Tag Archives: smartphone flagship

Realme Pamerkan Tiga Terobosan Baru yang Diusung oleh Realme GT 2 Pro

Menjelang pergantian tahun, Realme mulai membeberkan lebih banyak detail mengenai smartphone flagship-nya untuk tahun 2022, yakni Realme GT 2 Pro. Kita sudah tahu bahwa ponsel tersebut bakal menggunakan chipset Qualcomm Snapdragon 8 Gen 1, dan kini, melalui sebuah acara virtual, Realme menyingkap tiga terobosan baru lain yang bakal dihadirkan oleh GT 2 Pro.

Yang pertama berkaitan dengan desainnya. Dirancang oleh desainer Jepang terkemuka, Naoto Fukasawa, Realme GT 2 Pro hadir membawa rancangan minimalis dan berfokus pada keberlanjutan yang terinspirasi dari kertas. Istilah kerennya “Paper Tech Master Design”, dan Realme pun tidak segan mengklaim GT 2 Pro sebagai smartphone pertama di dunia yang didesain dengan bahan dasar bio.

Klaim tersebut merujuk pada penutup belakang Realme GT 2 Pro yang terbuat dari bahan bio-polimer, yang merupakan alternatif lebih ramah lingkungan dibanding bahan baku fosil yang berdampak terhadap pemanasan global. Menurut Realme, bahan berbasis bio SABIC ini telah lulus uji International Carbon and Sustainability Certification (ISCC), serta berbagai standar peraturan lingkungan lain seperti REACH, RoHS, dan EPEAT. Lebih lanjut, Realme juga mengimplementasikan desain kemasan baru dengan rasio plastik keseluruhan yang turun drastis dari 21,7% menjadi 0,3% saja.

Terobosan yang kedua adalah kamera ultra-wide dengan sudut pandang seluas 150°. Ini jauh lebih luas daripada milik kebanyakan smartphone, yang umumnya berada di kisaran 120°. Kalau dibandingkan dengan kamera utamanya, kamera ultra-wide ini bisa memperluas bidang pandang hingga sebesar 278%. Daripada pusing menghitung, Anda bisa mengamati gambar di atas yang diambil menggunakan kamera ultra-wide milik Realme GT 2 Pro.

Dari sisi software, Realme GT 2 Pro juga akan dilengkapi dengan mode pemotretan fisheye. Ketimbang mode ultra-wide biasa, mode fisheye bisa menghasilkan bidang pandang yang lebih luas lagi, lengkap dengan efek visual yang memikat.

Terakhir, Realme GT 2 Pro turut mengunggulkan terobosan di bidang komunikasi berkat penerapan tiga teknologi berikut: teknologi switching antena pita ultra lebar (HyperSmart), Wi-Fi Enhancer, dan teknologi komunikasi jarak dekat (NFC) 360°.

Pada praktiknya, teknologi HyperSmart melibatkan 12 antena melingkar yang menutupi semua sisi smartphone dan mendukung pita arus utama di hampir semua arah, seluruhnya dengan kekuatan sinyal yang sama. Ini memungkinkan Realme GT 2 Pro untuk secara cerdas mengevaluasi kekuatan sinyal seluruh antena, dan secara otomatis memilih antena dengan sinyal terbaik.

Lalu ketika terhubung ke jaringan Wi-Fi, antena Wi-Fi milik GT 2 Pro dirancang secara simetris guna memastikan kekuatan sinyal yang lebih seimbang di sekitar smartphone. Berdasarkan pengujian internal yang dilakukan Realme, desain semacam ini terbukti mampu meningkatkan stabilitas sinyal hingga sebesar 20% jika dibandingkan dengan desain antena Wi-Fi yang tidak simetris.

Perihal NFC, Realme telah mengintegrasikan dua antena seluler teratas dengan fungsi transceiver sinyal NFC, meningkatkan area penginderaan sebesar 500%, sekaligus jarak penginderaan sebesar 20%. Seluruh bagian atas GT 2 Pro sanggup mendeteksi sinyal NFC di kedua arah, memfasilitasi penggunaan NFC untuk penggesekan kartu atau smartphone.

Dirilis di Pasar Global, Realme GT Adalah Smartphone Flagship dengan Harga Mid-Range

Realme bukanlah nama brand yang kita ingat saat membahas tentang smartphone flagship. Namun sesekali mereka rupanya juga ingin membuat gebrakan dengan ‘merusuhi’ segmen tersebut. Yang terbaru, mereka baru saja memperkenalkan Realme GT, smartphone yang digadang-gadang sebagai “flagship killer“, ke pasar global.

Tentunya ini bukan pertama kali kita mendengar istilah flagship killer. Agar bisa disebut demikian, sebuah ponsel haruslah menawarkan spesifikasi flagship di harga yang lebih murah ketimbang mayoritas kompetitornya. Dalam kasus Realme GT, hal itu diwujudkan lewat banderol harga cuma 369 euro saja (harga early bird di AliExpress pada tanggal 21-25 Juni).

Apa yang konsumen dapat dengan modal setara 6,4 jutaan rupiah tersebut? Chipset Snapdragon 888, RAM LPDDR5 8 GB, storage UFS 3.1 128 GB, baterai 4.500 mAh dengan dukungan fast charging 65 W, dan layar Super AMOLED 6,43 inci dengan resolusi FHD+ dan refresh rate 120 Hz. Alternatifnya, konsumen juga bisa menggaet varian 12 GB/256 GB seharga 499 euro (± 8,6 jutaan rupiah).

Seperti yang sudah disebutkan, banderol tersebut hanya berlaku untuk beberapa hari saja di awal peluncurannya. Harga normal Realme GT di pasar Eropa adalah 449 euro (± 7,8 jutaan rupiah) untuk varian 8 GB/128 GB, atau 599 euro (± 10,3 jutaan rupiah) untuk varian 12 GB/256 GB. Tetap saja sangat terjangkau untuk ukuran ponsel dengan chipset terkencang Qualcomm saat ini.

Guna semakin memaksimalkan performanya, Realme turut menyematkan sistem pendingin yang memanfaatkan material stainless steel ketimbang tembaga. Menurut Realme, sistem pendingin generasi baru ini mampu menurunkan suhu prosesor sampai 15° C. Semua itu dikemas dalam bodi setebal 8,4 mm, dengan bobot tidak lebih dari 186 gram — kecuali varian yang berwarna kuning, yang sedikit lebih tebal dan berat karena panel belakangnya dilapisi material kulit sintetis.

Mengenai kameranya, Realme GT mengemas tiga kamera belakang: kamera utama 64 megapixel f/1.8, kamera ultra-wide 8 megapixel, dan kamera macro 2 megapixel. Di depan, lubang kecil pada layarnya dihuni oleh kamera 16 megapixel. Tidak ada yang kedengaran istimewa, tapi smartphone ini memang lebih menjual performa ketimbang kualitas kameranya.

Sejauh ini belum diketahui kapan Realme GT bakal dijual di pasar tanah air. Realme Indonesia saat ini tampaknya sedang sibuk menyiapkan Realme 8 5G, yang disebut-sebut sebagai ponsel 5G termurah. Tentunya akan sangat menarik seandainya Realme Indonesia melanjutkan manuvernya dengan menyingkap Realme GT sebagai ponsel flagship termurah.

Sumber: PR Newswire.

Sharp Aquos R6 Adalah Ponsel Flagship dengan Sensor Kamera 1 Inci dan Layar 240 Hz

Tidak setiap hari Anda mendengar tentang smartphone bikinan Sharp, sebab sebagian besar memang cuma tersedia di Jepang saja. Meski begitu, ponsel bernama Sharp Aquos R6 berikut ini layak mendapat sorotan ekstra. Pasalnya, ia mengemas teknologi kamera beserta display yang selangkah lebih maju daripada yang ditawarkan oleh ponsel-ponsel flagship lainnya.

Kita mulai dari kameranya dulu. Di saat smartphone lain mengusung setidaknya dua kamera belakang, Aquos R6 justru hanya punya satu. Namun satu kamera tersebut benar-benar istimewa; sensor yang digunakan adalah yang berukuran 1 inci, alias sekitar lima kali lebih besar daripada sensor kamera utama kebanyakan smartphone flagship.

Sebagai perbandingan, Xiaomi Mi 11 Ultra — yang diklaim sebagai ponsel dengan sensor kamera berukuran terbesar ketika dirilis pada akhir bulan Maret kemarin — ‘hanya’ mengemas sensor berukuran 1/1,12 inci. 1 inci adalah ukuran yang sama persis seperti sensor yang tertanam di kamera-kamera compact premium macam seri Sony RX100 maupun Canon G7 X. Resolusi foto yang dapat dihasilkan sendiri adalah 20 megapixel.

Sharp tidak merincikan sensornya berasal dari mana, tapi dugaan kuat mengarah ke Sony mengingat mereka memang memproduksi sejumlah sensor 1 inci beresolusi 20 megapixel. Namun yang lebih istimewa lagi, sensor tersebut ditandemkan dengan lensa f/1.9 hasil rancangan Sharp bersama Leica. Ya, hak berkolaborasi dengan Leica sepertinya sudah tidak lagi eksklusif dipegang oleh Huawei.

Di sebelah kamera berukuran masif tersebut, cuma ada satu sensor ToF (Time-of-Flight) untuk membantu menghasilkan efek blur pada foto portrait yang lebih baik, serta sebuah LED flash — tidak ada kamera ultra-wide maupun telephoto. Juga absen di sini adalah OIS, yang artinya kamera Aquos R6 hanya mengandalkan sistem penstabil gambar elektronik. Buat yang penasaran dengan hasil jepretannya, Anda bisa mengikuti tur virtual yang telah disiapkan oleh Sharp sendiri.

Lanjut ke layarnya, di sini Sharp mengawinkan panel OLED dengan teknologi IGZO rancangannya. Hasilnya adalah panel 6,67 inci beresolusi 2730 x 1260 pixel yang dapat mengatur refresh rate secara dinamis dari 1 Hz sampai 240 Hz, serta yang menawarkan tingkat kecerahan maksimum setinggi 2.000 nit. Lubang kecil pada layarnya itu dihuni oleh kamera selfie 12 megapixel.

Di balik layarnya, Sharp tak lupa menjejalkan sensor sidik jari, spesifiknya sensor 3D Sonic Max besutan Qualcomm yang luas penampangnya lebih besar dari biasanya. Saking besarnya, sensor ini bisa membaca dua sidik jari secara bersamaan, memberikan opsi keamanan ekstra bagi pengguna yang membutuhkan.

Selebihnya, Aquos R6 merupakan perangkat flagship dari ujung ke ujung. Spesifikasinya mencakup chipset Qualcomm Snapdragon 888, RAM 8 GB, storage internal 128 GB, dan baterai berkapasitas 5.000 mAh. Harganya belum dirincikan sama sekali, akan tetapi kemungkinan besar smartphone ini memang hanya akan dijual di Jepang saja.

Sharp Aquos R6 bukanlah smartphone pertama yang hadir membawa sensor berukuran 1 inci. Tahun 2014 lalu, sempat ada perangkat bernama Panasonic Lumix CM1 yang mengawinkan sensor kamera 1 inci dengan spesifikasi ala ponsel flagship kala itu — masih zaman Snapdragon 801 dan Android 4.4 KitKat. Teknologi memang sudah berkembang begitu pesat, tapi rupanya kita kembali ke konsep hybrid antara smartphone dan kamera pocket ini lagi.

Sumber: GSM Arena dan Engadget.

Asus Zenfone 8 dan Zenfone 8 Flip Dirilis, Sama-Sama Flagship tapi Beda Target Pasar

Smartphone flagship dengan ukuran yang ringkas sudah tergolong cukup langka dewasa ini. Alasannya mungkin karena memang pasarnya sudah terlalu kecil, akan tetapi hal itu rupanya tidak mencegah Asus mencoba mengisi kekosongan.

Seperti di tahun sebelumnya, Asus tahun ini kembali memperkenalkan dua smartphone flagship sekaligus. Yang berbeda, keduanya kali ini berbeda ukuran: Zenfone 8 dengan layar 5,9 inci, Zenfone 8 Flip dengan layar 6,67 inci.

Kita mulai dari Zenfone 8 terlebih dulu. Dengan dimensi 148 x 68,5 x 8,9 mm dan bobot 169 gram, ia memang tidak sampai sekecil iPhone 12 Mini, akan tetapi secara keseluruhan masih terkesan cukup ringkas untuk digunakan dengan satu tangan. Layarnya pun cukup istimewa; AMOLED dengan resolusi 1080p dan refresh rate 120 Hz, tidak ketinggalan pula tingkat kecerahan maksimum 1.100 nit dan sertifikasi HDR10+.

Di balik layarnya sudah tertanam sensor sidik jari, dan layarnya sendiri dilapisi oleh kaca Gorilla Glass Victus. Masih seputar fisiknya, Zenfone 8 mengusung sertifikasi ketahanan air dan debu IP68, dan di sisi atasnya masih ada sebuah headphone jack.

Seperti halnya iPhone 12 Mini, Zenfone 8 hanya dibekali dengan dua kamera belakang saja: kamera utama 64 megapixel (Sony IMX686) dan kamera ultrawide 12 megapixel (Sony IMX363) yang bisa merangkap peran sebagai kamera macro karena mampu mengunci fokus dari jarak sedekat 4 cm. Di depan, ada kamera selfie 12 megapixel (Sony IMX663). Ketiga kameranya mendukung teknologi Dual Pixel AF.

Soal performa, Zenfone 8 mengandalkan chipset Qualcomm Snapdragon 888, lengkap dengan pilihan RAM 6 GB, 8 GB, atau 16 GB, serta pilihan storage 128 GB atau 256 GB. Baterai yang tertanam memiliki kapasitas 4.000 mAh, serta mendukung fast charging 30 W. Sekali lagi, flagship tapi ringkas. Juga flagship adalah harganya, yang dimulai di €600 untuk pasar Eropa, atau kurang lebih setara 10,4 jutaan rupiah.

Zenfone 8 Flip

Beralih ke Zenfone 8 Flip, ponsel ini pada dasarnya merupakan Zenfone 7 yang telah menerima penyegaran spesifikasi. Keunggulan utamanya, seperti yang sudah bisa ditebak dari namanya, adalah modul kamera belakang yang bisa di-flip sampai menghadap ke depan. Alhasil, layarnya pun bebas poni ataupun tompel.

Yang mungkin agak disayangkan adalah, spesifikasi kameranya sama persis seperti tahun lalu: kamera utama 64 megapixel (Sony IMX686), kamera ultra-wide 12 megapixel (Sony IMX363), dan kamera telephoto 8 megapixel dengan 3x optical zoom. Bukan berarti kualitas kameranya jelek, tapi semestinya akan lebih menarik lagi jika hardware kameranya diperbarui.

Juga tidak berubah adalah layarnya, masih AMOLED dengan resolusi 1080p dan refresh rate 90 Hz, bukan 120 Hz seperti milik Zenfone 8 tadi. Beruntung sensor sidik jarinya sudah dipindah ke bawah layar.

Urusan spesifikasi, Zenfone 8 Flip ditenagai chipset Snapdragon 888, RAM 8 GB, dan pilihan storage internal 128 GB atau 256 GB. Tidak seperti adik kecilnya, Zenfone 8 Flip datang membawa slot kartu microSD. Kapasitas baterainya tentu lebih besar di angka 5.000 mAh, dan ia turut mendukung fast charging 30 W menggunakan adaptor bawaan yang termasuk dalam paket penjualannya.

Di Eropa, perangkat ini dijual dengan banderol mulai €800 (± Rp13,85 jutaan). Pemasarannya di negara-negara lain kabarnya akan segera menyusul dalam waktu dekat.

Sumber: GSM Arena.

Motorola Edge+ Adalah Flagship Pertama Motorola dalam Empat Tahun

Terakhir kali Motorola meluncurkan smartphone flagship adalah di tahun 2016, tepatnya ketika mereka memperkenalkan Moto Z dan Moto Z Force. Setelahnya, produk-produk yang dirilis Motorola tidak lebih dari ponsel kelas budget dan kelas midrange.

Tahun 2020 ini berbeda. Motorola baru saja menyingkap dua smartphone baru, yakni Motorola Edge dan Motorola Edge+. Edge+ adalah yang lebih menarik di antara keduanya, dengan spesifikasi nyaris tanpa kompromi. Jadi mari kita bahas Edge+ lebih dulu.

Motorola Edge+

Kita mulai dari wajahnya. Seperti yang bisa dilihat, nyaris seluruh bagian depan Edge+ diselimuti layar. Panel layar yang digunakan juga cukup istimewa: AMOLED 6,7 inci beresolusi 1080p, dengan refresh rate 90 Hz dan dukungan konten berformat HDR10+.

Bagian samping layarnya melengkung cukup ekstrem, hampir 90° kalau kata Motorola, dan tentu saja sudah ada sensor sidik jari di balik layarnya. Lubang di ujung kiri atas layarnya dihuni oleh kamera selfie 25 megapixel.

Motorola Edge+

Masih seputar kamera, Edge+ mengemas tiga kamera belakang: kamera utama 108 megapixel f/1.8 dengan OIS (mirip punya Xiaomi Mi Note 10 Pro, bukan Samsung), kamera ultrawide 16 megapixel dengan sudut pandang 117° yang merangkap peran sebagai kamera macro, dan kamera telephoto 8 megapixel dengan 3x optical zoom dan OIS.

Edge+ juga dibekali depth sensor, dan menurut saya Motorola perlu diapresiasi karena tidak mempromosikannya sebagai kamera keempat mengingat fungsinya hanya sebatas untuk merekam informasi kedalaman (untuk meningkatkan kualitas foto Portrait Mode). Untuk video, Edge+ sanggup merekam dalam resolusi maksimum 6K, bukan 8K.

Motorola tidak mau main-main perihal performa. Edge+ datang membawa chipset Snapdragon 865, RAM LPDDR5 12 GB, dan storage internal UFS 3.0 256 GB. Baterainya sangat besar – 5.000 mAh – dan mendukung fast charging 18 W via USB-C maupun wireless charging. Motorola mengklaim baterainya cukup besar untuk bertahan sampai 2 hari pemakaian.

Satu detail yang mungkin terdengar agak mengejutkan di tahun 2020 ini adalah, Edge+ masih mengemas headphone jack. Perangkat ini kabarnya bakal dipasarkan mulai bulan Mei seharga 1.199 euro (± Rp 20,1 juta).

Motorola Edge

Motorola Edge

Tidak seperti Edge+, Motorola Edge mungkin lebih pantas dimasukkan kategori premium midrange, sebab ada beberapa spesifikasi yang dikurangi demi menekan harga jualnya secara signifikan.

Di bagian layar, Edge mengusung panel AMOLED 6,7 inci yang sama, lengkap dengan resolusi 1080p dan refresh rate 90 Hz, tapi tanpa dukungan HDR+. Edge juga dibekali kamera depan model hole-punch dengan resolusi 25 megapixel.

Beralih ke belakang, kamera utamanya di-downgrade menjadi 64 megapixel. Kamera telephoto-nya tetap 16 megapixel, tapi cuma menawarkan 2x optical zoom dan tidak disertai OIS. Selebihnya, Edge mempunyai kamera ultrawide dan depth sensor yang sama, tapi entah mengapa di sini depth sensor-nya diberi lensa yang sama besar seperti kamera lainnya.

Motorola Edge

Performanya juga berbeda jauh, sebab Edge hanya ditenagai chipset Snapdragon 765G, RAM 6 GB, dan storage 128 GB. Lucunya, Edge turut dilengkapi slot microSD, sedangkan Edge+ tidak. Baterainya sedikit lebih kecil di angka 4.500 mAh, akan tetapi tetap mendukung fast charging 18 W. Yang absen di sini adalah dukungan wireless charging.

Lalu seberapa terjangkau Motorola Edge dibanding Edge+? Separuhnya. Motorola berniat menjual perangkat ini seharga 599 euro (± Rp 10 juta).

Sumber: GSM Arena.

Cara Trio Samsung Galaxy S10 Tawarkan Kualitas Foto dan Video ala Pro

Ketika ada begitu banyak pilihan smartphone terjangkau berkemampuan canggih dijajakan di Indonesia, Samsung tetap menjadi brand favorit konsumen kelas high-end. Dalam peluncuran keluarga Galaxy S10 yang dilaksanakan di The Tribatra Jakarta tanggal 6 Maret kemarin, raksasa elektronik asal Korea Selatan itu mengungkapkan bahwa mereka telah menggenggam 68 persen pasar handset premium.

Semenjak Galaxy S tersedia di tanah air hampir satu dekade silam hingga akhir tahun lalu, Samsung telah berkembang begitu pesat dengan compound annual growth date sebesar 69 persen. Dan terlepas dari agresifnya merek-merek Tiongkok dan sub-brand yang mereka miliki, Samsung berhasil mengamankan 50 persen market share penjualan smartphone lokal di tahun 2018 – sebuah pencapaian membanggakan bagi perusahaan.

S10 3

Dan tepat di hari Jumat 8 Maret ini, Samsung Galaxy S10 resmi mendarat di nusantara. Sang produsen punya agenda untuk memasarkannya secara perdana di sejumlah pusat perbelanjaan seperti Central Park Mall, Kota Kasablanka, Sun Plaza (Medan), dan Pakuwon Mall (Surabaya). Samsung mengabarkan bahwa stok pre-order telah habis, mengindikasikan tingginya antusiasme konsumen terhadap Galaxy S10.

S10 1

 

Kamera tetap jadi daya tarik utama

Dari sejumlah aspek unggulan yang ditawarkan Samsung, kamera boleh dibilang sebagai elemen paling atraktif dari keluarga Galaxy S, dan tradisi ini diteruskan oleh S10. Samsung menjelaskan bahwa teknologi-teknologi imaging yang mereka bubuhkan di perangkat flagship anyar itu merupakan kulminasi dari pengembangan sembilan generasi S sebelumnya. Dan lewat keluarga S10, Samsung menjanjikan kemudahan menjepret ala pro tanpa perlu jadi fotografer profesional.

S10 6

Sebelum membahas lebih jauh mengenai apa yang bisa dilakukan kamera Galaxy S10, saya akan menjabarkan dulu sisi teknisnya. Baik S10 maupun S10+ mengusung setup tiga kamera belakang, terdiri lensa wide 26mm f/1.5-2.4 12Mp 1,4µm dengan Dual Pixel PDAF yang dibantu OIS; lensa telephoto 52mm f/2.4 1.0µm 12Mp berfitur OIS dan optical zoom 2x, serta lensa ultra wide 12mm f/2.2 bersensor 16Mp 1.0µm.

S10 5

Galaxy S10 menjanjikan fleksibilitas dalam fotografi seperti membawa satu set kamera beserta lensa berbeda, namun semuanya bisa dimasukkan ke kantong. Ada total tiga lensa di S10e, empat lensa di S10 dan lima lensa di varian S10+. Perbedaan itu dapat Anda lihat di bagian punggung serta dari penggunaan hole punch di layar. S10 dan S10e memiliki ‘lubang kamera’ bundar, sedangkan hole punch S10+ berbentuk kapsul.

S10 4

Bahkan meski kita tidak terlu memahami dasar-dasar fotografi, keluarga S10 menyodorkan interface beserta icon-icon yang gampang dimengerti. Hanya lewat tap pada layar, Anda dapat menggunakan tiga mode berbeda, yakni wide, ultra wide, dan zoom melalui lensa telephoto-nya. Perlu diketahui bahwa lensa telephoto tidak tersedia pada model Galaxy S10e.

S10 8

Dengan mengaktifkan mode ultra wide, kita memperoleh sudut pandang seluas 123 derajat, sangat ideal untuk mengambil foto-foto panorama. Samsung tak lupa membekali kapalitas ini bersama fitur koreksi agar hasil jepretan tidak distorsi. S10 mengabadikan semuanya dalam satu frame, baik secara horisontal maupun vertikal tanpa proses stitching sehingga pengguna tak usah banyak bergerak.

 

Kembalinya Dual Aperture

Dual Aperture yang diperkenalkan Samsung di generasi S9 dihadirkan lagi di S10. Kemampuan ini dibubuhkan pada lensa wide angle di belakang, memungkinkannya kamera smartphone menggunakan dua mode bukaan lensa, yakni f/1.5 dan f/2.4. Aperture f/2.5 efektif dalam menangkap detail, dapat bekerja optimal sewaktu didukung cahaya mencukupi – misalnya di siang hari; sedangkan diafragma f/1.5 ialah spesialis pengambilan gambar di kondisi temaram.

S10 2

Jika teliti, Anda bisa melihat langsung perubahan pada diafragma di lensa ketika aperture beralih dari mode f/1.5 ke f/2.4.

S10 11

 

Videografi ala kamera action

Ketiga model Galaxy S10 memperkenankan kita merekam video beresolusi UHD 2160p di 60-frame per detik serta memanfaatkan fungsi Super Slow-mo 960fps 720p dengan durasi 12 detik – fitur yang juga diperkenalkan di S9. Bagi saya pribadi, satu hal paling menarik dari aspek videografi di S10 adalah dukungan HDR10+ serta teknologi Dynamic Tone Mapping.

S10 15

Sederhananya, kedua fitur ini diusung untuk meniru cara mata manusia melihat dengan memastikan warna tetap kaya serta menyajikan level kontras setinggi mungkin. Mereka bertugas untuk menjaga keakuratan warna serta mempersilakan kita melihat detail baik di zona-zona terang maupun di area gelap, sangat membantu ketika Anda mencoba merekam aktivitas-aktivitas outdoor seperti saat bermain di pantai atau menanti matahari tenggelam.

S10 7

Selain itu, faktor unggulan lain di sisi videografi Galaxy S10 terletak pada fitur ‘super steady‘ layaknya menggunakan gimbal. Teknologi ini dihadirkan oleh software ‘predictive‘ yang dibenamkan ke kamera ultra wide. Tugasnya adalah menjaga video tetap stabil, walaupun Anda sedang merekam individu atau objek bergerak sambil turut bergerak. Fungsi super steady hanya tersedia di resolusi full-HD.

S10 16

 

Selfie

Swafoto telah lama menjadi salah satu kegiatan favorit para pengguna smartphone, dan Samsung tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini. S10+ boleh dikatakan sebagai varian yang paling dimaksimalkan untuk selfie karena pemakaian dua kamera di depan. Setup ini memungkinkan penggunaan live focus, sehingga kita dapat bermain-main dengan kedalaman gambar (depth of field) serta membubuhkan efek-efek artistik.

S10 13

Selain untuk mengambil foto diri, kamera depan Galaxy S10 juga mampu merekam video 4K di 30-frame per detik.

Fitur live focus tidak hanya terdapat pada kamera depan, namun juga di kamera utama trio S10. Berkatnya, Anda bisa mengaburkan latar belakang foto, memilih efek spin bokeh (background jadi terlihat kabur sembari memutar), zoom bokeh, hingga mengubah area di belakang subjek jadi monokromatis dengan opsi color point.

 

S10 10

 

Bantuan kecerdasan artifisial

Ada beragam fitur canggih bisa disajikan berkat eksistensi dari neural processing unit yang ada di Galaxy S10. Di ranah fotografi sendiri, dukungan kecerdasan buatan bisa memandu kita dalam mendapatkan komposisi jepretan terbaik. Arahan ‘pintar’ tersebut disuguhkan oleh sistem berdasarkan hasil dari analisis terhadap lebih dari 100 juta foto-foto berkualitas tinggi.

S10 12

Apakah Anda tertarik untuk meminang salah satu (atau malah seluruh) varian Samsung Galaxy S10? Detail mengenai spesifikasi hardware dan informasi harga bisa Anda simak di artikel ini.

S10 9

Razer Phone 2 Resmi Diumumkan, Meluncur ‘Tanpa Kejutan’

Eksistensi dari ponsel pintar kedua Razer dikonfirmasi langsung oleh perusahaan spesialis gaming gear itu di bulan September 2018. Dan sejak saat itu, bermunculan-lah berbagai bocoran, dari mulai spesifikasi hardware, tanggal perilisan, hingga penampakan perangkat. Dan sesuai jadwal yang telah terungkap sebelumnya, Razer Phone 2 akhirnya resmi meluncur.

Hampir seluruh informasi yang sempat bertebaran kemarin terbukti akurat. Razer mempertahankan banyak aspek di sana, sehingga Razer Phone 2 tak begitu berbeda dari pendahulunya. Upgrade diterapkan secara lebih halus, baik di aspek penampilan, jeroan ,serta software pendukung. Rekan saya Glenn berkomentar, produk ini lebih cocok diberi nama ‘Razer Phone S’ ketimbang Razer Phone 2, dan saya setuju dengan pendapat ini.

Razer Phone 2 4

Di tengah-tengah kencangnya arus perubahan ke desain ramping dan ‘layar penuh’, Razer Phone 2 tetap mengusung rancangan balok dan panel 16:9. Dengan arahan seperti ini, produsen dapat mencantumkan dua speaker stereo yang dihadapkan ke depan. Kelengkapan lainnya kurang lebih sama, ada sejumlah tombol fisik dan port USB type-C tanpa dukungan port audio 3,5mm. Aspek paling menonjol pada penampilan Razer Phone 2 adalah kehadiran sistem pencahayaan RGB Chroma di logo ularnya.

Razer Phone 2 1

Di produk baru ini, Razer kembali mengandalkan layar IGZO beresolusi 1440x2560p seluas 5,7-inci dengan refresh rate 120Hz. Panel tersebut kabarnya mendapatkan penyempurnaan sehingga mampu mereproduksi warna secara lebih presisi, serta bisa menghasilkan kecerahan 50 persen lebih tinggi dari Razer Phone generasi pertama.

Razer Phone 2.

Selanjutnya, Razer mengganti system-on-chip Qualcomm Snapdragon 835 dengan Snapdragon 845. Menurut tim pimpinan Min-Liang Tan itu, chip baru tersebut memberikan kinerja 30 persen lebih baik, dan siap malahap game dan aplikasi yang paling berat sekali pun. Smartphone dibekali memori RAM sebesar 8GB dan penyimpanan internal 64GB – berbeda dari laporan sebelumnya yang menyebutkan 512GB.

Razer Phone 2 2

Tubuh smartphone yang tidak terlalu tipis dimanfaatkan oleh Razer untuk membubuhkan sistem pendingin vapor chamber. Sang produsen menjelaskan bahwa solusi ini memanfaatkan luas permukaan yang lebih lapang agar panas bisa lebih cepat dibuang, tujuannya ialah demi menjaga kestabilian frame rate tanpa menyebabkan penggunaannya jadi tidak nyaman karena temperatur tinggi.

Untuk fotografi, Razer lagi-lagi mengusung setup dual camera di belakang, berisi modul berlensa wide-angle 12Mp plus OIS dan lensa telephoto dua kali zoom 12Mp. Di depan, tersedia kamera 8Mp yang mempersilakan kita melakukan streaming di resolusi full-HD.

Gerbang pre-order Razer Phone 2 sudah dibuka mulai hari ini, dan produk dijual seharga mulai dari US$ 800.

Sumber: Razer.

Undangan Razer Phone 2 Mulai Disebar, Terungkap Info Baru

Langkah Razer memasuki segmen perangkat bergerak di akhir tahun lalu bisa dikatakan sukses. Razer Phone mendapatkan sambutan cukup positif dari media dan pengguna, meski ada sedikit kritisi pada desain bulky-nya dan kamera yang biasa-biasa saja untuk smartphone kelas premium. Selain spesifikasi high-end, layar UltraMotion 120Hz menjadi senjata andalan Razer di sana.

Mungkin terdorong oleh keberhasilan tersebut, perusahaan gaming gear yang bermarkaskan di kota San Francisco itu mengonfirmasi bahwa mereka sedang menggarap penerusnya, kemudian juga membenarkan bahwa timnya tengah mempersiapkan acara peluncuran Razer Phone 2. Tak lama, terungkap pula bocoran spesifikasi smartphone yang menunjukkan komposisi hardware kelas monster.

Kali ini, sebuah gambar undangan digital tersingkap ke publik. Notifikasi bertajuk ‘save the date‘ itu memperlihatkan tanggal, jadwal acara, serta kerterangan bertuliskan ‘hanya bisa diikuti oleh mereka yang diundang dan tidak bisa diwakilkan’. Selain itu, pihak pengundang mencantumkan kata ‘flagship‘ dan ‘gaming‘ di sana, dan kita bisa melihat pemakaian latar belakang hitam dan hijau pada logo serta angka khas Razer.

Razer memang tidak mengatakan produk apa yang nanti mereka umumkan. Namun di agenda acara, mereka menuliskan ‘mobility showcase‘ – menggarisbawahi bahwa perangkat ini mengusung tema ‘bergerak’. Beberapa situs teknologi terkenal seperti CNETTechRadar dan Digital Trends merasa yakin Razer akan menyingkap Razer Phone 2 di sana.

Rencananya, acara peluncuran akan dilangsungkan pada 10 Oktober 2018. Pemilihan tanggalnya cukup menarik karena Razer Phone 2 akan diumumkan kurang dari setahun setelah produk flagship generasi pertamanya. Eksistensi Razer Phone disingkap resmi pada awal November 2017, lalu pada tanggal 15 November produk mulai tersedia. Jika Razer Phone diungkap pada 10 November nanti, ada peluang ia dipasarkan di bulan itu juga.

Berdasarkan informasi yang sudah berseliweran, Razer Phone 2 kabarnya dipersenjatai oleh system-on-chip Qualcomm Snapdragon 845, berjalan di OS Android 8.1, serta ditunjang memori RAM berukuran 8GB dan penyimpanan internal sampai 512GB. Ukuran layarnya sendiri tidak berubah, masih menghidangkan 2560x1440p, tapi saya menduga Razer tetap mempertahankan refresh rate 120Hz-nya.

Satu hal krusial yang belum diketahui mengenai Razer Phone 2 adalah seperti apa wujudnya. Tebalnya bingkai ialah aspek yang banyak dikomentari pengguna Razer Phone terdahulu. Pertanyaanya: apakah Razer akan mempertahankan arahan desain khas produknya, atau mereka akhirnya mencoba mengikuti tren populer di kalangan produsen smartphone saat ini?

Find X Ialah Realisasi dari Visi Oppo Akan Smartphone Flagship Masa Depan

iPhone X memang bukan smartphone pertama yang mengusung notch (titel itu direbut oleh Essential), namun penggunaan desain ini di perangkat flagship Apple menjadi lampu hijau bagi brand lain buat turut mengadopsinya. Tapi notch ialah cerita lama. Kira-kira setahun setelah notch populer, beberapa produsen sudah menemukan solusi buat menyuguhkan layar penuh sejati.

Dan Anda mungkin sudah mendengar, Find X adalah salah satu handset yang mengusung arahan desain baru ini. Saat disingkap di Paris pada tanggal 19 Juni silam, Oppo menyebut rancangan tersebut sebagai ‘panoramic arc screen‘. Efeknya, pandangan Anda ke konten via layar tidak terganjal hal apapun. Dan tepat sebulan setelah momen itu, Oppo resmi membawa Find X ke Indonesia.

Find X 1

Desain atraktif tentu bukan satu-satunya penawaran menarik dari Find X. Sebagai produk bergelar ‘smartphone flagship masa depan’, Oppo membekalinya dengan beragam teknologi terbaru dan tercanggih, baik pada layar, bagian dalam, kamera serta software. Produsen asal Tiongkok itu tidak mau mengecewakan fans karena Oppo menyadari sudah 1.450 hari sejak terakhir kali mereka merilis smartphone kelas flagship.

“Kami sangat bangga dengan pencapaian Oppo Find X,” tutur marketing director Alinna Wen. “Perangkat flagship ini menunjukkan kemampuan kami menghadirkan smartphone yang inovatif, indah, dan cerdas. Dari sisi bisnis, Find X juga memperlihatkan keseriusan Oppo dalam menyasar pasar smartphone kelas atas di Indonesia.”

Find X 15

Tak seperti seri F, Oppo Find X tidak mengusung tajuk ‘selfie expert‘. Alasannya sederhana, smartphone ini tak hanya diramu sebagai alat spesialis swafoto. PR manager Aryo Meidianto menjelaskan bahwa Find X merupakan perangkat bergerak all-rounder. Ia siap mendukung Anda melakukan aktivitas produktif, menghibur diri, serta mengabadikan momen berharga. Selfie hanyalah satu dari banyak keahliannya.

 

Kesan pertama

Penampilan Find X tak lagi jadi rahasia dan foto-fotonya telah lama beredar, tapi saya bisa melihat kekaguman yang ditunjukkan tamu undangan ketika mereka diperkenankan untuk menyentuh smartphone ini secara langsung. Efek dari layar hampir-tanpa bezel dan rancangan ‘terpadu’ di sana memang luar biasa. Find X berhasil membuktikan bagaimana kesederhanaan bisa membuahkan keanggunan.

Find X 22

Find X 20

Find X menghidangkan layar 6,42-inci 2340×1080 19,5:9. Bagian pinggir panelnya dibuat melengkung, tercapai berkat pemanfaatan OLED fleksibel. Tidak ada pengalihan perhatian dalam bentuk apapun ketika Anda berinteraksi dengan konten: tombol navigasi dan sistem notifikasi dimasukkan dalam layar, pemindai sidik jari dihilangkan dan digantikan solusi yang lebih praktis, kemudian modul kameranya juga disembunyikan.

Find X 13

Pemakaian lapisan Corning Gorilla Glass 5 2.5D di kedua sisinya menyisakan bagian tepi yang sangat tipis. Tim desainer hanya menempatkan tombol fisik (power dan volume) di sana, sedangkan tray kartu dapat Anda temukan di area bawah. Menariknya, saya tidak merasa sensasi ramping ini membuat Find X jadi sulit digenggam. Dan dengan lebar 74,2-milimeter, Find X tetap mendukung pengoperasian satu tangan.

Find X 10

Find X 6

Perpaduan antara layar panorama dengan rasio display-ke-tubuh sebesar 93,8 persen serta warna gradasi (ada opsi Bordeaux Red and Glacier Blue) yang menyerupai batu mulia membuat penampilannya istimewa. Jenis cat ini memberikan efek berbeda di jenis pencahayaan berbeda. Pemilihan warna yang tidak biasa itu merupakan realisasi dari keinginan Oppo buat mengadopsi keindahan alam di produknya flagship-nya.

Find X 11

Namun ada banyak upaya yang Oppo lakukan demi menghidangkan desain sederhana. Satu aspek yang sangat menonjol adalah penggunaan ‘Stealth 3D Camera’. Modul kamera ini tersembunyi dalam tubuh bagian atas, baru akan keluar saat Find X mencoba mengenal sang pengguna atau ketika Anda mengaktifkan fungsi kamera.

Find X 9

Find X 8

Sejumlah konsumen memang mengutarakan kekhawatiran mereka soal penggunaan kamera dengan bagian bergerak. Umumnya, mereka penasaran soal daya tahan Find X. Di presentasinya, Suwanto selaku marketing plan Oppo menegaskan bahwa mekanisme tersebut akan tetap bekerja normal meskipun modul kamera keluar-masuk sebanyak 300 ribu kali. Angka ini bukanlah batasan maksimal, melainkan minimal.

Find X 7

Modul kamera beroperasi sangat cepat, cuma membutuhkan waktu 0,6 detik buat keluar dari rumahnya. Uniknya lagi, sistem mekanisnya tidak mengonsumsi banyak tenaga. Dengan keluar-masuk sebanyak 200 kali, ia hanya menggunakan 1 persen baterai smartphone. Sebagai sistem keamanannya, sensor proximity Find X bisa mengetahui jika ada gerakan yang tidak lazim (misalnya jika smartphone terlepas dari tangan Anda), dan otomatis akan menutup modul kamera.

Find X 3

Find X 12

Oppo juga sempat berbicara banyak soal Super VOOC. Ia merupakan pengembangan lebih lanjut dari sistem flash charging VOOC, yang menjanjikan durasi pengisian ulang super-cepat, yaitu dua jam bicara cukup dengan lima menit charging. Kapabilitas Super VOOC lebih mengesankan lagi: pengisian lima menit dapat memberikan Anda talk-time empat jam. Kemudian, baterai bisa diisi penuh cuma dalam waktu 35 menit.

Find X 18

Tapi perlu diketahui bahwa Find X yang dipasarkan di Indonesia baru mengusung teknologi VOOC. Oppo masih mempertimbangkan rencana buat membawa Find X versi Super VOOC ke tanah air.

 

Kamera

Berkat penggunaan Stealth 3D Camera, Oppo tidak perlu bersusah payah menjejalkan lensa dan pernak-pernik pendukung foto di area yang sempit. Modul kamera Find X dibekali food illuminator, kamera inframerah, sensor jarak, dot projector serta flash LED. Untuk kebutuhan fotografi, Find X memanfaatkan setup kamera ganda 16MP (f/2, 1/2,6-inci) plus 20MP (f/2, 1/2,8-inci) di sisi belakang dan kamera tunggal 25MP f/2 di depan.

Find X 14

Berkat bantuan AI (yang juga ditunjang AI Engine di chip Qualcomm Snapdragon 845-nya), kamera mampu membaca 15.000 titik di wajah dalam waktu hanya 0,6 detik. Sensor inframerahnya sendiri bermanfaat buat mengenal wajah dalam kondisi gelap.

Find X 19

Kamera juga mendeteksi scene secara presisi, mengetahui mana yang merupakan objek utama dan mana latar belakangnya. Dengan begini, Find X bisa memisahkan kedua elemen itu, mengimplementasikan pencahayaan berbeda, hingga mentransformasi gerakan wajah kita jadi 3D Omoji (versi Animoji Oppo).

 

Find X.

Lalu selain memanjakan Anda dengan kemudahan menciptakan foto bokeh, AI di Find X mampu mengetahui skenario fotografi berbeda, dari mulai foto boga, wajah, pemandangan, serta teks. Secara otomatis ia akan menyesuaikan setting-nya. Dan yang paling mencengangkan adalah, Find X bisa mengidentifikasi 800 skenario fotografi.

Find X 2

 

Harga dan ketersediaan

Gerbang pre-order Oppo Find X dibuka pertama kali tanggal 18 Juli kemarin via Lazada, dan hanya dalam waktu tiga jam, stoknya habis. Kesempatan pre-order kedua telah tersedia lagi hari ini, dimulai pukul 11:00 siang tadi.

Di Indonesia, Find X dibanderol seharga Rp 13 juta; dan khusus buat para pemesan, mereka akan mendapatkan bonus eksklusif berupa VOOC Car Charger, headset Bluetooth O-Free dan garansi layar selama dua tahun. Nilai dari bonus ini mencapai Rp 3 juta. Produk rencananya bisa diambil pada tanggal 4 Agustus nanti, dan mulai dipasarkan secara normal pada tanggal 8 Agustus 2018.

Silakan simak juga impresi chief editor kami saat bercengkerama pertama kali dengan Oppo Find X di artikel ini.