Tag Archives: Skill Academy

Preemployment Cards and Opportunity for Edutech Startups to Validate Business

It is officially stated on the Employee Ministry’s site that the Preemployment Card is the government’s program for working competence development aimed at job seekers, layoff sufferers, or employees in need of skill improvements. Every cardholder will receive funds accordingly. It will be available to access any workshop/coaching through certain partners.

The notion is, as quoted from the official site, thee government partners with loads of digital startups as a place to “exchange” incentives through the Preemployment Card with various forms of coaching.

As the latest news arrived, the government is said to increase the budget for the Preemployment Card Program from Rp10 trillion to Rp20 trillion. The value added to each participant also increased to Rp3,550,000, including Rp1,000,000 available to disburse for the coaching session, Rp600,000 per month for 4 months as completing the coaching session, and Rp150,000 as employment survey incentives.

“The Preemployment Card is to train them for workplace. However, they have to complete some trainings. It’s not like unemployment benefit, but prepare them for job market,” Minister of Research & Technology / BRIN, Bambang Brodjonegoro said.

The participation of many digital platforms in the Preemployment Card development is quite freshening. First, the trust starts to grow, from the government to the citizens, and the transactions from participants can encourage business growth, improve the quality, and show off to the public.

An opportunity for edtech startups to validate business

MauBelajarApa and SkillAcademy, with Tokopedia, Bukalapak, Pintaria, SekolahMu, and Pijar Mahirm are some of the government’s selected platforms for the Preemployment Card program.

MauBelajarApa’s Founder, Jourdan Kamal told DailySocial, the Presidential Staff Office has contacted their team in the mid of last year. The government is said to be looking for a platform that provides training,  MauBelajarApa comes up because of their concept matches the needs of the government.

MauBelajarApa is an e-commerce-like online platform, especially for training for both online and offline.

Simply put, the agreement was made, the government and MauBelajarApa decided to collaborate and make MauBelajarApa one of the platforms where the beneficiary cards received their training.

“Furthermore, [the mechanism] is more for us to do business as usual. The only difference is the classes for Preemployment Card must be approved and curated by the government. Once it has been approved, the beneficiary cardholders will be directed to our landing page maubelajarapa.com/karturprakerja to join the approved classes,” Kamal said.

Currently, MauBelajarApa provides approximately 1000 classes each month, both offline and online, with a total of 20,000 users.

Meanwhile Ruangguru, a rising education technology startup, is also involved in providing training for the beneficiaries of the Preemployment Card through one of their services, Skill Academy. Slightly different from MauBelajarApa, Skill Academy offers a wide variety of choices online.

“The appointment and announcement of the Skill Academy as an official partner of the Preemployment Card program is a great honor for us. It has been our mission in Ruangguru to be able to facilitate access to lifelong education. Skill Academy is launched as a business unit in Ruangguru that focuses on helping professionals and potential employees to improve their skills in order to get relevant to the needs of today’s industry,” Ruangguru’s Co-Founder, Iman Usman said.

This is the right time for startups in the education sector to prove that they are ready to be the leading platform to improve the skills of the Indonesian people.

Other educational startups, for example those specifically focused on languages ​​such as Cakap and Bahaso, Hacktiv8 for technological solutions, and others can also take this opportunity.

With the number of beneficiaries reaching 5.6 million people, this could be the right time to contribute to the country while proving that edtech in Indonesia is qualified enough to be a learning choice.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Inisiatif kartu prakerja ini bisa jadi salah satu ajang startup pendidikan membuktikan diri, dari kualitas layanan maupun kualitas konten

Kartu Prakerja dan Kesempatan Startup Pendidikan Buktikan Diri

Di situs resmi Kemenaker disebutkan bahwa Kartu Prakerja merupakan program pemerintah untuk pengembangan kompetensi kerja yang ditujukan untuk para pencari kerja, pekerja yang terkena PHK, atau pekerja yang membutuhkan peningkatan kompetensi. Setiap pemegang kartu ini bakal disuntik dana secara bertahap. Dana ini nantinya harus digunakan untuk mengakses pelatihan melalui mitra yang ditunjuk.

Menariknya, dikutip dari situs resminya, pemerintah menggandeng banyak statup digital sebagai tempat untuk “menukarkan” insentif yang ada di dalam Kartu Prakerja dengan beragam bentuk pelatihan.

Kabar terbaru, pemerintah disebut akan menaikkan anggaran untuk Program Kartu Prakerja ini yang semula Rp10 triliun menjadi Rp20 triliun. Nilai manfaat yang diterima peserta juga meningkat, totalnya mencapai Rp3.550.000 dengan rincian Rp1.000.000 hanya bisa dicairkan untuk biaya pelatihan, Rp600.000 per bulan selama 4 bulan untuk insentif penuntasan pelatihan, dan Rp150.00 untuk insentif survei kebekerjaan.

“[Kartu] Prakerja itu menyiapkan mereka agar bisa masuk ke lapangan kerja. Tapi harus ikut pelatihan dulu. Jadi bukan unemployment benefit, tapi benar-benar menyiapkan orang ke pasar kerja,” terang Menristek / BRIN Bambang Brodjonegoro.

Keikutsertaan banyak platform digital di dalam pelaksanaan program Kartu Prakerja ini sedikit banyak membawa angin segar. Pertama perkara kepercayaan yang mulai tumbuh, mulai dari pemerintah dan perlahan-lahan ke masyarakat, dan yang kedua transaksi dari penerima manfaat ini bisa jadi momen yang tepat untuk mendorong pertumbuhan bisnis, memperbaiki kualitas dan show off untuk lebih dikenal dengan baik masyarakat luas.

Kesempatan startup edtech buktikan diri

MauBelajarApa dan Skill Academy, bersama dengan Tokopedia, Bukalapak, Pintaria, SekolahMu, dan Pijar Mahir, adalah platform yang dipilih pemerintah sebagai tempat para penerima manfaat Kartu Prakerja untuk memilih pelatihan yang mereka minati.

Founder MauBelajarApa Jourdan Kamal berkisah, pihaknya dihubungi Kantor Staff Presiden pada pertengahan tahun lalu. Pemerintah disebut mencari sebuah platform yang menyediakan pelatihan, MauBelajarApa menjadi salah satu yang dihubungi karena konsep yang diusung cocok dengan kebutuhan pemerintah.

MauBelajarApa merupakan platform online semacam e-commerce, khususnya untuk pelatihan, baik yang diselenggarakan secara online maupun offline.

Singkat cerita kesepakatan terjalin, pemerintah dan MauBelajarApa memutuskan untuk berkolaborasi dan menjadikan MauBelajarApa sebagai salah satu platform tempat para penerima manfaat Kartu Prakerja mendapatkan pelatihannya.

“Jadi [mekanismenya] lebih ke kita menjalankan bisnis seperti biasa saja. Cuma yang berbeda kelas-kelas yang buat Kartu Prakerja harus di-approve sama kurasi dulu oleh pemerintah. Jadi kalau sudah di-approve, nanti orang-orang pemegang Kartu Prakerja diarahin ke landing page maubelajarapa.com/karturprakerja untuk ikut kelas-kelas yang sudah di-approve tadi,” cerita Jourdan.

Saat ini MauBelajarApa menyediakan kurang lebih 1000 kelas tiap bulannya, dalam bentuk offline maupun online, dengan total pengguna 20.000.

Sementara itu Ruangguru, startup teknologi pendidikan yang sedang naik daun, juga terlibat dalam penyediaan pelatihan bagi penerima manfaat Kartu Prakerja ini melalui salah satu layanan mereka, Skill Academy. Sedikit berbeda dengan MauBelajarApa, Skill Academy menyediakan berbagai macam pilihan kursus dalam bentuk online.

“Penunjukan dan pengumuman Skill Academy sebagai mitra resmi Kartu Prakerja adalah kehormatan yang amat besar bagi kami. Sudah menjadi misi kami di Ruangguru untuk bisa memudahkan akses terhadap pendidikan seumur hidup. Skill Academy kami luncurkan sebagai unit usaha di Ruangguru yang fokus membantu profesional dan calon pekerja untuk bisa meningkatkan kompetensinya agar bisa relevan dengan kebutuhan industri saat ini,” ujar Co-Founder Ruangguru Iman Usman.

Ini adalah waktu yang tepat bagi startup di sektor pendidikan membuktikan bahwa mereka siap menjadi alternatif untuk meningkatkan keterampilan masyarakat di Indonesia.

Startup pendidikan lainnya, misalnya yang memiliki fokus khusus bahasa seperti Cakap dan Bahaso, Hacktiv8 untuk solusi teknologi, dan lainnya juga bisa mengambil kesempatan ini.

Dengan jumlah penerima manfaat mencapai 5.6 juta orang, hal ini bisa jadi waktu yang tepat untuk berkontribusi terhadap negara sambil membuktikan edtech di Indonesia sudah cukup mumpuni untuk jadi pilihan belajar.

Skill Academy Ruangguru

Ruangguru Rilis Skill Academy, Layanan Belajar untuk Tingkatkan Keterampilan Profesional

Startup edtech Ruangguru merilis Skill Academy, yakni sebuah platform belajar online yang berisi materi-materi seputar peningkatan kemampuan profesional. Misalnya membahas strategi penjualan, kiat melakukan presentasi, hingga memahami investasi.

Disajikan berbayar, setiap konten dibuat oleh para pakar. “Kami mengajak pekerja profesional di industri untuk mengikuti proses penyaringan yang berlapis agar dapat memastikan kredibilitas pengajar. Materi pembelajaran dikembangkan bersama dengan tim content research & development yang kami miliki,” ujar Manager Skill Academy Pretty Kusumaningrum.

Sejak diluncurkan awal September 2019, sudah ada 40 mentor yang tergabung ke Skill Academy. Jumlah tersebut masih akan terus ditambah, seiring dengan antusias pengguna terhadap platform. Untuk memudahkan akses, dalam waktu dekat aplikasi juga diluncurkan – saat ini baru ada versi web.

Ingin jadi “top of mind” solusi belajar

Pretty menceritakan mengenai latar belakang pengembangan produk baru ini. Ruangguru telah sukses menjadi edtech nomor satu di Indonesia, menyediakan aplikasi belajar untuk K-12 (tingkat sekolah dasar hingga atas). Namun dirasa penting bagi lulusan SMA/SMK untuk tetap melanjutkan belajar meningkatkan keahlian, agar memiliki daya saing tinggi saat mencari atau berada di lingkungan pekerjaan – Skill Academy ingin berperan di sini.

“Di sisi lain, ada pasar yang cakupannya 3x lebih luas dari yang sudah dilayani oleh produk Ruangguru, yakni pendidikan tinggi dan pekerja profesional. Hal ini menjadi sesuatu yang menguntungkan juga bagi usaha kami, ditambah dengan aspirasi kami untuk memberikan solusi terkait permasalahan pelatihan. Pada akhirnya, tujuan utama kami adalah menjadi platform top of mind yang bisa menyediakan solusi untuk segala kebutuhan pendidikan,” lanjut Pretty.

Ia turut menyampaikan pertimbangan yang membuat produk baru ini terpisah dari ekosistem aplikasi yang sudah ada. Target pasar Skill Academy dan Ruangguru memiliki kebiasaan yang berbeda dan bentuk materi pembelajaran yang tidak bisa digabung. Sehingga UI dan UX produk perlu disesuaikan (berdasarkan hasil user testing) agar lebih menarik dan nyaman untuk belajar.

Fokus pada pengalaman belajar

Sertifikat Skill Academy
Contoh sertifikat belajar yang didapatkan setelah menyelesaikan kelas

Skill Academy dirilis untuk menghadirkan fleksibilitas belajar bagi kalangan dewasa yang cenderung sibuk. Mereka bisa belajar kapan pun, di mana pun. Kualitas materi menjadi salah satu yang dijanjikan.

Menanggapi pertanyaan dengan diferensiasi dengan platform lain, Pretty menyampaikan “Pengalaman pembelajaran yang luar biasa. Kami memformulasikan cara belajar digital yang efektif, dengan kombinasi video interaktif, infografis, dan metode assessment yang dapat mengukur kemajuan pengguna. Kami sudah melakukan testing sejumlah pengguna dan mendapatkan feedback yang memuaskan.”

Selain itu ia juga mengatakan tentang “best value of money”, setelah mendaftar dan berlangganan di suatu kelas, pengguna akan mendapatkan akses seumur hidup dan sertifikasi bagi yang berhasil menyelesaikan.

Selain Skill Academy, sebelumnya sudah ada startup yang menawarkan platform belajar untuk kalangan profesional. Termasuk RevoU yang fokus pada pendidikan teknologi, Bahaso yang mulai merambah materi di luar pembelajaran bahasa, hingga Udemy yang telah resmikan kehadiran di Indonesia.