Tag Archives: sistem audio

LG Singkap Lini Soundbar Baru yang Dibekali Kecerdasan Buatan

Kecerdasan buatan merupakan salah satu istilah terpopuler di industri teknologi saat ini, meski banyak orang mungkin tak benar-benar memahami maksudnya. Di bayangan khalayak awam, AI memungkinkan perangkat/layanan berpikir layaknya manusia. Tapi secara teknis, ia hanyalah hasil dari pemrograman yang kompleks. AI kini jadi daya tarik utama di berbagai produk, termasuk sistem audio baru LG.

Di penghujung bulan Desember 2019 kemarin, LG sempat menyingkap lini soundbar anyar yang mengusung ‘AI Room Calibration’. Waktu itu, produsen belum menjelaskan secara rinci fitur tersebut, hanya bilang bahwa mereka berupaya menerapkan kemampuan machine learning dan sejumlah sistem terkait ke beragam produk audionya. Selain kecerdasan buatan, soundbar lagi-lagi turut menjagokan teknologi Dolby Atmos serta DTS:X.

Soundbar LG SN11RG.

Barulah di ajang CES 2020 LG mengungkap lebih detail apa itu AI Room Calibration. Sederhananya, AI Room Calibration ialah sistem yang mampu menyesuaikan karakteristik suara soundbar LG secara otomatis agar pas dengan tipe lingkungan ia berada. Berbekal kecerdasan buatan, soundbar bisa mengenal dan menganalisis nada, kemudian menilai dimensi ruangan dan melakukan penyesuaian secara akurat.

Melengkapi AI Room Calibration, LG tak lupa mencantumkan beragam kemampuan esensial, misalnya: Konektivitas dengan dukungan Dolby TrueHD dan audio beresolusi tinggi, Google Assistant yang memungkinkan kita melakukan perintah suara, dan kompatibilitas ke sistem rumah pintar serta produk-produk berkapabilitas LG ThinQ. LG juga menyediakan rangkaian speaker surround wireless opsional jika Anda menginginkan output suara lebih menyeluruh.

Soundbar LG 2

Dalam menggarap soundbar-soundbar premium ini, LG kembali berkolaborasi bersama Meridian Audio demi menghadirkan teknologi seperti Bass and Space – gunanya adalah mendongkrak suara-suara berfrekuensi rendah sembari memperlebar jangkauan audio (soundstage). Kemudian ada pula Image Elevation, yang diklaim dapat membuat output terdengar lebih nyata dengan cara ‘mengangkat’ suara vokal dan instrumen-instrumen utama.

LG soundbar juga menyimpan sistem onboard yang berfungsi untuk meningkatkan mutu audio terkompresi berkualitas rendah (via metode upscale) seperti MP3 atau dari layanan streaming dengan bit-rate rendah hingga ‘mendekati level studio’.

Soundbar LG 3

Perlu diketahui bahwa tak semua fitur di atas hadir di seluruh lini produk LG soundbar 2020. Meski demikian, dukungan Dolby Atmos and DTS:X bisa ditemukan di hampir seluruh model. Sejauh ini LG belum mengumumkan anggota keluarga soundbar 2020 secara lengkap, baru memperkenalkan SN11RG sebagai varian flagship serta SN9YG. Selain itu, belum ada pula konfirmasi soal waktu ketersediaan dan harga.

Via Digital Trends.

NZXT Perkenalkan Ekosistem Produk Audio Perdana Mereka

Didirikan Johnny Hou di 2004, NZXT memulai kiprahnya sebagai produsen case PC, kemudian memperlebar bisnisnya ke ranah penyediaan solusi pendingin, motherboard, unit power supply, hingga aksesori serta sistem pencahayaan LED. Produk-produk NZXT memang sengaja dipasarkan ke gamer, namun ditakar dari aspek kelengkapan, mereka mungkin belum bisa menyamai kompetitor seperti Corsair.

Di minggu ini, perusahaan hardware PC asal Los Angeles itu kembali memperluas portofolio produk melalui peluncuran perangkat audio pertamanya. NZXT menyuguhkannya sebagai ‘ekosistem’, terdiri dari headphone stereo AER, pusat pengendali suara MXER dan stand untuk menaruh headset, STND. Melihat dari cara penyajiannya, NZXT tampaknya mengambil metode penyajian sistem audio secara tradisional.

NZXT AER 2

Mari kita bahas headphone AER terlebih dulu. NZXT menyediakan dua pilihan headset, yaitu varian standar yang dirancang buat mengisolasi suara serta tipe AER Open Headset, menjanjikan fleksibilitas dalam dan ‘kejernihan akustik’. Kedua model mempunyai penampilan hampir serupa (ada rangkaian lubang di sisi luar AER Open Headset) dengan tema minimalis dan bersih. Konstruksinya terbilang konvensional: dua housing speaker ber-earcup over-ear tersambung ke sebuah headband, kemudian terdapat bantalan empuk di sisi dalam.

NZXT AER 1

Yang istimewa dari headset AER adalah struktur semi-modularnya. Bagian microphone serta kabel dapat kita pindahkan sesuai keinginan, dari housing speaker kanan ke kiri atau sebaliknya. Kompatibilitas juga menjadi aspek andalan NZXT AER. Kedua headphone tersebut siap menemani Anda ber-gaming di perangkat apapun, baik itu PC, console PlayStation 4, Xbox One maupun Nintendo Switch.

NZXT AER 3

Selain pemanfaatan desain closed-back dan open-back, saya tidak melihat adanya perbedaan signifikan di sisi spesifikasi dari masing-masing headset. Mereka sama-sama dibekali driver 40mm, mampu mereproduksi suara di rentang frekuensi 20Hz sampai 50KHz, memiliki sensitivitas 90dB +/- 4dB (closed-back) dan 88dB +/- 4dB (open-back), serta mempunyai bobot 291-gram.

NZXT AER 4

Unit mixer-nya sendiri menyimpan DAC Wolfson (24-bit, 96kHz). Ketika MXER dikoneksikan ke STND, output suara secara otomatis akan dipindahkan dari speaker ke headset apapun yang tersambung ke MXER. Selain itu, mixer ditopang oleh fitur Nahimic 7.1 surround sound, lalu Anda bisa mudah mengatur serta mengelola input suara di mic dan audio permainan.

Belum diketahui kapan rencananya NZXT akan mulai memasarkan AER, MXER dan STND – namun mungkin akan dilakukan di waktu dekat. Unit headphone dibanderol US$ 130 (baik varian closed– maupun open-back), mixer dijajakan seharga US$ 100, lalu stand ditawarkan di harga US$ 50. Tersedia pilihan warna hitam atau putih untuk semua jenis produk, plus ungu khusus buat AER closed-back. Saat artikel ini ditulis, gerbang pre-order juga belum dibuka.

Sistem Audio Ini Tidak Melibatkan Speaker Sama Sekali Guna Memangkas Bobot Mobil

Penggunaan material seperti serat karbon selama ini menjadi salah satu solusi andalan pabrikan otomotif untuk memangkas bobot mobil yang dikembangkannya. Namun menurut pemasok komponen otomotif asal Jerman, Continental, cara lain bisa dengan merombak sistem audio dalam mobil.

Buah pemikiran mereka adalah sistem audio bernama Ac2ated Sound. Tidak seperti sistem audio pada umumnya, Ac2ated sama sekali tidak melibatkan speaker. Sebagai gantinya, suara justru disalurkan melalui permukaan interior, kurang lebih dengan cara kerja yang sama seperti biola.

Kunci dari sistem rancangan Continental ini adalah beberapa actuator yang disembunyikan di balik panel interior. Komponen berukuran kecil ini pada dasarnya mirip seperti inti dari sebuah speaker, dan tugasnya adalah menghasilkan getaran kecil untuk kemudian disebarkan lewat permukaan interior.

Ac2ated Sound

Continental bilang kalau sistem ini bisa bekerja tanpa perlu mengganti panel interior dengan material khusus. Yang paling krusial justru adalah penempatannya. Sebagai contoh, actuator yang disembunyikan di balik pilar A diyakini ideal untuk menghasilkan frekuensi tinggi, sedangkan panel instrumen dan pintu untuk frekuensi sedang, lalu langit-langit kabin untuk frekuensi rendah.

Continental juga bilang pengalaman yang disuguhkan cukup mirip dengan berada di ruangan besar. Kendati demikian, sistem ini tidak luput dari potensi masalah, seperti misalnya ketika penumpang menyandar ke pintu, yang bisa berakibat pada suara yang teredam.

Namun manfaat utama dari Ac2ated Sound adalah bagaimana sistem ini dapat memangkas sekitar 90% bobot sistem audio tradisional. Hal ini dinilai penting buat pabrikan yang menggarap mobil elektrik, yang umumnya harus mengalokasikan cukup banyak porsi bobot mobil untuk modul baterai.

Continental memang masih memerlukan beberapa tahun lagi untuk mematangkan teknologi ini. Namun mereka berencana untuk mendemonstrasikannya di ajang CES pada awal tahun depan.

Sumber: Wards Auto dan Continental.

Dengan Hub by Ekko, Output Suara dari Satu Sumber Bisa Diteruskan ke Beberapa Perangkat Sekaligus

Sistem audio multi-room yang dipopulerkan oleh Sonos terbukti sanggup mengubah arah industri perangkat audio secara menyeluruh. Kini tidak sedikit pabrikan audio lain yang mengikuti jejak Sonos dengan meluncurkan lini sistem multi-room-nya sendiri. Namun bagi para konsumen, masalahnya hanya satu: kalau mereka ingin menikmati sistem ini, mereka harus berinvestasi pada perangkat baru, dan move on dari perangkat lamanya.

Tidak seperti smartphone atau tablet, speaker keluaran beberapa tahun yang lalu belum tentu lebih jelek kualitas suaranya daripada yang baru dirilis bulan kemarin. Hal inilah yang kerap menjadi dasar mengapa konsumen terkadang enggan meninggalkan perangkat lamanya demi berpindah ke ekosistem baru besutan Sonos atau pabrikan lainnya.

Namun sekarang ada solusi unik jika Anda hendak menikmati sistem multi-room menggunakan perangkat lawas. Bernama Hub by Ekko, perangkat ini pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk mengirim output suara dari satu sumber menuju ke beberapa perangkat yang berbeda.

Hub terdiri dari dua komponen. Unit utamanya bertindak sebagai pemancar sinyal nirkabel. Unit ini Anda colokkan ke perangkat sumber audio, misalnya TV atau smartphone. Lalu komponen yang kedua, yang disebut dengan istilah Sound Puck dan berbentuk bulat pipih, bertindak sebagai penerima sinyal dan meneruskannya ke speaker, headphone atau earphone.

Hub by Ekko

Sederhananya, dari satu TV saja, output suara bisa dibagi ke empat headphone yang berbeda, yang masing-masing tersambung ke komponen Sound Puck tadi. Hal ini berarti setiap pengguna headphone akan mendengarkan konten audio yang sama yang berasal dari TV, akan tetapi dengan volume atau equalizer yang bisa diatur sesuai seleranya masing-masing.

Sistem unik ini bisa dimanfaatkan untuk menciptakan sistem multi-room dari speakerspeaker lama. Semisal Anda sudah punya beberapa speaker yang tersebar di berbagai ruangan di dalam rumah, Anda tinggal menyambungkan masing-masing ke Sound Puck, lalu semuanya akan menghasilkan output suara yang sama yang berasal dari satu sumber.

Semua pengaturan bisa diakses dari aplikasi pendamping Hub di perangkat mobile. Aplikasi ini juga menawarkan akses ke sejumlah layanan streaming musik maupun fitur unik seperti membatasi volume pada suatu Sound Puck yang dipakai oleh anak-anak.

Hub by Ekko

Masing-masing Sound Puck punya daya tahan baterai sekitar 4,5 jam nonstop. Untuk mengisi dayanya kembali, tinggal tancapkan saja Sound Puck di unit utama Hub yang tersambung dengan adapter, dan charging secara nirkabel akan segera berlangsung. Soal kualitas audio, unit utama Hub telah dilengkapi dengan chip DAC yang sanggup mengolah audio dengan resolusi Hi-Res, alias 24-bit 96 kHz.

Untuk sekarang, Hub by Ekko baru bisa dipesan melalui situs crowdfunding Kickstarter. Ada dua varian yang ditawarkan: Hub ($229) yang mencakup empat Sound Puck dan Hub Mini ($159) dengan dua Sound Puck. Sound Puck-nya sendiri nanti bakal dijual secara terpisah; satu unit Hub bisa meneruskan output audio hingga ke 10 Puck sekaligus.

Mangkir dari Ranah Portable, Astell & Kern Perkenalkan Sistem Audio All-In-One Perdananya

Kalau Anda gemar mengikuti perkembangan perangkat audio, besar kemungkinan Anda mengenal nama Astell & Kern. Buat yang belum tahu, brand ini sangat dikenal akan lini perangkat portable music player-nya yang super-premium. Tidak jarang produk besutan Astell & Kern ini disebut-sebut sebagai iPod-nya para audiophile. Continue reading Mangkir dari Ranah Portable, Astell & Kern Perkenalkan Sistem Audio All-In-One Perdananya

Canggih dan Modular, Sistem Audio Ini Sangat Fleksibel

Kalau Anda mengikuti perkembangan industri audio, besar kemungkinan Anda mengenal nama Sonos. Sonos adalah sebuah pabrikan audio yang memopulerkan konsep multi-room, dimana Anda bisa mendirikan sebuah sistem hiburan aural dengan menempatkan sejumlah speaker di berbagai ruangan. Continue reading Canggih dan Modular, Sistem Audio Ini Sangat Fleksibel

Ford Explorer Platinum 2016 Usung Sistem Audio Premium Racikan Sony

Untuk sebagian orang, sistem audio bukan termasuk pertimbangan penting dalam membeli mobil baru. Mereka oke-oke saja dengan sistem audio standar yang menjadi paket bawaan mobil tersebut. Continue reading Ford Explorer Platinum 2016 Usung Sistem Audio Premium Racikan Sony

SOUNDglasses Akan Lindungi Mata dan Membuat Kita Tetap Waspada

Berkat perangkat mobile, berkomunikasi dan mengakses konten hiburan kini semudah membalikkan telapak tangan. Pasang headset, dan lakukan yang kita mau. Tapi sadarkah Anda, semua kemudahan itu menyimpan potensi bahaya besar? Dengan menjejalkan earphone ke kuping saat berkendara atau bersepeda, kita seolah-olah menonaktifkan indra pendengaran. Continue reading SOUNDglasses Akan Lindungi Mata dan Membuat Kita Tetap Waspada

Smartphone Modular Project Ara Bisa Jadi Akan Didukung Teknologi Audio Sennheiser

Konsep smartphone modular tampaknya bukan lagi sesuatu yang berada ‘di luar jangkauan’. Dengan Google menjadi salah satu otak di belakangnya, Project Ara terbukti memancing nama-nama besar lain untuk berpartisipasi di dalamnya. Belum lama lalu, terdengar kabar bahwa perusahaan audio asal Jerman, Sennheiser, mengumumkan kerja samanya dengan Phonebloks. Continue reading Smartphone Modular Project Ara Bisa Jadi Akan Didukung Teknologi Audio Sennheiser