Tag Archives: smartphone lipat

Huawei P50 Pocket Benahi Dua Kekurangan Utama Samsung Galaxy Z Flip 3

Di antara beberapa ponsel foldable yang tersedia di pasaran, Samsung Galaxy Z Flip 3 mungkin bisa dianggap sebagai yang paling normal. Dalam posisi terbuka, ia tidak berbeda jauh dibanding smartphone pada umumnya. Namun berhubung layarnya bisa dilipat, ia jauh lebih mudah disimpan di dalam saku, bahkan saku kemeja sekalipun.

Terlepas dari itu, Z Flip 3 masih punya sejumlah kekurangan. Dua yang paling utama adalah kapasitas baterainya yang kecil (3.300 mAh), dan desain yang tidak benar-benar tertutup rapat saat layarnya dilipat. Lain ceritanya dengan Huawei P50 Pocket. Ponsel foldable terbaru Huawei yang juga mengadopsi desain clamshell itu rupanya tidak terkendala dua isu tersebut.

Saat dilipat, layar P50 Pocket benar-benar tertutup dengan rapat, tidak seperti Z Flip 3 yang masih menyisakan sedikit celah. Ini menunjukkan adanya perbedaan rancangan engsel pada kedua smartphone. Dalam posisi terlipat, tebal P50 Pocket cuma 15,2 mm, lebih tipis daripada Z Flip 3. Namun saat dibuka, P50 Pocket sedikit lebih tebal di 7,2 mm.

Kabar baiknya, Huawei benar-benar memaksimalkan ruang ekstra tersebut. P50 Pocket dibekali baterai berkapasitas 4.000 mAh, cukup signifikan selisihnya dibanding milik Z Flip 3. Huawei pun tidak lupa menyematkan dukungan fast charging 40 W pada P50 Pocket.

Seperti Z Flip 3, ponsel ini turut mengemas dua layar; satu di luar, satu di dalam. Di bagian luar, ada layar membulat dengan diameter 1,04 inci dan resolusi 340 x 340 piksel. Layar ini bisa menampilkan sejumlah informasi, termasuk halnya menjadi viewfinder kamera sehingga pengguna bisa mengambil selfie menggunakan kamera utamanya. Meski sepintas kelihatan lebih estetis, layar membulat ini masih kalah fungsional dibanding layar luar Z Flip 3 yang berukuran lebih besar.

Untuk layar bagian dalamnya, P50 Pocket mengemas panel OLED 6,9 inci dengan resolusi 2790 x 1188 piksel dan refresh rate 120 Hz. Di sisi atasnya, ada lubang kecil yang dihuni oleh kamera 10,7 megapiksel. Kamera yang satu ini lebih ideal digunakan untuk video call, sebab kalau untuk mengambil selfie, hasil tangkapannya jelas kalah bagus dibanding kamera utamanya di sisi luar.

Kamera utamanya ini menggunakan sensor 40 megapiksel dan lensa f/1.8. Mendampingi kamera tersebut adalah kamera ultra-wide 13 megapiksel yang juga bisa dipakai untuk fotografi makro, serta kamera “super-spectrum” 32 megapiksel yang bertugas untuk membantu memperkaya warna pada hasil tangkapan P50 Pocket.

Urusan performa, ponsel ini mengandalkan chipset Snapdragon 888, tapi yang cuma kompatibel dengan jaringan 4G saja. Huawei menawarkan dua varian RAM dan storage: 8 GB/256 GB seharga 8.988 yuan (± 20 jutaan rupiah), dan 12 GB/512 GB seharga 10.988 yuan (± 24,5 jutaan rupiah).

Varian 12 GB/512 GB ini turut mengusung embel-embel “Premium Edition”, serta hadir dalam balutan warna silver atau emas yang memiliki motif unik karya desainer asal Belanda, Iris van Herpen. Sejauh ini belum ada informasi apakah Huawei P50 Pocket nantinya juga akan tersedia di luar Tiongkok.

Sumber: The Verge dan Huawei.

Samsung Singkap Galaxy Z Fold3, Z Flip3, dan Galaxy Buds2, Semuanya Lebih Murah dari Pendahulunya

Setelah cukup lama dinantikan, Samsung akhirnya resmi memperkenalkan dua ponsel foldable terbarunya, yakni Galaxy Z Fold3 dan Z Flip3. Keduanya menghadirkan beragam penyempurnaan dalam harga yang lebih terjangkau.

Yang paling utama adalah dari segi ketahanan fisik. Baik Z Fold3 maupun Z Flip3 sama-sama mengemas bodi tahan air dengan sertifikasi IPX8, sanggup bertahan di kedalaman 1,5 meter sampai selama 30 menit. Rangka aluminiumnya juga diklaim lebih kokoh ketimbang yang digunakan sebelumnya.

Samsung juga telah melengkapi kedua smartphone ini dengan lapisan film pelindung baru berbahan PET (polyethylene terephthalate) yang dapat meregang dan panel layar utama yang lebih optimal sehingga menciptakan layar yang 80% lebih tahan lama dibanding pendahulunya.

Spesifikasi Samsung Galaxy Z Fold3

Kalau dilihat sepintas, penampilan Z Fold3 memang tidak kelihatan terlalu berbeda dibanding Z Fold2. Meski begitu, dimensi Z Fold3 sedikit lebih ringkas ketimbang pendahulunya, dengan ketebalan 16 mm dalam posisi terlipat, atau 6,4 mm dalam posisi terbuka, serta bobot 271 gram.

Ukuran layar AMOLED di sisi luarnya masih sama, yakni 6,2 inci, demikian pula resolusinya yang cuma naik sedikit menjadi 2268 x 832 pixel. Bedanya, layar luar milik Z Fold3 ini sudah mengandalkan refresh rate 120 Hz.

Layar utamanya di bagian dalam juga sama, masih menggunakan panel AMOLED 7,6 inci dengan resolusi 2208 x 1768 pixel dan refresh rate 120 Hz. Yang berbeda, Anda tidak akan menemukan lubang kamera di layar utama Z Fold3 ini, sebab kameranya sudah disembunyikan di balik layarnya. Ini memang bukan teknologi baru, tapi pertama kalinya ada di smartphone Samsung.

Untuk pertama kalinya juga, Samsung menghadirkan dukungan S Pen pada ponsel foldable-nya. Perlu dicatat, yang bisa dicorat-coret hanyalah layar utama Z Fold3, dan pengguna wajib menggunakan varian spesifik S Pen Fold Edition atau S Pen Pro yang dijual terpisah, tidak boleh sembarang S Pen.

Perkara dapur pacu, Z Fold3 merupakan ponsel flagship tulen. Ia ditenagai chipset Qualcomm Snapdragon 888, RAM 12 GB, pilihan penyimpanan internal 256 GB atau 512 GB, dan baterai 4.400 mAh. Tiga kamera belakangnya mempunyai konfigurasi sebagai berikut: kamera utama 12 megapixel dengan OIS dan Dual Pixel AF, kamera ultra-wide 12 megapixel, dan kamera telephoto 12 megapixel dengan 2x optical zoom yang juga dilengkapi OIS.

Untuk kamera depannya, ada kamera 10 megapixel di layar bagian luar, dan kamera 4 megapixel di balik layar utamanya. Idealnya, kamera di layar utamanya ini dipakai untuk video call saja, sedangkan kalau butuh selfie sebaiknya menggunakan kamera di layar luarnya.

Spesifikasi Samsung Galaxy Z Flip3

Sebelum membahas lebih jauh, sebagian dari Anda mungkin bakal bertanya dalam hati, “Di mana Z Flip2?” Entahlah. Mungkin Samsung bermaksud memudahkan kita semua dengan menyamakan penamaan kedua ponsel foldable-nya, tapi di sisi lain Z Flip3 memang mempunyai cukup banyak kesamaan dengan Z Fold3, terutama dari segi spesifikasi.

Seperti halnya Z Fold3, Z Flip3 turut dibekali chipset Snapdragon 888, naik level cukup jauh dibanding Z Flip generasi pertama yang cuma mengemas Snapdragon 855+. Prosesor tersebut ditemani RAM 8 GB dan pilihan storage internal 128 GB atau 256 GB. Sayang kapasitas baterainya tidak berubah; masih 3.300 mAh, padahal bodinya justru sedikit lebih tebal daripada sebelumnya; 15,9 mm saat terlipat, 6,9 mm saat terbuka.

Pembaruan yang paling menarik bisa ditemukan di layarnya, terutama layar berada di sisi luar. Ukurannya jauh membesar dari cuma 1,1 inci menjadi 1,9 inci, dengan resolusi di angka 260 x 512 pixel. Berhubung lebih besar, layar luarnya ini dapat dijadikan viewfinder selagi mengambil selfie menggunakan kamera di sampingnya (yang secara teknis merupakan kamera belakang milik Z Flip3).

Beralih ke layar utamanya, ukuran dan resolusinya memang tidak berubah — AMOLED 6,7 inci, 2640 x 1080 pixel — akan tetapi refresh rate-nya sudah dilipatgandakan menjadi 120 Hz. Tidak seperti Z Fold3, layar utama Z Flip3 rupanya masih mengemas lubang kamera tradisional.

Lubang tersebut dihuni oleh kamera 10 megapixel, sedangkan dua kamera belakangnya adalah kamera utama 12 megapixel dengan OIS dan Dual Pixel AF, serta kamera ultra-wide 12 megapixel. Selfie menggunakan Z Flip3 bakal lebih ideal dilakukan dalam posisi perangkat sedang tertutup (menggunakan kamera utama dan layar luarnya tadi).

Samsung Galaxy Buds2

Dalam kesempatan yang sama, Samsung turut menyingkap TWS baru bernama Galaxy Buds2. Desainnya cukup mirip seperti Galaxy Buds Pro, akan tetapi ukurannya lebih ringkas, dengan bobot masing-masing cuma 5 gram. Juga mirip adalah konfigurasi dual driver yang melibatkan sebuah woofer dan tweeter di tiap earpiece.

Kalau dibandingkan dengan pendahulunya, daya tarik utama Galaxy Buds2 adalah fitur ANC alias active noise cancellation, yang diklaim mampu meredam suara di sekitar hingga 98%. Mode ambient untuk mengamplifikasi suara di sekitar pun juga tersedia, dan pengguna bisa mengaktifkannya dalam tiga level amplifikasi yang berbeda.

Dalam sekali pengisian, baterainya diklaim bisa bertahan sampai 5 jam dengan ANC, atau sampai 7,5 jam tanpa ANC. Charging case-nya mampu mengisi ulang perangkat sebanyak empat kali, memberikan total daya tahan baterai hingga 20 jam dengan ANC, atau 29 jam tanpa ANC.

Harga dan ketersediaan

Seperti yang saya bilang di awal, seluruh pembaruan ini justru malah bisa didapatkan dalam harga yang lebih terjangkau daripada sebelumnya. Galaxy Z Fold3 bakal dijual dengan banderol mulai Rp24.999.000, sedangkan Z Flip3 mulai Rp14.999.000. Pre-order kedua perangkat ini sudah bisa dilakukan dari 11-29 Agustus 2021.

Untuk varian warnanya, Z Fold3 bakal hadir dalam tiga opsi (Phantom Black, Phantom Green, Phantom Silver), sedangkan Z Flip3 dalam tujuh opsi yang berbeda (Cream, Green, Lavender, Phantom Black, Gray, White, Pink). Seperti sebelumnya, Samsung juga bakal menjual edisi khusus Thom Browne dalam jumlah terbatas.

Untuk Galaxy Buds2, Samsung menetapkan banderol Rp1.799.000, lagi-lagi lebih murah daripada generasi sebelumnya meskipun lebih baru. Pilihan warna yang tersedia ada empat, yakni Olive, Lavender, White, dan Graphite.

Xiaomi Luncurkan Foldable Smartphone Pertamanya, Mi Mix Fold

Usai memperkenalkan smartphone paling flagship-nya untuk tahun 2021, Xiaomi lanjut menyingkap penawaran perdananya di segmen foldable smartphone, Mi Mix Fold. Ada banyak inovasi menarik yang dihadirkan, tapi sebelumnya mari kita bahas terlebih dulu bagian terpentingnya, yaitu layarnya.

Mi Mix Fold mengemas layar OLED fleksibel berukuran 8,01 inci dengan resolusi 2480 x 1860 pixel (aspect ratio 4:3) dan refresh rate 60 Hz. Xiaomi mengklaim layarnya ini adalah yang paling besar di segmen foldable sejauh ini. Secara teknis memang benar, meski mungkin klaim tersebut nyaris tidak ada artinya kalau melihat layar Huawei Mate X2 yang lebih kecil 0,01 inci.

Layar fleksibel ini mempunyai tingkat kecerahan maksimum 900 nit, dan sudah mendukung HDR10+ maupun Dolby Vision. Xiaomi juga tidak lupa menekankan kemampuannya menampilkan l miliar warna, lengkap dengan akurasi warna yang sangat tinggi berkat algoritma kalibrasi racikan Xiaomi sendiri.

Hal lain yang turut dibanggakan oleh Xiaomi adalah engsel berbentuk huruf U yang duduk di sepanjang bagian tengah layar fleksibel tersebut, yang diklaim 27% lebih ringan ketimbang engsel milik ponsel foldable lain. Meski demikian, kekokohannya dijamin oleh hasil pengujian hingga 1 juta kali tekuk.

Beralih ke layar di sisi luar, ada panel AMOLED 6,52 inci beresolusi 2520 x 840 pixel. Layar sebelah luarnya ini juga memiliki tingkat kecerahan 900 nit dan dukungan HDR10+ beserta Dolby Vision. Bedanya adalah refresh rate dan touch sampling rate-nya sudah lebih tinggi dari standar, masing-masing di angka 90 Hz dan 180 Hz. Pada ujung kanan atas layar eksternalnya ini, ada kamera selfie 20 megapixel.

Satu hal yang cukup unik terkait layarnya ini adalah algoritma berbasis AI yang Xiaomi terapkan, yang diklaim mampu meng-upscale resolusi foto dari 720p menjadi 1440p, atau resolusi video dari 480p menjadi 1440p. Seberapa efektif fitur ini dapat bekerja di smartphone tentu masih perlu pembuktian lebih lanjut.

Seperti halnya Mi 11 Ultra, Mi Mix Fold turut mengemas speaker hasil kolaborasi Xiaomi bersama Harman Kardon. Namun berhubung dimensi Mi Mix Fold lebih besar, jumlah speaker-nya pun juga telah digandakan menjadi 4 buah, dan Xiaomi juga telah menyertakan algoritma untuk menyajikan efek 3D spatial audio.

Kamera dan spesifikasi

Namun sebagai bagian dari keluarga Mi Mix, tentu saja ponsel ini masih membawa sejumlah kejutan lain yang belum pernah ada sebelumnya. Seperti yang kita tahu, seri Mi Mix selalu dijadikan sebagai ajang demonstrasi teknologi-teknologi terbaru yang Xiaomi kembangkan, dan Mi Mix Fold pun tak luput dari tren tersebut.

Teknologi-teknologi anyar itu bisa kita jumpai langsung pada kameranya. Mi Mix Fold adalah ponsel pertama yang mengemas chip ISP (image signal processor) bikinan Xiaomi sendiri yang dinamai Surge C1. Lewat komponen ini, Xiaomi pada dasarnya ingin meningkatkan kinerja autofocus, auto exposure dan auto white balance secara signifikan tanpa mengonsumsi terlalu banyak energi.

Bukan cuma itu, Mi Mix Fold juga jadi yang pertama menggunakan teknologi Liquid Lens, yang bisa kita temui pada kamera telephoto 8 megapixel-nya. Sesuai namanya, struktur lensa ini melibatkan sejenis cairan yang dibungkus oleh film transparan. Berhubung isinya cairan, kurvatur lensanya pun bisa berubah-ubah, sehingga ia dapat merangkap peran dua jenis lensa sekaligus, yakni lensa telephoto dengan 3x optical zoom, dan lensa macro dengan jarak fokus 3 cm.

Pengguna juga tidak perlu khawatir cairan di dalam lensanya itu beku saat digunakan di cuaca dingin, sebab Xiaomi memastikan cairannya bisa tahan sampai suhu sedingin -40° C, atau sebaliknya sampai suhu sepanas 60° C. Dua kamera lainnya adalah kamera utama 108 megapixel dengan sensor Samsung ISOCELL HM2 dan lensa f/1.8, serta kamera ultra-wide 13 megapixel dengan field of view seluas 123°.

Lanjut ke spesifikasinya, Mi Mix Fold hadir membawa chipset Snapdragon 888, RAM LPDDR5 berkapasitas 12 GB atau 16 GB, serta storage internal UFS 3.1 sebesar 256 GB atau 512 GB. Xiaomi tidak lupa menyertakan sistem pendingin spesial yang memiliki area disipasi panas yang luas, yang tak hanya mencakup bagian chipset saja, melainkan juga antena 5G dan sistem fast charging-nya.

Bicara soal fast charging, baterai berkapasitas 5.020 mAh di ponsel ini mendukung pengisian dengan output maksimum 67 W. Kecepatan pengisiannya ini sama persis seperti yang ditawarkan Mi 11 Ultra (0 – 100% dalam 37 menit), tapi bedanya Mi Mix Fold sama sekali tidak mendukung wireless charging.

Mi Mix Fold Ceramic Special Edition / Xiaomi
Mi Mix Fold Ceramic Special Edition / Xiaomi

Dalam posisi terlipat, Mi Mix Fold memiliki bodi dengan ketebalan 17,2 mm. Bobotnya berada di kisaran 317 gram, dan panel belakangnya sudah diproteksi oleh kaca Gorilla Glass 5, lengkap dengan tekstur yang menyerupai keramik. Alternatifnya, Xiaomi juga akan menawarkan Mi Mix Fold Ceramic Special Edition dengan material belakang yang berbeda, serta aksen warna emas di bagian engsel dan tombol volume.

Sejauh ini belum diketahui apakah Xiaomi Mi Mix Fold juga akan dipasarkan secara global. Untuk sekarang, Xiaomi baru menjualnya di Tiongkok dengan harga mulai 10.000 yuan (± Rp22,2 jutaan). Varian termahalnya yang mengemas RAM 16 GB dan penyimpanan 512 GB dihargai 13.000 yuan (± Rp28,9 jutaan).

Sumber: Xiaomi dan GSM Arena.

Ongkos Reparasi Layar Huawei Mate X Setara dengan Satu Unit Anyar Galaxy Note 10

Teknologi foldable phone masih sangat muda, dan seperti halnya teknologi lain yang masih seumur jagung, ongkos pembuatannya pun masih mahal. Jadi jangan kaget melihat Samsung Galaxy Fold dibanderol $1.980, atau Huawei Mate X yang seharga $2.400. Bukan cuma itu, ongkos reparasinya pun masih kelewat mahal untuk sekarang.

Berdasarkan informasi yang didapat GizmoChina melalui situs resmi Huawei Tiongkok, konsumen yang hendak memperbaiki layar Huawei Mate X harus merogoh kocek sebesar 7.080 yuan, atau kurang lebih sekitar Rp 14,2 juta. Ya, biaya yang dibutuhkan untuk mengganti layar Huawei Mate X dengan yang baru sebenarnya bisa dipakai untuk membeli satu unit anyar Galaxy Note 10.

Bagaimana dengan nasib konsumen Galaxy Fold? Mereka sedikit lebih beruntung, sebab Samsung punya program garansi khusus sehingga konsumen hanya perlu membayar $150 seandainya ada kerusakan pada layar perangkat. Namun perlu dicatat, harga khusus ini hanya berlaku selama satu tahun untuk unit Galaxy Fold yang dibeli sebelum 31 Desember 2019.

Samsung Galaxy Fold / Samsung
Samsung Galaxy Fold / Samsung

Ya, inilah risiko yang harus diterima para konsumen apabila melibatkan teknologi generasi pertama. Membeli smartphone lipat sekarang berarti Anda rela membayar lebih untuk teknologi yang belum benar-benar matang, sekaligus rela mengucurkan dana besar seandainya ada kerusakan.

Terlepas dari daya tariknya, ponsel seperti Huawei Mate X juga bisa dibilang cukup rentan terhadap kerusakan mengingat layar fleksibelnya berada di sisi luar, tidak seperti milik Galaxy Fold yang diposisikan di sisi dalam. Singkat cerita, konsumen Huawei Mate X harus ekstra hati-hati dalam memperlakukan perangkatnya demi mencegah pengeluaran besar yang tidak terduga.

Sumber: Android Authority.

Motorola Razr Adalah Reinkarnasi Ponsel Lipat Paling Legendaris untuk Era Foldable

Ponsel foldable masih seumur jagung. Teknologinya belum benar-benar matang, harganya masih mahal, dan bisa dibilang secara umum para pemain di industri smartphone masih belum bisa memastikan arah tren ini bakal ke mana.

Indikasinya bisa kita lihat dari cara mengeksekusi konsep foldable yang berbeda-beda di antara tiap pabrikan. Lihat saja Samsung dan Huawei. Terlepas dari itu, tren foldable sudah pasti akan melahirkan perangkat dengan beragam form factor, namun siapa yang menyangka kalau tren ini juga dapat menghidupkan kembali salah satu ponsel legendaris dari dekade sebelumnya?

Perkenalkan Motorola Razr, reinkarnasi modern dari salah satu ponsel terlaris Motorola yang dirilis di tahun 2004, RAZR V3. Selain meninggalkan kenangan manis di hati konsumen yang pernah memilikinya, RAZR V3 juga punya pengaruh besar terhadap sejarah Motorola; volume penjualannya yang begitu besar berhasil membangkitkan kembali divisi ponsel Motorola yang sempat stagnan dan merugi.

Motorola Razr

Versi baru Razr ini murni dibuat untuk menghidupkan kembali kenangan tersebut. Tidak ada yang istimewa dari spesifikasinya, tapi ia luar biasa dari segi estetika. Nyaris semua elemen yang membuat konsumen jatuh hati dengan RAZR V3 dipertahankan di sini; mulai dari bodi lipat yang begitu tipis, lengkap dengan ‘dagu’ di bagian bawahnya, sampai layar kecil di sisi luarnya.

Yang berubah drastis adalah layar di sisi dalamnya. Kalau dulu layar tersebut harus saling berbagi ruang dengan keyboard fisik, di sini layarnya memanjang sampai ke bagian dagu. Ya, yang dilipat sekarang bukan cuma bodinya, tapi sekaligus layarnya.

Di saat layar Samsung Galaxy Fold dan Huawei Mate X terlipat secara horizontal, Razr berbeda sendiri karena layarnya terlipat secara vertikal. Samsung dan Huawei pada dasarnya memanfaatkan tren foldable untuk menyulap ponsel menjadi tablet, sedangkan Motorola justru memanfaatkannya untuk menciutkan ukuran smartphone secara drastis saat sedang tidak dipakai.

Motorola Razr

Saat terbuka lebar, pengguna akan dihadapkan dengan layar pOLED 6,2 inci beresolusi 2142 x 876 pixel. Sebaliknya, saat ditutup, giliran layar sentuh kecil di sisi luar yang menyambut dengan berbekal panel OLED 2,7 inci beresolusi 600 x 800 pixel. Selain menampilkan jam, layar kecil ini juga berfungsi untuk menampilkan notifikasi dan menyajikan sejumlah fungsi basic.

Di bawah layar kecil itu, tampak sebuah kamera dengan sensor 16 megapixel dan lensa f/1.7. Jadi dalam posisi perangkat tertutup, pengguna dapat memanfaatkan kamera tersebut untuk mengambil selfie, sedangkan dalam posisi terbuka, kameranya pun otomatis beralih peran menjadi kamera belakang. Di sisi dalam, masih ada satu kamera lagi yang menghuni notch layarnya, tapi hanya 5 megapixel f/2.0.

Motorola Razr

Menggunakan Razr dalam posisi terbuka sejatinya tidak jauh berbeda dari ponsel non-foldable berkat bentuknya yang rata. Sebagai pengaman, Motorola turut menyematkan sensor sidik jari di atas dagu Razr. Saat tertutup, Razr juga tampak rapat dan rata. Motorola cukup beruntung memiliki akses ke tim desainer Lenovo yang sebelumnya ditugaskan merancang engsel seri laptop Yoga.

Namun seperti yang saya bilang, Razr terkesan biasa saja dari segi spesifikasi. Chipset yang digunakan bukanlah kelas flagship, melainkan Snapdragon 710, ditemani oleh RAM 6 GB dan storage 128 GB. Lebih mengejutkan lagi, kapasitas baterainya cuma 2.510 mAh, dengan dukungan fast charging hanya 15 W, dan tanpa wireless charging.

Motorola Razr

Kekurangan ini sejatinya bisa dimengerti jika melihat dimensi Razr yang begitu ringkas. Saat terbuka, tebalnya berkisar 6,9 mm kecuali di bagian dagu, dan saat tertutup tebalnya pun hanya 14 mm. Kompromi ini mau tidak mau harus diambil demi mempertahankan keunggulan RAZR V3 sebelumnya.

Jadi begitulah, kalau yang Anda cari adalah teknologi tercanggih di segmen foldable, mungkin Anda salah tempat. Motorola Razr disiapkan buat mereka yang ingin merasakan kembali masa kejayaan ponsel lipat (clamshell), dengan catatan mereka siap mengucurkan dana sebesar $1.500 saat perangkat ini dipasarkan mulai awal tahun depan.

Sumber: SlashGear dan Wired.

Konsep Desaing Motorola Razr

Smartphone Tekuk Buatan Motorola Disebut Mengadopsi Ponsel Flip Lawas Miliknya

Smartphone dengan layar yang bisa dilipat atau ditekuk bak dompet akhirnya benar-benar jadi kenyataan. Teknologi ini menjadi inovasi baru yang paling disorot di ajang MWC belum lama ini, tentu selain kedatangan teknologi 5G. Samsung memulai debut Galaxy Fold, kemudian disusul oleh Huawei, TCL dan sejumlah nama yang menyatakan kesiapannya meramaikan persaingan. Salah satunya adalah Motorola yang datang dengan pendekatan sedikit unik.

Motorola telah mengonfirmasi kesiapan untuk menempati salah satu satu posisi di lintas persaingan smartphone lipat yang dijadwalkan rilis tahun ini. Menurut laporan, Motorola akan meluncurkan versi terbaru dari ponsel flip Razr ikoniknya sebagai smartphone lipat baru.

Yang unik, berdasarkan rumor dan juga bocoran paten. Motorola seperti enggan melepaskan konsep desain ponsel flip lawasnya dan memilih untuk menerapkan sedikit sentuhan modern. Jika Anda membayangkan ponsel flip, di mana salah satu sisi bagian dalam menjadi dudukan bagi keyboard fisik, sementara sisi dalam lainnya sebagai layar. Smartphone lipat Motorola Razr tak akan jauh berbeda, hanya saja kali ini kedua sisi dalam ditempati oleh layar penuh, kemudian akan ada satu layar tambahan dengan fungsionalitas terbatas ketika smartphone ditutup.

foldable-razr

Layar kedua di Motorola Razr disebut dapat mengakses sejumlah kecil aplikasi seperti Moto Display, Moto Actions, Moto Camera dan Google Assistant. Saat ponsel dibuka penuh, layar sekunder di bagian dalam dapat bertindak sebagai trackpad untuk menggulir halaman di Chrome. Pengembang juga mengintegrasikan fitur ini ke aplikasi lain dan 6 opsi pengaturan cepat.

Jika pengguna mengaktifkan Google Assistant saat perangkat ditutup, maka animasi Assistant dapat ditampilkan jika dalam status aktif. Jika tidak, pengguna akan diminta untuk ‘membuka lipatan smartphone dan membuka kunci’ menggunakan kata sandi atau PIN.

1552130376-Moto_Razr_FINAL

Saat ini Motorola disebut sedang mematangkan integrasi aplikasi bawaan seperti penggunaan Moto Display untuk menunjukkan jam, pemberitahuan, dan mengendalikan media melalui tampilan eksternal. Pengguna juga akan dapat menampilkan wallpaper terpisah di layar tertutup.

Bocoran yang mengemuka terkair Motorola Razr lebih banyak membicarakan soal desain ketimbang spesifikasi. Jadi, untuk sementara ini spesifikasi perangkat bersangkutan sebagian besar masih misterius.

Sumber berita GSMArena.

Lain dari yang Lain, Smartphone Fleksibel Buatan TCL Bisa Berubah Menjadi Smartwatch?

2019 bisa jadi akan menjadi tahunnya smartphone yang bisa dilipat bak dompet. Konsep aslinya diadopsi oleh ponsel lipat clamshell kuno namun ditingkatkan dengan desain lebih modern dan fungsionalitas penuh yang kaya.

Tapi pengembangannya ternyata tak sebatas itu, karena TCL punya sesuatu yang baru. Pabrikan asal Tiongkok yang juga membantu perakitan smartphone BlackBerry itu dilaporkan sedang mengembangkan smartphone yang bisa ditekuk atau dilipat bak dompet tapi fungsionalitasnya tidak lagi sebatas dari smartphone ke tablet atau sebaliknya, melainkan bertransformasi menjadi smarwatch yang bisa dilekatkan ke pergelangan tangan.

Dalam bocoran yang beredar di dunia maya tampak ada lima set gambar yang memperlihatkan sudut tekukan smartphone buatan TCL tersebut. Empat dari lima foto pertama tak terlihat asing karena sudah pernah terlihat di beberapa bocoran maupun prototype buatan Samsung dan Xiaomi. Tapi foto kelima tampak benar-benar baru untuk publik, termasuk saya. Smartphone tampak bisa ditekuk secara melingkar seolah terbuat dari karet, memperlihatkan kemungkinan untuk disematkan sebagai jam tangan.

Sayangnya tak ada informasi lebih jauh terkait perangkat yang tampak dalam foto di atas. Tidak soal spesifikasi ataupun soal nama, termasuk dalam foto lain yang tampak seperti potongan dari dokumen paten awal. Dengan ajang MWC sudah di depan mata, banyak orang berharap TCL akan hadir dan bersedia membagikan detail lebih jauh terkait perangkat keren ini.

tcl-patent-filing

Anggaplah TCL memang ada di belakang racikan ponsel tekuk ini, maka perlombaan teknologi di sektor ini akan semakin menarik. Dari Tiongkok saja hampir semua pabrikan ternama menyatakan kesiapannya untuk ambil bagian di lintasan balap. Nubia termasuk yang paling cepat berdiri di posisi start setelah merilis teaser perangkat fleksibel hybrid miliknya untuk ajang MWC tahun ini.

Sementara dari Korea, Samsung dan LG tak mau kalah. Nama terakhir bahkan sudah injak gas meski teknologi layar fleksibelnya lebih dulu mendarat di sektor televisi. Nama Samsung yang lebih sering disorot juga siap dengan Galaxy X miliknya meski prototipe awal tampak terlihat masih membutuhkan banyak pengembangan.

Dengan kata lain, semua pabrikan yang pernah dan masih menggeluti sektor perangkat mobile tertarik dan berkeinginan menjawab ekspektasi publik akan perangkat yang inovatif dan berbeda. Sekarang tinggal siapa yang mampu melakukannya lebih cepat dari yang lain.

Sumber berita Cnet via Theverge.

Render paten layar tekuk milik Sony

Paten Bocorkan Teknologi Layar Tekuk Sony yang Tak Biasa

Tahun 2018, tren fokus pada notch dan kamera geser. Tahun depan, aroma akan adanya tren baru sudah tercium dini, di mana industri mobile akan dijejali oleh ponsel dengan layar yang bisa ditekuk layaknya dompet. Konsep desain yang berdasar dari ponsel lipat clamshell namun kali ini tanpa engsel dan area tekukannya ada di tengah layar.

Semua pabrikan smartphone besar seperti Apple, Samsung, Huawei, LG, Motorola sudah bersiap-siap untuk merilis smartphone layar tekuk dalam waktu dekat. Kini Sony juga dikabarkan siap terjun ke arena perlombaan itu.

Pabrikan asal Jepang yang terkenal dengan sensor kameranya ini disebut berencana untuk meluncurkan smartphone yang sama, tetapi dengan cara yang berbeda. Sony dilaporkan telah mengajukan paten untuk teknologi mobile yang menampilkan layar tekuk yang transparan.

paten sony

Dilaporkan pertama kali oleh LetsGoDigital via PhoneArena, paten menunjukkan smartphone dengan dua layar. Satu di depan, dan satu lagi di belakang. Layar ini dapat diatur untuk bekerja dalam enam mode berbeda, misalnya dibuat dengan latar solid, transparan, tembus cahaya, ditekuk dan bahkan digulung. Situs web ini juga telah memposting beberapa render tentang bagaimana tampilan smartphone yang dimaksudkan oleh Sony. Paten juga menyinggung soal layar yang bisa digulung yang pernah terlihat beberapa waktu yang lalu.

Sony-Foldable-phone-patent-Leak

Rancangan baru ini jelas merupakan sebuah terobosan yang melampaui apa yang ada dalam ekspektasi banyak orang tentang smartphone layar lipat.  Meskipun masih butuh waktu untuk melihat produk akhirnya, bahkan tak ada jaminan perangkat akhrinya akan benar-benar terwujud, tapi setidaknya hal ini menunjukkan bahwa Sony cukup peka dengan perkembangan tren. Bukan tak mungkin teknologi ini akan menjadi penyelamat divisi mobile Sony yang kembang kempis.

Ikuti Jejak Samsung dan ZTE, Huawei Godok Smartphone Lipat Bak Dompet

Setiap tahun, tren smartphone terus berganti. Dua tahun lalu, smartphone selfie mulai menggila dan sampai sekarang bahkan trennya belum benar-benar pudar. Oppo buktinya masih fokus ke segmen penggila selfie menyusul rencana peluncuran F5 yang mengandalkan kamera depan ganda. Tapi dalam setahun terakhir, di antara gempuran smartphone selfie, tren tanpa bezel dan layar FullView berukuran lebar lebih banyak mencuri perhatian.

Pertanyaan berikutnya, di tahun 2018 mendatang, kira-kira tren apa yang bakal jadi fokus pabrikan smartphone ternama dunia? Mungkinkah smartphone yang bisa dilipat bak dompet? Atau layar dengan aspek rasio besar masih lebih dominan?

Jawaban untuk pertanyaan itu sebenarnya sudah dijawab oleh ZTE yang pekan lalu merilis smartphone lipat (bukan clamshell) perdananya, Axon M. Walaupun tanpa penyambutan yang super meriah layaknya ponsel penggebrak, tren yang diusung oleh Axon M sebenarnya juga jadi bidikan sejumlah perusahaan ternama seperti Samsung, LG dan Huawei.

Nah, nama terakhir ini sontak menjadi kejaran media, karena berbeda dengan Samsung, Huawei sebelumnya tak pernah dikait-kaitkan dengan kompetisi pengembangan smartphone lipat. Kabar ini memanas setelah CEO Huawei, Richard Yu membeberkan kepada CNET bahwa perusahaannya sudah mengerjakan sebuah perangkat sampel yang kini sedang disempurnakan. Huawei diyakini bakal mengikuti jejak ZTE, namun tengah berupaya keras memangkas gap antar layar yang dilipat. Seperti kita ketahui, ponsel pintar jenis ini menggunakan mekanisme unik sehingga layar bisa dilipat ke samping bak dompet kemudian disatukan kembali. Patahan inilah yang sepertinya sedang diupayakan oleh Huawei agar dapat menyatu tanpa celah tapi tetap bisa dilipat dengan mudah.

Dalam sesi wawancara tersebut, Yu juga mengatakan ponsel pintar lipat inovatifnya akan diluncurkan di tahun 2018 mendatang. Tapi Ia tak menyebutkan soal tanggal ataupun bulan pastinya.

Perkembangan perangkat smartphone khususnya, telah mencapai level yang sangat mengesankan. Smartphone flaship keluaran 2017 tak hanya menawarkan kecantikan dalam desain, tapi juga fungsionalitas yang semakin kaya, performa yang lebih baik, baterai lebih efisien dan konektivitas yang lebih luas. Namun smartphone yang bisa dilipat (foldable phone) tampaknya menjadi obsesi tersendiri bagi pabrikan smartphone yang harus segera dituntaskan.

Samsung misalnya telah bertahun-tahun diberitakan sedang menggarap smartphone semacam itu. Obsesi itu belum tuntas, dan harus segera direalisasikan jika tak ingin kembali disalip. Kita tahu ZTE sudah melesat dari posisi start dengan Axon M-nya. Dan jika berkaca pada serangkaian rumor dan urgensinya, bukan tak mungkin Galaxy X – nama smartphone lipat Samsung – akan diluncurkan juga tahun depan. Wah, bakal seru nih persaingan di industri mobile tahun depan!

Samsung Godok Penerus W-2017?

Ponsel lipat atau clamshell pernah jadi primadona di zamannya. Meski tak benar-benar punah, namun tak banyak pabrikan perangkat yang mau secara konsisten mengeluarkan ponsel jenis ini. Sampai kemudian Samsung kembali menghidupkan ponsel clamshell tapi kali ini dibalut dengan komponen yang lebih modern sehingga jadilah smartphone clamshell (lipat), W2017 yang dirilis tahun lalu.

Kiprah Samsung W-2017 kemungkinan besar belum akan berhenti menyusul munculnya bocoran bahwa smartphone lipat lainnya dengan seri W2018 sudah berada di TENNA untuk diuji. Dua bulan kemudian atau tepatnya tiga hari yang lalu waktu Tiongkok (25/7/2017), kembali muncul bocoran perangkat yang sama lengkap dengan beberapa spesifikasi kuncinya.

Sesuai dengan namanya, Samsung W2018 akan menjadi penerus dari seri sebelumnya W2017. Untuk memberikan daya gedor yang lebih nendang, Samsung disebut bakal menggunakan chipset Snapdragon 835 yang juga mereka benamkan di Samsung Galaxy S8, flagshipnya. Dengan bekal sementereng ini, W2018 tak bisa disebut sebagai smartphone klasik kendati berada di cangkang bergaya lawas. Kelasnya jelas berada di level teratas, sejajar dengan seri Galaxy S. Untuk mengimbangi gedoran SD835, Samsung memilih RAM berkapasitas 6GB yang diduetkan dengan memori seluas 64GB.

Sementara berdasarkan bocoran dokuen TENNA, Samsung W2018 dibekali layar 4,2 inci S-AMOLED yang memberikan tampilan jernih beresolusi 1920 x 1080 piksel. Anehnya, spesifikasi yang tertuang di dokumen TENNA menunjukkan W2018 justru menggunakan chipset Snapdragon 821AB, RAM 4GB dan memori 64GB. Sedikit lebih rendah dari rumor terbaru.

Yang menarik, Gizmochina menyoroti rumor sebuah perangkat lain dengan nomor model SM-G9298 yang diyakini tak punya keterkaitan dengan W2018. Namun, dugaan sementara keduanya sama-sama mengadopsi desain ponsel lipat klasik.

Sumber berita Gizmochina dan header ilustrasi W2017.