Tag Archives: SKALA

SMEPack dan X3labs Dapatkan Pendanaan dari SKALA by Innovation Factory

Indonesia dengan populasinya yang besar dan lanskap digital yang berkembang merupakan market yang menarik bagi startup inovatif, khususnya di industri teknologi. Program Akselerator SKALA by Innovation Factory memberikan dukungan dan panduan aktif untuk membantu startup dalam mengembangkan bisnis. SKALA adalah program akselerator pre-seed pertama di Indonesia yang berfokus pada metrik dan pertumbuhan.

Tahun ini, dua startup mendapatkan pendanaan strategis, pendampingan, dan dukungan bisnis dari SKALA yang tidak hanya melayani ekspansi tetapi juga pengembangan produk inti yang kuat dan bisnis yang berkelanjutan.

Berikut highlight top 2 Founders Spotlight by SKALA Accelerator Program:

Kini UKM Indonesia dapat terhubung ke pasar global HASSLE-FREE dengan SMEs Pack.

Didirikan pada tahun 2020 oleh Hendriansyah, SMEs Pack merupakan startup yang merevolusi bisnis UKM dengan mengatasi masalah supply chain dan distribusi. Agregator perdagangan B2B ini beroperasi di Asia Tenggara, Timur Tengah, dan Australia menghubungkan UKM dengan pembeli langsung untuk menawarkan harga yang transparan dan kuantitas yang berkelanjutan.

Hendriansyah berasal dari Jepara, yang dikenal dengan industri furniturnya. Di sanalah Ia menyaksikan daya saing industri furnitur melalui perusahaan ekspor furnitur orang tuanya di mana pengalaman ini memicu semangat untuk mendukung dan memberdayakan UKM.

Ia menyadari potensi dan bakat luar biasa yang ada dalam bisnis ini, tetapi juga memahami tantangan yang mereka hadapi terhadap perusahaan yang lebih besar dan lebih mapan. Maka dari itu muncullah keinginan untuk membuat platform yang dapat memberikan sumber daya, panduan, dan peluang jaringan untuk membantu mereka berkembang dalam persaingan ini.

Dengan memberdayakan UKM dan membina lingkungan yang kolaboratif, SMEs Pack bertujuan untuk berkontribusi pada pertumbuhan dan kesuksesan bisnis ini, tidak hanya di Jepara tetapi juga di daerah lain.

Menjelajahi Pasar Crypto untuk mendefinisikan kembali Manajemen Aset Digital dengan x3Labs

X3labs adalah perusahaan finance yang berfokus pada pasar crypto yang berkembang pesat di Asia Tenggara. Didirikan pada tahun 2019 oleh Daniel Suwahjo, Willbert, dan Dendito, startup inovatif ini menawarkan platform manajemen aset digital untuk membantu bisnis mengelola aset kripto mereka secara efektif. Selain itu, X3labs menyediakan kartu fisik aman yang dilengkapi
dengan fitur keamanan tingkat militer untuk menyimpan aset crypto.

Perusahaan juga menawarkan layanan manajemen kekayaan, memungkinkan individu menghasilkan pendapatan dari aset kripto mereka. Kisah di balik X3labs dimulai sebagai tanggapan atas skandal cryptocurrency yang signifikan
pada tahun 2022, yang mengakibatkan kebangkrutan beberapa platform terkenal.

Pada saat itu, cryptocurrency mendapatkan popularitas luar biasa karena pendekatan barunya terhadap layanan keuangan dan para pendiri terinspirasi oleh janjinya untuk memberikan kebebasan finansial dan akses ke produk keuangan yang sebelumnya tidak tersedia. Namun, optimisme mereka hancur ketika mereka kehilangan tabungan hidup mereka karena salah urus dan risiko yang terkait dengan platform tepercaya yang telah mereka investasikan secara pribadi.

Peristiwa yang menghancurkan ini menyoroti perlunya solusi perbankan yang dapat dipercaya dan terdesentralisasi dalam industri crypto. Oleh karena itu, tim pendiri mulai membuat platform yang akan memberikan pemberdayaan dan keamanan finansial yang dijanjikan.

Mengurai testimoni founder startup yang berhasil lepas landas melalui program inkubator/akselerator startup

Mengoptimalkan Keikutsertaan Founder dan Startup di Program Inkubator

Program inkubator atau akselerator masih akan relevan saat ini, khususnya bagi startup tahap awal yang tengah memvalidasi bisnisnya. Faktanya banyak pertumbuhan startup dimulai dari sana. Di Indonesia, beberapa nama seperti Payfazz, Halofina, Privy, dan Storial merupakan jebolan dari program tersebut dengan penyelenggara berbeda-beda.

Banyak hal yang bisa jadi “takeaways” bagi founders – tentu ini bukan sekadar berbicara modal awal yang umumnya disalurkan melalui program ini. Untuk memberikan gambaran apa saja yang bisa didapat founder ketika bergabung di program inkubator, DailySocial mencoba mengumpulkan beberapa testimoni dari berbagai sumber.

Mematangkan ide bisnis, peluang kolaborasi awal

Cerita ini datang dari Founder & CEO PrivyID Marshall Pribadi. Program inkubator yang diikutinya adalah Indigo besutan grup Telkom. Ia mengatakan, keterlibatannya di inkubator menciptakan lingkungan yang tepat bagi pengembangan ide dan konsep bisnis startupnya.

“Ide PrivyID ini konsep awalnya berupa digital identity. Dengan platform PrivyID, pengguna tidak lagi harus isi formulir pendaftaran lagi untuk apply apapun, contohnya asuransi, kartu kredit, buka rekening bank, dan lain-lain. Biasanya, setiap kali mendaftar sesuatu, pengguna harus berulang kali mengisi data diri seperti nama, alamat, tanggal lahir, dan sebagainya. Untuk tanda tangannya dapat dilakukan secara digital. Ide seperti ini, di tahun 2015, masih asing,” ujarnya.

Marshall melanjutkan, dengan masuk program inkubator Indigo, PrivyID tidak hanya mendapatkan investasi awal, tetapi juga berhasil memperoleh klien pertama dan ide yang berharga. Saat mentoring, ia mendapatkan saran mengenai username PrivyID yang disusun dari kombinasi 2 huruf inisial nama dan 4 digit nomor telepon genggam.

“Adanya Telkom Indonesia sebagai klien pertama juga membuat PrivyID lebih dipercaya oleh perusahaan-perusahaan lain yang ingin memanfaatkan layanannya,” ungkapnya.

Kesuksesan tetap ditentukan oleh founder

Selain pembelajaran dari mentor berpengalaman, keuntungan lain yang bisa didapat dari keikutsertaan startup di program inkubator/akselerator adalah memperluas jaringan ke ekosistem. Penyelenggara program umumnya memiliki platform yang menghubungkan antara startup, investor, atau stakeholder lain yang berpeluang untuk kolaborasi, termasuk dengan sesama startup lain. Hal ini turut dirasakan Co-Founder & CEO Halofina Adjie Wicaksana.

Adjie dan startupnya tergabung di program GK-Plug and Play Indonesia. Menurutnya, manfaat sebuah program pengembangan bisnis seperti ini akan sangat tergantung pada tingkat partisipasi founder. Untuk itu, sebelum memulai program (bahkan mendaftar), pastikan founder punya target capaian yang jelas – apa yang ingin mereka optimalkan melalui program ini. Apakah mencari investor, mendapatkan mentor, mematangkan produk, atau lainnya.

Set our own target expectation. Pada akhirnya, program akselerator adalah sebuah fasilitas. Kita sendiri yang perlu melakukan berbagai upaya untuk memaksimalkan kesempatan tersebut. Melakukan goal setting di awal akan membantu kita meraih hasil optimal dari program tersebut,” ujar Adjie.

Mengoptimalkan keikutsertaan

Startup pengembang platform publikasi konten kreatif Storial juga sempat mengikuti program akselerator Skala. Co-Founder & CEO Steve Wirawan mengatakan, keikutsertaannya di program tersebut memberikan banyak pembelajaran, termasuk mengenai pengembangan produk, membangun tim yang efisien, menentukan prioritas, dan perluasan jaringan bisnis. Hadirnya mentor berpengalaman begitu dirasakan manfaatnya.

Always be hungry to learn. Unlearn what you’ve already known, drop all the assumptions that was already built in your mind and re-learn. Selalu memiliki rasa ingin tahu dan minta akses ke banyak network untuk diperkenalkan,” ujar Steve memberikan kiatnya.

Soal effort founder di program inkubator ini juga diamini Marshall. “Jika ingin optimal dalam mengikuti program inkubator, jangan berpikir bahwa dengan masuk inkubator semuanya akan diberikan dari mentor hingga investasi. Inkubator ada untuk menyediakan environment yang sesuai untuk ide bisnis yang dimiliki.”

Founder atau startup sendirilah yang harus bisa tumbuh dan berkembang melalui lingkungan yang disediakan. Selain itu, menurut Marshall, jangan pula meremehkan kebaikan-kebaikan dari orang yang ditemui.

Memilih program yang pas

Makin berkembangnya ekosistem startup di Indonesia – khususnya terkait minat anak muda untuk menjadi founder startup – ditanggapi baik para penyelenggara program inkubator. Para penyelenggara tersebut hadir dari berbagai kalangan, mulai dari korporasi, media, pemodal ventura, hingga institusi lainnya. Latar belakang tersebut kadang memberikan diferensiasi antar program.

Program IDX Incubator yang diprakarsai Bursa Efek Indonesia misalnya, mendesain programnya untuk startup yang berminat go public atau IPO. Beda lagi dengan Mandiri Digital Incubator yang digawangi perusahaan perbankan dan mendampingi startup di bidang keuangan. DSLaunchpad, yang dihadirkan DailySocial, secara khusus memfasilitasi para founder (terutama di luar Jawa) untuk bisa mengikuti program mentorship secara online. Ada juga Simona Ventures yang disajikan khusus untuk founder perempuan.

Meskipun demikian, biasanya memiliki aktivitas-aktivitas umum yang sama, seperti bimbingan dengan pakar dari industri, networking, hingga membagikan sumber daya. Spesialisasi tadi bisa menjadi tambahan pertimbangan founder untuk memilih sebuah program inkubator/akselerator. Apalagi saat ini terbuka akses bagi pelaku startup Indonesia untuk bergabung dengan program global, misalnya Y Combinator, Google Launchpad Accelerator, Surge, dan lain-lain.

Sudah ada sejumlah penyelenggara program inkubator/akselerator startup di Indonesia. Beberapa yang masih aktif di antaranya adalah:

Nama Program Penyelenggara Situs Web
Digitaraya Digitaraya https://digitaraya.com/
DSLaunchpad DailySocial https://dailysocial.id/dslaunchpad
GK-Plug and Play Gan Kapital, Plug and Play Indonesia https:/plugandplaytechcenter.com/indonesia/
GnB Accelerator Pegasus Tech, Infocom Corporation https://gnb.ac/
IDX Incubator Bursa Efek Indonesia http://idxincubator.com/
Indigo Creative Nation Telkom Group http://indigo.id/
Kolaborasi Kolaborasi https://kolaborasi.co/
Mandiri Digital Incubator Mandiri Capital Indonesia https://mandiri-capital.co.id/en/mandiri-digital-incubator/
Skala Innovation Factory, Strive https://joinskala.com/
Simona Ventures Digitaraya http://simona.ventures/
Skystar Ventures Universitas Multimedia Nusantara, Kompas http:/skystarventures.com/
Synergy Bank Central Asia https://synrgy.id/
Xcelerate Gojek https://www.gojek.com/gojekxcelerate/

Melalui Teknologi, Produk Perawatan Kulit Lokal “Callista” Hadirkan Personalisasi untuk Pelanggannya

Callista adalah merek produk perawatan kulit lokal yang dirilis sejak tahun 2016. Menyediakan varian produk seperti serum, tooner, mask, sunscreen, celansing dan lain sebagainya. Selain Indonesia, mereka juga telah miliki konsumen dari Malaysia, Filipina dan Hong Kong.

Dibandingkan dengan merek produk serupa lainnya, ada yang unik dari Callista. Mereka mengoptimalkan platform teknologi untuk mengakselerasi bisnis.

“Kami memiliki layanan analisis kulit dan personal beauty assistant yang mempermudah pelanggan untuk mendapatkan paket produk yang dipersonalisasi sesuai dengan masalah dan jenis kulit mereka,” jelas Co-Founder & CEO Callista Ryan Narendra.

Ketika awal memulai bisnis, Callista cuma andalkan media sosial Facebook dan Instagram untuk memasarkan dan menjual produk – atau dikenal dengan social commerce—bahkan saat itu mereka belum memiliki situs jualannya sendiri seperti sekarang. Tim juga manfaatkan WhatsApp untuk terhubung dengan pelanggan, memberikan bantuan konsultasi perawatan kulit.

Seiring dengan meningkatnya jumlah pelanggan, platform media sosial dan aplikasi pesan yang digunakan jadi kurang efisien untuk memberikan pelayanan, karena prosesnya sangat manual. Tak jarang beauty assistant –tim pakar perawatan yang ditunjuk—kewalahan, padahal bisa berimplikasi pada hilangnya prospek pembelian.

“Dari sana kami membuat platform Skin Analysis yang diperkuat dengan AI agar konsumen bisa mendapatkan rekomendasi produk secara langsung, tanpa menunggu dibalas secara manual oleh beauty assistant. Saat ini fitur tersebut bisa diakses melalui situs resmi Callista,” terang Ryan.

Hingga saat ini, dengan bantuan teknologi yang dimiliki, mereka telah berhasil merangkul sekitar 32 ribu konsumen dan mengelola sekitar 150 ribu data analisis kulit.

Teknologi untuk personalisasi produk

Diketahui bersama, produk yang serupa diproduksi Callista sangat banyak di pasaran, bahkan datang dari brand besar kelas dunia. Indonesia memiliki potensi pasar yang luar biasa untuk produk perawatan dan kecantikan. Menurut data yang dihimpun Statista, tahun 2020 keuntungan dari bisnis tersebut diproyeksikan mencapai US$7,288 juta dan akan terus meningkat dari tahun ke tahun.

Proyeksi keuntungan di pangsa pasar produk kecantikan dan perawatan di Indonesia / Statista
Proyeksi keuntungan di pangsa pasar produk kecantikan dan perawatan di Indonesia / Statista

Menyadari hal itu, Ryan dan tim memutuskan pendekatan personalisasi agar diminati pengguna, salah satunya dengan layanan konsultasi tadi. Model bisnis itu dilakukan sejak awal berdiri, dari yang manual hingga sekarang semi-otomatis.

“Untuk memastikan produk memiliki dampak yang baik, biasanya setiap bulan beauty asisstant kami akan melakukan follow up melalui untuk melihat kemajuan dan melakukan optimalisasi pada paket perawatan selanjutnya kepada tiap pelanggan,” lanjut Ryan.

Pengembangan varian produk dan model bisnis Callista juga masih akan terus dilanjutkan. Jika di tahun-tahun sebelumnya mereka fokus melakukan distribusi produk online, tahun ini akan mulai memperkuat kanal offline melalui “beauty ambassador”. Sederhananya seperti program reseller, membuka peluang bagi pebisnis mikro untuk ikut menjualkan produk-produknya. Sistem manajemennya, tetap masih andalkan platform digital.

“Berdasarkan pengalaman kami, orang akan lebih yakin membeli produk perawatan kulit apabila direkomendasikan oleh teman/keluarganya yang sudah pernah menggunakan dan mendapatkan hasil yang memuaskan,” ujar Ryan.

Dapatkan dukungan dari program akselerasi bisnis

Shinta Priantika Sari dan Ryan Narendra
Founder Callista Shinta Priantika Sari dan Ryan Narendra / Callista

Selain Ryan, ada Shinta Priantika Sari yang juga sebagai co-founder Callista. Ia memiliki latar belakang studi bidang kesehatan di Universitas Indonesia dan telah berpengalaman 8 tahun di bidang perawatan kulit. Ryan sendiri latar belakang pendidikannya di bidang teknologi dan bisnis, sejak lulus dari Queensland University of Technology.

Sejak awal berdiri, Callista berjalan secara bootstrapping, hingga pada awal tahun ini mereka menerima pendanaan pre-seed dari program akselerator SKALA. Saat ini Callista juga tengah bergabung dalam program serupa yang diinisiasi oleh Gojek, yakni Xcelerate.

NusaTalent to Build Up Team and Aquire Users After Seed Funding

NusaTalent, a tech company connecting fresh graduate with hiring companies, has graduated from SKALA accelerator program of Strive and Innovation Factory. After receiving seed funding from Salim Group, NusaTalent is to use it for team building and user acquisition.

Steven Gouw as the Co-founder said, after its launching in 2018, they had a promising improvement, in terms of registered fresh graduates or the partnered companies. The user growth is said to reach tens of thousands.

“We’ve partnered up with over 200 companies in Jabodetabek and 50 universities more to this August. It works well as we’re organizing some activities, such as seminar and digital job fair,” he added.

He mentioned as digital job fair becoming one of the on-demand events in university for adopting the paperless concept, without having to bring printed CV and application letter, it’s considered practical and efficient.

“We adopt the paperless concept so that during the job fair, the applicants may download, register, complete the profile and apply through the company QR Code. Each company will do the follow up after the digital job fair ended,” he added.

Almost a year goes by, NusaTalent still striving for business growth. They just graduate from SKALA accelerator program and receive fresh funding from Salim Group. The experience and investment are to be used for a better and bigger team to support business growth.

“The raised funding is to be focused on a bigger team on business and technology, also make a commitment to reach more universities in all over Indonesia. In the future, NusaTalent will keep forming good connections with thousands of companies for better recruitment ecosystem. It also to help fresh graduates to meet their first job. They also have a commitment to help universities in observing their graduates career,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
NusaTalent mendapat pendanaan dari Salim Group setelah lulus program akselerator SKALA

Peroleh Pendanaan Tahap Awal, NusaTalent Perkuat Tim dan Jangkau Lebih Banyak Pengguna

NusaTalent, perusahaan teknologi yang mengusung konsep menghubungkan lulusan baru atau fresh graduate dengan perusahaan, telah lulus dari program akselerator SKALA besutan Strive dan Innovation Factory. Pasca perolehan dana segar dari Salim Group, NusaTalent menggunakannya untuk memperkuat tim dan mengakselerasi pertumbuhan pengguna.

Co-founder Steven Gouw menyebutkan, setelah diluncurkan pada tahun 2018 silam mereka mengalami perkembangan yang cukup menjanjikan, baik dari segi fresh graduate yang mendaftar maupun dari perusahaan yang bekerja sama. Ia mengklaim pertumbuhannya mencapai puluhan ribu pengguna.

“Kami telah bekerja sama dengan lebih dari 200 perusahaan di daerah Jabodetabek dan lebih dari 50 perguruan tinggi sampai bulan Agustus ini. Kerja sama yang kami lakukan dengan perguruan tinggi di Indonesia berjalan dengan baik karena kami sering sekali mengadakan kegiatan seperti semiar dan juga digital job fair,” terang Steven.

Ia melanjutkan, digital job fair menjadi salah satu acara yang paling banyak diminati oleh perguruan tinggi karena membawa konsep paperless, atau tidak membutuhkan pelamar mencetak CV dan surat lamaran, sehingga dinilai lebih praktis dan mudah.

“Kami mengusung tema paperless job fair, jadi yang terjadi pada saat job fair adalah pencari kerja atau jobseekers hanya tinggal download, registrasi, mengisi profil dan tinggal apply melalui QR code yang sudah disediakan di perusahaan. Lalu follow up akan dilakukan oleh perusahaan setelah digital job fair ini berakhir,” imbuhnya.

Hampir satu tahun berjalan, NusaTalent terus mengupayaan pertumbuhan bisnisnya. Mereka baru saja lulus dari program akselerator SKALA dan mendapatkan suntikan dana segar dari Salim Group. Pengalaman dan investasi ini akan dimanfaatkan NusaTalent untuk membentuk tim yang lebih baik dan lebih besar demi menunjang pertumbuhan bisnis perusahaan.

“Pendanaan yang didapatkan ini akan difokuskan untuk membentuk tim yang lebih besar dalam bidang bisnis dan teknologi serta berkomitmen untuk menjangkau lebih banyak perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Ke depannya, NusaTalent akan terus menjalin relasi yang baik dengan ribuan perusahaan serta ratusan perguruan tinggi untuk mencapai ekosistem rekrutmen yang baik. Serta membantu lulusan baru atau fresh graduates untuk mendapatkan pekerjaan pertamanya. Nusatalent juga berkomitmen untuk membantu perguruan tinggi untuk memantau perjalanan karir lulusannya,” tutup Steven.

Application Information Will Show Up Here
SKALA digagas Innovation Factory dan STRIVE (sebelumnya bernama GREE Ventures). Membuka pendaftaran program akselerator batch kedua

Program Akselerator SKALA Batch Kedua Resmi Dibuka

Dirasa cukup sukses dengan program akselerator batch pertama, Skala kembali dibuka untuk batch kedua. Program investasi tahap awal ini memakai metrik dan pertumbuhan sebagai landasannya. Saat ini Skala sudah menanamkan modal senilai Rp437 juta masing-masing untuk enam alumni startup pada angkatan pertama yang dipilih dari 400 lebih peserta. Mereka antara lain Atenda (penyedia manajemen HRD), Storial (platform berbagi cerita), Magalarva (produksi pakan ternak dan pengolah limbah), Calista (dermatologis online), NusaTalent (platform pencarian kerja untuk fresh graduate), dan Noompang (komunitas berbagi tumpangan).

Untuk angkatan kedua ini Skala akan memilih 15 startup. Jika sebelumnya Skala mendapatkan 5% dari investasi yang diberikan untuk angkatan kedua ini mereka akan memberikan Rp700 juta untuk 8% saham. Term sheet Skala akan terbuka secara publik dan dapat diakses oleh siapapun, dengan demikian founder akan memiliki seluruh informasi yang mereka butuhkan sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam program.

“Melihat antusiasme yang sangat besar di program pertama, kami terdorong untuk bisa melatih dan membimbing lebih banyak perusahaan startup di angkatan kedua ini. Indonesia memiliki banyak sekali founder berkualitas dengna produk dan layanan yang inovatif,” terang Program Head Skala Agustiadi Lee.

“Namun, mereka sering menghadapi tantangan untuk mengembangkan bisnis karena belum memiliki cukup pengalaman atau pengetahuan terkait dunia startup. Karena itulah kani ingin membimbing mereka sejak awal melalui program mentorship intenshif selama 20 minggu. Kami merasa itu jenjang waktu yang tepat untuk mengakselerasi sebuah perusahaan rintisan,” lanjutnya.

Program Skala digagas oleh Innovation Factory dan Strive (sebelumnya dikenal dengan GREE Ventures). Nantinya startup yang berpartisipasi akan dilatih untuk menjabarkan metrik utama dan tujuan bisnis yang ingin dicapai selama program berlangsung. Skala saat ini juga didukung oleh jaringan mentor profesional yang berpengalaman di bidang masing-masing. Seperti CEO Popbox Adrian Lim, Co-founder Bukalapak Fajrin Rasyid, dan masih banyak lainnya.

Pendaftaran akan dibuka sampai dengan 9 Agustus 2019. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan Skala dalam memilih startup antara lain tim founder yang memiliki keahlian dan pemahaman yang mendalam untuk pasar di Indonesia, startup yang sudah melakukan customer development dan telah menguji produk mereka di pasar, bukan perusahaan yang baru tahap ide, dan yang terakhir akan menjadi poin plus jika startup telah melakukan riset pasar atau MVP dengan market traction.

Berlandaskan Metrik dan Mentorship, Innovation Factory dan GREE Ventures Meluncurkan SKALA

Kolaborasi Innovation Factory dan GREE Ventures Hadirkan Program Akselerasi “SKALA”

Innovation Factory, sebuah inisiatif berbasis komunitas yang memiliki BLOCK71 Jakarta sebagai ecosystem builder bagi startup di Indonesia, meluncurkan program akselerasi untuk startup SKALA yang menggandeng perusahaan modal ventura GREE Ventures. GREE Ventures selama ini telah berinvestasi kepada di berbagai perusahaan teknologi Indonesia, seperti Bukalapak, Kudo, BerryBenka, Luxola, dan Pie. Nantinya program akselerasi ini akan fokus kepada startup yang sudah mendapatkan traksi pasar dan melewati proses minimum viable product (MVP).

Kepada DailySocial, Program Manager SKALA Agustiadi Lee mengungkapkan, dukungan komunitas Innovation Factory dan keahlian GREE Ventures yang dibungkus program BLOCK71 diharapkan bisa menjadi program akselerasi yang dapat membantu startup berkembang.

“Kedua organisasi ini dapat melengkapi satu sama lain. Kami memiliki pandangan yang sama bahwa ada celah di program akselerasi yang ada di Indonesia sehingga masuk akal bagi kami untuk bekerja sama membangun program kami sendiri, yaitu program yang berfokus pada metrik bisnis dan mentorship,” kata Agustiadi.

Berikan modal awal Rp437 juta

Terinspirasi fokus dan pendekatan Y Combinator, secara khusus program akselerasi ini tidak hanya melirik startup Indonesia, namun startup asing yang dinilai memiliki potensi dan model bisnis yang menarik, bisa mendaftarkan diri untuk menjadi peserta program. Bagi startup yang berhasil masuk, SKALA akan langsung menanamkan modal awal sebesar USD30.000 (Rp437 juta) untuk 5% ekuitas.

Di akhir program, Demo Day akan dilaksanakan agar startup bisa memberikan presentasi di hadapan investor terpilih. GREE Ventures juga bisa memilih untuk menanamkan modal dalam startup yang telah menunjukkan potensi besar selama program dan menaati tesis investasi GREE Ventures.

“Agenda kedua pihak melalui SKALA adalah untuk pengembangan ekosistem startup di tanah air. Kami ingin mencari dan membimbing pendiri startup berkualitas yang memiliki produk yang hebat namun memiliki kesulitan dalam pengembangan bisnis,” kata Agustiadi.

Kategori binaan

Terkait kategori startup yang menjadi incaran SKALA, Agustiadi menegaskan program ini terbuka untuk semua startup. Meskipun demikian, saat ini SKALA fokus ke startup yang menyasar di bidang agritech, logistik, healthtech, edtech, O2O, media, dan fintech.

“Kami juga terbuka untuk startup internasional selama mereka memiliki solusi untuk memecahkan permasalahan mendasar di Indonesia. Idealnya yaitu startup yang memiliki pemahaman mendalam tentang permasalahan di Indonesia dan memiliki tim yang solid,” kata Agustiadi.

Partner lainnya yang terlibat dalam program ini adalah Direktur Innovation Factory dan CEO PopBox Adrian Lim, Head of Startup Ecosystem AWS Indonesia Budiman Wikarsa, Investment Manager GREE Ventures Samir Chaibi, dan Principal GREE Ventures Nikhil Kapur.

“Kebanyakan akselerator berfokus mengumpulkan startup, lalu hanya membantu mereka mencari modal usaha. Kami percaya bahwa jika membangun perusahaan dengan cara yang tepat di pasar yang cukup besar, modal akan datang dengan sendirinya. Kami juga memperhatikan sekeliling kami dan melihat tidak adanya program lain yang melakukan ini di Indonesia, jadi kami memutuskan untuk berkolaborasi untuk proyek kami sendiri,” kata Nikhil.