Pulsa penting di saat kondisi genting? Gunakan hanya pada layanan pinjam pulsa darurat Smartfren.
Sebagai provider Smartfren, kamu bisa menggunakan layanan ini untuk isi pulsa atau pinjam pulsa.
Pulsa ini nantinya akan dimasukkan ke dalam saldo utama. Artinya, kamu bisa menggunakannya untuk menelepon, mengirim SMS, dan membeli paket yang ditawarkan oleh Smartfren.
Pulsa yang dipinjam kemudian dilunasi dengan memotong pulsa setelah nantinya di isi kembali.
Bagaimana? Apakah kamu sudah tertarik? Yuk langsung ke layanan hebat dari Smartfren ini.
Apa Itu Pulsa Darurat Smartfren?
Pulsa darurat adalah layanan aplikasi pulsa Smartfren untuk pelanggan yang aktif menggunakan kartu prabayar Smartfren.
Besarnya pulsa tergantung dari seberapa aktif pengguna menggunakan kartu Smartfren, misalnya untuk isi ulang atau beli paket (nelpon, SMS, Internet).
Semakin sering kita bertransaksi, semakin besar peluang mendapatkan pulsa darurat dalam jumlah besar. Artinya, setiap pelanggan menerima jumlah kredit yang berbeda tergantung pada asuransi Smartfren.
Syarat Pinjam Pulsa Darurat Smartfren
Berikut syarat agar dapat meminjam pulsa darurat dari Smartfren.
• Program ini hanya untuk pelanggan kartu Smartfren prabayar.
• Program ini hanya berlaku untuk pelanggan yang telah menggunakan kartu Smartfren selama 3 bulan.
• Program pulsa darurat untuk pelanggan yang melakukan top up minimal 5 kali dalam 3 bulan terakhir.
• Penyedia layanan menggunakan sistem peringkat berdasarkan jatuh tempo tagihan masing-masing pelanggan.
• Biaya layanan berdasarkan nominal paket data atau pulsa Smartfren. Nasabah dapat melacak pinjaman kredit jika sudah lunas pada periode sebelumnya.
• Masa aktif dan nominal pulsa pulsa darurat Smartfren bertambah tergantung aplikasi.
• Pinjaman darurat hanya dapat dilunasi atau pinjaman darurat Smartfren dapat diambil dengan meningkatkan pinjaman.
Nominal Pinjam Pulsa Darurat Smartfren
Berikut nominal pengajuan pulsa darurat Smartfren yang berlaku.
• Pulsa Darurat Smartfren sebesar Rp 3.000 mendapatkan masa aktif 0 hari.
• Pulsa Darurat Smartfren sebesar Rp 4.000 mendapatkan masa aktif 0 hari.
• Pulsa Darurat Smartfren sebesar Rp 6.000 mendapatkan masa aktif 7 hari.
• Pulsa Darurat Smartfren sebesar Rp 8.000 mendapatkan masa akitf 7 hari.
• Pulsa Darurat Smartfren sebesar Rp 12.000 mendapatkan masa aktif 15 hari.
Cara Meminjam Pulsa Darurat Via SMS dan USSD
1. Cara pinjam pulsa darurat Smartfren lewat kode dial *505#
Pertama, pengguna bisa mengikuti cara pinjam pulsa darurat Smartfren dengan mudah lewat telepon.
Buka menu panggilan/call.
• Ketik *505#.
• Klik Call/Panggil.
• Pilih angka 1 untuk Pulsa.
• Pilih angka 1 untuk YA.
• Tunggu balasan pulsa darurat Smartfren.
2. Cara pinjam pulsa darurat Smartfren lewat menu pesan
Selanjutnya, ada cara pinjam pulsa darurat Smartfren lewat menu Pesan.
• Buka menu SMS/Message.
• Ketik PULSA.
• Kirim ke nomor 505.
• Tunggu SMS balasan berupa layanan pinjam pulsa darurat Smartfren.
• Ikuti petunjuk saat setuju dengan biaya pulsa darurat.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang meminjam paket darurat Smartfren, hubungi saja layanan Smarty di website resminya.
Itulah beberapa cara pinjam pulsa darurat Smartfren melalui SMS dan USSD dengan mudah dan nyaman.
Nomor smartfren banyak digunakan di handphone banyak orang sebagai nomor modem atau secondary number. Hal ini terkadang menyebabkan kamu tidak mengingat nomor Smartfren kamu sendiri. Tak perlu khawatir karena ada banyak cara cek nomor Smartfren yang bisa kamu pilih.
Mengetahui nomor Smartfren kamu sendiri berguna bagi kamu yang ingin mengisi pulsa atau paket data agar dapat digunakan kembali. Selain itu, kamu juga bisa memberikan nomor tersebut kepada orang lain agar lebih mudah dihubungi. Setelah mengetahui nomor Smartfren, kamu bisa langsung menyimpannya di catatan atau menyimpannya di smartphone kamu. Yuk simak di bawah ini cara cek nomor smartfren sendiri!
Cek Nomor Smartfren Via Dial Up
Kamu bisa mengetahui nomor Smartfren dengan sangat cepat hanya dengan menekan beberapa tombol di ponsel kamu.
Inilah cara dengan langkah-langkah yang sangat mudah:
• Ketik *995#
• Lalu lanjutkan dengan menekan tombol Ok / Yes.
• Tunggu sesaat, maka layar ponselmu akan menunjukkan berbagai informasi mengenai kartu Smartfren yang kamu gunakan, termasuk nomor kartu tersebut.
Cek Nomor Smartfren Via SMS
Ini adalah cara mudah dan nyaman bagi kamu untuk memverifikasi nomor smartfren tanpa membayar biaya apa pun untuk memverifikasi nomor smartfren kamu sendiri.
Yang harus kamu lakukan adalah mengirim SMS dengan format berikut:
• Ketik “INFO” pada layar ponselmu.
• Kirimkan ke nomor 995
• Tunggu beberapa saat, maka kamu akan segera mendapatkan SMS balasan dari operatormu. SMS ini akan memuat berbagai informasi mengenai kartu Smartfrenmu, termasuk nomor kartu yang kamu gunakan tersebut.
Cek Nomor Smartfren Via Aplikasi My Smartfren
Bagi kamu yang terbiasa menggunakan aplikasi praktis dan nyaman, Smartfren juga menawarkan layanan yang satu ini. Kamu dapat menggunakan aplikasi My Smartfren (mySF) untuk mengecek nomor Smarfren kamu dan berbagai kebutuhan lainnya.
Untuk menggunakan layanan ini dengan nyaman, kamu dapat mengikuti langkah-langkah sederhana ini:
• Download aplikasi My Smartfren/mySF pada ponselmu bisa melalui Google PlayStore dan AppStore dan pastikan aplikasi ini terpasang dengan benar, agar bisa kamu gunakan dengan nyaman.
• Buka menu utama pada aplikasi dan lakukan pendaftaran dengan cara mengisi semua kolom yang tersedia di sana. Isi semua data dengan benar, sehingga pendaftaran kamu bisa terverifikasi dengan baik.
• Jika pendaftaran kamu sudah terverifikasi, maka kamu sudah bisa membuka semua layanan aplikasi ini dengan mudah. Kamu bisa mengaksesnya untuk berbagai kebutuhan, termasuk mendapatkan informasi mengenai nomor kartu kamu di sana.
Cek Nomor Smartfren Via Customer Service
Seperti halnya layanan seluler lainnya, Smartfren juga menawarkan cara verifikasi nomor Smartfren dengan menghubungi nomor call center tersebut, yang dapat digunakan untuk berbagai permintaan layanan yang mungkin kamu perlukan, salah satunya adalah verifikasi kartu Smartfren kamu. Dengan layanan ini, kamu dapat mengambil informasi kartu kamu meskipun kamu lupa nomor kartunya.
Gunakan metode ini dalam beberapa langkah sederhana:
• Hubungi nomor 995 dari ponselmu. Kamu akan dilayani oleh staf customer service di sana, dan kamu bisa menanyakan secara langsung informasi mengenai kartu Smartfren yang kamu gunakan.
• Selain nomor di atas, kamu juga bisa menghubungi layanan operator ini di nomor 500.
Cek Nomor Smartfren via Kode UMB
Kode UMB ditunjukkan kepada pelanggan prabayar dan pascabayar untuk pengecekan pulsa dan kuota. Fungsi lain dari kode UMB adalah untuk mengecek nomor handphone yang lupa atau hilang.
Pengiriman dan asuransi logistik.
Berikut cara verifikasi nomor kartu Smartfren menggunakan kode UMB:
• Tekan kode UMB *123# pada menu telepon
• Kemudian, tekan tombol Call (Panggilan)
• Tekan menu 8 untuk memilih opsi Info
• Cek informasi berisi nomor telepon dan saldo pulsa yang akan ditampilkan secara otomatis
Nah itulah beberapa cara yang bisa kamu gunakan untuk mengecek nomor Smartfren kamu. Pilih cara termudah yang sesuai dengan kebutuhan kamu sehingga kamu dapat menggunakannya dengan cepat kapan saja.
Smartfren tentunya menjadi salah satu provider paling populer bagi pengguna ponsel di Indonesia. Namun, banyak orang tidak sepenuhnya memahami cara mengecek pulsa Smartfren mereka.
Pulsa akan menjadi penting jika dalam situasi mendesak. Jadi Kamu perlu memeriksa pulsa Smartfren mu secara berkala. Ini akan membantumu untuk mempertimbangkan kapan waktu terbaik untuk membeli pulsa.
Selain itu, mengecek pulsa Smartfren juga digunakan untuk memperlihatkan masa aktif kartu. Jika masa berlaku sudah lewat dan belum diisi ulang pula maka nomor akan diblokir oleh operator yang mengeluarkan kartu tersebut.
Tentunya penting mengetahui cara cek saldo Smartfren agar nomor kartu tetap aktif dan komunikasi tetap berjalan lancar. Berikut 5 langkah cara cek pulsa Smartfren.
Cara Cek Pulsa Smartfren Lewat SMS
Cara pertama cek pulsa Smartfren melalui layanan pesan singkat. Cara ini juga terbilang mudah. Kamu cukup ikuti langkah-langkah ini:
Buka aplikasi Pesan di ponsel Anda.
Masukkan nomor tujuan 999.
Masukkan kata “CEK” di bidang pesan dan kirim.
Cara Cek Pulsa Smartfren dengan Menu dial up
Tidak hanya dengan cara pesan singkat. Cara kedua yang bisa Kamu lakukan adalah dengan menggunakan kode cek pulsa Smartfren. Adapun caranya sebagai berikut:
Buka fitur ‘Telepon’ pada ponsel.
Ketik *999#, lalu tekan ikon ‘Call’.
Sisa pulsa akan langsung terlihat pada layar ponsel.
Cara Cek Pulsa Smartfren Lewat Panggilan Telepon
Ketiga, kamu bisa cek saldo Smartfren kamu di ponsel melalui layanan panggilan operator Smartfren yang tersedia bagi pelanggan yang ingin mengetahui sisa pulsanya melalui pesan suara. Berikut caranya:
Buka aplikasi panggilan di telepon genggam.
Kemudian tekan 999 dan call.
Selanjutnya tunggu sampai ada jawaban dari operator dan ikuti petunjuk yang diarahkan.
Dengar dan catat sisa pulsa yang Anda miliki.
Cara Cek Pulsa Smartfren Lewat Website Resmi
Untuk cara keempat ini kamu hanya perlu menggunakan website. Kamu bisa cek saldo pulsa Smartfren Kamu dengan mengunjungi website resmi my.smartfren.com. Berikut ini langkah-langkahnya:
Buka browser mu lalu kunjungi my.smartfren.com.
Masuk dengan ID pengguna/alamat email dan kata sandi mu.
Jika Kamu belum memiliki akun, Kamu dapat membuat akun baru dengan mengklik Daftar.
Setelah berhasil login, Kamu akan melihat saldo nomor Smartfren mu di halaman awal.
Cara Cek Pulsa Smartfren Lewat Aplikasi MySmartfren
Cara terakhir adalah melalui aplikasi MySmartfren untuk mengecek pulsa Smartfren mu. Kamu bisa mendownload aplikasinya di Play Store atau pun App Store Untuk menggunakan aplikasi tersebut berikut caranya:
Download dan install aplikasinya terlebih dahulu di Play Store atau App Store.
Buka aplikasinya dan sign in dengan nomor Smartfren yang ingin di cek saldonya.
Setelah menyelesaikan pendaftaran, Kamu akan melihat sisa pulsa pada kartu Kamu di halaman awal atau halaman muka. Selain itu, Kamu bisa melihat sisa kuota dan masa aktif di kartu Smartfren mu.
Itulah beberapa langkah cara cek pulsa Smartfren hanya dengan 5 langkah. Semoga artikel ini bisa bermanfaat!
Fitur transfer pulsa sangat memudahkan pengguna sesama operator. Caranya pun mudah untuk dilakukan. Salah satunya provider Smartfren yang menyediakan fitur transfer pulsa.
Fitur transfer pulsa biasanya dimanfaatkan dalam keadaan darurat. Caranya pun mudah dilakukan, bahkan hanya dalam hitungan menit saja.
Cara Transfer Pulsa Smartfren
Kamu bisa melakukan transfer pulsa ke sesama pengguna Smartfren dengan mengikuti cara berikut.
Melalui Kode USSD
Cara pertama kamu bisa menggunakan kode USSD untuk melakukan transfer pulsa. Cara ini merupakan cara mudah yang paling sering dilakukan. Berikut langkah-langkahnya.
Masuk ke menu Telepon dari ponselmu.
Ketik angka *879# lalu klik ikon Telepon.
Ikuti petunjuk yang terlihat dari pop up.
Ketik nomor tujuan penerima pulsa dengan nominalnya.
Selesai, jika berhasil kamu akan mendapatkan pesan konfirmasi melalui SMS.
Melalui Aplikasi MySmartfren
Selanjutnya, kamu bisa melakukan transfer pulsa melalui aplikasi MySmartfren. MySmartfren merupakan aplikasi resmi khusus pengguna Smartfren yang memiliki berbagai macam menu dan fitur di dalamnya, salah satunya transfer pulsa. Berikut langkah-langkahnya.
Jalankan aplikasi MySmartfren terlebih dahulu.
Klik menu E-pulsa.
Ketik nomor tujuan penerima pulsa dan nominal transfer pulsa.
Masukkan kode M-Pin.
Selesai.
Melalui SMS
Cara terakhir, kamu bisa menggunakan layanan SMS untuk melakukan transfer pulsa ke sesama pengguna Smartfren. Berikut langkah-langkahnya.
Buka menu SMS dari ponselmu.
Ketik SMS dengan format berikut Kirim.Nomor Penerima. Nominal Transfer Pulsa.
Selanjutnya kirim pesan ke nomor 879.
Jika transfer pulsa berhasil, kamu akan mendapatkan pesan konfirmasi.
Nah, berikut tiga cara yang bisa kamu lakukan untuk transfer pulsa ke sesama pengguna Smartfren. Kamu bisa memilih cara yang paling mudah, ya. Semoga artikel di atas bermanfaat!
Walau sering digunakan, tidak jarang pengguna ponsel lupa nomor teleponnya sendiri. Nomor telepon sering digunakan, salah satunya untuk melakukan komunikasi.
Tapi, kamu jangan khawatir kalau lupa nomor telepon Smartfrenmu. Kamu bisa melakukan cara di bawah ini untuk mengetahui nomor telepon Smartfrenmu.
Cara Cek Nomor Smartfren
Kamu bisa melakukan tiga cara berikut untuk mengetahui nomor Smartfren. Berikut langkah-langkahnya.
Melalui Dial Up
Langkah-langkah cek nomor smartfren melalui dial up.
Klik menu telepon pada ponselmu.
Ketik *123# pada keypad telepon.
Ketik angka 8 untuk Info.
Nomor teleponmu akan terlihat bersamaan dengan informasi pulsa.
Selain bisa menggunakan *123# untuk mengetahui nomor Smartfren, kamu juga bisa melalui *999# dengan langkah-langkah berikut.
Klik menu Telepon pada ponselmu.
Ketik *999# lalu tekan ikon Call.
Selesai, nomor teleponmu akan terlihat.
Melalui Aplikasi MySF
Cara kedua, kamu bisa melakukan cek nomor Smartfrenmu melalui aplikasi MySF. MySF merupakan aplikasi resmi Smartfren. Berikut langkah-langkahnya.
Unduh aplikasi MySF melalui Google PlayStore.
Lakukan log in terlebih dahulu pada aplikasi MySF.
Masukkan kode OTP yang dikirim melalui SMS.
Jika log in berhasil, kamu bisa melihat informasi mengenai nomor telepon Smartfrenmu.
Melalui SMS
Cara ketiga, kamu bisa melakukan cek nomor Smartfren melalui SMS. Berikut langkah-langkahnya.
Buka menu pesan pada ponselmu.
Ketik “Info” kemudian kirim ke 995
Selesai, informasi mengenai nomor ponsel Smartfrenmu akan dibalas melalui SMS dari Smartfren.
Nah, berikut tiga cara mudah melakukan cek nomor Smartfren. Kamu bisa memilih cara yang kamu sukai. Semoga artikel di atas bermanfaat, ya!
Gangguan sinyal biasanya tidak memandang waktu maupun provider. Bagaimana tidak, semua provider pasti pernah mengalami gangguan sinyal, walau hanya sebentar. Terlebih jika gangguan sinyal terjadi saat jam kerja, tentu saja kamu akan merasa kesal. Salah satunya pada provider Smartfren.
Jangan khawatir, permasalahan pada gangguan sinyal provider Smartfren tentu saja bisa diatasi. Bahkan, kamu bisa melakukannya dengan mudah dan seorang diri saja.
Cara Mengatasi Gangguan Sinyal Smartfren
Gangguan sinyal biasanya terjadi karena banyak faktor. Tidak jarang, akibat terjadi gangguan sinyal, koneksi internet menjadi melemah sehingga menjadi sulit untuk digunakan. Berikut cara jitu mengatasi gangguan sinyal Smartfren.
Melihat Akun Media Sosial Resmi Smartfren
Cara pertama, kamu bisa memantau dengan cara mengikuti akun Smartfren. Biasanya, kamu akan mendapat informasi melalui akun resmi tersebut. Bisa melalui Twitter @smartfrenworld maupun Instagram @smartfrenworld. Selain itu, kamu bisa juga melakukan komplain langsung dengan mengirimkan pesan atau me-reply salah satu tweet akun Smartfren.
Menghubungi Call Center
Cara kedua, kamu bisa menghubungi call center Smartfren. Kamu bisa menghubungi nomor telepon customer service Smartfren di nomor berikut +62-21-50100000. Ceritakan keluhanmu mengenai gangguan sinyal, selanjutnya keluhan kamu akan diproses oleh customer service Smartfren.
Berpindah Lokasi
Nah, mungkin saja kamu mengalami gangguan sinyal dikarenakan kamu berada di lokasi yang sulit menangkap sinyal provider Smartfren. Solusinya, kamu bisa berpindah lokasi untuk mendapatkan lebih banyak sinyal. Tidak perlu jauh-jauh cukup pergi ke luar ruangan, berada di luar ruangan memungkinkan untuk mendapatkan lebih banyak sinyal.
Aktifkan Mode Pesawat
Cara terakhir, kamu bisa melakukan restart jaringan dengan cara mengaktifkan mode pesawat pada ponselmu selama beberapa menit. Jika sudah diaktifkan, kamu bisa menonaktifkan kembali mode pesawat untuk menangkap jaringan sinyal Smartfren. Biasanya dengan cara ini, sinyal yang ditangkap akan jauh lebih banyak dibanding sebelumnya.
Nah, berikut artikel cara mengatasi gangguan sinyal Smartfren. Kamu bisa mengatasinya dengan memilih cara yang paling mudah menurutmu. Semoga artikel di atas bermanfaat untukmu, ya!
Investasi ke startup decacorn, konsolidasi antar-operator, hingga akuisisi perusahaan internet, merupakan tiga dari sekian banyak aksi korporasi yang menarik perhatian industri telekomunikasi Indonesia di sepanjang 2021.
Industri telekomunikasi juga menatap optimismenya di 2022 dengan proyeksi pertumbuhan 4% di bisnis konektivitas, 8% di TIK, dan digital sebesar 12%, meski operator sempat kesulitan meraup pendapatan di masa awal pandemi Covid-19.
DailySocial merangkum beberapa aksi korporasi besar di 2021, proyeksi pertumbuhan, hingga insight yang dapat memberikan gambaran menyeluruh tentang masa depan industri telekomunikasi Indonesia selanjutnya.
Kaleidoskop telekomunikasi 2021
Pertama, Telkomsel menyuntik investasi tambahan ke Gojek senilai $300 juta atau sekitar Rp4,3 triliun pada Mei 2021. Investasi pertamanya dikucurkan pada November 2020 sebesar $ 150 juta atau Rp2,1 miliar.
Dalam laporan Info Memo Telkom di kuartal III 2021, Telkomsel disebut telah menikmati valuation benefit dari investasi ini. Adapun, Telkom dan Telkomsel akan melanjutkan kemitraan strategis dengan Gojek untuk mendigitalisasi UMKM dan mengakuisisi pengguna baru melalui ekosistem Gojek, mendorong mitra UMKM Gojek menjadi mitra reseller Telkomsel, dan meningkatkan akses outlet Telkomsel melalui layanan GoShop.
Kedua, industri telekomunikasi di Tanah Air mendapat angin segar dari pengumuman merger dan akuisisi (M&A) oleh Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia. Keduanya sepakat untuk menggabungkan bisnisnya menjadi “Indosat Ooredoo Hutchison” dengan nilai Rp85,6 triliun.
Managing Director of Ooredoo Group Aziz Aluthman Fakhroo mengungkap bahwa konsolidasi ini dapat membawa Indosat Ooredoo Hutchison sebagai operator telekomunikasi kedua terbesar di Indonesia dengan proyeksi pendapatan tahunan hingga $3 miliar atau sekitar Rp42,7 triliun. Asumsinya, pendapatan ini diperoleh dari penggabungan jaringan, frekuensi, keuangan, skala bisnis, dan SDM.
Sebelumnya, aksi M&A sudah lebih dulu dilakukan oleh PT Mobile-8 Tbk (FREN) mencaplok PT Smart Telecom dan melebur menjadi Smartfren. Kemudian aksi ini diikuti oleh PT XL Axiata Tbk (EXCL) yang mengakuisisi Axis senilai Rp8,6 triliun.
M&A, Investasi
Nilai/Saham
Keterangan
Telkomsel tambah investasi ke Gojek
Rp4,3 triliun
Suntikan investasi pertama senilai Rp2,1 triliun di 2020
Indosat Ooredoo akuisisi Hutchison 3 Indonesia (Tri)
Rp85,6 triliun
Efektif 4 Januari 2022
XL Axiata akuisisi LinkNet
66,03% saham LinkNet
Tahap negosiasi Perjanjian Jual Beli (PJB)
Aksi korporasi 2021/Sumber: DailySocial, Bisnis Indonesia
Sementara, XL Axiata tengah melakukan negosiasi perjanjian jual beli (PJB) akuisisi saham PT Link Net Tbk (IDX: LINK) sebesar 66,03%. Rencana pengambilalihan saham ini terungkap lewat keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia pada 25 November 2021.
Mengutip CNN, aksi korporasi ini dilakukan sebagai strategi diversifikasi bisnis XL Axiata ke jaringan tetap (fixed connectivity). Adapun, XL tengah menggenjot pembangunan jaringan serat optik untuk mendorong bisnis jaringan dari segmen B2B.
Pemerintah sendiri melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah menerbitkan peta jalan Indonesia Digital 2021-2024, yang mana di antaranya mencakup peningkatan infrastruktur digital, pemberdayaan masyarakat untuk mengembangan digital, dan mendorong Indonesia sebagai produsen teknologi.
Sebagai informasi, pembangunan infrastruktur digital terdiri dari infrastruktur fisik; pembangunan internet di pedesaan, peningkatan kapasitas 4G dab 5G, jaringan serat optik, kabel laut, satelit, BTS, dan ponsel, serta infrastruktur non-fisik; cloud dan aplikasi, untuk mendukung kegiatan ekonomi digital.
Proyeksi telekomunikasi 2022
Ketua Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Ririek Adriansyah melihat industri telekomunikasi di dunia, termasuk Indonesia, sudah mulai menunjukkan tren positif dibandingkan ketika pertama kali menghadapi pandemi Covid-19. Ia memproyeksi tren ini terus berlanjut hingga tahun depan.
Dalam paparan “Outlook Industri Telekomunikasi 2022” oleh Indotelko, pertumbuhan pendapatan industri secara keseluruhan diestimasi mencapai 3% (YoY). Apabila dirinci, bisnis konektivitas diestimasi tumbuh 4%, Teknologi, Informasi, Komunikasi (TIK) 8%, dan bisnis digital sebesar 12% pada periode 2020-2024.
Proyeksi tersebut telah memperhitungkan tren pergeseran perilaku masyarakat yang mulai terbiasa beraktivitas secara digital, yang mana menurut Ririek sebanyak 90% masyarakat Indonesia diprediksi terus mempertahankan perilaku digital ini apabila pandemi selesai.
“Lini bisnis seluler, SMS dan voice call, diprediksi menurun karena orang semakin jarang menggunakannya. Sementara, layanan mobile data akan terus naik, tetapi unit price akan turun karena tingginya konsumsi,” ungkap Ririek beberapa waktu lalu.
Dengan proyeksi pertumbuhan tersebut, lanjut Ririek, hal ini dapat menjadi tantangan besar bagi operator karena mereka dituntut untuk berinvestasi di jaringan.
Kendati begitu, konsolidasi antara Indosat Ooredoo dan Tri Indonesia dinilai membawa angin segar bagi industri telekomunikasi di masa depan mengingat jumlah operator semakin menyusut, menyisakan pemain aktif: Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison (branding usai merger), XL Axiata, dan Smartfren. Ditambah lagi, beberapa operator mulai merestrukturisasi portofolio bisnis telekomunikasi demi efisiensi, seperti melepas aset menara dan data center.
Ia juga memproyeksi pembangunan jaringan 5G beserta use case-nya akan terus berlanjut di Indonesia. Demikian juga dengan langkah digitasi dan digitalisasi operator telekomunikasi sejalan dengan upaya mereka mencari sumber pendapatan baru.
Yang perlu diantisipasi
Berdasarkan proyeksi dari lini bisnis digital, peluang operator telekomunikasi untuk mengeksplorasi produk/layanan digital baru masih besar. Operator belajar dari pengalaman dan kegagalan terdahulu ketika mengembangkan layanan digital, seperti uang elektronik dan marketplace. Ditambah, ekosistem digital di Indonesia semakin mapan sejalan dengan meningkatnya adopsi.
Pengamat Telekomunikasi ITB Ian Josef Matheus menilai sampai saat ini operator belum bisa membuat aplikasi yang dapat menyentuh masyarakat, dan punya ekosistem layanan lengkap yang dapat mengakomodasi berbagai keperluan, seperti Gojek dan OVO. Istilahnya, operator belum punya killer app yang relevan bagi basis penggunannya.
“Apabila operator bisa mencari tambahan [pendapatan] dari produk digital ataupun memiliki aplikasi sendiri, tentu hal ini akan membuat kualitas [jaringan] dan efesiensi menjadi besar. Atau misalnya, produk cloud dan konten tidak perlu dikerjakan atau dikembangkan semua oleh operator, tetapi bisa kolaborasi untuk mendorong peningkatan ARPU,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Pendapatan
Telkomsel
Indosat
XL Axiata
9M21
Rp65,14 triliun (+0%)
Rp23,1 triliun (+12%)
Rp19,8 triliun (+0,7%)
9M20
Rp65,13 triliun
Rp20,6 triliun
Rp19,6 triliun
EBITDA
Telkomsel
Indosat
XL Axiata
9M21
Rp39,4 triliun (+1,9%)
Rp10,4 triliun (+22,7%)
Rp9,9 triliun (+0,1%)
9M20
Rp38,4 triliun
Rp8,5 triliun
Rp9,8 triliun
Pelanggan
Telkomsel
Indosat
XL Axiata
9M21
173,5 juta (+1,9%)
62,3 juta (+3,2%)
57,9 juta (+1,9%)
9M20
170,1 juta
60,4 juta
56,8 juta
Sumber: Info Memo Telkom, Indosat Ooredoo, XL Axiata Kuartal III 2021
Terlepas dari pertumbuhan ekosistem digital Indonesia yang semakin mapan, Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB Muhammad Ridwan Effendi menilai tidak semua operator memiliki kebebasan atau kemampuan untuk bisa fokus mengembangkan bisnis digital.
Alasannya, infrastruktur jaringan merupakan bisnis inti operator seluler. Memang tren ke depan tidak lagi mengandalkan bisnis dasar dari infrastruktur, seperti voice call dan SMS, sehingga perlu adanya sumber pendapatan baru. Akan tetapi bisnis digital perlu ditopang oleh infrastruktur yang andal, jadi mau tidak mau operator kembali lagi ke bisnis akarnya.
“Saat ini, jika melihat jumlah base transceiver station (BTS) keseluruhan, jelas Telkomsel lebih unggul dibanding operator lain, dan ditunjang oleh jaringan optik milik Telkom. Sementara, operator yang lain masih terkendala [dalam pembangunan jaringan]. Makanya, tidak masalah [Telkom dan Telkomsel] agresif di bisnis digital,” ungkapnya dihubungi DailySocial.
Di samping eksplorasi bisnis digital, Ridwan juga mengantisipasi dampak dari merger Indosat Ooredoo terhadap Tri terhadap industri. Peleburan Tri akan meningkatkan jumlah frekuensi yang dimiliki Indosat, dan kondisi ini akan memampukan perusahaan untuk meningkatkan kapabilitas jaringan dan layanan.
“Juga, yang paling dinantikan di tahun depan adalah operator harus siap-siap mengeluarkan kocek untuk lelang frekuensi 5G setelah Analog Switch Off dimulai. Mereka perlu menyiapkan aplikasi yang menunjang untuk Industri 4.0.”
5G hingga eksplorasi bisnis digital
Dari kacamata penulis, sesungguhnya saya sempat ragu menantikan gebrakan baru di industri telekomunikasi Indonesia. Apalagi jika melihat realisasi pertumbuhan bisnis yang sempat stagnan. Operator juga tampak masih kesulitan mencari model yang tepat untuk mengeksplorasi lini digital sebagai sumber pendapatan baru selama beberapa tahun terakhir.
Namun, jika melihat sejumlah aksi korporasi operator di sepanjang 2021 dan ke belakang, saya cukup excited mengantisipasi apa yang akan terjadi di industri ini tahun depan.
Saya menyoroti sejumlah hal penting. Pertama, merger antara Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia otomatis merampingkan jumlah operator di Indonesia, membuat kompetisi antar-pemain semakin sehat tanpa perlu perang harga. Operator dapat fokus memenuhi pembangunan jaringan secara nasional.
Bisa jadi dalam 1-2 tahun ke depan, kita akan kembali mendengar aksi konsolidasi serupa. Skenario paling memungkinkan antara XL Axiata dan Smartfren. Selama satu dekade ini, Smartfren belum pernah mengecap keuntungan. Plus, keduanya santer dikabarkan akan merger. Jika ini direalisasikan, XL dan Smartfren bakal sama-sama mengalami aksi M&A kedua kalinya. Sebelumnya, XL mencaplok Axis, dan Mobile-8 melakukan merger dengan Smart Telecom.
Kedua, harapannya operator mulai mempersiapkan pengembangan use case layanan 5G sejalan dengan upaya pemerintah melakukan Analog Switch Off (ASO) dalam tiga tahap di 2022 untuk mempercepat implementasi 5G di frekuensi emas.
5G memang dikatakan sebagai game changer, tetapi semua itu tidak akan ada artinya tanpa ekosistem layanan dan perangkat, baik itu ponsel maupun perangkat-perangkat lain yang dapat terhubung di masa depan. Toh saat ini 5G belum digelar secara nasional karena keterbatasan spektrum. Masih ada waktu untuk mempersiapkan ekosistem pendukungnya.
Ketiga, saya cukup menantikan eksplorasi model bisnis digital lainnya dari operator telekomunikasi. Sejak dua tahun terakhir, operator telah mencoba melakukan berbagai gebrakan demi meningkatkan nilai tambah layanan dan mencari sumber pendapatan baru.
Salah satu gebrakan ini adalah layanan prabayar digital berbasis aplikasi yang dikeluarkan oleh Telkomsel, Indosat, XL, dan Smartfren. Operator seluler menggunakan pendekatan berbeda agar lebih luwes mengakuisisi pengguna baru tanpa embel-embel branding operator.
Pendekatan tanpa branding operator juga dipakai untuk masuk ke bisnis digital non-telekomunikasi. Telkomsel berani masuk ke layanan edtech (Kuncie) dan healthtech (Fita), dua vertikal yang mungkin belum pernah menjadi diversifikasi layanan digital operator di Indonesia. Selama ini, operator telekomunikasi mengembangkan layanan digital yang masih relevan dengan bisnis utama mereka, seperti IoT, big data, dan hiburan (musik, video, games) baik dikembangkan sendiri maupun lewat skema investasi atau kemitraan strategis.
Berdasarkan wawancara DailySocial dengan petinggi Kuncie dan Fita, Telkomsel menggunakan pendekatan berbeda pula pada pengelolaan bisnisnya, yakni keleluasaan mengembangkan produk dengan growth mentality ala startup. Jika keduanya memberikan performa baik, Kuncie dan Fita berpotensi di-spin off agar bisa akselerasi lebih cepat. Saat ini, Kuncie mengantongi satu juta unduhan, sedangkan Fita lebih dari 500 ribu unduhan aplikasi di Google Play Store.
Berkaca dari perjalanan produk unggulan digital Telkomsel, Tcash baru bisa mengecap pertumbuhan pemakaian besar ketika di-spin off dan di-rebranding menjadi LinkAja. Sebelum rebranding, Tcash hanya punya 20 juta pengguna. Usai lepas dari Telkomsel, pengguna LinkAja melesat menjadi 70 juta per Juni 2021.
Indosat juga cukup agresif mengembangkan ekosistem layanan digital yang lengkap meski masih memiliki asosiasi kuat dengan branding-nya. Di tahun ini, anak usaha Ooredoo Group ini meluncurkan platform gaya hidup IMove dengan konsep gamifikasi dan platform IM Gaming yang menyediakan berbagai layanan bagi para gamer, mulai dari bermain dan berkompetisi, menonton game, dan membeli item dalam permainan.
Sebagai kesimpulan, pengembangan bisnis digital memang identik dengan investasi besar, dinamika tren, dan akselerasi produk yang cepat. Kriteria ini sulit dipenuhi oleh nature bisnis operator. Namun, dengan perkembangan ekonomi digital dan ekosistem yang makin mapan, operator telekomunikasi kini memiliki peluang dan opsi yang beragam untuk meningkatkan value added dan mencari sumber pendapatan baru.
Over the past decade, telecommunication operators have been experimenting to find the right formula to improve its business performance. Since the emergence of over-the-top (OTT) services in Indonesia, operators have developed various service models to bring in new customers and increase ARPU.
A series of operators have tried e-commerce and digital money businesses. They failed to develop a sustainable business. From two years ago, the operator is finally back with a new strategy. This time, it’s not creating digital services. Instead, they provide services that remains in the corridor of its core business, but with a different approach.
Operators introduce digital-based prepaid services. It is said as various user transaction activities are carried out entirely through the application. In this case, the operator offers a unique value proposition to accommodate market demand that likes to try new ways.
For example, consumers can customize the SIM card, or in other words, select a ‘special number’ through the application. Likewise the purchase and registration of cards. This method is definitely different from what we usually do; buy starter packs and top up data at the counters.
Currently, consumers have three choices of digital prepaid brands, by.U, Live.On, and MPWR. There used to be four, but Switch Mobile decided to discontinue its service in early 2021.
The question is, will digital prepaid services be able to survive the hustle and bustle of the telecommunications industry which is getting saturated? DailySocial, through this writings, has compiled various perspectives regarding the digital prepaid phenomenon and its projections in the future.
Changing operator’s branding
As previously said, telecommunications services are identical to conventional methods. In fact, the idea of digitizing this process has been achieved considering that operators have its own applications that serve to provide data or credit package purchases. However, this is not the goal.
According to Telkomsel’s former President Director, Emma Sri Hartini, by.U could bring “refreshment” to the telecommunications industry that was more familiar with the presence of the old card brand. She considered by.U to be able to embrace the younger generation without having to be closely associated with Telkomsel, which has often been associated with expensive cellular cards.
Another reason is that today’s young generation tends not to want to be dictated to the service needs, aka product-driven. Digital prepaid cards offer service customization that is considered to be able to meet the needs of users in this segment.
Smartfren’s President Director, Merza Fachys previously said the same thing. This digital cellular brand can be positioned as a completely new product without the need to be associated with the existing parent brand.
Big job on increasing awareness
Based on its timestamp, by.U is the first digital prepaid product launched in Indonesia (October 2019). Then, followed by Switch Mobile (March 2020), Live.On (October 2020), and MPWR (December 2020). Almost two years later, are these products able to disrupt the existence of cards that have been circulating in the market for a long time? Can the new approach brands steal consumers’ attention?
The hypothesis above can easily be broken considering the Switch Mobile’s sudden discontinuation within only a year. Switch did not specify the reason behind this closure. We can assume this service is a failure in the market. It may also be because consumers are not used to enjoying cellular services in a new way. Otherwise, it could be a lack of awareness due to the Covid-19 pandemic situation which makes it difficult for service providers to market its products offline.
Another assumption is that the cellular market is already saturated, making it difficult to gain significant traction. Moreover, it is targeting certain segments, not the mass market.
Quoting Katadata, the Central Statistics Agency (BPS) noted that cellular card users reached 341.28 million in 2019, down from 435.1 million in 2017. Its penetration exceeded the total population of 269.6 million in 2019.
Platform
Provider
Rating
by.U
Telkomsel
4.5 (5M+ downloads)
Live On
XL Axiata
3.7 (100K+ downloads)
MPWR
Indosat Ooredoo
2.7 (1M+ downloads)
Switch Mobile
Smartfren
Terminated
We tried to validate this with every digital prepaid service provider, but most were reluctant to share the data. Telkomsel isthe only provider willing to reveal a little information. by.U’s Principal Growth Lead, Riko Ringgoanto said its users reached 2.5 million after two years of launching. This means that by.U only contributed 1.4% of the total 169.2 million Telkomsel subscribers in the first semester of 2021.
Riko added, this achievement has exceeded the prior expectations. This target even consider the Covid-19 factor where consumers tend to reduce their spending. With the current total user and engagement, he said that by.U is already product-market fit.
“Awareness is still our big homework for the past two years. Due to Covid-19, it has become difficult for us to market advertisements and offline events. However, we continue to intensively do digital placements, enter youth communities in the region, and hold webinars. As by.U is a digital-only prepaid, it seems that it is becoming less chaotic. Indeed, offline channels still number one promotion in Indonesia. When the situation improves, we are prepared to promote in offline locations, such as MRT and KRL,” he explained.
Meanwhile, XL Axiata’s Head of External Communications, Henry Wijayanto agred on this. Although marketing activities have become limited, his team sees a positive impact where people are now getting used to doing digital activities.
“Similar challenges faced by all digital telco brands on how to increase awareness and credibility. Moreover, as a new brand, these things will often appear. We will continue to increase sustainable partnerships to encourage consumer needs to go digital,” Henry said to DailySocial.
Is it enough for disruption?
Secretary General of the ITB Telecommunication Policy and Regulatory Study Center Muhammad Ridwan Effendi said that the emergence of digital prepaid will be difficult to disrupt prepaid brands that have been around for a long time. In addition to today’s prepaid products, Indonesians seem to prefer products with more simple feature and easier to remember. Therefore, the new products emergence is considered to be difficult to survive.
“In some countries, digital operators such as the MVNO model enter with a community approach. However, it is still less successful here. There are [prepaid] products entering the youth community segment, eventually disbanding. Maybe we need to try to enter a wider community, such as religion, motorcycles, or music. This concept has been successful in several countries,” he explained.
Currently, Indonesia has at least more than ten brands of cellular cards, both prepaid and postpaid cards. In order to boost efficiency with today’s competitive cellular market, several operators have started to streamline its service brands.
Citing Liputan6.com, Telkomsel finally merged the prepaid brands from SimPATI, Loop, and Kartu AS into Telkomsel Prepaid. According to internal research conducted over the past year, Telkomsel sees customer segmentation as less relevant in the digital era. It is now more focused on presenting packages according to customer needs and interests.
Meanwhile, Telecommunications Observer from ITB, Ian Josef Matheus actually present a different perspective. Instead of coming up with new brands and approaches, operators should give consumers more understanding that postpaid and prepaid costs are eventually the same.
“Prepaid is indeed the biggest contributor to cellular operator income. However, prepaid cards should only be made in one brand and indeed what the community really needs. It is to avoide confusion for customers or potential customers with the combined advantages,” he told DailySocial.
In addition, operators can actually develop more innovations for postpaid because their ARPU is considered to guarantee more income. For example, providing volume-based or time-based on-demand payments for digital applications developed by mobile operators.
“Unfortunately, operators are yet to have a killer product which popularity can match WhatsApp, Zoom, or Telegram. In fact, self-owned applications can reduce outgoing traffic and streamline spending costs. Even if they cannot develop internally, at least operators can collaborate with the digital ecosystem to encourage increasing ARPU,” he added.
Respondent’s perspective
DailySocial had the opportunity to conduct a mini survey from the user’s point of view. As a disclaimer, this survey does not fully reflect the facts and problems in the field. This survey was conducted to show users’ perspectives regarding the use of digital prepaid services, as well as our efforts to validate it with related service providers.
The survey shows that most respondents use digital prepaid as a secondary number for their mobile data or internet needs. Respondents also admitted that they did not plan to make it their main number.
Some respondents admitted that they did not want to use it for some reasons, including not keen to install the application, not being interested, its complicated, and too many numbers. As many as 40% of respondents said they were not interested in trying digital prepaid in the future, 40% said they were interested, and 20% answered maybe.
“Before it was launched, we were aware that by.U would be used as a secondary number, and from the start we did not try to make by.U the main number. According to our internal research, the most spending was on secondary numbers. That’s why we tried to present rewards, free quotas, and additional features (music, podcasts, etc.) to increase user engagement. Therefore, they don’t just do mere transaction,” Riko said.
(+)
(-)
Choose your own number
Speed issue
SIM Card is being delivered
SIM Card took a long time to arrive
Additional quota for certain app
Delivery charge
Unlimited active period
Application running slow
App-based SIM registration
Customer service is difficult to reach
Unlimited data without FUP
Unlimited data up to 2Mbps
SIM Card available through e-commerce
Data package is often changing
Affordable data cost
May not work in remote area
Various user perspectives regarding digital prepaid services / DailySocial Mini Survey
We also spoke with two anonymous sources regarding the use of Live.On and MPWR. Each has the same concern with user experience even though the issues are different.
According to Live.On users, the internet speed is fairly good as the signal and capacity in the area are strong. He said, the package is relatively affordable, not more expensive than Telkomsel, but not much cheaper than its parent operator XL. However, the Live On user experience from the payment side is considered less than optimal.
“I use Live.On for secondary numbers on different devices. When making payments, it becomes complicated because all e-wallet applications are already installed on the main device. Inevitably it has to be done on the same device because it requires synchronization. It should be just e-wallet number for it can be directly arranged,” said one user.
Meanwhile, MPWR users also claimed to have no problems with signal and internet. However, he considered the MPWR application to be less responsive and seamless. The appearance is also considered a bit different from most applications which usually come with up and down scroll modes.
“The MPWR looks sideways so it doesn’t feel good. In my opinion, the myIM3 application is actually better than MPWR. How come it loses to the parent application, even though the [MPWR] tagline is digital.” he said.
– Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Selama satu dekade terakhir, operator telekomunikasi bereksperimen mencari formula yang tepat untuk meningkatkan kinerja bisnisnya. Sejak kemunculan layanan over-the-top (OTT) di Indonesia, operator mengembangkan berbagai model layanan demi mendatangkan pelanggan baru dan peningkatan ARPU.
Sejumlah operator pernah menjajal bisnis e-commerce dan uang digital. Mereka gagal mengembangkan bisnis yang sustainable. Sejak dua tahun lalu, operator kembali hadir dengan strategi baru. Kali ini bukan menciptakan layanan digital. Mereka justru menghadirkan layanan yang masih di koridor core business-nya, tetapi dengan pendekatan berbeda.
Operator memperkenalkan layanan prabayar berbasis digital. Dikatakan demikian karena berbagai aktivitas transaksi pengguna dilakukan sepenuhnya melalui aplikasi. Di sini, operator menawarkan proposisi nilai yang unik untuk dapat mengakomodasi kebutuhan pasar yang suka mencoba cara-cara baru.
Misalnya saja, konsumen bisa mengkustomisasi kartu SIM, atau istilahnya pilih ‘nomor cantik’ melalui aplikasi. Demikian juga pembelian dan registrasi kartu. Cara ini sudah pasti berbeda dengan yang biasa kita lakukan; membeli starter pack dan pulsa di counter-counter.
Saat ini, konsumen punya tiga pilihan brand prabayar digital, yakni by.U, Live.On, dan MPWR. Tadinya ada empat, tetapi Switch Mobile memutuskan untuk menyetop layanannya sejak awal 2021.
Pertanyaannya, apakah layanan prabayar digital mampu bertahan dengan hiruk-pikuk industri telekomunikasi yang semakin jenuh? Pada laporan ini, DailySocial menghimpun berbagai perspektif terkait fenomena prabayar digital dan proyeksinya di masa depan.
Mengubah branding operator
Sebagaimana dikatakan di atas, layanan telekomunikasi identik dengan metode konvensional. Sebetulnya, ide-ide mendigitalisasi proses ini sudah tercapai mengingat operator punya aplikasi masing-masing yang berfungsi untuk menyediakan pembelian paket data atau pulsa. Tetapi, ini bukan ini tujuannya.
Menurut mantan Direktur Utama Telkomsel Emma Sri Hartini saat itu, by.U dapat membawa “penyegaran” bagi industri telekomunikasi yang lebih familiar dengan kehadiran merek kartu lama. Ia menilai by.U dapat merangkul generasi anak muda tanpa perlu dikaitkan erat dengan Telkomsel yang selama ini sering diasosiasikan sebagai kartu seluler mahal.
Alasan lainnya adalah generasi anak muda masa kini cenderung tidak ingin didikte kebutuhan layanannya alias product-driven. Kartu prabayar digital menawarkan kustomisasi layanan yang dinilai dapat memenuhi kebutuhan pengguna di segmen tersebut.
Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys sebelumnya sempat mengatakan hal senada. Merek seluler digital ini dapat diposisikan sebagai produk yang betul-betul baru tanpa perlu dikaitkan dengan merek existing induknya.
PR besar meningkatkan awareness
Jika dirunut berdasarkan stempel waktunya, by.U menjadi produk prabayar digital pertama yang diluncurkan di Indonesia (Oktober 2019). Kemudian disusul oleh Switch Mobile (Maret 2020), Live.On (Oktober 2020), dan MPWR (Desember 2020). Hampir dua tahun berselang, apakah produk-produk tersebut mampu mendisrupsi keberadaan kartu-kartu yang sudah lama beredar di pasaran? Apakah branding dan pendekatan baru dapat mencuri perhatian konsumen?
Hipotesis di atas sebetulnya dapat dipatahkan dengan mudah mengingat layanan Switch Mobile keburu dihentikan di usia yang belum genap setahun. Pihak Switch tidak merinci alasan di balik penutupan ini. Kita bisa saja berasumsi layanan ini gagal di pasaran. Mungkin juga diakibatkan konsumen tidak terbiasa menikmati layanan seluler dengan cara baru. Atau bisa saja kurangnya awareness akibat situasi pandemi Covid-19 yang menyulitkan penyedia layanan memasasarkan produk secara offline.
Asumsi lainnya, pasar seluler memang sudah jenuh sehingga sulit untuk memperoleh traction secara signifikan. Ditambah lagi, target pasarnya saja segmented, bukan mass market.
Mengutip Katadata, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pengguna kartu seluler mencapai 341,28 juta di 2019, turun dari 435,1 juta di 2017. Penetrasinya melampaui jumlah penduduk dengan 269,6 juta jiwa di 2019.
Platform
Provider
Rating
by.U
Telkomsel
4.5 (5M+ downloads)
Live On
XL Axiata
3.7 (100K+ downloads)
MPWR
Indosat Ooredoo
2.7 (1M+ downloads)
Switch Mobile
Smartfren
Terminated
Kami mencoba memvalidasi hal ini ke setiap penyedia layanan prabayar digital, tetapi sebagian besar enggan membagikan datanya. Hanya Telkomsel yang mau mengungkap sedikit informasinya. Disampaikan by.U Principal Growth Lead Riko Ringgoanto, pengguna by.U mencapai 2,5 juta setelah dua tahun meluncur. Artinya, by.U baru berkontribusi 1,4% dari total 169,2 juta pelanggan Telkomsel di semester I 2021.
Menurut Riko, pencapaian itu sudah melebihi ekspektasi awal. Target ini bahkan sudah memperhitungkan faktor Covid-19 di mana konsumen cenderung mengurangi pengeluarannya. Dengan capaian jumlah dan engagement pengguna saat ini, ia menyebut by.U sudah product-market fit.
“Awareness masih menjadi PR besar kami selama dua tahun ini. Karena Covid-19, kami jadi sulit untuk memasarkan iklan dan event offline. Tetapi, kami terus gencar lakukan digital placement, masuk ke komunitas anak muda di daerah, dan mengadakan webinar. Karena by.U digital only, kelihatannya jadi kurang wara-wiri. Memang promoting lewat kanal offline tetap tidak tergantikan di Indonesia. Jika situasi membaik, kami bersiap promoting di lokasi offline, seperti MRT dan KRL,” paparnya.
Sementara, Head of External Communications XL Axiata Henry Wijayanto mengakui hal serupa. Meski kegiatan pemasaran menjadi terbatas, pihaknya melihat ada dampak positif di mana masyarakat kini mulai terbiasa beraktivitas secara digital.
“Tantangan serupa dihadapi semua digital telco brand, yaitu bagaimana meningkatkan awareness dan kredibilitas. Apalagi masuk sebagai merek baru, hal-hal ini akan kerap muncul. Kami akan terus meningkatkan kemitraan berkelanjutan untuk mendorong kebutuhan konsumen beraktivitas secara digital,” ujar Henry kepada DailySocial.
Mampukah mendisrupsi?
Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi ITB Muhammad Ridwan Effendi menilai kemunculan prabayar digital akan sulit mendisrupsi merek prabayar yang sudah lebih lama muncul. Selain terlalu banyaknya produk prabayar saat ini, mayoritas masyarakat Indonesia tampakya lebih menginginkan produk yang lebih sederhana dan mudah diingat. Maka itu, kemunculan produk baru dinilai akan sulit bertahan.
“Di beberapa negara, operator digital seperti model MVNO masuk dengan pendekatan komunitas. Tetapi di sini masih kurang berhasil. Ada produk [prabayar] yang masuk ke segmen komunitas anak muda, akhirnya bubar. Mungkin perlu dicoba untuk masuk ke komunitas yang lebih luas, seperti keagamaan, pemotor, atau musik. Konsep ini pernah berhasil di beberapa negara,” paparnya.
Saat ini setidaknya Indonesia punya lebih dari sepuluh merek kartu seluler, baik kartu prabayar maupun pascabayar. Demi mendorong efisiensi dengan persaingan pasar seluler saat ini, beberapa operator pun mulai merampingkan merek layanannya.
Mengutip Liputan6.com, Telkomsel akhirnya menggabungkan merek prabayar dari SimPATI, Loop, dan Kartu AS menjadi Telkomsel Prabayar. Menurut riset internal yang dilakukan selama setahun terakhir, Telkomsel melihat segmentasi pelanggan menjadi kurang relevan di era digital. Pihaknya kini lebih fokus menghadirkan paket sesuai kebutuhan dan minat pelanggan.
Sementara itu, Pengamat Telekomunikasi dari ITB Ian Josef Matheus justru memberikan perspektif berbeda. Alih-alih hadir dengan merek dan pendekatan baru, operator sebaiknya memberikan pemahaman lebih kepada konsumen bahwa biaya dikeluarkan pascabayar dan prabayar akan sama saja.
“Prabayar memang berkontribusi terbesar terhadap pemasukan operator seluler. Namun, kartu prabayar sebaiknya dibuat dalam satu brand saja dan memang yang benar-benar dibutuhkan masyarakat. Ini agar tidak menimbulkan kebingungan bagi pelanggan atau calon pelanggan dengan kelebihan yang digabungkan,” katanya kepada DailySocial.
Selain itu, operator sebetulnya bisa mengembangkan inovasi lebih bagi pascabayar karena ARPU-nya dinilai lebih menjamin pendapatan operator. Misalnya, menyediakan pembayaran on-demand baik volume-based atau time-based untuk aplikasi digital yang dikembangkan operator seluler.
“Sayangnya, operator belum punya killer product yang popularitasnya bisa menyamai WhatsApp, Zoom, atau Telegram. Padahal, aplikasi milik sendiri bisa menekan trafik keluar dan mengefisiensikan biaya pengeluaran. Kalaupun tidak bisa mengembangkan sendiri, setiknya operator dapat berkolaborasi dengan ekosistem digital untuk mendorong peningkatan ARPU,” tambahnya.
Perspektif responden
DailySocial kembali berkesempatan melakukan mini survey dari sudut pandang pengguna. Sebagai disclaimer, survei ini tidak sepenuhnya mencerminkan fakta dan permasalahan yang ada di lapangan. Survei ini dilakukan untuk menampilkan perspektif pengguna terkait pemakaian layanan prabayar digital, serta upaya kami memvalidasinya ke penyedia layanan terkait.
Survei menunjukkan bahwa sebagian besar responden menggunakan prabayar digital sebagai nomor sekunder untuk kebutuhan mobile data atau internet. Responden juga mengaku tidak berencana untuk menjadikannya sebagai nomor utama.
Beberapa responden mengaku belum mau menggunakannya karena sejumlah alasan antara lain, malas instal aplikasi, tidak tertarik, ribet, dan terlalu banyak nomor. Sebanyak 40% responden mengaku tidak berminat mencoba prabayar digital di masa depan, sebanyak 40% menjawab berminat, dan 20% menjawab mungkin saja.
“Sebelum diluncurkan, kami sadar by.U bakal digunakan sebagai nomor sekunder, dan sejak awal kami tidak mencoba menjadikan by.U sebagai nomor utama. Menurut riset internal kami, spending paling banyak justru di nomor sekunder. Makanya, kami coba menghadirkan reward, free kuota, dan fitur-fitur tambahan (musik, podcast, dan lain-lain) untuk meningkatkan engagement pengguna. Jadi, mereka tidak cuma sekadar bertransaksi saja,” papar Riko.
(+)
(-)
Bisa pilih nomor sendiri
Kecepatan internet tak sesuai yang dijanjikan
Kartu SIM bisa dikirim ke rumah
Pengiriman kartu SIM lama
Beli kuota tambahan untuk aplikasi tertentu
Pengiriman kartu SIM dikenai biaya ongkir
Masa aktif selamanya
Aplikasi sering bekerja lambat
Registrasi SIM melalui aplikasi
Sulit menghubungi customer service
Paket data unlimited tanpa FUP
Kecepatan internet unlimited hanya 2 Mbps
Bisa beli kartu SIM di marketplace
Paket data sering berubah
Harga paket data terjangkau
Ragu bisa digunakan di remote area
Ragam perspektif pengguna terkait layanan prabayar digital / Mini Survey DailySocial
Kami juga berbincang dengan dua narasumber anonim terkait penggunaan Live.On dan MPWR. Masing-masing memiliki concern yang sama dengan user experience meski isu yang dialaminya berbeda.
Menurut pengguna Live.On, kecepatan internetnya terbilang bagus karena sinyal dan kapasitas di areanya termasuk kuat. Harga paket pun menurutnya cukup relatif terjangkau, tidak lebih mahal dari Telkomsel, tetapi tidak jauh lebih murah juga dari operator induknya XL. Akan tetapi, user experience Live On dari sisi pembayaran dinilai kurang maksimal.
“Saya pakai Live.On untuk nomor sekunder di perangkat berbeda. Ketika melakukan pembayaran, jadinya ribet karena semua aplikasi e-wallet sudah terpasang di perangkat utama. Mau tak mau harus dilakukan di perangkat yang sama karena ada sinkronisasi. Seharusnya, pembayaran itu tinggal memasukkan nomor e-wallet saja sehingga bisa langsung diatur,” ujar seorang pengguna.
Sementara, pengguna MPWR juga mengaku tidak memiliki masalah pada sinyal dan internet. Namun, ia menilai aplikasi MPWR kurang responsif dan seamless. Tampilannya pun dinilai agak berbeda dengan aplikasi kebanyakan yang biasanya hadir dengan mode scroll ke atas dan bawah.
“Tampilan MPWR malah menyamping jadi rasanya kurang enak. Menurut saya, aplikasi myIM3 justru lebih baik daripada MPWR. Kok malah kalah sama aplikasi induknya, padahal tagline [MPWR] itu kan digital.” Tuturnya.
Sebagai salah satu operator penyedia jasa telekomunikasi ternama, Smartfren menawarkan beragam pilihan paket data internet dengan jaringan 4G LTE bagi para pelanggannya.