Baru pertengahan September lalu, Samsung memperkenalkan Galaxy A52s 5G untuk segmen kelas menengah atas. Sekarang, Samsung malah tancap gas lebih dalam lagi dan menyingkap ponsel 5G baru lagi, yakni Galaxy M52 5G.
Penamaan kedua perangkat ini boleh mirip, bahkan desain dan spesifikasinya sepintas juga terdengar tidak terlalu berbeda jauh. Meski begitu, keduanya punya target pasar yang berbeda. Selisih harganya pun cukup lumayan; A52s dibanderol Rp6.499.000, sementara M52 dihargai Rp5.399.000 tanpa promo.
Dari segi performa, kedua ponsel ini bisa dibilang sama persis. Seperti A52s, M52 turut ditenagai chipset Snapdragon 778G serta RAM 8 GB. Fitur ekspansi RAM virtual juga didukung, maksimum hingga 4 GB. Bedanya, M52 dibekali storage internal sebesar 128 GB, sedangkan A52s datang membawa kapasitas 256 GB. Keduanya sama-sama punya slot kartu microSD sekaligus NFC.
Untuk layarnya, M52 menggunakan panel Super AMOLED 6,7 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 120 Hz. Mirip, tapi ukurannya 0,2 inci lebih besar daripada milik A52s 5G. Bagian tengah atasnya juga dihuni oleh kamera selfie 32 megapiksel.
Masih seputar layar, ada satu perbedaan signifikan yang tidak kelihatan secara kasat mata: A52s punya sensor sidik jari di balik layarnya, sementara M52 tidak. Di M52, sensor sidik jarinya bisa kita temukan pada tombol power-nya di sebelah kanan.
Beralih ke belakang, kita bisa menjumpai tiga kamera pada M52: kamera utama 64 megapiksel f/1.8, kamera ultra-wide 12 megapiksel f/2.2, dan kamera makro 5 megapiksel f/2.4. Sebagai perbandingan, A52s punya konfigurasi kamera yang sama, tapi ditambah kamera depth 5 megapiksel beserta optical image stabilization (OIS). M52 di sisi lain tidak punya OIS.
Satu kelebihan M52 yang bisa dibanggakan dari saudaranya adalah perihal baterai. M52 mengemas baterai berkapasitas 5.000 mAh, alias 500 mAh lebih besar daripada milik A52s. Charging-nya pun sama-sama cepat dengan dukungan output maksimum sebesar 25 W.
Istimewanya, meski baterainya lebih besar, bodi M52 justru lebih tipis di angka 7,4 mm. Bobotnya pun tergolong ringan di 173 gram. Meski begitu, M52 tidak punya sertifikasi ketahanan air dan debu IP67 seperti A52s. Untuk pilihan warnanya, M52 tersedia dalam warna hitam, putih, dan biru.
Terkait kapabilitas 5G-nya, Ilham Indrawan selaku Product Marketing Manager Samsung Electronics Indonesia menjelaskan bahwa secara hardware, M52 sudah sepenuhnya siap. Namun untuk aktivasinya, konsumen harus menunggu pembaruan software (yang akan dirilis ketika dukungan dari operator sudah resmi tersedia).
Kehadiran Galaxy M52 5G semakin melengkapi portofolio smartphone 5G Samsung di luar lini flagship-nya, yang sejauh ini mencakup — urut dari yang paling murah — A22 5G, A32 5G, M52 5G, dan A52s 5G. Menurut Ilham, dari total smartphone yang Samsung jual selama kuartal kedua 2021 kemarin, 16%-nya merupakan smartphone 5G, naik signifikan dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya.
Bagi yang tertarik meminang Samsung Galaxy M52 5G, saat ini sedang digelar promo flash sale dengan potongan harga sebesar 400 ribu, yang berarti perangkat hanya perlu ditebus seharga Rp4.999.000 saja. Promo ini berlaku sampai dengan 31 Oktober 2021 di Samsung.com/id, Blibli, Eraspace, Lazada, Shopee, dan Tokopedia.
Honor telah memperkenalkan smartphone 5G terbarunya, yakni Honor X20 SE di Tiongkok yang ditenagai oleh chipset MediaTek Dimensity 700. SoC ini menawarkan performa flagship-level, namun tetap mempertahankan konsumsi daya rendah untuk masa pakai baterai yang lama berkat teknologi pemrosesan 7nm.
Mari bahas dari segi desain, Honor X20 SE tampil sangat menawan dalam opsi warna Black, Green, Rose Gold, dan Silver. Bagian muka terpampang full-view display 6,6 inci beresolusi Full HD+ dan mengemas single punch-hole di tengah atas yang ditempatkan secara simetris untuk kamera depan 16MP.
Beralih ke belakang, tersusun konfigurasi triple camera dengan kamera utama beresolusi 64MP. Sayangnya dua kamera sekunder yang menemaninya masing-masing sebatas 2MP, untuk mengambil bidikan portrait dan macro.
Lebih lanjut, Honor X20 SE menjalankan sistem operasi Magic UI 4.1 berbasis Android 11. Bertenaga chipset MediaTek Dimensity 700 yang membawa CPU octa-core yang terdiri dari 2x Cortex-A76 2.2 GHz, 6x Cortex-A55 2.0 GHz, dan GPU Mali-G57 MC2.
Chipset Dimensity 700 punya modem 5G terintegrasi, karena dirancang untuk menghadirkan kemampuan dan pengalaman 5G tingkat lanjut ke khalayak luas. Honor X20 SE pun mendukung dual SIM 5G standby, yang mana koneksi 5G akan selalu aktif tanpa perlu menukar kartu SIM secara fisik. Adapun performanya didorong RAM 6GB atau 8GB dan penyimpanannya 128GB tanpa slot microSD.
Sorotan lain yang menjadi andalan Honor X20 SE dibekali baterai berkapasitas 4.000 mAh dengan dukungan pengisian daya cepat 22,5W. Soal harga, di Tiongkok Honor X20 SE varian RAM 6GB dibanderol CNY1.799 (Rp4 jutaan) atau CNY1.999 (Rp4,4 jutaan) untuk RAM 6GB. Untuk ketersediaannya secara global, Honor masih belum mengungkap detailnya.
Sebagai pengingat, Honor tadinya merupakan sub-brand dari Huawei, namun akibat embargo dari pemerintah Amerika Serikat, Huawei terpaksa melepas seluruh aset bisnis Honor. Setelah beroperasi sebagai perusahaan independen, smartphone baru Honor versi globalnya dipastikan kembali mendukung Google Mobile Services (GMS).
Salah satu topik bahasan teknologi yang paling hangat belakangan ini adalah 5G. Wajar apabila kemudian pabrikan-pabrikan smartphone tidak ingin melewatkan momentum ini. Satu demi satu smartphone 5G dengan harga terjangkau diluncurkan, tidak terkecuali yang berasal dari Samsung.
Lewat sebuah acara virtual, Samsung Indonesia secara resmi memperkenalkan Galaxy A22 5G. Ponsel ini merupakan model 5G termurah yang Samsung jual di Indonesia saat ini. Dengan banderol resmi Rp3.299.000, ia bahkan lebih terjangkau lagi daripada A32 5G yang juga diluncurkan belum lama ini.
Urusan spesifikasi, A22 5G mengandalkan chipset MediaTek Dimensity 700, chipset yang sama persis seperti yang digunakan oleh Realme 8 5G, yang juga dijual di kisaran harga yang setara. Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 6 GB, storage internal 128 GB, serta baterai 5.000 mAh yang mendukung fast charging 15 W.
Menurut Irfan Rinaldi, Product Marketing Manager Samsung Electronics Indonesia, A22 5G memerlukan waktu sekitar 90 sampai 100 menit untuk mengisi baterainya dari kosong hingga penuh. Cukup disayangkan A22 5G tidak dilengkapi NFC. Jadi kalau memang benar-benar membutuhkan NFC, konsumen harus ‘naik kelas’ ke A32 5G.
Untuk layarnya, A22 5G mengemas panel 6,6 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 90 Hz. Lalu untuk kameranya, A22 5G mengandalkan kamera depan 8 megapixel dan tiga kamera belakang: kamera utama 48 megapixel, kamera ultra-wide 5 megapixel, dan kamera depth 2 megapixel.
Dalam kesempatan yang sama, Samsung Indonesia rupanya turut menyingkap Galaxy A22 versi standar alias non-5G. Perangkat ini dibanderol seharga Rp2.999.000 dan ada sejumlah perbedaan pada spesifikasinya.
Perbedaan yang paling utama tentu adalah chipset yang digunakan, yakni MediaTek Helio G80. Layarnya pun juga sangat berbeda. Bukan sebatas bentuk poninya saja, melainkan juga jenis panel yang digunakan: Super AMOLED 6,4 inci, dengan resolusi 1600 x 720 pixel dan refresh rate 90 Hz. Resolusinya lebih rendah, tapi sudah AMOLED dengan tingkat kecerahan maksimum 600 nit.
Konfigurasi kamera yang tertanam pun juga tidak sama. A22 mengandalkan kamera depan 13 megapixel dan empat kamera belakang: kamera utama 48 megapixel dengan OIS, kamera ultra-wide 8 megapixel, kamera macro 2 megapixel, dan kamera depth 2 megapixel.
Yang mungkin jadi pertanyaan adalah, kenapa kamera A22 justru terkesan lebih superior daripada A22 5G, terutama dengan adanya OIS? Irfan menjelaskan bahwa pertimbangannya adalah supaya harga jual A22 5G tidak terlampau mahal dan terpaut terlalu jauh dari A22. Dengan begitu, konsumen jadi bisa menentukan prioritasnya masing-masing; kalau yang dipentingkan adalah kamera, maka bisa memilih A22, tapi kalau dukungan 5G dirasa wajib, maka A22 5G adalah pilihan yang lebih ideal.
Saya pribadi melihat Samsung sebenarnya bisa saja menyematkan spesifikasi kamera yang identik, atau malah menyematkan panel AMOLED pada A22 5G, tapi harganya otomatis tidak akan semurah itu. Ketika selisih harga kedua perangkat terlalu jauh, konsumen mungkin bakal jadi lebih sulit menentukan prioritas, dan keputusan membeli pun sepenuhnya ditentukan oleh ketersediaan budget.
Selebihnya, Samsung Galaxy A22 5G dan Galaxy A22 cukup identik, baik dari segi kapasitas RAM, penyimpanan internal, maupun baterai. Untuk membedakan fisiknya, selain bisa ditinjau dari bentuk poninya, juga bisa dengan menyentuh bagian belakangnya; A22 5G memiliki permukaan bertekstur matte, sedangkan A22 hadir dengan finish glossy.
Flash sale dengan bonus menarik
Tidak seperti Galaxy A32 5G yang cuma dipasarkan secara online, Galaxy A22 5G dan A22 bakal tersedia melalui jalur online sekaligus offline. Pun begitu, Samsung juga menggelar program flash sale selama tiga hari (28-30 Juni 2021) dengan value yang cukup tinggi. Banderolnya memang sama — Rp3.299.000 untuk A22 5G, Rp2.999.000 untuk A22 — akan tetapi bonus-bonusnya bisa menjadi daya tarik tersendiri.
Untuk Galaxy A22 5G, konsumen yang membeli selama periode flash sale bakal mendapat bonus berupa perangkat Galaxy Fit2 dan layanan Samsung Care+ selama 2 tahun, dengan nilai total mencapai hampir 1,5 juta rupiah. Program ini hanya tersedia di samsung.com/id serta official store Samsung di Tokopedia.
Untuk Galaxy A22, bonus selama periode flash sale-nya adalah Galaxy Fit2 dan paket data IM3 180 GB selama 12 bulan, dengan nilai total sekitar 700 ribu rupiah. Program ini bisa diikuti lewat samsung.com/id serta official store Samsung di Shopee.
Berdasarkan riset terbaru yang dipublikasikan oleh Strategy Analytics (SA), total pengapalan smartphone secara global mencapai angka 136 juta unit pada kuartal pertama tahun 2021 kemarin (Q1 2021). Jumlah ini naik sekitar 6% jika dibandingkan dengan angka pengapalan di kuartal sebelumnya (Q4 2020).
Dari lima pabrikan, Samsung dan Vivo keluar sebagai dua vendor smartphone 5G dengan pertumbuhan tercepat di seluruh dunia. Samsung, dengan lineup keluarga Galaxy S21 5G yang diperkenalkan pada Q1 2021, berhasil mengapalkan 17 juta unit smartphone 5G, naik sekitar 79% dibanding kuartal sebelumnya.
Menyusul di belakang Samsung adalah Vivo dengan angka pertumbuhan per kuartal sebesar 62%. Menurut SA, Vivo berhasil mengapalkan 19,4 juta smartphone 5G di Q1 2021, sebagian besar adalah iQOO U3 5G dan U7 5G. Kalau dua ponsel tersebut kedengaran asing, itu karena Vivo memang tidak menjualnya di Indonesia, dan sejauh ini pasar 5G terkuat mereka terpusat di dataran Tiongkok serta Eropa.
Selanjutnya, ada OPPO dan Xiaomi yang masing-masing mencatatkan pertumbuhan sebesar 55% dan 41% dibanding kuartal sebelumnya. Satu-satunya yang mengalami penurunan adalah Apple, turun sekitar 23% dari 52,2 juta unit di Q4 2020 menjadi 40,4 juta unit di Q1 2021. Namun ini tidak terlalu mengagetkan mengingat iPhone 12 dirilis di Q4 2020, dan ponsel 5G pertama Apple itu memang merupakan salah satu opsi paling populer yang dijadikan hadiah selama musim liburan di berbagai negara.
Satu catatan menarik yang SA tambahkan adalah bagaimana pertumbuhan pesat Samsung tidak diimbangi dengan popularitasnya di Tiongkok. Menurut SA, tingkat kehadiran Samsung sangatlah kecil di Tiongkok, yang notabene merupakan pasar 5G terbesar, dan ini yang pada akhirnya menghambat laju pertumbuhannya lebih jauh lagi. Sebaliknya, vendor asal Tiongkok seperti Vivo, OPPO, maupun Xiaomi nyaris tidak punya andil di pasar Amerika Serikat, dan ini menurut SA berdampak terhadap besaran laba yang bisa dihasilkan.
SA melihat bahwa permintaan atas smartphone 5G terus bertambah kuat, terutama di Tiongkok, Amerika Serikat, dan negara-negara di Eropa Barat. Diprediksi bahwa total pengapalan smartphone 5G secara global selama tahun 2021 bakal mencapai angka 624 juta unit, naik drastis dari 269 juta unit di sepanjang tahun 2020.
Hampir tiga bulan setelah diumumkan di kancah global, OPPO Find X3 Pro akhirnya resmi mendarat di Indonesia. Dibandingkan Find X2 Pro, flagship baru OPPO ini menghadirkan sederet pembaruan yang signifikan, terutama di sektor layar dan kamera.
Layarnya merupakan panel OLED 6,7 inci dengan resolusi 3216 x 1440 pixel. Namun yang lebih istimewa, OPPO turut melengkapi Find X3 Pro dengan 10-bit Full Path Color Management System, memungkinkan layarnya untuk menampilkan visual yang memukau dengan satu miliar warna.
Tingkat kecerahan maksimum layarnya mencapai 1.300 nit, dan rasio kontrasnya berada di angka 5.000.000:1. OPPO cukup berbangga dengan fakta bahwa layar Find X3 Pro telah mendapat sertifikasi A+ dari DisplayMate. Di ujung kiri atasnya, kita bisa menemukan kamera selfie 32 megapixel f/2.4.
Selain sanggup menampilkan satu miliar warna, Find X3 Pro juga mampu menghasilkan foto dan video dengan satu miliar warna berkat sepasang kamera utamanya. Ya, kamera utama di ponsel ini ada dua; satu dipasangkan dengan lensa wide f/1.8, satu lagi dengan lensa ultra-wide f/2.2. Keduanya sama-sama ditenagai sensor Sony IMX766 dengan resolusi 50 megapixel dan ukuran penampang 1/1,56 inci.
Keistimewaan kameranya tidak berhenti sampai di situ saja. Find X3 Pro turut mengemas kamera microlens 3 megapixel. Kamera ini sangat berbeda dari kamera macro biasa, sebab ia mampu mengabadikan gambar-gambar mikroskopis dengan tingkat perbesaran maksimum 60x.
Andrian Ishak, chef ahli molecular gastronomy yang ikut hadir di acara peluncuran Find X3 Pro, memprediksi kamera microlens ini bakal jadi favorit konsumen yang hobi fotografi makanan. Kemampuan zoom hingga sedekat itu pastinya akan membuka perspektif baru dalam bidang food photography, seperti misalnya ketika mengambil foto super close-up dari rongga-rongga di dalam roti croissant.
Melengkapi setup kamera belakangnya adalah kamera telephoto 13 megapixel dengan 5x hybrid optical zoom. Kenapa OPPO tidak lagi menyematkan kamera periskop dengan kemampuan zoom yang lebih jauh? Pertanyaan tersebut sudah dijawab langsung secara merinci oleh Dr. Huang Jiewen, Senior Engineer of Photography OPPO, pada artikel sebelumnya. Singkat cerita, OPPO pada dasarnya harus mengambil kompromi demi mewujudkan desain yang lebih ringkas.
Komentar menarik lain mengenai kamera Find X3 Pro datang dari Riri Riza, sutradara kawakan yang diam-diam rupanya sedang menyiapkan sebuah film pendek yang direkam menggunakan Find X3 Pro. Menurutnya, yang bagus bukan cuma kualitas videonya saja, kualitas audio yang diambil menggunakan mikrofon bawaan perangkat pun sudah cukup memadai, sehingga terkadang bisa langsung digunakan di hasil akhir sebuah proyek demi menyederhanakan workflow.
Performa dan desain
Sebagai flagship keluaran tahun 2021, Find X3 Pro pastinya sudah menggunakan chipset Snapdragon 888, lengkap beserta RAM LPDDR5 12 GB, dan penyimpanan internal UFS 3.1 sebesar 256 GB. Baterainya tercatat memiliki kapasitas 4.500 mAh, serta tentu saja sudah mendukung teknologi fast charging 65 W (SuperVOOC 2.0) yang mampu mengisi baterai hingga 100% dalam waktu 38 menit saja.
Wireless charging turut menjadi fitur standar yang ditawarkan oleh Find X3 Pro. Malahan, wireless charging-nya bisa berjalan dengan output sebesar 30 W, sehingga baterai dapat terisi penuh dalam waktu sekitar 80 menit menggunakan charger AirVOOC.
Soal dukungan jaringan 5G, rincian spesifikasi Find X3 Pro yang ada di situs resmi OPPO mencantumkan dukungan band n1/n3/n5/n7/n8/n20/n28/n38/n40/n41/n77/n78/n79, yang berarti ia pun kompatibel dengan layanan 5G Telkomsel yang beroperasi di band n40.
Semua itu dikemas dalam bodi setebal 8,26 mm, dengan bobot yang lebih ringan ketimbang pendahulunya di angka 193 gram. Find X3 Pro hadir dalam dua warna, masing-masing dengan tipe finish yang berbeda: varian biru memiliki tekstur matte, sedangkan varian hitam memiliki tekstur glossy. Keduanya sama-sama tahan air dan debu dengan sertifikasi IP68.
Harga dan ketersediaan
Di Indonesia, OPPO Find X3 Pro akan tersedia dalam jumlah terbatas melalui pre-order mulai 3-18 Juni 2021 dengan harga resmi Rp15.999.000 di Erafone dan Eraspace, serta deretan situs e-commerce terkemuka seperti Blibli, JD.id, Lazada, Shopee, dan Tokopedia.
Selama masa pre-order, konsumen juga bisa mendapat penawaran khusus berupa bonus TWS premium OPPO Enco X dan 45W AirVOOC Wireless Charger dengan nilai total sekitar 3,5 jutaan rupiah.
Setelah sekian lama dinantikan, jaringan 5G akan resmi beroperasi di Indonesia pada tanggal 27 Mei 2021, diawali dengan enam lokasi residensial di Jabodetabek oleh Telkomsel. Itu artinya sekarang adalah saat yang tepat untuk membeli smartphone 5G, terutama jika Anda ingin segera menikmati keuntungan-keuntungan yang dibawa oleh teknologi jaringan seluler generasi terbaru tersebut.
Namun buat sebagian orang, semua ini mungkin terasa berlalu kelewat cepat. Mereka yang masih merasa nyaman dengan jaringan 4G mungkin bertanya-tanya dalam hati, “Buat apa 5G? 4G kan sudah cepat.” Kalau kita ingat-ingat, sentimen serupa sebenarnya juga muncul ketika kita melalui masa transisi dari 3G ke 4G.
Pada kenyataannya, 4G benar-benar tidak ada apa-apanya dibanding 5G kalau soal kecepatan. Dengan 5G, streaming video dapat dilakukan bukan lagi di resolusi 1080p, melainkan di resolusi 4K atau malah 8K.
Hal yang sama juga berlaku untuk mengunggah video. Semakin cepat koneksinya, berarti semakin singkat pula waktu yang dibutuhkan untuk mengunggah video, dan ini krusial apabila ponselnya memang mendukung perekaman video dalam resolusi 4K, macam OPPO Reno5 5G misalnya, salah satu smartphone 5G yang sudah dijual secara resmi di tanah air.
Bukan cuma lebih cepat, 5G juga punya latensi yang jauh lebih rendah daripada 4G. Artinya, 5G jauh lebih bisa diandalkan untuk gaming, sebab latensi yang rendah berarti nyaris tidak ada jeda antara pergerakan di dalam game dengan input dari pemain. Itulah mengapa pada akhirnya pabrikan tidak lupa membekali smartphone 5G dengan kinerja yang mumpuni.
Ambil Reno5 5G lagi sebagai contoh. Berbekal chipset Snapdragon 765G dan layar AMOLED 90 Hz — plus koneksi 5G tentu saja — ponsel ini siap menyuguhkan pengalaman yang sangat optimal bagi kalangan gamer kompetitif. Bukan cuma di kelas menengah ke atas, di segmen yang lebih terjangkau pun 5G juga tetap bisa diasosiasikan dengan performa yang mumpuni. Contohnya OPPO A74 5G yang mengandalkan chipset Snapdragon 480, yang kinerjanya terbukti setara dengan Snapdragon 600-series.
Kombinasi kecepatan tinggi dan latensi rendah juga berarti 5G sangat ideal untuk layanan cloud gaming macam Google Stadia atau Xbox Game Pass (xCloud). Menggunakan layanan-layanan ini, kinerja ponsel bisa dibilang sudah tidak lagi relevan karena yang diandalkan sepenuhnya adalah kecepatan sekaligus kestabilan koneksi, dan yang dimainkan juga deretan game kelas console next-gen sekaligus PC.
Selain untuk kebutuhan hiburan, 5G juga bakal berdampak positif dalam dunia kerja. Panggilan video dipastikan bakal berlangsung jauh lebih mulus ketimbang menggunakan 4G. Dengan 5G, tidak ada lagi kejadian di mana video berjalan putus-putus atau gambarnya kelihatan seperti lukisan cat air karena koneksinya tidak stabil.
Kalau boleh menyimpulkan, 5G bakal mengubah cara kita bekerja sekaligus menikmati hiburan, kurang lebih sama seperti ketika kita berpindah dari 3G ke 4G.
Smartphone 5G yang sudah bisa dibeli sekarang
Dibanding pabrikan-pabrikan lain, OPPO secara konsisten menghadirkan smartphone 5G bahkan jauh sebelum jaringannya tersedia. Semuanya berawal ketika mereka merilis Find X2 dan Find X2 Pro di bulan Maret 2020, duo flagship yang sama-sama mengunggulkan chipset Snapdragon 865, yang sendirinya sudah 5G-ready. Kalau Anda punya salah satunya, bersiaplah menunggu pembaruan perangkat lunak yang akan membuka dukungan jaringan 5G.
Dalam waktu dekat, OPPO juga bakal mendatangkan Find X3 Pro ke Indonesia. Tak hanya menjanjikan performa flagship dengan chipset Snapdragon 888, ponsel tersebut juga mengunggulkan layar OLED istimewa yang mampu menampilkan lebih dari satu miliar warna, tidak ketinggalan pula dua kamera utama sekaligus.
Di segmen menengah, OPPO punya Reno5 5G yang tak hanya menawarkan kinerja beserta layar yang mumpuni tadi, tapi juga baterai 4.300 mAh dengan dukungan fast charging 65 W, yang mampu mengisi penuh baterai perangkat dalam waktu 35 menit saja. Reno5 5G saat ini bisa dibeli di harga Rp5.999.000.
Di bawahnya lagi, konsumen bisa melirik OPPO A74 5G. Sampai artikel ini ditulis, ponsel ini merupakan ponsel 5G termurah yang tersedia secara resmi di Indonesia, dengan banderol hanya Rp3.799.000. Selain chipset dan layarnya tadi, keunggulannya turut mencakup NFC, baterai 5.000 mAh yang mendukung fast charging 18 W, serta empat kamera belakang dengan kamera utama 48 megapixel dan kamera ultra-wide 8 megapixel.
Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.
Smartphone 5G terus menjadi topik pembicaraan hangat dalam beberapa bulan terakhir ini, terutama setelah satu demi satu pabrikan mulai meluncurkan smartphone 5G di tanah air. Namun tahukah Anda kalau smartphone 5G sebenarnya sudah eksis di Indonesia sejak tahun lalu?
Ambil contoh OPPO Find X2 dan Find X2 Pro, dua ponsel flagship yang dirilis secara resmi di Indonesia pada bulan Maret 2020. Keduanya sama-sama mengunggulkan chipset Qualcomm Snapdragon 865, yang sendirinya sudah mengusung modem 5G terintegrasi. Namun berhubung jaringan 5G memang belum tersedia di Indonesia, OPPO pun masih mengunci dukungan 5G pada kedua perangkat tersebut.
Masuk tahun 2021, belum ada kabar menjanjikan mengenai komersialisasi 5G di Indonesia. Namun hal tersebut rupanya tidak mencegah OPPO untuk merilis ponsel 5G lain. Pada tanggal 22 Januari 2021, OPPO resmi memperkenalkan Reno5 5G di pasar Indonesia. Padahal, beberapa hari sebelumnya mereka sudah merilis Reno5 standar yang hanya mendukung jaringan 4G.
Kesannya memang agak aneh; kenapa OPPO harus merilis smartphone 5G tatkala jaringannya belum tersedia sama sekali? OPPO sebenarnya bisa saja hanya merilis Reno5 standar, dan konsumen tanah air tidak akan dirugikan sama sekali. Namun OPPO berpendapat berbeda. Mereka merasa perlu mengambil langkah nyata untuk membantu mendorong percepatan komersialisasi 5G.
Tidak lama setelah perilisan Reno5 5G, tepatnya pada tanggal 4 Februari 2021, OPPO Indonesia menggelar event OPPO 5G Academy, mengundang petinggi Smartfren dan Qualcomm sebagai narasumbernya. Selain untuk mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat Indonesia mengenai teknologi jaringan 5G, acara tersebut sebenarnya juga sekaligus menjadi bukti kepada pemerintah Indonesia bahwa pihak penyedia device (OPPO), penyedia jaringan (Smartfren), dan penyedia teknologi (Qualcomm) sudah 100% siap menyambut tren 5G di Indonesia.
Smartphone 5G-ready untuk berbagai kalangan
5G sama sekali bukan teknologi yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan berduit saja, dan OPPO 100% setuju dengan pendapat tersebut. Di Indonesia, OPPO sejauh ini sudah menjual smartphone 5G untuk tiga kalangan yang berbeda: Find X2 dan Find X2 Pro untuk kalangan penikmati perangkat flagship, Reno5 5G untuk kalangan menengah ke atas, dan yang terbaru, A74 5G untuk kalangan menengah ke bawah.
Dibanderol Rp3.799.000, OPPO A74 5G merupakan salah satu smartphone 5G termurah yang bisa dibeli di Indonesia saat ini. Perangkat mengunggulkan chipset Snapdragon 480 sebagai otaknya, lengkap beserta layar 90 Hz untuk semakin memulus pengalaman penggunaan. Ponsel ini pada dasarnya dirancang untuk konsumen yang ingin bisa segera menikmati kelebihan 5G tidak lama setelah jaringannya beroperasi secara resmi, tapi di saat yang sama tidak memiliki budget terlalu besar.
Buat yang memiliki budget lebih besar, persisnya Rp5.999.000, mereka bisa melirik Reno5 5G. Selain unggul perihal teknologi jaringan, perangkat ini juga menawarkan kinerja yang lebih baik daripada Reno5 versi standar. Perpaduan chipset Snapdragon 765G dan layar AMOLED 90 Hz tentu berdampak sangat positif terhadap pengalaman penggunaan, dan semuanya kian disempurnakan oleh dukungan fast charging 65 W yang mampu memangkas waktu pengisian ulang baterai secara sangat signifikan.
Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, OPPO juga punya Find X2 dan Find X2 Pro untuk segmen flagship. Namun dalam waktu dekat, OPPO juga bakal segera memboyong perangkat flagship terbarunya ke tanah air, yakni Find X3 Pro. Ponsel berotakkan Snapdragon 888 itu pun sudah pasti juga telah mendukung jaringan 5G, dan OPPO tidak lupa menyematkan inovasi-inovasi yang sangat menarik di sektor layar beserta kameranya.
Komersialisasi 5G sudah tinggal selangkah lagi
Kembali ke gagasan di awal; perangkatnya sudah siap sejak lama, lalu bagaimana dengan jaringannya sendiri? Seberapa lama lagi kita harus menunggu komersialisasi jaringan 5G di Indonesia? Kalau melihat perkembangan terkini, sepertinya tidak akan terlalu lama lagi.
Menyusul ke depannya adalah kota-kota besar lain seperti Batam, Medan, Solo, Bandung, Surabaya, Makassar, Denpasar, dan Balikpapan. Sebelum ini, pihak Kominfo sendiri juga sudah merilis beleid yang menyebutkan bahwa tahap awal komersialisasi jaringan 5G bakal diadakan di enam ibukota provinsi di Pulau Jawa, yakni Bandung, Jakarta, Banten, Surabaya, Yogyakarta, dan Semarang.
Selanjutnya, implementasi 5G juga akan dilakukan pada lima destinasi wisata super-prioritas yang meliput Labuan Bajo (NTT), Mandalika (NTB), Danau Toba (Sumatera Utara), Likupang (Sulawesi Utara), dan Borobudur (Jawa Tengah).
Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.
OPPO meluncurkan smartphone 5G baru untuk pasar Tiongkok, yakni OPPO K9 5G. Perangkat ini merupakan penerus dari K7 5G yang dirilis tahun lalu, sekaligus menjadi ponsel pertama dari seluruh lini K-series yang dibekali layar dengan refresh rate tinggi.
Layar yang dimaksud adalah panel AMOLED 6,43 inci dengan resolusi FHD+, refresh rate 90 Hz, dan touch sampling rate 180 Hz. Di baliknya, terdapat sebuah sensor sidik jari generasi keenam, dan ujung kiri atasnya dihuni oleh lubang kecil untuk kamera selfie 32 megapixel. Lebih lanjut soal kamera, OPPO K9 5G datang membawa tiga kamera belakang yang terdiri dari kamera utama 64 megapixel, kamera ultra-wide 8 megapixel, dan kamera macro 2 megapixel.
Beralih ke spesifikasi, OPPO K9 5G ditenagai oleh chipset Qualcomm Snapdragon 768G, suksesor dari Snapdragon 765G yang menawarkan peningkatan performa CPU sekaligus GPU. Prosesor itu didampingi oleh RAM 8 GB, serta pilihan storage internal 128 GB atau 256 GB. Guna semakin memaksimalkan kinerjanya, OPPO pun tidak lupa menyematkan 3D liquid-cooling system.
Melengkapi spesifikasinya adalah baterai 4.300 mAh yang mendukung fast charging 65 W. Secara keseluruhan, spesifikasinya terdengar mirip dengan Reno5 5G yang dijual di Indonesia, dengan pengecualian pada chipset-nya itu tadi. Dari sisi software, tentu saja K9 5G sudah menjalankan sistem operasi ColorOS 11.1 yang berbasis Android 11.
Di Tiongkok, OPPO rencananya bakal memasarkan K9 5G mulai 11 Mei dengan harga 1.999 yuan (± 4,4 jutaan rupiah) untuk varian 8 GB/128 GB, dan 2.199 yuan (± 4,8 jutaan rupiah) untuk varian 8 GB/256 GB. Sejauh ini belum ada informasi apakah OPPO juga bakal menjual perangkat ini di negara-negara lain.
Kalau Anda masih ingat, lini OPPO K-series sebenarnya sempat dijual di pasar tanah air. Yang terakhir adalah OPPO K3 yang dirilis di tengah meledaknya tren kamera depan model popup di tahun 2019. Namun entah kenapa alasannya, lini K-series tidak dilanjutkan oleh OPPO Indonesia. Kemungkinan besar karena OPPO ingin menyederhanakan lineup ponselnya di sini, yang sekarang hanya terdiri dari A-series, Reno series, dan Find X series.
Setelah memperkenalkan Reno5 5G di bulan Januari kemarin, OPPO kembali menyingkap smartphone 5G lain untuk pasar tanah air, kali ini yang ditujukan untuk kelas menengah ke bawah, yaitu OPPO A74 5G.
Ada banyak poin menarik mengenai A74 5G, utamanya fakta bahwa ia merupakan ponsel pertama yang dibekali chipset Qualcomm Snapdragon 480 yang dirilis resmi di Indonesia. OPPO bahkan tidak segan menyebutnya sebagai ponsel 5G termurah di Indonesia saat ini, dengan banderol hanya Rp3.699.000 saja.
Sekadar mengingatkan, Snapdragon 480 merupakan chipset 5G yang Qualcomm siapkan untuk segmen entry-level. Kendati demikian, performanya jauh di atas performa chipset entry-level yang kita kenal selama ini.
Dominikus Susanto, Senior Manager Business Development Qualcomm Indonesia, menjelaskan dalam acara peluncuran A74 5G bahwa Snapdragon 480 menawarkan peningkatan kinerja CPU maupun GPU hingga dua kali lipat lebih kencang dibanding generasi sebelumnya. Saking gegasnya performa yang ditawarkan Snapdragon 480, konsumen mungkin bakal lupa kalau smartphone yang digunakannya mengemas chipset dari seri 400.
“Chipset mid-range killer,” canda Dominikus ketika menggambarkan kehebatan Snapdragon 480. Namun benar saja, sebab secara teknis Snapdragon 480 memang mengusung inti CPU Kryo 460 yang sama seperti milik Snapdragon 675. Singkat cerita, di atas kertas Snapdragon 480 mungkin terdengar kurang wah, tapi sentimen negatif tersebut bisa terpatahkan setelah menjajal langsung kinerjanya.
Selain peningkatan performa, dukungan jaringan 5G tentu juga menjadi fitur unggulan Snapdragon 480, baik yang beroperasi di jaringan standalone (SA) maupun non-standalone (NSA). Intinya, konsumen A74 5G dipastikan bisa langsung menikmati segala kelebihan 5G ketika jaringannya sudah mulai beroperasi secara resmi di Indonesia, sama kasusnya seperti Reno5 5G.
OPPO A74
Dalam kesempatan yang sama, OPPO rupanya turut memperkenalkan A74 versi biasa yang hanya mendukung jaringan 4G. Wujudnya sepintas kelihatan identik, dan harganya pun sebenarnya tidak berbeda terlalu jauh: Rp3.499.000. Namun ternyata ada cukup banyak perbedaan spesifikasi yang diusung di antara kedua perangkat. Supaya lebih jelas, silakan lihat langsung tabel perbandingan spesifikasinya di bawah ini.
OPPO A74 5G
OPPO A74
Prosesor
Qualcomm Snapdragon 480 5G
Qualcomm Snapdragon 662
RAM + ROM
6 GB LPDDR4X + 128 GB UFS 2.1
6 GB LPDDR4X + 128 GB UFS 2.1
Berat / ketebalan
180 gram / 8,42 mm
175 gram / 7,95 mm
Layar
6,49 inci LCD
2400 x 1080 pixel (405 ppi)
90 Hz refresh rate
90,5% screen-to-body ratio
6,43 inci AMOLED
2400 x 1080 pixel (409 ppi)
60 Hz refresh rate
90,8% screen-to-body ratio
Kamera depan
16 MP f/2.0
16 MP f/2.0
Kamera belakang
48 MP main camera f/1.7
8 MP ultra-wide camera f/2.2
2 MP mono camera f/2.4
2 MP macro camera f/2.4
48 MP main camera f/1.7
2 MP mono camera f/2.4
2 MP macro camera f/2.4
Penguncian
Side fingerprint sensor
In-display fingerprint 3.0
Baterai
5.000 mAh
18 W fast charging
5.000 mAh
33 W fast charging
Jaringan
Dual-mode 5G, 4G LTE, VoLTE
4G LTE, VoLTE
Konektivitas
3,5 mm audio jack, Bluetooth, NFC
3,5 mm audio jack, Bluetooth
Sistem operasi
ColorOS 11.1
ColorOS 11.1
Warna
Fluid Black & Space Silver
Prism Black & Midnight Blue
Harga
Rp3.699.000
Rp3.499.000
Seperti yang bisa dilihat, selain mengemas chipset yang berbeda, tipe panel layar yang digunakan kedua ponsel pun juga berbeda. A74 5G menggunakan panel LCD dengan refresh rate 90 Hz, sedangkan A74 memakai panel AMOLED 60 Hz. Berhubung AMOLED, otomatis sensor sidik jarinya bisa ditempatkan di bawah layar, berbeda dari A74 5G yang menggunakan side fingerprint sensor.
Beralih ke kamera, A74 sama sekali tidak dilengkapi kamera ultra-wide seperti A74 5G. Kedua perangkat sama-sama mengusung baterai berkapasitas 5.000 mAh, akan tetapi dukungan fast charging-nya rupanya berbeda; 18 W pada A74 5G, 33 W pada A74. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya sendiri.
Pun demikian, kalau Anda butuh NFC, maka pilihan satu-satunya cuma A74 5G, sebab A74 tidak dilengkapi chip NFC. Dimensi perangkat juga cukup berbeda. Bobotnya kurang lebih sama, akan tetapi tebalnya selisih hampir 0,5 mm. Terlepas dari segala perbedaannya, kedua perangkat sama-sama menjalankan sistem operasi ColorOS 11.1.
Online vs offline
Satu hal paling penting yang perlu dicatat adalah, OPPO A74 5G hanya akan dipasarkan secara online via Shopee mulai tanggal 23 April. Di hari peluncuran pertamanya, OPPO juga mengadakan program flash sale dengan potongan harga sebesar 100 ribu rupiah. A74 di sisi lain akan tersedia secara online maupun offline.
Ketika ditanya kenapa begitu, Aryo Meidianto selaku PR Manager OPPO Indonesia menjelaskan bahwa salah satu alasannya adalah karena stok A74 5G bakal sangat terbatas. Saking terbatasnya, diperkirakan stoknya akan habis dalam satu sampai dua minggu pertama saja. Hal ini dikarenakan OPPO Indonesia harus berbagi kuota unit A74 5G dengan sejumlah negara lain. Sebaliknya, stok A74 standar dipastikan bakal melimpah ketika mulai dijual pada akhir bulan April 2021.
Hari demi hari, kita semakin sering mendengar kata 5G disebut. Teknologi jaringan seluler generasi kelima ini memang masih belum bisa dibilang mainstream, tapi cepat atau lambat hal itu pasti akan terjadi, sama halnya seperti ketika 4G mengambil alih status mainstream dari 3G.
Di titik ini, sebagian besar dari kita mungkin sudah paham betul mengenai kelebihan yang ditawarkan 5G, tapi tidak ada salahnya kita mengingat kembali. Satu keunggulan utamanya tentu adalah soal kecepatan. Dalam skenario yang paling ideal menggunakan spektrum mmWave (millimeter wave), 5G tercatat bisa mencapai kecepatan download setinggi 1,8 Gbps, dan ini rupanya masih jauh dari kapabilitasnya secara teoretis.
Namun seperti yang saya bilang, kita semua mungkin sudah tahu soal itu. Yang lebih menarik untuk dibahas adalah bagaimana implikasi 5G dapat berujung pada lahirnya fitur-fitur baru yang spesifik pada beragam gadget yang kita gunakan sehari-harinya.
Kalau kita ingat-ingat, dulu sebelum ada jaringan 3G, ponsel hanya kita gunakan untuk sebatas mengirim SMS atau MMS. Barulah ketika 3G sudah mainstream, aplikasi chatting macam BBM atau WhatsApp mulai bertambah populer. Kemudian pada saat 4G sudah tersedia, giliran fitur video call yang jadi pilihan khalayak. Ini membuktikan bahwa setiap generasi akan menghadirkan fitur-fitur anyar yang bermanfaat, dan 5G tentu tidak akan luput dari itu.
Guna mengeksplorasi topik ini lebih jauh, saya pun memutuskan untuk berkonsultasi dengan dua sosok yang sudah mengikuti perkembangan industri telekomunikasi sejak lama, khususnya di Indonesia. Mereka adalah Shannedy Ong, Country Director Qualcomm Indonesia, dan Lucky Sebastian, seorang pakar yang sudah tidak asing lagi di kalangan komunitas pencinta gadget.
Dari penerus VoLTE sampai hilangnya expansion slot smartphone
Kita mulai dari yang paling sederhana dulu, yakni fitur panggilan telepon (audio). Di saat 5G sudah menjadi mainstream, panggilan telepon kemungkinan besar akan dialihkan ke jaringan 5G sepenuhnya, meneruskan standar VoLTE (Voice over LTE). Untuk panggilan video, hampir bisa dipastikan 5G bakal meningkatkan kualitasnya secara cukup signifikan. Kita tidak perlu terkejut seandainya video call dalam resolusi 4K bakal menjadi standar ke depannya.
Lanjut ke aspek lain, yaitu gaming, Lucky berpendapat bahwa 5G bakal menjadikan layanan cloud gaming seperti Google Stadia atau Microsoft xCloud kian populer lagi. Pasalnya, seperti yang kita tahu, layanan-layanan semacam ini benar-benar bergantung pada sepenuhnya kecepatan dan kestabilan koneksi internet, dan dua hal tersebut memang merupakan keunggulan utama yang ditawarkan oleh 5G.
Ketika gaming sudah bisa disalurkan melalui cloud, itu berarti smartphone tidak lagi memerlukan chipset yang luar biasa kencang, sebab semua pemrosesannya berjalan di server. Namun itu bukan berarti spesifikasi smartphone 5G ke depannya bakal lebih jelek daripada yang ada sekarang.
Justru sebaliknya, spesifikasi smartphone 5G kelas low-end nantinya malah bisa setara dengan ponsel kelas mid-end sekarang. Tren ini sudah mulai dibuktikan dengan munculnya chipset Qualcomm Snapdragon 480, yang kalau menurut Lucky arsitekturnya sudah bisa disetarakan dengan chipset Snapdragon seri 6 atau 7.
Kalau gaming bisa dialihkan ke cloud, bagaimana dengan produktivitas? Saya membayangkan kehadiran 5G nantinya bisa membantu memopulerkan layanan cloud video editing. Jadi bukan sekadar menyimpan videonya ke cloud saja, tapi juga langsung menyuntingnya secara online menggunakan perangkat apapun yang memiliki browser.
Proses rendering bisa dipercepat berkali-kali lipat karena mengandalkan keperkasaan komputer server, bukan perangkat yang kita gunakan, dan hasilnya bisa langsung diunduh dalam hitungan detik berkat 5G. Dalam skenario seperti ini, seorang video editor profesional pada dasarnya dapat bekerja di mana saja dan kapan saja, tidak perlu harus membawa-bawa laptop seharga puluhan jutanya ke mana-mana.
Satu hal menarik diungkapkan oleh Shannedy. Ia membayangkan bagaimana nantinya kombinasi 5G dan AI (artificial intelligence) dapat mewujudkan skenario video atau voice call dengan lawan bicara yang berbeda bahasa. Jadi kita hanya perlu berbicara menggunakan bahasa ibu masing-masing, dan smartphone kita akan menerjemahkannya secara instan, bukan lagi sebatas menampilkan caption terjemahan secara real-time.
Bisa dibayangkan betapa bergunanya fitur terjemahan instan ini untuk bidang-bidang seperti pendidikan atau kesehatan. Seandainya saya tertarik mengikuti kelas online mengenai winemaking, saya bisa langsung berguru pada para ahlinya di Itali, dan interaksi kami tidak akan terganggu sama sekali berkat fitur terjemahan instan semacam ini.
Kedua narasumber juga sependapat mengenai dampak positif 5G terhadap perkembangan teknologi virtual reality. Menurut Lucky, salah satu problem yang dialami konsumen saat ini adalah resolusi konten VR yang terbilang rendah. Di saat kecepatan download dan upload sudah tidak lagi menjadi penghambat, konten VR dalam resolusi 8K pun dapat disajikan dengan mudah.
Ketika problem-problem seputar teknologi VR ini sudah bisa diatasi dengan adanya 5G, tentu kita juga akan menyaksikan kemunculan berbagai layanan baru berbasis VR dari berbagai bidang. Dalam kasus kursus winemaking saya tadi, bukan tidak mungkin kelasnya dilangsungkan lewat medium VR, sehingga sesi belajar membuat wine yang saya ikuti bisa semakin interaktif lagi ketimbang sebatas video call biasa.
Juga menarik adalah opini Lucky mengenai kuota data. Ia memperkirakan bahwa ke depannya sistem kuota data kemungkinan akan hilang di saat 5G sudah benar-benar matang. Dengan kata lain, paket internet 5G dapat kita gunakan tanpa batasan kuota sedikit pun, dan itu dimungkinkan berkat bandwidth 5G yang lebar, serta dapat menampung koneksi berkali lipat lebih banyak.
Di titik itu, 5G tentu dapat menjadi fondasi yang sangat kuat untuk machine-to-machine communication. Keberadaan perangkat seperti 5G CPE (atau bisa juga kita sebut 5G router) bakal membantu mewujudkan konsep rumah pintar yang benar-benar wireless. Jadi ketimbang sepenuhnya mengandalkan internet kabel, konsumen juga punya opsi untuk menggunakan 5G sebagai sumber koneksi internet utama di kediamannya masing-masing.
Sebaliknya, apakah kehadiran 5G juga bakal berdampak pada ditinggalkannya sejumlah fitur lawas? Bisa jadi demikian. Salah satu yang langsung terpikirkan adalah expansion slot pada smartphone. Menurut Lucky, kehadiran 5G akan membuat fitur ini jadi tidak lagi relevan. Pasalnya, kecepatan akses ke cloud menggunakan jaringan 5G akan sama gegasnya dengan kecepatan perangkat mengakses media penyimpanan internal.
Di awal tahun 2021 ini, kita bahkan sudah melihat semakin banyak pabrikan yang tak lagi menyertakan expansion slot pada smartphone bikinannya. Lihat saja Samsung; dari tiga model Galaxy S21 yang mereka rilis, tidak ada satu pun yang bisa konsumen jejali dengan kartu microSD. Bukti lainnya datang dari OPPO; Reno5 5G yang mereka luncurkan belum lama ini tidak dilengkapi slot microSD, sedangkan Reno5 biasa punya.
Sepenting itukah 5G?
Pertanyaan di atas boleh dibilang adalah pertanyaan klise yang sebelumnya juga sering ditanyakan ketika 4G baru mulai diimplementasikan. Memang mudah sekali mengabaikan premis yang ditawarkan suatu teknologi baru jika kita belum pernah mencobanya, tapi begitu kita sudah menjajal, mungkin akan sulit untuk kembali ke skenario sebelumnya.
Sekarang mungkin kita sudah cukup puas dengan kecepatan menggunggah video 1080p menggunakan jaringan 4G. Namun kenyataannya sudah semakin banyak smartphone yang mampu merekam video 4K maupun 8K, dan ukuran video yang semakin besar ini bakal membuat 4G megap-megap.
Di setiap pergantian generasi, selalu ada yang namanya masa transisi. 5G tidak akan langsung menggantikan 4G dalam sekejap, sebab cakupan areanya juga akan diperluas secara bertahap sebelum akhirnya mampu menjangkau semuanya.
Menurut Shannedy, ketika 5G sudah mencapai skala ekonominya, semua smartphone dari kelas premium hingga low-end akan menawarkan konektivitas 5G. Di saat 5G sudah tersedia secara luas dan harga smartphone-nya sudah sangat terjangkau, maka tidak ada lagi alasan untuk tetap menggunakan smartphone 4G. Sama halnya dengan saat ini, hampir tidak ada lagi smartphone yang hanya memiliki konektivitas 3G.
Kesimpulannya, 5G mungkin belum terkesan penting sekarang, dan saya tidak heran seandainya sebagian besar konsumen masih bersikap tidak acuh. Namun satu hal yang harus selalu kita ingat adalah, 5G itu tidak akan hanya dinikmati oleh pengguna smartphone saja. Jaringan infrastruktur transportasi, kesehatan, industri berat, pertanian, dan lain sebagainya, semuanya juga akan terbantu oleh kehadiran 5G.
Di artikel ini pun saya baru membahas mengenai fitur-fitur anyar yang bisa 5G hadirkan di smartphone maupun gadget lain secara umum. Saya sama sekali belum membahas dampak positifnya di segmen lain, seperti misalnya otomotif. Mungkin ini bisa jadi topik pembahasan kita berikutnya.