Tag Archives: skuter listrik

Peluncuran kembali skuter listrik GrabWheels di Kementerian Perhubungan.

Mengukur Prospek Sesungguhnya Bisnis Skuter Listrik di Indonesia

Bisnis penyewaan skuter listrik atau e-scooter kembali menemukan momentum setelah regulasi yang mengaturnya terbit. Satu hal yang paling penting dari penerbitan regulasi tersebut adalah pemerintah menjamin keberadaan skuter listrik dan penggunaannya.

Regulasi mengenai skuter listrik termaktub dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 45 Tahun 2020 tentang Kendaraan Tertentu Dengan Menggunakan Penggerak Motor Listrik. Regulasi itu terbit pada pertengahan Juni lalu. Grab mungkin satu dari sekian pihak yang paling menyambut satu regulasi ini.

Grab merambah bisnis penyewaan skuter listrik sejak Mei 2019 dengan nama GrabWheels. Sejak diluncurkan di area Jabodetabek, GrabWheels berhasil mencuri perhatian banyak orang. Skuter listrik mereka kerap terlihat di mana saja. Namun sebuah kecelakaan yang menewaskan dua pengguna GrabWheels di akhir tahun lalu memaksa Grab menghentikan layanan skuter listriknya untuk sementara.

Lahir kembali

Berbulan-bulan setelah kejadian nahas tersebut, Grab kini meluncurkan ulang GrabWheels. Mereka menggelar peluncuran kembali itu bersama dengan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi. President Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menjelaskan sejumlah penyesuaian dilakukan guna memenuhi tuntutan standar regulasi.

Ridzki menjelaskan sekarang mereka menyiapkan station manager dan satgas khusus yang bertugas mengecek dan mengelola GrabWheels. Station manager bertugas mengelola unit GrabWheels termasuk melakukan disinfeksi, sementara satgas bertugas memastikan pengguna mematuhi protokol keamanan, keselamatan, dan kebersihan.

“Kami juga mendorong pengguna membawa helm serta menyediakannya di setiap titik akhir GrabWheels,” jelas Ridzki.

Ridzki memastikan saat ini pengoperasian kembali GrabWheels masih terbatas di tujuh lokasi di Jakarta dengan sekitar 200 unit skuter listrik. Lokasi itu di antaranya adalah kawasan Kuningan City, Lotte Shopping Avenue, Gedung BRI 2, Thamrin 10, Intiland Tower, Blok M Square, dan Blok M Mall. Sedangkan dari aspek tarif diganjar Rp10.000 per 30 menit.

Mencari potensi terbaik

Ridzki menegaskan bahwa sebagai alternatif transportasi, skuter listrik akan maksimal digunakan sebagai moda first mile dan last mile yang dapat berintegrasi dengan sistem transportasi yang sudah ada. Namun saat GrabWheels sedang ramai digunakan pada akhir tahun lalu sebagian pengguna memaanfaatkan skuter listrik itu untuk sarana rekreasi semata.

Grab tidak mengungkap secara detail rencana mereka dengan skuter listrik. Kembalinya mereka setelah berhenti beroperasi tentu ada alasannya. Melihat gigihnya mereka mempertahankan GrabWheels, bukan tak mungkin ada potensi yang cukup besar menanti di bisnis skuter listrik ini.

 

Di rumusan McKinsey, skuter listrik merupakan salah satu kendaraan kategori mikromobilitas. Mereka menangkap tren skuter listrik menciptakan potensi ekonomi yang tidak kecil. Pada 2019, McKinsey memperkirakan industri mikromobilitas bisa bernilai sekitar 300-500 miliar dolar AS hingga tahun 2030. Namun sejak pandemi menyerang, penggunaan mikromobilitas termasuk skuter listrik ini anjlok 50%-60%.

Head of Strategic MDI Ventures Aldi Adrian Hartanto mengamini bahwa regulasi menjamin penggunaan skuter listrik. Namun secara bisnis, sukses atau tidaknya skuter listrik menurutnya tak akan bisa dilihat dalam waktu yang singkat.

MDI Ventures adalah salah satu investor di startup yang khusus menyediakan jasa penyewaan e-scooter bernama Beam. Skuter listrik Beam sudah bisa ditemui di Malaysia, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru, dan Taiwan. Sejumlah lokasi di Jakarta sebenarnya sudah dapat ditemui e-scooter dari Beam. Namun khusus di sini, keberadaannya masih sebatas testing the water.

Aldi menyebut hal itu terjadi karena penggunaan e-scooter membutuhkan sejumlah kondisi. Infrastruktur jalan dan transportasi yang terintegrasi merupakan dua hal penting yang dapat mendukung penggunaan skuter listrik. Itu sebabnya Beam mengutamakan kota-kota padat penduduk di negara maju yang umumnya sudah memenuhi kedua kondisi tersebut.

“Kita melihat e-scooter potensinya itu untuk short distance mobility untuk jarak sekitar 3-5 kilometer yang punya infrastruktur bagus atau di bawah 3 kilometer yang enggak begitu bagus. Kita percaya ini jadi solusi kalau jalan kaki itu kejauhan tapi kalau naik ride hailing kemahalan,” imbuh Aldi.

Jakarta sebagai kota yang memiliki kriteria paling ideal bagi skuter listrik memang kian ramah bagi pengguna kendaraan non-bermotor. Dengan diperbolehkannya skuter listrik melintas di jalur sepeda, skuter dapat melintas di trek sepanjang 63 kilometer. Beberapa titik transportasi yang terintegrasi juga sudah muncul.

Mencari alternatif

Terlepas dari faktor pandemi, bisnis skuter listrik ini memang masih cukup berliku. Regulasi menyangkut keselamatan masih jadi isu utama. Namun di ujung lain, keberlanjutan bisnis penyewaan ini merupakan tantangan lain yang harus dilampaui para pemainnya.

Namun, menurut Aldi, masih ada use case alternatif yang bisa dijajal yakni menjadikan skuter listrik sebagai kendaraan rekreasi. Hal ini sudah terjadi pada GrabWheels saat mengalami puncak kepopulerannya tahun lalu.

Ia mencontohkan skuter listrik dapat diarahkan sebagai pilihan bagi para pelancong di area rekreasi seperti Monas. Aldi juga mengatakan pihak Beam masih mengkaji kemungkinan lain dengan menggandeng perkantoran yang memiliki area yang cukup luas. Maka dari itu ia yakin penggunaan skuter listrik akan membutuhkan waktu tidak sedikit di Indonesia.

“Kita sejauh ini melihatnya [butuh] long term di negara berkembang,” pungkasnya.

Hyundai Pamerkan Prototipe Skuter Elektrik Sebagai Solusi Transportasi Last-Mile

Skuter elektrik sedang naik daun belakangan ini. Bahkan pabrikan mobil sekelas Audi pun ikut memperkenalkan skuter elektrik buatannya. Sekarang, giliran Hyundai yang menarik perhatian lewat produk serupa.

Prototipe skuter elektrik ini merupakan kelanjutan dari konsep yang Hyundai perkenalkan di ajang CES dua tahun silam. Dirancang sebagai moda transportasi last-mile, skuter ini tergolong cukup portable, dengan bobot cuma 7,7 kilogram, dan dimensi yang jauh lebih ringkas ketimbang penawaran Audi saat sama-sama dalam posisi terlipat.

Dibanding konsep yang Hyundai ungkap di CES 2017, prototipe terbaru ini jauh lebih stabil dan aman untuk dikendarai. Ini dikarenakan versi barunya memakai sistem penggerak roda belakang. Roda depannya pun juga telah dilengkapi suspensi demi menambah kenyamanan.

Hyundai Electric Scooter

Di atas kertas, performa skuter elektrik ini cukup oke, dengan kecepatan maksimum 20 km/jam, serta baterai lithium berkapasitas 10,5 Ah, yang diestimasikan sanggup menyuplai daya yang cukup untuk menempuh jarak 20 kilometer dalam satu kali charge. Angka ini bahkan bisa semakin ditingkatkan apabila Hyundai berhasil menerapkan sistem regenerative braking.

Yang cukup menarik adalah metode charging-nya. Hyundai berencana mengintegrasikan skuter ini ke sejumlah mobil Hyundai dan Kia ke depannya. Mobil-mobil tersebut bakal memiliki tempat khusus untuk menyimpan skuter, dan selagi tersimpan, baterai skuternya akan otomatis terisi oleh energi listrik yang tercipta selagi mobil melaju.

Hyundai Electric Scooter

Saya membayangkan skenario penggunaan skuter ini sebagai berikut: konsumen berangkat kerja menggunakan mobilnya menuju ke kantor yang lokasinya selalu padat pengguna jalan. Daripada terjebak macet dan membuang waktu, konsumen bisa mencari tempat parkir umum beberapa blok dari kantornya, lalu lanjut menempuh perjalanan menggunakan skuter.

Pembeda utama antara skuter elektrik bikinan Audi dan Hyundai ini adalah, Audi sudah menetapkan banderol harga dan jadwal pemasaran untuk skuternya, sedangkan Hyundai belum. Kemungkinan Hyundai tidak berniat menjualnya ke publik secara umum, melainkan dalam bentuk opsi tambahan untuk sejumlah mobilnya.

Sumber: Hyundai.

Implementasi GrabWheels akan digulirkan ke komplek perkantoran, stasiun, kampus, hingga obyek wisata

Grab dan Sinar Mas Land Uji Coba Skuter Listrik GrabWheels di BSD City

Grab dan Sinar Mas Land merilis proyek uji coba skuter listrik GrabWheels di beberapa lokasi di BSD City. Ini adalah proyek perdana tindak lanjut kerja sama strategis antara kedua perusahaan sejak MoU di Maret 2019.

Executive Director Grab Indonesia Ongki Kurniawan menjelaskan, ada lima titik parkir dengan 50 unit skuter tersedia di lokasi ini. Pengguna dapat mencoba GrabWheels secara gratis selama masa uji coba hingga pertengahan tahun ini selama 30 menit.

Pada periode ini, perusahaan akan mengumpulkan data-data kebiasaan pengguna yang nantinya digunakan untuk perencanaan yang lebih baik. Misalnya, peletakan lokasi parkir yang diperbanyak atau diperluas, menentukan tarif, dan mencari lokasi baru untuk implementasi berikutnya.

“Senin kemarin (6/5) sebenarnya kita sudah soft launch dan animo cukup baik. Kita dapat pengguna hingga ratusan setiap harinya,” terang Ongki, Kamis (9/5).

Lokasi yang diperkirakan akan cocok untuk penerapan GrabWheels ini, sambungnya, seperti stasiun dengan tingkat kepadatan yang tinggi dan dekat dengan perkantoran, obyek wisata yang cukup luas, tempat tinggal, kampus, atau township juga dianggap menarik.

“Sinar Mas Land juga ada beberapa township lainnya, selain BSD City. Kita akan pantau pengembangan ke sana. Di obyek wisata itu sebenarnya ada kebutuhan mobilitas, dengan GrabWheels sifatnya menjadi entertaining. Sudah ada yang minta ke kita.”

Setelah GrabWheels, kedua perusahaan akan melanjutkan implementasi berikutnya untuk peluncuran Innovation Lab, pengembangan solusi lainnya di bidang konektivitas dan mobilitas.

Cara menggunakan GrabWheels

Untuk menggunakan skuter listrik ini, pengguna perlu mengunduh aplikasi GrabWheels versi beta melalui perangkat iOS dan Android. Setelah itu mengunjungi area parkir GrabWheels yang telah tersedia di lokasi terpilih di BSD City.

Pengguna dapat membuka kunci skuter listrik hanya dengan memindai barcode yang tersedia menggunakan aplikasi sebelum memulai perjalanan. Setelah pengguna sampai di lokasi yang dituju, aplikasi akan mengarahkan pengguna untuk mengembalikan skuter listrik ke tempat parkir terdekat.

Ongki membuka kemungkinan memperluas titik parkir dengan pihak ketiga, seperti minimarket. Nanti perusahaan akan membuat struktur model bisnis yang tepat untuk mereka.

“Untuk tempat parkir sebenarnya terbuka untuk pihak ketiga. Seperti di Singapura, kita bekerja sama dengan minimarket sebagai titik parkir GrabWheels.”

Pada kuartal ketiga tahun ini, GrabWheels segera tersedia di aplikasi Grab dalam bentuk tile sehingga pengguna tidak perlu mengunduh aplikasi tambahan.

Demi menjaga keselamatan pengguna, perusahaan memberikan edukasi perilaku berkendara yang aman melalui pesan langsung di aplikasi GrabWheels. Pengguna diwajibkan memakai helm sebagai kelengkapan berkendara.

Skuter diklaim didesain cukup aman dengan kecepatan maksimal 15 km per jam dan waktu charge yang singkat untuk menjangkau jarak hingga 40 km. GrabWheels sudah dilengkapi lampu apabila berkendara di malam hari.

“Setelah scan barcode, nanti di tiap skuter akan diberitahu waktu tempuh yang tersisa sehingga pengguna bisa tahu kapan harus di-charge,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Piaggio Segera Produksi Vespa Elettrica, Vespa Bermesin Listrik Pertamanya

Sebelum dunia melihat Harley-Davidson bertenaga listrik turun ke jalanan secara resmi, kita rupanya akan lebih dulu disuguhi dengan Vespa elektrik. Pasalnya, Piaggio baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka bakal mulai memproduksi skuter elektrik pertamanya secara massal di bulan September.

Bagi yang sudah lupa, tahun 2016 lalu Piaggio sempat menyingkap konsep skuter elektrik bernama Vespa Elettrica. Ketika itu mereka menargetkan bisa memproduksinya pada pertengahan tahun 2017, tapi ternyata meleset, dan detail mengenai Elettrica pun juga nyaris tidak ada, terlepas dari penampilannya yang mirip seri Primavera.

Sekarang, kita bisa mengenalnya secara lebih mendalam. Motor elektrik tipe brushless yang menenagainya sanggup menyemburkan daya kontinyu sebesar 2 kW (2,7 hp) dan daya puncak sebesar 4 kW (5,4 hp). Kecil memang, tapi torsinya disebut menembus angka 200 Nm, dan Piaggio cukup percaya diri menyebut performa Elettrica setara skuter dengan mesin berkapasitas 50 cc.

Vespa Elettrica

Bisa sengebut apa Eletrrica sayangnya masih belum diketahui, akan tetapi kalau untuk diajak bersantai, bakal ada mode “Eco” yang akan membatasi kecepatan maksimum di angka 30 km/jam saja. Well, siapa sih yang ngebut pakai Vespa? Pengguna skuter ini justru sengaja bergerak pelan-pelan untuk pamer, bukan?

Soal efisiensi daya, Elettrica dirancang untuk bisa menempuh jarak 100 kilometer dalam satu kali charge. Proses isi ulang baterainya sendiri memakan waktu sekitar 4 jam, dan charge cycle-nya berada di kisaran 1.000 kali, atau setara jarak tempuh 50.000 – 70.000 km (kurang lebih 10 tahun pemakaian mayoritas konsumen). Lebih dari itu, kapasitas baterainya bakal berkurang cukup signifikan.

Yang cukup menarik, Elettrica diklaim punya ruang penyimpanan di bawah jok yang bisa menampung sebuah helm, suatu hal yang tidak umum mengingat skuter elektrik biasanya memerlukan ruang yang cukup besar untuk baterainya. Lebih lanjut, Piaggio juga bakal menyematkan sejumlah fitur berbasis AI, dengan robot Gita sebagai inspirasinya.

Vespa Elettrica

Produksi mulai bulan depan itu baru untuk pasar Eropa, dan jumlahnya masih akan dibatasi. Untuk pasar Amerika Serikat dan Asia, Piaggio menargetkan tahun 2019. Banderol harganya belum diungkap, tapi Piaggio bilang harganya bakal berada di kelas Vespa high-end – di Indonesia, ada GTS 300 ABS yang dijual seharga Rp 109 juta.

Untuk pasar Indonesia, menurut saya yang bakal lebih cocok adalah Vespa Elettrica X, yakni versi hybrid bensin-listrik dari skuter yang sama yang juga akan diproduksi. Versi ini memiliki jarak tempuh cuma 50 km, tapi dengan bantuan mesin bensin kecilnya ia malah bisa menempuh jarak 200 km.

Sumber: Electrek dan Piaggio.

Skuter Elektrik Gogoro Tak Perlu Di-Charge, Cukup Lepas dan Ganti Saja Baterainya

Membicarakan tentang skuter elektrik memang tidak semenarik mobil elektrik, akan tetapi dalam beberapa tahun terakhir ada satu perusahaan yang mencuri perhatian di ranah ini berkat inovasi cerdasnya. Mereka adalah Gogoro, perusahaan asal Taiwan yang didirikan oleh mantan Chief Innovation Officer HTC, Horace Luke.

Inovasi cerdas yang saya maksud adalah baterai yang bisa dilepas-pasang, atau yang mereka sebut dengan istilah hot-swappable. Jadi ketimbang berhenti di suatu tempat untuk mengisi ulang baterai skuter, konsumen hanya perlu mendatangi GoStation, semacam vending machine di mana konsumen dapat menukar baterai kosong dengan yang sudah terisi penuh.

Alhasil, proses pengisian ulang skuter Gogoro sejatinya hanya memerlukan waktu sekitar 6 detik saja. Sejauh ini sudah ada 596 GoStation yang tersebar di berbagai titik di kampung halaman Gogoro. Konsumen bebas memilih semacam paket berlangganan dengan kuota baterai yang dibatasi atau benar-benar tanpa batas.

Gogoro S2

Belum lama ini, Gogoro mengungkap dua skuter elektrik baru, yakni Gogoro S2 dan Gogoro 2 Delight, yang didaulat sekelas skuter bensin 125cc. Keduanya sama-sama mengemas sepasang baterai 1,3 kWh yang dapat menempuh jarak hingga 110 km, dan ketika habis, tentu saja baterai ini bisa ditukar dengan yang baru di GoStation.

Perbedaannya ada pada performanya. S2 yang dibanderol lebih mahal mengusung motor elektrik berdaya 7,6 kW (10,2 hp), sanggup melesat dalam kecepatan tertinggi 92 km/jam. Yang istimewa, torsinya begitu besar (213 Nm), sehingga akselerasi dari 0 – 50 km/jam hanya membutuhkan waktu 3,9 detik saja. Siapa bilang skuter elektrik larinya seperti siput?

Gogoro 2 Delight / Gogoro
Gogoro 2 Delight / Gogoro

Gogoro 2 Delight di sisi lain adalah model yang lebih ‘ringan’, dengan motor 6,4 kW (8,6 hp) dan kecepatan maksimum 88 km/jam. Ukuran rodanya juga sedikit lebih kecil dengan velg 12 inci ketimbang 14 inci, sehingga turun-naik dari dan ke atasnya bisa dilakukan dengan lebih mudah.

Juga unik dari semua skuter Gogoro adalah kehadiran aplikasi pendamping di smartphone, yang dapat digunakan untuk mengakses beragam pengaturan skuter. Lebih lanjut, aplikasi ini juga berperan sebagai solusi anti-maling, di mana skuter hanya bisa dioperasikan ketika ponsel yang tersambung berada di dekatnya.

Gogoro 2 Delight

Sayangnya karena sangat bergantung dengan infrastruktur GoStation itu tadi, Gogoro belum bisa memasarkan skuter-skuternya di luar Taiwan. Padahal kalau dari segi harga, Gogoro terbilang kompetitif: S2 dihargai sekitar $2.055, sedangkan Gogoro 2 Delight sekitar $1.656.

Sumber: Electrek.