Jenius dari BTPN dan Digibank dari DBS.

“Pengguna bisa memasukkan maksimal sampai 10 kartu untuk mendapatkan cashback lewat aplikasi Cashbac. Bisa pilih sendiri kartu mana yang ingin digunakan tergantung promo yang saat itu disediakan.”

Mario menekankan intensi Cashbac bukan terletak sebagai penyedia dompet elektronik, melainkan sebagai jembatan penghubung antara merchant dengan pengguna lewat promo cashback. Seluruh pemrosesan transaksi sepenuhnya dilakukan mitra payment gateway.

Pendanaan eksternal

Saat ini Cashbac didukung penuh Sinar Mas Group sebagai investornya. Dukungan berupa pendanaan tersebut, menurut Mario, akan cukup sampai akhir 2019. Oleh karena itu, perusahaan akan membuka penggalangan dana perdana yang prosesnya bakal dimulai pada awal tahun depan.

Keberadaan investor eksternal juga dibutuhkan Cashbac agar bisnis dapat tumbuh lebih masif dan makin dikenal seluruh orang Indonesia. Saat ini cakupan layanan Cashbac baru di Jabodetabek. Untuk ekspansi ke kota lain, sementara ini Cashbac baru mengikuti lokasi di mana merchant beroperasi.

“Sebab tantangan terbesar buat kami adalah memperkenalkan kami ke semua orang. Positioning kita berbeda dengan perusahaan lain, kami ingin bantu merchant offline yang memiliki tantangan lebih besar dalam meningkatkan sales mereka.”

Kolaborasi dengan Dimo

Mario yang juga adalah CEO Dimo menuturkan, integrasi bisnis antara Cashbac dan Dimo sebenarnya sudah dilakukan, yakni skema Pay by QR, karena fokus bisnis antara kedua perusahaan tersebut berbeda, badan hukum pun terpisah.

QR Code yang dicetak Dimo hanya dipakai untuk membantu sistem Cashbac mengidentifikasi merchant. Pemrosesan kartu kredit atau debit tetap dilakukan oleh mitra payment gateway dari Cashbac. Sistem ini diterapkan oleh McDonald’s.

“Dimo juga merekrut merchant tapi mereka jadi jembatan untuk solusi pembayaran buat bank dengan memakai Pay by QR. Kami sudah integrasi sistem antara keduanya secara komersial, namun hanya memakai QR code-nya saja. Cashbac tidak pakai processing pembayaran dari Dimo.”

Cashbac mengembangkan sendiri teknologi untuk permudah pengguna saat membayar transaksi dengan beacon berteknologi bluetooth. Pengguna cukup mendekatkan smartphone-nya ke beacon, bluetooth akan otomatis aktif dan pembayaran akan selesai dalam kurang dari 10 detik.

Teknologi tersebut juga dimanfaatkan untuk menyebarluaskan informasi soal promo dari merchant saat pengguna membuka aplikasi Cashbac. Fitur keamanan pun akan dipertebal namun tidak akan merepotkan pengguna. Untuk perangkat smartphone yang sudah dukung teknologi terkini, Cashbac sudah mendukung verifikasi lewat sidik jari.

“Teknologi lainnya juga sedang kami kembangkan, intinya agar proses transaksi di Cashbac semakin lebih seamless tanpa harus memasukkan kode tertentu,” pungkas Mario.

Sinar Mas Group Dirikan Perusahaan P2P Lending Kedua, Dana Pinjaman Inklusif

Sinar Mas Multiartha (SMMA), perusahaan khusus di bidang keuangan di bawah Sinar Mas Grup, mendirikan kembali perusahaan patungan fintech yang bergerak di bisnis p2p lending dengan nama bendera PT Dana Pinjaman Inklusif (DPI).

Dalam keterbukaan informasi di BEI, SMMA bertindak sebagai pengendali saham DPI dengan menguasai 55% saham, sementara, Arthamas Solusindo menguasai 45% saham. Total penyertaan modal yang kucurkan kedua pemegang saham untuk mendirikan DPI sebesar Rp100 juta.

DPI adalah perusahaan fintech p2p lending kedua yang didirikan SMMA, setelah sebelumnya mendirikan PT Pasar Dana Pinjaman (Danamas).

“Kami buat perusahaan baru agar lebih fokus saja [menjalani masing-masing bisnis],” terang Direktur SMMA Kurniawan Udjaja kepada DailySocial, Kamis (23/11).

Menurut Kurniawan, baik Danamas maupun DPI akan sama-sama menyasar bisnis micro lending. Hanya saja titik perbedaannya terletak di sisi penerima pinjaman. Kalau Danamas yang bisa menerima pinjaman dibatasi sesuai kriteria tertentu, sementara DPI tidak ada batasan.

Untuk sementara, situs DPI belum tersedia secara resmi. Kurniawan mengaku saat ini DPI sedang mengajukan proses izin ke OJK beserta lembaga lainnya.

“Kita lagi proses izin ke OJK dan mengurus izin lainnya ke beberapa lembaga.”

Perkembangan Danamas

Danamas merupakan perusahaan fintech pertama yang mengantongi izin usaha dari OJK. Beberapa bulan lalu, Danamas mendapat suntikan dana segar dari perusahaan investasi dari Jepang Itouchu Corp senilai US$50 juta (atau senilai Rp666,4 miliar). Itouchu kini menguasai 30% saham Danamas.

Model bisnis Danamas ialah memberikan pinjaman modal kerja mulai dari Rp500 ribu dengan jangka waktu mulai dari 1 minggu sampai 1 tahun. Tenor yang ditawarkan disesuaikan dengan pendapatan pelaku usaha.

Untuk pemberi pinjaman, investasi bisa dimulai dengan besaran Rp500 ribu. Jangka waktu mulai dari 1 minggu hingga satu tahun, imbal hasil yang ditawarkan mulai dari 18% flat per tahun.

Berdasarkan kinerja Danamas hingga November 2017, perusahaan telah menyalurkan pinjaman sebesar Rp353,34 miliar dan 76.767 jumlah pinjaman. Total investor yang bergabung ke platform Danamas mencapai 11.043 orang.