Tag Archives: smartphone android

Samsung Galaxy S21 FE Resmi Diumumkan, Versi Hemat dari Flagship Tahun 2021

2022 baru berjalan empat hari, namun Samsung sudah tancap gas dan memperkenalkan smartphone baru. Bukan sembarang smartphone, melainkan Galaxy S21 FE 5G yang duduk di kelas premium.

Ponsel ini melanjutkan jejak Galaxy S20 FE dengan premis yang serupa, yakni menawarkan sejumlah fitur inti dari model flagship di harga yang lebih terjangkau. Alhasil, jangan heran kalau Galaxy S21 FE punya banyak kemiripan dengan Galaxy S21 standar.

Dari segi fisik misalnya, Galaxy S21 FE mempertahankan desain Contour-Cut Frame yang diunggulkan kakaknya, namun dengan sedikit modifikasi. Di S21 FE, rumah kameranya menyatu dengan panel belakang, berbeda dari S21 standar yang rumah kameranya menyatu dengan bingkai samping. Agak berbeda, namun masih sangat menunjukkan identitas seri Galaxy S21. Untuk warnanya, Samsung menyediakan empat opsi buat S21 FE, yaitu Olive, Graphite, Lavender, dan White.

Pada sisi depan, pengguna bakal disambut oleh layar AMOLED 6,4 inci dengan resolusi FHD+ (1080p) dan refresh rate 120 Hz. Ukuran layarnya lebih besar dari S21 standar, tapi lebih kecil daripada S21+. Lebih lanjut, S21 FE juga menggunakan sensor sidik jari optical, bukan ultrasonic. Lalu kalau dibandingkan dengan S20 FE, layar S21 FE sedikit lebih kecil (selisih 0,1 inci). Juga berbeda adalah kaca pelindungnya; S21 FE menggunakan kaca Gorilla Glass Victus, bukan lagi Gorilla Glass 3 seperti pada S20 FE.

Urusan dapur pacu, S21 FE cukup identik dengan kakak-kakaknya. Samsung memang belum menyebutkan secara gamblang, namun hampir bisa dipastikan S21 FE yang bakal dijual secara resmi di Indonesia menggunakan chipset Exynos 2100. Untuk RAM dan storage, S21 FE bakal hadir dalam dua varian: 8 GB/128 GB dan 8 GB/256 GB.

Berhubung ukuran fisiknya lebih besar daripada S21 standar, S21 FE pun bisa membawa baterai yang berkapasitas lebih besar, tepatnya 4.500 mAh. Meski begitu, tebal bodinya tidak berubah dan tetap di angka 7,9 mm, lebih tipis daripada S20 FE. Samsung pun tidak lupa menyematkan dukungan fast charging 25 W untuk S21 FE, dengan klaim bahwa baterainya bisa terisi lebih dari 50% hanya dalam waktu sekitar 30 menit.

Perbedaan yang paling menonjol bisa kita temui pada kameranya. S21 FE mengemas tiga kamera belakang yang terdiri dari kamera utama 12 megapiksel f/1.8 dengan Dual Pixel AF dan OIS, kamera ultra-wide 12 megapiksel f/2.2, dan kamera telefoto 8 megapiksel f/2.4. Sebagai pembanding, S21 standar mengemas konfigurasi kamera yang serupa, akan tetapi kamera telefotonya memakai sensor 64 megapiksel dan dibekali OIS. Untuk keperluan selfie, S21 FE punya kamera depan 32 megapiksel.

Samsung sejauh ini belum menyingkap berapa harga jual S21 FE dan kapan produknya akan tersedia secara resmi di Indonesia. Di kawasan Eropa, ponsel ini kabarnya akan dijual pada 11 Januari dengan banderol mulai €749 berdasarkan laporan GSM Arena. Besar kemungkinan harganya di sini akan lebih terjangkau dari itu, mungkin di kisaran 10 jutaan rupiah.

Bukan Lagi Smartphone Android Go, Nokia C3 Resmi Hadir di Indonesia

Melalui sebuah konferensi pers yang digelar via Zoom, HMD Global hari ini meresmikan kehadiran Nokia C3 di pasar tanah air. Smartphone kelas budget ini merupakan penerus langsung dari Nokia C1, dan di pasar Indonesia, HMD rupanya memutuskan untuk melewatkan Nokia C2 sepenuhnya.

Tidak ada yang salah dari keputusan tersebut, sebab Nokia C3 benar-benar menawarkan peningkatan yang signifikan, utamanya karena ia merupakan ponsel pertama dari lini Nokia C-Series yang menjalankan sistem operasi Android versi penuh, bukan lagi versi Go Edition.

Secara teknis, Nokia C3 ditenagai oleh chipset Unisoc SC9863A dengan prosesor octa-core 1,6 GHz, RAM 2 GB, kapasitas penyimpanan internal 16 GB (plus slot microSD), dan baterai 3.040 mAh.

Nokia C3

Spesifikasinya sepintas mungkin terdengar biasa saja, namun seperti yang Karel Holub (General Manager HMD Global Indonesia) katakan, yang diutamakan di sini bukanlah spesifikasi di atas kertas, melainkan satu paket menyeluruh yang ditujukan untuk konsumen yang baru menggunakan smartphone untuk pertama kalinya, dan itu mereka wujudkan lewat penggunaan OS Android 10 versi murni tanpa skin ataupun bloatware lainnya.

Bukan cuma itu, HMD juga memastikan bahwa praktik ketat yang mereka terapkan selama ini untuk melindungi data konsumen tetap berlaku buat konsumen Nokia C3 sekalipun. Ponsel yang digunakan boleh murah, tapi keamanan data di dalamnya harus tetap terjamin setiap saat, kira-kira begitu cara HMD mempromosikan ponsel ini.

Karel menambahkan bahwa aspek privasi ini kian relevan di masa pandemi, di mana konsumen semakin bergantung pada ponselnya, termasuk untuk bertransaksi secara cashless. Seperti yang bisa kita ekspektasikan dari HMD Global, Nokia C3 dipastikan bakal terus menerima security update secara berkala hingga dua tahun ke depan.

Dibandingkan Nokia C1 maupun C2, layar IPS milik Nokia C3 jauh lebih besar dengan bentang diagonal 5,99 inci dan resolusi HD+. Desainnya simpel dan tidak neko-neko, tapi jujur saya lebih suka bagian depan yang simetris seperti ini ketimbang mayoritas ponsel kelas budget yang kelihatan kurang proporsional karena bezel bawahnya tebal selagi porsi atasnya digantikan oleh poni (notch).

Nokia C3 mengemas sepasang kamera: kamera depan 5 megapixel, dan kamera belakang 8 megapixel dengan dukungan HDR dan kemampuan perekaman video 1080p. Di bawah kamera belakangnya, tampak sebuah sensor sidik jari, satu komponen yang absen pada Nokia C1 maupun C2. Melengkapi semua fiturnya adalah integrasi Google Assistant, yang dapat dipanggil dengan mudah menggunakan sebuah tombol khusus.

Bagi yang tertarik, Nokia C3 akan dijual dengan harga Rp1.599.000, dan konsumen bisa memilih antara warna Nordic Blue atau sand. Rencananya, program pre-order Nokia C3 akan dimulai pada tanggal 23 Oktober melalui official store Nokia di Tokopedia, lalu menyusul pada tanggal 25 Oktober di eraspace.com dan Erafone. Mulai tanggal 2 November, pre-order juga dapat dilakukan melalui jaringan Cantik Group, Sentraponsel, dan Telering.

Semua program pre-order bakal berakhir pada tanggal 8 November 2020, dan bagi yang memesan selama periode pre-order, mereka berhak mendapat sejumlah benefit seperti paket data Telkomsel TAU 30 GB dan potongan harga hingga Rp500.000. Program cicilan dengan harga paling murah mulai Rp200.000 juga tersedia selama periode pre-order berlangsung.

Dalam kesempatan yang sama, HMD turut memperkenalkan TWS baru bernama Nokia Power Earbuds Lite. Perangkat yang bodinya tahan air dengan sertifikasi IPX7 ini dilengkapi driver berdiameter 6 mm serta total daya tahan baterai hingga 35 jam jika dipadukan bersama charging case-nya.

Harga jualnya di Indonesia masih belum diungkap, tapi yang pasti TWS ini bakal tersedia di pada kuartal keempat tahun ini juga melalui official store Nokia di beberapa situs ecommerce.

OPPO Reno4 F Resmi Diluncurkan, Berikut Spesifikasi dan Harganya

Desain dan kamera OPPO Reno4 F sudah kita bahas, sekarang giliran spesifikasinya yang perlu kita tinjau lebih jauh. Sebelumnya, perlu diingat bahwa Reno4 F memang diposisikan sebagai ponsel yang lebih terjangkau dari Reno4 Pro maupun Reno4, jadi cukup wajar apabila spesifikasinya memang kalah dari kedua smartphone tersebut.

Kalah bukan berarti lemah, sebab di atas kertas spesifikasi Reno4 F masih sangat mumpuni. Yang paling utama, Reno4 F mengandalkan chipset MediaTek Helio P95, chipset yang sama persis seperti yang digunakan oleh Reno3 Pro, yang sendirinya sudah terbukti andal untuk urusan performanya.

Dipadukan dengan RAM 8 GB, bisa dipastikan hampir semua game populer sanggup Reno4 F jalankan dengan mulus. Kapasitas penyimpanan internalnya tercatat sebesar 128 GB, dan tentu saja dapat diekspansi dengan bantuan kartu microSD. Sistem operasi yang dijalankan adalah ColorOS 7.2 yang menggunakan Android 10 sebagai basisnya.

Juga menarik adalah, meskipun tebal bodi Reno4 F hanya 7,48 mm, OPPO rupanya masih bisa menjejalkan baterai berkapasitas 4.000 mAh, lengkap dengan dukungan fast charging 18 W. Teknologi pengisian daya cepat ini rupanya menjadi faktor pembeda utama di antara keluarga Reno4. Duduk di kasta paling atas adalah Reno4 Pro dengan dukungan fast charging 65 W, disusul oleh Reno4 dengan 30 W, lalu Reno4 F dengan 18 W.

Untuk layarnya, Reno4 F menggunakan panel Super AMOLED 6,43 inci dengan resolusi 2400 x 1080 pixel, lengkap beserta sensor sidik jari terintegrasi dan lapisan kaca Gorilla Glass 3+. Berkat diameter lubang kamera yang hanya selebar 3,7 mm, Reno4 F bisa mencatatkan rasio screen-to-body sebesar 90,7%.

Lubang kameranya sendiri dihuni oleh kamera 16 megapixel dan depth sensor 2 megapixel. Untuk kamera belakang, Reno4 F mengunggulkan kamera utama 48 megapixel f/1.8 dengan ukuran sensor sebesar 1/2 inci, kamera ultra-wide 8 megapixel f/2.2, dan sepasang kamera monokrom 2 megapixel. Fitur-fitur kameranya sendiri sudah kita bahas sebelumnya pada saat unboxing.

Kabar terbaiknya adalah, semua itu bisa didapatkan dengan harga resmi Rp4.299.000 saja, selisih cukup signifikan jika dibandingkan dengan banderol harga Reno4. Pilihan warna yang tersedia untuk Reno4 F ada dua, yakni Matte Black dan Metallic White.

Penjualan perdananya akan dimulai pada 17 Oktober, namun OPPO juga akan menggelar flash sale di Shopee pada tanggal 12 Oktober mulai pukul 21.00 hingga 23.59. Konsumen yang memesan selama flash sale berlangsung bakal mendapatkan packaging dengan sleeve khusus, voucher Indomaret senilai Rp100.000, giftbox OASE LP01 senilai Rp800.000, dan Telkomsel TAU Entertainment Special Bundling Package hingga 70 GB.

Selanjutnya sampai tanggal 16 Oktober, konsumen bisa melakukan pre-order Reno4 F melalui online store OPPO Indonesia maupun counter fisiknya guna mendapatkan hadiah langsung berupa giftbox OASE LP01 senilai Rp800.000 dan Telkomsel TAU Entertainment Special Bundling Package sampai 70 GB.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh OPPO.

OPPO A53 Dirilis, Unggulkan Layar 90 Hz di Harga 2 Jutaan

Belum lama setelah meluncurkan Reno4, OPPO sudah menyiapkan penawaran baru di segmen menengah ke bawah. Perangkat yang saya maksud adalah OPPO A53, dan ia cukup istimewa karena sudah dibekali layar 90 Hz meski harganya berada di kisaran 2 jutaan rupiah.

Secara teknis, layarnya merupakan panel LCD 6,5 inci beresolusi 1600 x 720 pixel. Di samping refresh rate 90 Hz, OPPO tidak lupa membekali layarnya dengan touch sampling rate 120 Hz supaya pengalaman yang didapat pengguna bisa jadi lebih mulus lagi. Mengapit layarnya adalah sepasang speaker dengan dukungan teknologi Dirac 2.0 untuk semakin memaksimalkan perannya di sektor multimedia.

Seperti yang bisa kita lihat, ada lubang kamera kecil di layarnya yang dihuni oleh modul 16 megapixel f/2.0. Kamera belakangnya sendiri ada tiga; kamera utama 13 megapixel f/2.2, kamera portrait 2 megapixel f/2.4, dan kamera macro 2 megapixel f/2.4. Di dekat kamera belakangnya, tampak sebuah sensor sidik jari konvensional yang pastinya konsumen sudah sangat familier.

Urusan spesifikasi, A53 mengandalkan chipset Snapdragon 460 yang Qualcomm rilis di bulan Januari lalu, lengkap beserta RAM LPDDR4X berkapasitas 4 GB, serta storage internal UFS 2.1 64 GB. Perangkat turut dilengkapi slot microSD buat yang membutuhkan kapasitas penyimpanan ekstra.

Yang cukup istimewa adalah baterainya. Meski tebal bodi A53 tidak lebih dari 8,4 mm, ia ternyata mengemas baterai berkapasitas 5.000 mAh. Bukan cuma itu, baterainya juga sudah mendukung pengisian daya cepat 18 W. Melengkapi semua itu adalah sistem operasi dengan antarmuka versi terbaru, yakni ColorOS 7.2.

Di Indonesia, program pre-order OPPO A53 saat ini telah dibuka di beberapa situs e-commerce. Penjualan perdananya sendiri dijadwalkan berlangsung pada 27 Agustus, dengan banderol resmi Rp 2.499.000. Warna yang tersedia ada dua, yakni Fancy Blue dan Power Black.

Microsoft Resmi Luncurkan Surface Duo, Smartphone Berlayar Ganda Seharga $1.400

Masih ingat dengan Surface Duo, smartphone berlayar ganda yang sempat Microsoft pamerkan pada bulan Oktober tahun lalu? Microsoft akhirnya sudah menerima pre-order untuk produk tersebut, dan mereka akan mulai memasarkannya secara luas pada 10 September mendatang, setidaknya di Amerika Serikat.

Surface Duo bukanlah barang murah. Ia dibanderol $1.399, padahal kalau ditilik spesifikasinya, harga tersebut terdengar kelewat mahal. Surface Duo memang mengusung sejumlah komponen flagship, tapi flagship untuk tahun lalu: chipset Qualcomm Snapdragon 855 dan RAM 6 GB, dengan pilihan storage internal UFS 3.0 berkapasitas 128 atau 256 GB.

Namun tidak adil rasanya kalau membahas perangkat ini dari sisi teknis saja, sebab daya tarik utamanya memang terletak pada dua layarnya tersebut. Masing-masing merupakan panel AMOLED 5,6 inci beresolusi 1800 x 1350 pixel (aspect ratio 4:3), lalu ketika perangkat dibuka, keduanya menyatu menjadi panel 8,1 inci beresolusi 2700 x 1800 pixel (3:2).

Meski mengusung sepasang layar, Surface Duo terbilang tipis di angka 9,9 mm (dalam posisi tertutup), dan bobotnya lumayan ringan di angka 250 gram meski masing-masing layarnya dilapisi kaca Gorilla Glass. Yang mungkin terdengar kurang adalah baterainya, yang cuma berkapasitas 3.577 mAh. Smartphone Android lain yang layarnya cuma satu saja punya kapasitas yang lebih besar.

Android? Ya, Surface Duo menjalankan sistem operasi Android 10 yang sudah dimodifikasi oleh Microsoft. Beberapa aplikasi pun sudah dioptimalkan untuk kedua layarnya. Salah satu contohnya adalah Outlook, yang dapat menampilkan daftar inbox di layar sebelah kiri, diikuti oleh isi tiap-tiap email di layar sebelah kanan.

Tentu saja sepasang layar ini juga sangat cocok untuk membuka dua aplikasi sekaligus, semisal aplikasi video call dan aplikasi pembuat catatan, yang pastinya sangat relevan di masa pandemi seperti sekarang. Dalam orientasi portrait maupun landscape, kedua layarnya siap dipakai dalam beragam skenario demi memaksimalkan produktivitas.

Hal ini dimungkinkan berkat engsel 360 derajat yang dimilikinya, yang dapat menahan posisi perangkat di sudut apapun, jadi tidak harus membuka dan menutup saja. Surface Duo bahkan bisa diposisikan seperti tenda di atas meja seandainya pengguna hendak memakainya untuk menonton.

Satu hal yang unik dari Surface Duo adalah, ia cuma mengusung satu kamera 11 megapixel f/2.0 saja. Ini berarti kalau pengguna hendak memakainya untuk memotret objek atau merekam video (hingga 4K 60 fps), layarnya harus dilipat ke luar sehingga sisi yang dilengkapi kamera jadi membelakangi pengguna. Agak merepotkan memang, tapi kita juga harus ingat bahwa tujuan utama perangkat ini diciptakan adalah sebagai alat penunjang produktivitas.

Surface Duo pada dasarnya bisa dilihat sebagai alternatif dari ponsel foldable macam Samsung Galaxy Z Fold2. Saat bekerja menggunakan smartphone, terkadang kita bukannya membutuhkan layar yang berukuran lebih besar, melainkan dua layar yang saling bersinergi layaknya setup PC dengan monitor ganda. Kira-kira begitulah premis yang ditawarkan Surface Duo.

Sumber: Microsoft.

Melihat Lebih Dekat Desain OPPO Reno4

Peluncuran OPPO Reno4 di Indonesia sudah hampir di depan mata. Hari ini, OPPO untuk pertama kalinya mengungkap penampakan Reno4 di hadapan awak media, menjelaskan secara detail arahan desain yang mereka ambil selama mengembangkan perangkat tersebut.

Setidaknya ada tiga poin terpenting yang ingin OPPO angkat melalui Reno4: bodi yang ramping, warna yang trendi, dan layar high-end. Kita mulai dari poin yang pertama dulu. Reno4 hadir dengan tebal cuma 7,7 milimeter dan bobot 165 gram, menjadikannya sebagai yang paling tipis dan paling ringan dari semua seri Reno selama ini. Sebagai perbandingan, Reno3 sebelumnya punya tebal 7,9 milimeter dan bobot 170 gram.

Optimalisasi dimensi perangkat yang OPPO lakukan mencakup beberapa aspek, seperti misalnya penggunaan lembaran baja yang tahan panas sehingga ketebalannya bisa menyusut 0,15 mm. Selain itu, seri Reno4 juga memiliki komponen tertentu pada mainboard untuk mengurangi ketebalan perangkat sampai sebesar 0,3 mm. Terakhir, Reno4 juga mengemas Hidden Fingerprint Unlock yang memiliki ketebalan hanya 0,27 mm, yang sepertinya bakal diposisikan di balik layarnya.

Dalam presentasinya, Aryo Meidianto selaku PR Manager OPPO Indonesia juga sempat menyinggung bagaimana Reno4 terasa begitu nyaman digenggam menggunakan satu tangan. Bukan cuma karena bodinya sangat tipis dan ringan, tapi juga karena bagian samping kiri dan kanan punggungnya yang melandai.

Bicara soal punggung, tibalah kita pada poin yang kedua. Reno4 hadir dalam dua varian warna yang unik di balik kaca Gorilla Glass 3 yang melapisinya. Warna pertamanya adalah Galactic Blue dengan motif gradasi yang terinspirasi pancaran berlian, mengindikasikan target pasar utama Reno4, yaitu kalangan muda berpendapatan tinggi.

Keistimewaan varian warna ini terletak pada tekstur matte-nya yang tetap kelihatan berkilau saat terkena cahaya, menyajikan nuansa yang lebih premium selagi masih mempertahankan sisi ergonomisnya. OPPO mengaku harus menerapkan teknik khusus yang mereka juluki “Reno Glow” untuk bisa mendapatkan efek ini, dan ini merupakan pertama kalinya di seri Reno.

Varian warna selanjutnya adalah Space Black. Hitam di Reno4 rupanya agak tidak umum, sebab ia juga dapat memantulkan kilauan-kilauan kecil saat terkena biasan cahaya. Tidak seperti varian Galactic Blue yang motif gradasinya dari tengah ke luar, di varian Space Black gradasinya dari atas ke bawah, dan di porsi bawahnya ini OPPO turut menyematkan monogram logonya yang berulang-ulang.

Inspirasinya sudah jelas, yakni brand fashion, dan ini sengaja OPPO rancang demi memperkuat kesan bahwa Reno4 bukan sebatas smartphone untuk kebutuhan sehari-hari saja, melainkan juga bagian dari fashion sang empunya. Kebetulan logo baru OPPO yang didesain oleh Pentagram cukup luwes untuk diperlakukan seperti ini.

Beralih ke poin yang ketiga sekaligus terakhir, layar Reno4 tak lagi ‘dinodai’ oleh notch. Sepasang kamera depannya berada persis di ujung kiri atas layaknya Reno3 Pro sebelumnya. Dual punch-hole display seperti ini pastinya terlihat jauh lebih premium, dan OPPO pun tak lupa memproteksinya dengan kaca Gorilla Glass 5.

Layarnya sendiri merupakan panel AMOLED 6,5 inci dengan sertifikasi Eye Care Display dari SGS. Resolusi dan refresh rate layarnya ini belum bisa dikonfirmasi, sama halnya dengan spesifikasi lengkap Reno4 yang belum dibeberkan mengingat perangkat lunak yang digunakan saat ini masih belum dalam tahap final. Kita nantikan saja pengumuman selanjutnya dari OPPO Indonesia, yang semestinya tidak akan lama dari sekarang.

Vivo X50 dan X50 Pro Resmi Dipasarkan di Indonesia

Setelah lebih dulu meluncur di Tiongkok pada bulan Juni lalu, Vivo X50 Series akhirnya hadir secara resmi di Indonesia. Berbeda dari di Tiongkok, Vivo rupanya cuma menawarkan dua model saja di sini, yakni X50 dan X50 Pro. Untuk X50 Pro+, ada kemungkinan perangkat itu bakal menyusul ke depannya meski Vivo sendiri enggan memberikan kepastian.

Selain menghadirkan lineup yang berbeda, Vivo Indonesia rupanya juga sedikit memodifikasi spesifikasi X50. Versi Indonesianya memakai chipset Snapdragon 730, bukan 765G seperti X50 yang dijual di Tiongkok. Beruntung X50 Pro tidak ikut diubah dan masih tetap memakai chipset Snapdragon 765G.

Vivo X50 / Vivo
Vivo X50 / Vivo

Lebih lengkapnya mengenai spesifikasi Vivo X50 dan X50 Pro bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Vivo X50 Vivo X50 Pro
Layar AMOLED 6,56 inci, 1080p, 90 Hz dengan in-display fingerprint
Chipset Snapdragon 730 Snapdragon 765G
RAM 8 GB
Storage 128 GB 256 GB
Kamera depan 32 megapixel f/2.45
Kamera belakang
  • 48 megapixel f/1.6
  • ultra-wide 8 megapixel f/2.2
  • telephoto 13 megapixel f/2.46
  • macro 5 megapixel f/2.48
  • 48 megapixel f/1.6 dengan gimbal stabilization
  • ultra-wide + macro 8 megapixel f/2.2
  • telephoto 13 megapixel f/2.46
  • periscope 8 megapixel f/3.4
Baterai 4.200 mAh dengan dukungan Vivo FlashCharge 2.0 (33W) 4.315 mAh dengan dukungan Vivo FlashCharge 2.0 (33W)
OS Funtouch OS 10.5
Dimensi 159,5 x 75,4 x 7,55 mm 158,5 x 72,8 x 8,04 mm
Berat 173 gram 181,5 gram
Warna Glaze Black dan Frost Blue Alpha Grey
Harga Rp 6.999.000 Rp 9.999.000

X50 Pro pada dasarnya merupakan salah satu ponsel Snapdragon 765 pertama yang beredar di Indonesia secara resmi, dan menurut saya ini juga menjadi alasan mengapa harganya termasuk tinggi. Vivo menjual X50 Pro seharga Rp 9.999.000, sedangkan X50 biasa seharga Rp 6.999.000. Selisih tiga juta rupiah itu pada dasarnya merupakan penentu apakah konsumen bisa menikmati teknologi andalan yang Vivo siapkan, yaitu stabilisasi gimbal.

Fisik X50 Pro juga lebih elegan berkat sisi-sisi yang melengkung / Vivo
Fisik X50 Pro juga lebih elegan berkat sisi-sisi yang melengkung / Vivo

Saa kita lihat kamera belakangnya, bulatan paling besar di atas itu adalah kamera utama yang dilengkapi teknologi stabilisasi gimbal. Istimewanya, meski mengemas komponen gimbal, tebal X50 Pro masih berada di kisaran 8,04 mm, dan bobotnya pun tidak lebih dari 181,5 gram.

Vivo cukup bangga dengan pencapaian ini, sebab selama mengembangkan teknologi gimbal miniatur ini, mereka sempat menemukan tantangan yang cukup sulit: ukuran komponen gimbalnya terlalu besar dan tebal, sehingga pada akhirnya cuma menyisakan ruang untuk mengakomodasi baterai berkapasitas 3.700 mAh.

Tidak puas dengan versi awalnya, tim R&D Vivo terus mematangkan teknologinya sampai menjadi seperti yang tertanam di X50 Pro sekarang. Vivo bilang ukuran gimbalnya menyusut hingga 40% jika dibandingkan versi awalnya, dan pada akhirnya mereka bisa menyematkan baterai berkapasitas lebih besar pada X50 Pro.

Vivo X50 Pro

Teknologi gimbal ini terlahir dari visi Vivo untuk menyederhanakan sistem kamera smartphone di saat pabrikan lainnya berlomba-lomba menanamkan lebih banyak modul kamera dan meningkatkan resolusinya. Kepada Hadie Mandala, Product Manager Vivo Indonesia, saya sempat bertanya mengapa Vivo tidak mengambil jalur software saja seperti yang dilakukan oleh produsen action cam macam GoPro atau Insta360 kalau memang tujuannya untuk menyederhanakan.

Menurutnya, Vivo percaya diri kinerja teknologi gimbalnya jauh lebih superior ketimbang OIS maupun EIS. Cara membandingkannya pun cukup gampang: stabilisasi gimbal mampu meng-cover keseluruhan frame, sedangkan OIS dan EIS umumnya cuma porsi tengah gambar saja. Jadi pada foto-foto yang ditangkap menggunakan kamera X50 Pro, bagian-bagian ujung pun akan tetap terlihat tajam, dan ini sulit dicapai dengan OIS.

Dalam pengambilan video, stabilisasi gimbal ini berarti kamera dapat mengompensasi gerakan di 5 poros yang berbeda. Namun perlu dicatat, stabilisasi gimbal ini cuma bisa digunakan untuk perekaman dalam resolusi 1080p 30 fps atau di bawahnya. Saat dipakai merekam video 4K 30 fps, stabilisasi gimbalnya otomatis nonaktif.

Vivo X50 Pro

Secara teknis, kamera utamanya ini memakai sensor Sony IMX598 yang telah dimodifikasi dengan filter warna khusus, didampingi oleh lensa f/1.6. Kelebihan lain yang X50 Pro tawarkan adalah kamera tipe periskop dengan optical zoom hingga 5x. Bedanya cukup jauh jika dibandingkan X50 biasa yang hanya mengemas kamera telephoto standar dengan 2x optical zoom.

Fitur unik lain yang Vivo banggakan dari duo X50 ini adalah NFC yang multifungsi. Dalam presentasinya, Hadie menjelaskan bagaimana fitur ini bisa sangat membantu dia yang sering lupa membawa kartu akses untuk masuk ke kantor. Sebagai gantinya, kartu akses itu bisa lebih dulu ditempelkan ke smartphone agar datanya tersimpan, dan selanjutnya smartphone bisa menggantikan peran kartu akses tersebut.

Vivo TWS Neo

Dalam kesempatan yang sama, Vivo turut memperkenalkan true wireless earphone terbarunya, Vivo TWS Neo. Wujudnya lagi-lagi mengingatkan saya pada AirPods, akan tetapi di dalamnya bernaung unit driver yang cukup besar di angka 14,2 mm.

Perangkat ini mengandalkan konektivitas Bluetooth 5.2 dengan dukungan aptX Adaptive, dan Vivo menjanjikan latency yang rendah di angka 88 milidetik. Vivo menjualnya seharga Rp 1.099.000, akan tetapi khusus tanggal 16 Juli ini, ada program flash sale yang menawarkan TWS Neo di harga Rp 899.000 saja.

Kalau ingin lebih menghemat lagi, konsumen sebenarnya bisa melakukan pre-order X50 atau X50 Pro sebelum tanggal 24 Juli untuk mendapatkan sejumlah bonus, termasuk halnya Vivo TWS Neo itu sendiri. Penawaran ini berlaku untuk pre-order yang dilakukan secara online maupun offline.

Vivo X50 Series

Dijual Eksklusif Secara Online, OPPO A52 Merupakan Penerus Langsung A5 2020

Tiga smartphone sekaligus OPPO perkenalkan baru-baru ini, yaitu OPPO Reno3 Pro, OPPO A12 dan A92, melalui event peluncuran secara online. Namun tiga rupanya masih belum cukup, sebab OPPO masih punya satu kejutan lagi dalam bentuk OPPO A52.

A52 merupakan pengganti A5 2020, sama posisinya seperti A92 yang menggantikan A9 2020. Dari penamaannya bisa kita lihat bahwa perangkat ini duduk persis di tengah-tengah A12 dan A92. Namun kalau secara desain, ia jauh lebih mirip seperti A92 ketimbang A12, baik dari sisi depan maupun belakang.

Di bagian depan, konsumen akan disambut oleh NEO Display 6,5 inci beresolusi 2400 x 1080 pixel. Kaca Gorilla Glass 3 melapisi bagian terluar layar ini, dan ujung kiri atasnya dihuni oleh kamera selfie 16 megapixel f/2.0. Di samping, ada sensor sidik jari yang menyatu dengan tombol power.

OPPO A52

Lanjut ke sisi belakang, tampak modul hitam yang menjadi rumah untuk empat buah kamera: kamera utama 12 megapixel f/1.8 (ukuran sensor 1/2,8 inci), kamera ultra-wide 8 megapixel f/2.2 (sudut pandang 119°), kamera monokrom 2 megapixel, dan kamera portrait 2 megapixel. Terkait dimensi, A52 punya bodi setebal 8,9 mm dan seberat 192 gram.

Dapur pacunya mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 665, lengkap beserta RAM LPDDR4X 6 GB dan storage internal UFS 2.1 berkapasitas 128 GB. Baterainya tergolong masif di angka 5.000 mAh, dan sudah mendukung fast charging 18 W sekaligus fitur reverse charging. A52 sudah menjalankan sistem operasi ColorOS 7.1 yang berbasis Android 10.

OPPO Indonesia berniat memasarkan A52 khusus secara online mulai hari ini (5/5) melalui sejumlah situs e-commerce macam Akulaku, Blibli, JD.id, Lazada, Shopee, dan Tokopedia. Harganya dipatok Rp 2.999.000, sedangkan pilihan warnanya ada dua, yakni Twilight Black dan Shining White.

Disclosure: Artikel ini adalah advertorial dan didukung oleh OPPO.

Motorola Edge+ Adalah Flagship Pertama Motorola dalam Empat Tahun

Terakhir kali Motorola meluncurkan smartphone flagship adalah di tahun 2016, tepatnya ketika mereka memperkenalkan Moto Z dan Moto Z Force. Setelahnya, produk-produk yang dirilis Motorola tidak lebih dari ponsel kelas budget dan kelas midrange.

Tahun 2020 ini berbeda. Motorola baru saja menyingkap dua smartphone baru, yakni Motorola Edge dan Motorola Edge+. Edge+ adalah yang lebih menarik di antara keduanya, dengan spesifikasi nyaris tanpa kompromi. Jadi mari kita bahas Edge+ lebih dulu.

Motorola Edge+

Kita mulai dari wajahnya. Seperti yang bisa dilihat, nyaris seluruh bagian depan Edge+ diselimuti layar. Panel layar yang digunakan juga cukup istimewa: AMOLED 6,7 inci beresolusi 1080p, dengan refresh rate 90 Hz dan dukungan konten berformat HDR10+.

Bagian samping layarnya melengkung cukup ekstrem, hampir 90° kalau kata Motorola, dan tentu saja sudah ada sensor sidik jari di balik layarnya. Lubang di ujung kiri atas layarnya dihuni oleh kamera selfie 25 megapixel.

Motorola Edge+

Masih seputar kamera, Edge+ mengemas tiga kamera belakang: kamera utama 108 megapixel f/1.8 dengan OIS (mirip punya Xiaomi Mi Note 10 Pro, bukan Samsung), kamera ultrawide 16 megapixel dengan sudut pandang 117° yang merangkap peran sebagai kamera macro, dan kamera telephoto 8 megapixel dengan 3x optical zoom dan OIS.

Edge+ juga dibekali depth sensor, dan menurut saya Motorola perlu diapresiasi karena tidak mempromosikannya sebagai kamera keempat mengingat fungsinya hanya sebatas untuk merekam informasi kedalaman (untuk meningkatkan kualitas foto Portrait Mode). Untuk video, Edge+ sanggup merekam dalam resolusi maksimum 6K, bukan 8K.

Motorola tidak mau main-main perihal performa. Edge+ datang membawa chipset Snapdragon 865, RAM LPDDR5 12 GB, dan storage internal UFS 3.0 256 GB. Baterainya sangat besar – 5.000 mAh – dan mendukung fast charging 18 W via USB-C maupun wireless charging. Motorola mengklaim baterainya cukup besar untuk bertahan sampai 2 hari pemakaian.

Satu detail yang mungkin terdengar agak mengejutkan di tahun 2020 ini adalah, Edge+ masih mengemas headphone jack. Perangkat ini kabarnya bakal dipasarkan mulai bulan Mei seharga 1.199 euro (± Rp 20,1 juta).

Motorola Edge

Motorola Edge

Tidak seperti Edge+, Motorola Edge mungkin lebih pantas dimasukkan kategori premium midrange, sebab ada beberapa spesifikasi yang dikurangi demi menekan harga jualnya secara signifikan.

Di bagian layar, Edge mengusung panel AMOLED 6,7 inci yang sama, lengkap dengan resolusi 1080p dan refresh rate 90 Hz, tapi tanpa dukungan HDR+. Edge juga dibekali kamera depan model hole-punch dengan resolusi 25 megapixel.

Beralih ke belakang, kamera utamanya di-downgrade menjadi 64 megapixel. Kamera telephoto-nya tetap 16 megapixel, tapi cuma menawarkan 2x optical zoom dan tidak disertai OIS. Selebihnya, Edge mempunyai kamera ultrawide dan depth sensor yang sama, tapi entah mengapa di sini depth sensor-nya diberi lensa yang sama besar seperti kamera lainnya.

Motorola Edge

Performanya juga berbeda jauh, sebab Edge hanya ditenagai chipset Snapdragon 765G, RAM 6 GB, dan storage 128 GB. Lucunya, Edge turut dilengkapi slot microSD, sedangkan Edge+ tidak. Baterainya sedikit lebih kecil di angka 4.500 mAh, akan tetapi tetap mendukung fast charging 18 W. Yang absen di sini adalah dukungan wireless charging.

Lalu seberapa terjangkau Motorola Edge dibanding Edge+? Separuhnya. Motorola berniat menjual perangkat ini seharga 599 euro (± Rp 10 juta).

Sumber: GSM Arena.

Teaser LG Velvet Ungkap Smartphone Kelas Menengah Berwujud Elegan

LG sedang bersiap untuk meluncurkan smartphone baru. Namanya LG Velvet, dan ia bisa dianggap sebagai penerus spiritual dari LG Chocolate. Mengapa saya bilang begitu? Karena keduanya sama-sama mengedepankan gaya desain yang elegan.

Lewat Velvet, LG pada dasarnya ingin tampil berbeda dari tren yang ada. Salah satu tren yang dimaksud adalah tonjolan kamera yang besar dan mengotak. Di Velvet, yang ada hanyalah satu kamera yang sedikit menonjol lensanya, diikuti oleh dua kamera lain yang rata dengan bodi.

LG Velvet

LG belum merincikan spesifikasi kameranya, cukup wajar mengingat ponsel ini memang belum dirilis secara resmi. Satu hal yang sudah bisa dipastikan adalah, LG Velvet bukan smartphone flagship. Penggunaan chipset Qualcomm Snapdragon 765 tentu lebih cocok menempatkannya di kelas menengah.

Fitur khas yang ditawarkan LG, macam Quad DAC yang menjanjikan pengolahan audio yang lebih baik, belum bisa dikonfirmasi. Saya menebak Velvet bakal mengemas layar OLED, sebab tidak ada sensor sidik jari di punggungnya, yang berarti kemungkinan sensornya terletak di balik layar.

LG Velvet

Bicara soal layar, jujur saya agak kecewa saat melihat akhir dari video teaser LG Velvet. Pasalnya, layarnya masih saja mengandalkan notch seperti LG V60 ThinQ 5G, tidak seperti dua model LG K Series terbaru yang sudah mengadopsi model hole-punch. Kalau memang kesan elegan yang diincar, semestinya lubang kamera pada layar jauh lebih ideal ketimbang notch.

Selebihnya, kita masih harus menunggu peluncuran resminya. LG sama sekali tidak menyinggung kapan, tapi seharusnya dalam waktu dekat kalau melihat teaser terakhir yang menunjukkan wujudnya secara utuh.

Via: Engadget.