Tag Archives: Sinarmas

COO Nanovest Billy Suryajaya

Nanovest Resmi Meluncur, Tawarkan Kemudahan Berinvestasi Saham AS dan Aset Kripto

Platform wealthtech Nanovest (PT Tumbuh Bersama Nano) resmi meluncur hari ini (24/8). Saat ini instrumen investasi yang disuguhkan adalah saham perusahaan Amerika Serikat dan aset kripto. Menargetkan kalangan pemula, aplikasi ini memungkinkan penggunanya berinvestasi mulai dari 5 ribu Rupiah.

Dalam kesempatan temu media di Bali, COO Nanovest Billy Suryajaya menerangkan bahwa pihaknya merasa perlu menciptakan ruang investasi aset digital yang aman, nyaman, dan mudah — sesuai dengan misi Nanovest. “Kami juga berkomitmen secara kontinu untuk melakukan rangkaian edukasi seputar benefit berinvestasi di Nanovest,” imbuhnya.

Sejak debut, aplikasi Nanovest telah diunduh sekitar 2,5 juta pengguna. Saat ini pengguna aktif (yang telah menyelesaikan proses KYC) juga telah mencapai lebih dari 600 ribu orang.

“PT Tumbuh Bersama Nano adalah perusahaan yang 100% kepemilikannya adalah perusahaan lokal dan berkantor di Sudirman, Jakarta Selatan. Secara struktural semua anggota direksi dan dewan komisaris perusahaan adalah orang Indonesia,” kata Billy.

Fitur Nanovest

Saat ini Nanovest juga telah berkolaborasi dengan pengembang aset kripto NanoByte Token (NBT). Token NBT diutilisasi dengan berbagai fitur dan bisnis afiliasi Nanovest. NBT sendiri dikembangkan oleh perusahaan berbadan hukum di British Virgin Islands.

Nanovest saat ini memiliki sejumlah fitur mendasar. Pertama ada NanoAvatar, memungkinkan pengguna untuk mengkreasikan sebuah avatar dengan ciri khasnya masing-masing. Kedua ada Nano+, sistem keanggotaan di Nanovest.

“Nano+ memberikan pengalaman yang istimewa bagi para pengguna Nanovest dan NBT Holder. Mendapatkan diskon spesial serta penawaran menarik lainnya di berbagai mitra yang bekerja sama seperti Ritz Carlton, Halodoc, Sayurbox, Yello Fit, dan masih banyak lagi,” jelas Billy.

Fitur ketiga adalah NanoRace, berisi serangkaian kompetisi seperti trading competition, referral program, dan buy-and-stake dengan total hadiah mencapai 20 miliar Rupiah. Kemudian ada juga NanoPlay, yaitu fitur gamifikasi yang ada di dalam aplikasi seperti check-in mission dan top-up mission.

Nanobid juga terdapat di aplikasi, merupakan fitur lelang pada periode waktu tertentu untuk sebuah item yang disediakan khusus oleh Nanovest. Ada juga Nanolympics, kompetisi trading bagi pengguna aplikasi. Dan terakhir NBT Staking, pemilik NBT bisa mengunci sejumlah token dalam jangka panjang untuk mendapatkan keuntungan.

Kemitraan strategis dengan grup Sinarmas

Nanovest juga menggandeng sejumlah unit bisnis Sinarmas untuk menjadi bagian dalam proses bisnisnya. Pertama, mereka bekerja sama dengan perusahaan asuransi Sinarmas untuk memberikan proteksi lebih atas aset yang dimiliki investor.

Mereka juga bekerja sama dengan unit p2p lending Sinarmas, yakni Danamas. Pemilik NBT bisa memperoleh pinjaman dari Danamas dengan menjadikan token tersebut sebagai kolateral. Layanan ini sudah bisa digunakan per April 2022 lalu. Pengguna bisa mendapatkan limit pinjaman hingga 100 juta Rupiah.

Utilisasi NBT juga diterapkan bersama Sinarmas Land, memberikan kesempatan kepada pengguan untuk mendapatkan benefit berupa potongan harga saat membeli properti.

Namun demikian, ketika ditanya apakah Sinarmas merupakan shareholder utama dari Nanovest, Billy mengatakan untuk saat ini kemitraan yang ada baru bersifat sinergi strategis. Grup Sinarmas belum menjadi pemegang saham di Nanovest — ia pun enggan merinci detail siapa saja investor dari aplikasi wealthtech tersebut.

Proposisi nilai yang ditawarkan

Nanovest saat ini sudah terdaftar di BAPPEBTI. Mereka berupaya untuk menghadirkan sinergitas antara dunia web3 yang tengah dibangun dengan ekosistem web2 yang sudah ada. Utilisasi NBT ke berbagai platform digital menjadi salah satu realisasi tahap awalnya.

Tidak dimungkiri, Nanovest harus berhadapan dengan berbagai aplikasi investasi yang kian menjamur. Menyadari hal itu, beberapa hal coba ditonjolkan. Dimulai dari fitur e-KYC yang diklaim terbaik di kelasnya, karena bisa melakukan verifikasi dan validasi data pengguna saat onboarding kurang dari 1 menit saja.

Untuk investasi saham Amerika Serikat, Nanovest bekerja sama dengan Alpaca untuk mengakomodasi transaksi saham. Pemilihan instrumen investasi ini juga didasarkan riset pengguna. “Semua berjalan begitu saja, penentuan produk kami dasarkan kepada kebutuhan dari sisi pengguna. Kami berharap bisa menjadi aplikasi investasi yang lebih personal,” ujar Billy.

Sebelumnya Nanovest juga tergabung program Tokocrypto Sembrani Blockchain Accelerator dan mendapatkan dukungan investasi dari Tokocrypto.

Application Information Will Show Up Here

Vidio Bags Follow on Funding Worth of 663 Billion Rupiah from Sinarmas Group, Grab, and Others

Vidio recently announced a $45 million (over 663 billion Rupiah) funding from several strategic investors. The largest amount was provided by Sinarmas Group, PT Dian Swastika Sentosa (DSSA) through its subsidiary PT DSST Mas Gemilang (DSST). Other investors also participated, including Grab LA Pte Ltd (Grab), and PT Ekonomi Baru Investasi Teknologi (EBIT), a subsidiary of the Bali United football club.

For the record, DSSA is one of the shareholders in DANA (PT Elang Andalan Nusantara). Previously, DANA was operating under the Emtek Group.

This is Vidio’s follow on funding after securing fresh funding of $150 million from Affinity Equity Partners in October 2021. Previously, Vidio was entirely owned by Emtek Group under Surya Citra Media (SCM).

The entrance of Sinarmas Group marks an open door for Vidio to collaborate strategically with its portfolios, such as Smartfren and MyRepublic. Along with its new investors, Vidio aims to drive growth and strengthen its position as a leading local OTT.

Vidio’s CEO, Sutanto Hartono said, the company is to increase its commitment to users by continuously adding the best premium content with this new fund, as well as improving the features and quality of the platform.

“Aside from an exclusive Premier League airing in August and the World Cup in November, we will also be more aggressive in releasing local original series and quality soap operas to entertain streaming audiences in Indonesia,” he said, Tuesday (14/6).

Investors also delivered their statements. DSSA’s Director Daniel Cahya said this investment is the starting point for sustainable collaboration between the Sinarmas Group and the Emtek Group. It is also a positive act for the group, including Smartfren, MyRepublic, and other DSST digital investments, with Vidio as the content provider.

“Being the most preferred partner of Vidio is an honor for us. This collaboration is expected to bring added value, and the Sinarmas Group is fully committed to building an integrated digital ecosystem. Therefore, we are very welcome to the strategic partnership with Vidio,” Daniel said.

Meanwhile, Grab Indonesia’s Country Managing Director, Neneng Goenadi said, Grab and Emtek Group have an aligned vision that Indonesia’s bright digital era should be enjoyed by the entire society. OTT is a sector that has experienced rapid development in the country, especially since the pandemic and the shifting focus of the entertainment industry from linear channels to OTT and streaming will continue in the next few years.

“We are pleased to be able to strengthen the strategic partnership that has been established with the Emtek Group through investment in Vidio. As the largest OTT platform in Indonesia, Vidio has a very broad reach, and we see the potential for solid synergies between the Grab and Vidio ecosystems. Together with Emtek Group, Grab will present more digital solutions with positive impacts for society and the environment in Indonesia,” Neneng said.

The Milestones

According to a report from Media Partner Asia, in the first quarter of 2022, Vidio rules on top of the table for the OTT platform based on monthly active users (MAU) and total minutes streamed. The company continues to add to its content catalog in the field of sports and claims to be the most complete in Indonesia.

The list starts from the 2022 FIFA World Cup Qatar, English Premier League, Indonesian Football League (Liga 1, Liga 2, and Liga 3), UEFA Champions League and UEL, NBA, European Football League (Serie A, La Liga, Ligue 1) , FA Cup, Formula One, Indonesian professional volleyball league (ProLiga), Indonesian Basketball League (IBL), Women’s Tennis Association (WTA), and a wide selection of other premium sports content. Not only that, Vidio continues to actively release original content of up to three titles every month.

On a separate occasion, in an interview with DailySocial.id, Vidio’s Managing Director, Monika Rudijono said that until the closing of Q4 2021, Vidio had experienced an increase in the number of MAU reaching 62 million subscribers. Among its user base, 2.3 million of them are paid users. “Vidio closed Q1 2022 with 1.9x growth in paid subscribers compared to Q1 2021,” she added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Platform OTT lokal Vidio mengumumkan pendanaan tambahan sebesar $45 juta (lebih dari 663 miliar Rupiah) dari Grup Sinarmas, Grab, dan EBIT

Vidio Peroleh Investasi Tambahan 663 Miliar Rupiah dari Grup Sinarmas, Grab, dan Lainnya

Vidio mengumumkan pendanaan sebesar $45 juta (lebih dari 663 miliar Rupiah) dari beberapa investor strategis. Investasi terbesar diberikan oleh Grup Sinarmas, yakni PT Dian Swastika Sentosa (DSSA) melalui entitas anaknya PT DSST Mas Gemilang (DSST). Investor lain yang turut berpartisipasi, antara lain Grab LA Pte Ltd (Grab), PT Ekonomi Baru Investasi Teknologi (EBIT), entitas anak klub sepak bola Bali United.

Sebagai catatan, DSSA merupakan salah satu pemegang saham di DANA (PT Elang Andalan Nusantara). Sebelumnya, DANA berada di bawah naungan Emtek Group.

Pengumuman ini merupakan tambahan pendanaan yang diterima Vidio, setelah memperoleh dana segar sebesar $150 juta dari Affinity Equity Partners pada Oktober 2021. Sebelumnya, Vidio dimiliki sepenuhnya oleh Emtek Group di bawah Surya Citra Media (SCM).

Masuknya Grup Sinarmas, menandai terbukanya kesempatan bagi Vidio untuk berkolaborasi strategis dengan portofolio di bawahnya, misalnya Smartfren dan MyRepublic. Bersama investor-investor barunya, Vidio berambisi dapat mendorong pertumbuhan dan memperkuat posisinya sebagai OTT lokal terkemuka.

CEO Vidio Sutanto Hartono mengatakan, dengan dana baru ini perusahaan akan meningkatkan komitmen kepada pengguna dengan terus menambah konten-konten premium terbaik, serta meningkatkan fitur dan kualitas platform.

“Selain penayangan Liga Inggris di bulan Agustus dan Piala Dunia di bulan November secara eksklusif, kami juga akan lebih agresif lagi merilis local original series dan Vidio Sinetron berkualitas untuk menghibur penonton streaming di Indonesia,” katanya, Selasa (14/6).

Para investor turut menyampaikan pernyataannya. Direktur DSSA Daniel Cahya mengatakan, investasi ini menjadi gerbang awal dari kolaborasi yang berkesinambungan, antara Grup Sinarmas dan Grup Emtek. Sekaligus menjadi langkah positif bagi grup, termasuk Smartfren, MyRepublic, dan investasi digital DSST lainnya, dengan Vidio sebagai content provider.

“Menjadi most preferred partner dari Vidio merupakan kebanggaan bagi kami. Kolaborasi ini diharapkan akan membawa nilai tambah, dan Grup Sinarmas berkomitmen penuh untuk membangun ekosistem digital yang terintegrasi. Oleh karena itu, kami menyambut baik strategic partnership dengan Vidio,” kata Daniel.

Sementara itu, Country Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi menyampaikan, Grab dan Emtek Group punya visi selaras bahwa era digital Indonesia yang cerah harus dapat dinikmati seluruh lapisan masyarakat. OTT sebagai kategori yang telah mengalami perkembangan pesat di tanah air, terutama sejak pandemi, dan tren pergeseran fokus industri hiburan dari linear channel ke OTT dan streaming akan terus berlanjut dalam beberapa tahun ke depan.

“Kami senang dapat mempererat kerja sama strategis yang telah terjalin dengan Emtek Group melalui investasi di Vidio. Sebagai platform OTT terbesar di Indonesia, Vidio memiliki jangkauan yang sangat luas, dan kami melihat potensi sinergi yang solid untuk ekosistem Grab dan Vidio. Bersama Emtek Group, Grab akan menghadirkan lebih banyak solusi digital dengan dampak positif untuk masyarakat dan lingkungan di Indonesia,” tutur Neneng.

Pencapaian Vidio

Menurut laporan dari Media Partner Asia, pada kuartal I 2022, Vidio menjadi platform OTT posisi teratas berdasarkan pengguna aktif bulanan (monthly active user/MAU) dan total durasi menit streaming (minute streamed). Perusahaan terus menambah katalog kontennya di bidang olahraga dan diklaim sebagai terlengkap di Indonesia.

Daftarnya mulai dari Piala Dunia FIFA 2022 Qatar, English Premier League, Liga sepak bola Indonesia (Liga 1, Liga 2, dan Liga 3), Liga Champions UEFA dan UEL, NBA, Liga sepakbola Eropa (Serie A, La Liga, Ligue 1), FA Cup, Formula One, Liga bola voli profesional Indonesia (ProLiga), Liga Bola Basket Indonesia (IBL), Women’s Tennis Association (WTA), dan ragam pilihan konten olahraga premium lainnya. Tak hanya itu, Vidio terus aktif merilis konten original hingga tiga judul setiap bulannya.

Secara terpisah, dalam wawancara bersama DailySocial.id, Managing Director Vidio Monika Rudijono mengatakan hingga penutupan Q4 2021 Vidio telah mengalami peningkatan jumlah MAU mencapai 62 juta pelanggan. Di antara basis penggunanya, 2,3 juta di antaranya adalah pengguna berbayar. “Vidio menutup Q1 2022 dengan pertumbuhan pelanggan berbayar 1,9x dibandingkan Q1 2021,” imbuhnya.

 

Tokosmart Aplikasi Bizzy

Lengkapi Ekosistem, Bizzy Segera Rilis Tiga Layanan Baru Tahun Depan

Bizzy menyeriusi ranah barunya sebagai holding untuk logistik dan distribusi dengan memperkenalkan tiga produk baru yang akan dirilis pada tahun depan. Ketiga produk tersebut adalah Truckway, Bizzy Field Force, dan Smart Warehouse.

Seluruh produk ini berbasis aplikasi, untuk mengoptimalkan kinerja operasional pengguna dalam sebuah rantai pasokan, seperti distributor, toko grosir, pemilik, dan supir truk.

CEO Bizzy Group Andrew Mawikere menjelaskan, peluncuran ini sejalan dengan misi perusahaan yang ingin mendukung ekonomi yang bersih dengan menggerakkan ekosistem bisnis digital yang inklusif, sehingga memungkinkan perdagangan yang transparan, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan.

“Kami membangun platform digital terintegrasi untuk logistik dan distribusi, menyediakan layanan rantai pasok menyeluruh di Indonesia, untuk meningkatkan efisiensi dalam logistik dan distribusi,” ucapnya dalam keterangan resmi, Jumat (20/12).

Sejalan dengan misi tersebut, pada Mei 2019 perusahaan meluncurkan aplikasi Tokosmart dan beroperasi secara penuh untuk mendukung digitalisasi usaha mikro, kecil, dan menengah.

Andrew menjelaskan, aplikasi ini memudahkan dan meningkatkan efisiensi secara digital bagi toko dalam proses pemesanan, penerimaan inventori, dan pembayaran. Diklaim Tokosmart telah menjaring lebih dari 48 ribu toko untuk isi stok produk di toko mereka setiap hari.

“Tokosmart telah memproses lebih dari 164 ribu pesanan dan telah mengirimkan lebih dari 392 ribu karton kepada pelanggan kami. Tokosmart memiliki kurang lebih 3.100 produk dan akan terus bertambah di tahun 2020.”

Untuk mendukung pemanfaatan Tokosmart, perusahaan mengembangkan mesin POS sendiri bernama Bizzy POS. Andrew menyebut, saat ini masih dalam tahap percobaan di beberapa daerah. “Langkah ini memudahkan pelanggan untuk mengelola toko dengan cara yang paling efisien,” pungkasnya.

Sebelumnya, Bizzy adalah startup yang bergerak di bisnis procurement untuk b2b, akhirnya pivot menjadi holding pasca masuk dalam afiliasi Sinarmas pasca menerima pendanaan seri B yang dipimpin SMDV.

Perusahaan memasang target yang sangat ambisius pada tahun ini sebesar Rp5 triliun, naik 30%-40% dari tahun sebelumnya sebesar Rp3,8 triliun. Lini bisnis distribusi akan menjadi penopang utama dalam bisnis Bizzy Group.

Application Information Will Show Up Here
Investasi East Ventures

East Ventures Bukukan Dana Investasi 1 Triliun Rupiah, Diprioritaskan untuk Pendanaan Startup Indonesia

East Ventures kemarin (21/8) mengumumkan penutupan dana investasi keenam mereka sejumlah $75 juta atau setara dengan 1 triliun Rupiah. Dana ini didukung oleh berbagai elemen, mulai dari kalangan individual (high net workth individuals) seperti Wan Xing (CEO Meituan-Dianping), Eduardo Saverin (Co-Founder Facebook), dan Kaling Li (Co-Founder Razer).

Selain itu pemberi dana juga datang dari kalangan institusi investasi mulai dari Pavilion Capital, Adams Street Partners dan Temasek. Beberapa perusahaan keluarga dari Indonesia juga tergabung dalam pendanaan ini, meliputi Sinarmas Group, Triputra Group dan Emtek Group.

Perolehan East Ventures meningkat 2,5x lipat dari yang ditargetkan, yakni $30 juta. Nantinya dana investasi yang diperoleh akan digunakan untuk meningkatkan dukungan kepada ekosistem startup di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia. Trennya untuk diberikan dalam pendanaan tahap awal hingga seri A di berbagai sektor.

Kendati demikian ada vertikal baru yang akan menjadi fokus dengan dana investasi keenam ini, yakni inklusi UKM, new retail, fintech, berita dan media, healthtech, supply chain dan transformasi digital.

“Kami sebenarnya bisa menambah lebih banyak lagi, namun kami ingin mempertahankan disiplin tertentu di era euforia ini. Penting bagi ekosistem ini untuk mempertahankan kecepatan value creation agar dapat sesuai dengan valuation expectation. Dan hal ini akan berdampak pada performa dana investasi kami bagi para pemangku kepentingan, yaitu para pendiri startup, mitra bisnis, dan para investor (LP),” ujar Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Salah satu “model bisnis” yang ditawarkan oleh venture capital kepada pemberi dana ialah melalui exit — bisa dalam bentuk akuisisi atau go-public. Menurut pihak East Ventures, kesuksesannya dengan 30 exit meningkatkan kepercayaan investor kepada mereka. Groupon, Kudo, Loket, Jurnal, Bridestory, dan Talenta adalah beberapa nama startup yang berhasil terakuisisi.

NXL Esports Center: Konsep Gaming House yang Terbuka untuk Publik

TEAMnxl> mungkin bisa dibilang sebagai organisasi esports tertua di Indonesia yang masih eksis sampai hari ini. Tim yang berdiri tahun 2006 dan digawangi oleh Richard Permana ini baru saja (12 April 2019) meresmikan NXL Esports Center yang bertempat di The Breeze, BSD City.

Konsep NXL Esports Center ini memang sangat menarik dan berbeda. Realisasi konsep ini juga mungkin bisa dibilang yang pertama di Indonesia. Pasalnya, NXL Esports Center ini sama seperti gaming house klub esports lainnya namun terbuka untuk umum.

Richard Permana. Dokumentasi: Hybrid
Richard Permana. Dokumentasi: Hybrid

Gaming house tim esports itu adalah tempat para pro player berlatih dan bertanding (online) namun tempat ini biasanya tertutup dan tak bisa diakses oleh publik atau para fans mereka. NXL Esports Center mencoba menawarkan sesuatu yang baru. Menurut Richard Permana, CEO dari TEAMnxl>, hal ini dilakukan karena mereka ingin para pemainnya dapat berinteraksi langsung dengan para penggemarnya.

“Para pengunjung bisa menonton langsung tim kita saat berlatih ataupun bertanding. Jika jadwalnya memungkinkan, mereka juga bahkan bisa bermain bersama dengan pro player kita.” Ujar Richard di saat peresmiannya. Para pengunjung yang ingin melihat dan berinteraksi langsung di sini bisa membayar harga tiket masuk (HTM) sebesar Rp19.900. HTM tersebut berlaku untuk satu hari penuh, dari mulai buka (jam 10 pagi) sampai tutup (jam 10 malam).

TEAMnxl yang sekarang punya 3 divisi kompetitif, CS:GO, Hearthstone, dan Mobile Legends ini, juga akan mengadakan berbagai event di NXL Esports Center nantinya. Tak lupa juga mereka pun punya NXL Angels yang berisikan sejumlah gamer girls cantik jelita. Jadi, buat para jomlo, kalian bisa next level kepo dengan mengunjungi NXL Center (ketimbang hanya sekadar stalking di media sosial).

NXL Angels. Dokumentasi: Hybrid
NXL Angels. Dokumentasi: Hybrid

NXL Esports Center ini juga merupakan bagian dari program Sinar Mas Digital Hubs, seperti Techpolitan yang beberapa waktu lalu baru diresmikan. Sinar Mas Digital Hubs adalah usaha mereka untuk menumbuhkan ekosistem digital Indonesia dari berbagai lini. Sinar Mas sendiri juga merupakan salah satu dari grup konglomerasi terbesar di Indonesia, seperti Salim Group ataupun grup GDP (Djarum).

Lalu, bagaimanakah rencana ke depan Sinar Mas di esports; mengingat dua grup konglomerasi Indonesia tadi sudah lebih dulu terjun? Apakah mereka juga akan memulai bisnis lain di esports? Irawan HarahapGroup CEO Associate Sinar Mas Land dan Digital Hub Project Leader Coordinator yang juga turut hadir dalam peresmian NXL Esports Center mengatakan bahwa saat ini mereka masih sedang dalam tahap penjajakan dan riset tentang industri esports. Jika mereka sudah yakin dengan peluang industri ini, mereka baru akan terjun ke esports lebih jauh.

Dokumentasi: Hybrid
Dokumentasi: Hybrid

Terakhir, NXL Esports Center mungkin memang implementasi dari konsep unik yang pertama di Indonesia. Namun, tak dapat dipungkiri, lokasinya mungkin lebih mudah dijangkau untuk para gamer di sekitar BSD (ketimbang yang di Jakarta). Jadi, ramai atau tidaknya tempat ini bisa jadi sebuah tolak ukur baru tentang pasar gamer / esports di sekitar BSD dan seberapa jauh para fans esports rela bepergian demi bertemu idola ataupun berkumpul bersama komunitasnya.

Managing Director WeWork Asia Tenggara Turochas “T” Fuad / DailySocial

Resmikan Kehadirannya di Jakarta, WeWork Bangun Dua Coworking Space

Fokus pada ekspansi layanan, WeWork yang merupakan coworking space asal Amerika Serikat meresmikan kehadirannya di Indonesia. Coworking space WeWork yang saat ini telah tersebar di 242 lokasi, 71 kota dan di 21 negara di seluruh dunia, secara khusus menyiapkan investasi sebesar $500 juta untuk ekspansinya di Asia Tenggara dan Korea.

Khusus untuk Indonesia, WeWork langsung membangun dua coworking space yang terletak di Revenue Tower kawasan SCBD dan Sinarmas MSIG Tower. Kepada media Managing Director WeWork Asia Tenggara Turochas “T” Fuad mengungkapkan, saat ini baru Jakarta yang disambangi oleh WeWork, dan belum ada rencana untuk mendirikan coworking space di luar Jakarta. Rencananya WeWork akan mulai beroperasi berturut-turut pada kuartal ketiga 2018.

“Dengan teknologi dan pilihan layanan yang kami miliki, kami optimis bisa menyediakan tempat kerja yang lengkap untuk startup hingga enterprise.”

Turochas yang juga memiliki coworking space bernama Spacemob, sebuah startup berbasis di Singapura, telah diakuisisi oleh WeWork bulan Agustus 2017 lalu. Tidak disebutkan berapa nilai akuisisi ini. Disinggung apakah adanya kolaborasi, sinergi hingga pergantian nama Spacemob menjadi WeWork, Turochas menegaskan tidak ada perubahan usai akuisisi dilakukan.

“Tidak ada rencana adanya sinergi antara Wework dan Spacemob. Masing-masing berjalan sendiri meskipun saat ini Spacemob sudah diakuisisi oleh Wework,” ungkap Turochas.

Keunggulan lebih WeWork

Mengedepankan kolaborasi dan interaksi bagi para anggota, pendekatan khas WeWork dalam pengelolaan komunitas juga bakal diterapkan di Jakarta. WeWork menyediakan Member Network App untuk berkolaborasi satu dengan yang lain secara virtual di mana WeWork juga mengintegrasikan dengan desain, teknologi, dan komunitas.

Fitur ini juga bisa mendorong pengalaman inklusif para member yang ditambahkan oleh jaringan global WeWork untuk perusahaan yang ingin merambah Indonesia.

Mengklaim tidak ingin bersaing dengan pemain coworking space lokal, Turochas menyebutkan dengan pengalaman dan cabang yang tersebar di berbagai negara, diharapkan bisa menjadi keunggulan dari WeWork. Nantinya bagi anggota WeWork di Indonesia, bisa melakukan pemesanan ketika sedang berada di negara lokasi WeWork berada. Keunggulan tersebut diklaim merupakan keuntungan lebih bagi seluruh anggota WeWork.

“Kami telah memperkerjakan pegawai lokal yang nantinya akan mengelola WeWork di Indonesia,” kata Turochas.

Sudah ada startup hingga korporasi yang bakal menempati coworking space WeWork. Di antaranya adalah Bizzy, Chope, DataOn, PolicyPal, Rekanext, StashAway, dan Wantedly.

Disinggung apakah ada perjanjian khusus dengan Sinarmas, Turochas menyebutkan sejauh ini Sinarmas hanya sebagai landlord dan mitra. Meskipun ada salah satu startup yang didanai oleh Sinarmas yaitu Bizzy, yang akan menempati salah satu ruangan WeWork di gedung Sinarmas.

“Hubungan kami dengan Sinarmas hanya sebagai mitra saja. Nantinya WeWork akan berbagi revenue dengan Sinarmas yang berfungsi sebagai pemilik gedung,” kata Turochas.

Mengenai Peluang dan Tantangan Ekonomi Kreatif Indonesia di Tahun 2017

Bekraf secara khusus didirikan pemerintah untuk fokus memajukan ekonomi kreatif Indonesia. Pemerintah sadar betul akan potensi ekonomi kreatif yang diyakini akan perlahan-lahan mendominasi jadi sumber pendapatan negara. Agar dapat terus bergerak ke arah sana, maka dari itu perlu kerja sama nyata antara pemerintah, swasta dan pelakunya itu sendiri. Namun seperti apa langkahnya?

Dalam diskusi panel yang diadakan Plug and Play Indonesia bertajuk “Indonesia Creative Economy 2017”, menghadirkan berbagai pembicara dari ketiga pelaku. Mulai dari Ricky J Pesik selaku Wakil Kepala Bekraf, Mari Pangestu (Mantan Mendag), Gandi Sulistiyanto (Managing Director Sinarmas), Aloysius Budi (Chief Human Capital Dev Astra Intl), dan Dino Patti Djalal (Mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat).

Dari sisi Bekraf, Ricky menegaskan bahwa saat ini Indonesia perlu meluruskan lagi pemahaman mengenai ekonomi kreatif. Dari ranah kementerian dan lembaga (K/L) rupanya ekonomi kreatif itu bersinggungan dengan 27 K/L, oleh karenanya perlu pemetaan tugas kembali agar tidak saling tumpang tindih.

Untuk mendukung hal tersebut, saat ini Bekraf bersama K/L lainnya sedang dalam tahap penyusunan regulasi yang menggantikan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2009 Tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, terhitung sudah resmi tidak berlaku lagi sejak 2015.

Selain itu, Ricky mengungkapkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah pemerintah lainnya dalam rangka mendukung ekonomi kreatif lewat pengembangan startup. Misalnya mengevaluasi atau membuat regulasi baru yang mendukung aktivitas industri.

“Dari kacamata pemerintah untuk dukung ekonomi kreatif adalah mengevaluasi ulang sejumlah regulasi lama atau melahirkan regulasi baru yang lebih adaptif. Menurut saya startup itu sangat memerlukan dukungan regulasi yang jelas karena mereka lahir akibat perubahan yang cepat,” ucap Ricky, kemarin (8/3).

Sementara dari sisi swasta, Aloysius Budi mengatakan bahwa saat ini Astra mulai concern untuk bekerja sama dengan startup untuk bergabung dalam Astra Digitalization Program. Hal ini dimaksudkan agar terjadi akselerasi bisnis Astra lewat inovasi yang ditawarkan dari para startup.

Begitupula dengan Sinarmas, Gandi Sulistiyanto menambahkan perhatian Sinarmas kepada startup terlihat dari pendirian Sinarmas Digital Ventures (SMDV) dan bergabung menjadi anggota Plug and Play Indonesia. Menurutnya, dengan menjadi member dapat memberi akses kepada Sinarmas untuk menambah jaringan startup-startup yang berpotensi akan diincar Sinarmas untuk diinvestasikan.

Involvement dari swasta itu penting untuk keberhasilan startup. Pasalnya mereka juga membutuhkan mentor, sementara bagi kami perlu menghubungkan diri dengan startup untuk akselerasi bisnis. Ini jadi solusi win-win,” terang Gandi.

Sedangkan dari sisi Mari Pangestu dan Dino Patti, mereka hanya memberi masukan untuk startup agar dapat lebih kompetitif ke depannya. Mari bilang, bahwa startup diharuskan untuk dekat dengan industri. Tujuannya agar startup dapat memberikan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi industri.

Tak hanya itu, Mari juga menekankan pada pentingnya kemampuan untuk manajemen bisnis startup. Menurutnya, ide yang baik belum tentu akan berjalan sukses bila manajemennya tidak tepat.

Dino pun sepakat dengan ucapan Mari. Dino mengatakan bahwa startup tidak boleh memiliki pola pemikiran nasionalisme sempit. Hal ini, lanjutnya, masih ditemukan dalam kampus di Indonesia yang menganggap penggunaan bahasa asing sebagai kapitalisme.

“Jargon seperti ini tidak bisa membuat mereka bersaing setelah keluar dari kampus. Ekonomi kreatif itu mengenai bagaimana Anda bersikap nasionalisme terbuka, jangan tertutup. Penguasaan bahasa asing itu sangat diperlukan saat berbisnis,” pungkas dia.

MyRepublic Masuki Pasar Penyedia Layanan Internet Indonesia

MyRepublic hadir di Indonesia dengan akses Internet berkecepatan tinggi dan berharga terjangkau / DailySocial

MyRepublic yang menjadi idola penyedia layanan Internet di Singapura kini merambah negara tetangga dengan meluncurkan layanannya di Indonesia. Pertama kali dikabarkan e27, dalam situsnya yang sudah tersedia dalam bahasa Indonesia MyRepublic mengklaim sudah tersedia di sejumlah provinsi, meski baru beberapa kota. Harga yang ditawarkan cenderung fantastis jika dibandingkan layanan pesaing.

Continue reading MyRepublic Masuki Pasar Penyedia Layanan Internet Indonesia

Batista Harahap Joins Ardent Labs Indonesia as the VP of Research and Development

Batista Harahap, the former Urbanesia’s Chief Innovation Officer and Icehouse Corp’s Lead Engineer, becomes one of the first recruit of Ardent Labs Indonesia. Tista, that’s what he’s usually called, will be the company’s VP of Research and Development, one of strategic positions at this IT think thank.

Continue reading Batista Harahap Joins Ardent Labs Indonesia as the VP of Research and Development