Tag Archives: SME

Peluncuran chatbot "Bu Mira" di Jakarta (16/1) / DailySocial.id

Nikel dan USAID Luncurkan “Finclusion”, Program Pembiayaan Khusus UKM Perempuan

Startup pengembang embedded finance untuk pinjaman, Nikel (sebelumnya bernama Impact Credit Solution) dan Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) mengumumkan Finclusion, program pembiayaan untuk mendukung UKM milik perempuan (UKM-W) di Indonesia.

Finclusion adalah program bernilai $1,2 juta (sekitar Rp18,8 miliar) untuk menyalurkan $50 juta (sekitar Rp781,6 miliar) pinjaman kepada pelaku usaha perempuan. Pada tahap awal, Finclusion akan dilaksanakan selama dua tahun ke depan dengan fokus sebagai berikut:

  • Menargetkan 180 ribu pelaku UKM milik wanita.
  • Memfasilitasi akses pinjaman usaha ke 4.000 UKM wanita dari bank lokal setempat dan/atau bank lain.
  • Mendapatkan komitmen dari bank lokal dan/atau sumber pendanaan lain untuk mengalokasikan pinjaman sebesar $50 juta untuk pelaku UKM-W.

CEO Nikel Reinier Musters mengungkap sempat melakukan penelitian mendalam selama satu tahun untuk memahami kebutuhan pelaku usaha wanita, baik terkait pengelolaan keuangan, akses modal, strategi pemasaran.

“Kami berupaya memformulasikan bagaimana program ini tepat sasaran sesuai kebutuhan mereka, jadi kami tahu apa tantangannya,” tuturnya saat peluncuran Finclusion baru-baru ini.

Dari hasil risetnya, Nikel memaparkan tantangan lain yang kerap dihadapkan oleh pelaku usaha perempuan. Misalnya, soal pengelolaan hasil usaha dan rumah tangga. Pihaknya menemukan pemilik bisnis rumahan sering kali tidak mencatat hasil penjualan dan pengeluaran, bahkan terkadang pemakaiannya digabung dengan kebutuhan rumah tangga.

Dari sisi penyedia pinjaman, pihaknya mendapati bahwa banyak lembaga keuangan, terutama bank, tidak memiliki strategi untuk masuk ke sektor UKM maupun mengatasi tantangan spesifik yang dihadapi UKM-W.

Musters juga menyoroti alasan program ini belum dapat membidik unbanked, atau segmen yang belum punya akses ke layanan keuangan formal. Utamanya, segmen ini tidak memiliki rekening bank dan mengandalkan uang tunai dalam melakukan transaksi. Ini menyulitkan Finclusion untuk melakukan assessment.

“Kami tidak punya datanya. [Ini juga berpotensi] menaikkan struktur biaya lebih besar ketika harus melakukan pencairan dan pelunasan karena mereka terbiasa cara manual, terutama di kawasan pedesaan. Kami sedang mempertimbangkan cara-cara lainnya. Apabila ada provider lain–biasanya platform digital punya kemampuan untuk melacak hal ini–ini bisa jadi proxy kami.”

Asisten virtual “Bu Mira”

Dalam acara peluncurannya di Jakarta (16/1), Nikel turut memperkenalkan chatbot WhatsApp “Bu Mira” yang akan menjadi pendamping virtual pelaksanaan Finclusion, misalnya dalam mengakses modul literasi keuangan dan mengajukan pinjaman.

Nikel melakukan live demo kemampuan Bu Mira pada proses pengajuan pinjaman. Dijelaskan, para pelaku usaha akan diminta melampirkan sejumlah dokumen, seperti bank statement. Verifikasinya akan diproses di sistem mitra lender Nikel, yang mana persetujuannya disampaikan kembali melalui WhatsApp.

Perlu dicatat, tak hanya akses pengajuan pinjaman, Bu Mira memiliki fitur live agent untuk melacak pembayaran pinjaman dan pengingat pembayaran. Adapun, tingkat bunga dan tenor pinjaman ditentukan oleh KlikA2C sebagai mitra lender Nikel.

“Data dan informasi peminjam yang dikirim ke KlikA2C, tidak kami simpan karena kami tidak punya izin dari OJK untuk melakukan hal itu. Persetujuan tetap dilakukan oleh KlikA2C. Begitu juga soal standar mitigasi apabila peminjam terlambat atau gagal bayar. Namun, kami pastikan akan menerapkan SOP yang layak untuk penagihan pinjaman,” jelas Musters.

Potensi embedded finance bagi inklusi keuangan

Sekadar informasi, Impact Credit Solution melakukan rebranding menjadi Nikel pada tahun lalu usai diakuisisi oleh Felgo Capital Pte Ltd. Sejauh ini Nikel menawarkan solusi embedded finance untuk pinjaman, seperti Nikel Lend dan Nikel Fund.

Layanan embedded finance tengah berkembang di Indonesia sejalan dengan meningkatkan adopsi layanan digital, terutama layanan keuangan. Solusi ini memungkinkan pemilik bisnis atau perusahaan (B2B) untuk memiliki layanan keuangan tanpa perlu membangun dari awal dan mengajukan lisensi

Beberapa pemain di pasar ini ada DigiAsia Bios dan Finfra. Finfra adalah bagian dari Dana Bijak, penyedia pinjaman online. Sementara DigiAsia punya empat lisensi layanan keuangan, yang juga sudah berbasis API, sehingga bisa dihubungkan ke enterprise seusai kebutuhan

Berdasarkan laporan AC Ventures dan Boston Consulting Group (BCG) terkait fintech Indonesia, embedded finance berpotensi menjadi game changer berikutnya di industri keuangan regional. Khususnya di Indonesia, kebijakan BI pada BI FAST dan SNAP menjadi dorongan penting terhadap perkembangan embedded finance.

Bagi industri perbankan, hal ini memudahkan mereka untuk mengurangi pembukaan kantor cabang baru, dan mendorong kerja sama dengan pihak ketiga untuk membuka akses keuangan lebih luas kepada masyarakat.

Application Information Will Show Up Here
Startup SaaS majoo meluncurkan majoo Prime Plus, yang telah disempurnakan dari produk sebelumnya, majoo Prime

majoo Mulai Bidik Usaha Skala Besar Lewat Layanan “Prime Plus”

Startup SaaS majoo meluncurkan majoo Prime Plus, yang telah disempurnakan dari produk sebelumnya, majoo Prime. majoo Prime Plus dikhususkan untuk usaha skala besar yang membutuhkan fitur automasi premium yang lebih lengkap untuk memudahkan operasional bisnis dalam satu sistem terintegrasi.

“majoo selalu mendengarkan masukan dari pelanggan kami. Untuk itu, kami berkomitmen untuk terus menyesuaikan produk majoo dengan kebutuhan mereka. majoo Prime Plus adalah bukti nyata dari dedikasi kami untuk memberikan solusi terbaik bagi pebisnis di Indonesia,” ucap Founder dan CEO majoo Adi Wahyu Rahadi dalam keterangan resmi, Jumat (22/12).

Dia menerangkan majoo Prime Plus memiliki serangkaian fitur yang mencakup seluruh operasional bisnis yang berfokus pada usaha skala besar. Produk ini mengintegrasikan fitur penjualan, keuangan, karyawan, penggajian, warehouse, dan work-flow. Di tambah dengan fitur majoo yang sudah hadir sebelumnya, seperti kasir online, akuntansi, inventori, aplikasi owner, analisis bisnis, aplikasi CRM, manajemen karyawan, dan toko online.

Perbedaan signifikan dari produk sebelumnya, majoo Prime, terletak pada fitur yang lebih lengkap. Salah satunya, pencatatan data pelanggan yang dapat disesuaikan untuk berbagai jenis bisnis. Majoo Prime baru diperkenalkan sejak Agustus 2023.

Dicontohkan, pemilik pet shop dapat menambahkan formulir untuk mencatat nama kucing, riwayat vaksin, dan riwayat penyakit. Sementara itu, untuk pemilik bengkel dapat mencatatkan formulir untuk mencatat tipe mobil, nomor polisi, serta jenis treatment atau reparasi yang dilakukan.

Terdapat berbagai paket jenis bisnis yang dapat digunakan oleh berbagai jenis industri, meliputi:

  • Majoo Prime F&B+: memungkinkan pengaturan layout meja di restoran atau kafe sesuai keinginan, dengan fitur yang lebih lengkap dan terintegrasi.
  • Majoo Prime Retail+: memudahkan pengelolaan status pesanan dan produk inventori di warehouse, dengan fitur yang lebih lengkap dan terintegrasi.
  • Majoo Prime Jasa+: mengelola riwayat transaksi dan data kepemilikan serta aktivitas pelanggan dengan fitur lebih lengkap dan terintegrasi.
  • Majoo Prime Beauty+: solusi komprehensif untuk bisnis kecantikan, dengan fitur medical record, histori transaksi, dan flow reservasi pelanggan yang terintegrasi dengan sistem treatment record, membership, dan compare report (acccounting).

“Kami berharap melalui produk majoo Prime Plus dapat menjadi mitra yang efektif bagi bisnis skala besar, membantu meningkatkan efisiensi operasional mereka, dan memberikan pengalaman yang lebih baik kepada pelanggan,” pungkasnya.

Perkembangan majoo

Sejak awal berdiri di 2019, majoo berkomitmennya untuk mendorong UMKM terdigitalisasi. Dalam data internalnya, sebanyak 80% UMKM pertama kali mengenal teknologi digital berkat peran sentral yang dihadirkan majoo. “Ini adalah bukti nyata bagaimana majoo telah menjadi mitra setia bagi para wirausaha dalam menjawab digitalisasi,” kata Adi, dikutip terpisah dari situs perusahaan.

Memasuki tahun ke-4, perusahaan menghadirkan peningkatan User Interface (UI) dan User Experience (UX) melalui riset kepada pengguna majoo sebelumnya, sehingga tampilan menjadi lebih modern. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan user experience, mempercepat proses operasional, serta penggunaan yang lebih efisien.

“Selama berjalannya empat tahun majoo, kami selalu mendengarkan masukan dari para wirausaha untuk tetap relevan dengan perubahan perilaku konsumennya. Untuk itu, kami harap langkah ini dapat mempermudah mereka dalam mengelola bisnisnya,” tambah Adi.

Bersamaan dengan itu, perusahaan memperkenalkan majoowira, program akselerasi bisnis yang dilaksanakan secara rutin. Diharapkan program ini dapat mendorong para wirausaha dapat terus bertumbuh dan menjadi sumber inspirasi bagi masyarakat luas.

Dalam data terbaru, sebanyak lebih dari 1.200 pembaca panduan berbisnis melalui program majoowira, lebih dari 8 ribu jam kelas mentoring bisnis diberikan, dan lebih dari Rp200 miliar dana diberikan untuk UMKM terpilih sebagai modal tambahan mengembangkan usaha.

Pada Oktober kemarin, perusahaan merilis aplikasi majoolite untuk mendukung UMKM pemula dalam beralih ke digitalisasi dengan mudah dan efisien. Aplikasi ini menawarkan berbagai fitur yang memungkinkan UMKM mencatat penjualan, keuangan, pembayaran digital, dan penjualan online dengan mudah.

Berbeda dengan produk majoo sebelumnya, yaitu paket Starter, Advance dan Prime yang dikenakan biaya bulanan, UMKM dapat menggunakan aplikasi ini secara gratis. Mereka hanya perlu menyisihkan dana sebesar Rp25.000 per bulan untuk menyimpan data transaksi mereka.

Aplikasi ini dapat digunakan oleh berbagai jenis usaha, mulai dari warung kopi, warung makan, toko kelontong, toko buah, toko buku, toko baju hingga mereka para profesional yang menyediakan jasa seperti illustrator, nail-artist, penata rambut dan lainnya.

Sepanjang tahun ini, solusi majoo diklaim telah digunakan oleh lebih dari 45 ribu pengguna (majoopreneurs) yang tersebar di 600 kota di Indonesia. Sebanyak 540 ribu lapangan pekerjaan informal telah tercipta dari bisnis yang dikelola oleh majoopreneurs. Disampaikan lebih lanjut, majoo 4 kali cepat dalam mendigitalisasi UMKM dibandingkan perusahaan lain di industri yang sama.

Application Information Will Show Up Here
Securities Crowdfunding UMKM

OJK Mulai Tekankan Securities Crowdfunding sebagai Alternatif Pembiayaan UMKM

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Self-Regulatory Organization (SRO) terus mendorong pembiayaan bagi pelaku UMKM melalui instrumen di pasar modal dengan memanfaatkan securities crowdfunding (SCF) sebagai alternatif pendanaan.

“OJK berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan UMKM melalui berbagai regulasi dan kebijakan di sektor keuangan. Salah satu langkah konkret yang telah dilakukan OJK adalah melalui percepatan perluasan akses keuangan UMKM di sektor Pasar Modal melalui pemanfaatan Layanan Urun Dana atau securities crowdfunding,” terang Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi dalam keterangan resmi.

Menurutnya, SCF dapat menjadi solusi alternatif tepat bagi para pelaku usaha yang membutuhkan permodalan, khususnya bagi UMKM yang belum bankable karena keterbatasan akses, sehingga dapat memanfaatkan layanan ini melalui pemanfaatan platform digital. Selain pendanaan, SCF merupakan alternatif platform investasi bagi investor ritel, termasuk mereka yang berdomisili di lokasi UMKM sebagai bentuk kontribusi pengembangan ekonomi di daerahnya masing-masing.

Berdasarkan data OJK hingga 31 Agustus 2023, terdapat 16 penyelenggara yang mendapatkan izin dari OJK. Kemudian ada 439 penerbit yang sudah mencari alternatif pendanaan di dalamnya dan didanai oleh 159.408 pemodal. Total dana yang dihimpun mencapai Rp951,2 miliar.

Selang satu pekan setelahnya per 6 September 2023, Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (Aludi) mengungkap kinerja industri SCF tembus ke angka Rp1 triliun penyaluran. Dengan jumlah pemodal sebanyak 160.368 investor dan 481 penerbit.

Inarno menjelaskan, pesatnya pertumbuhan jumlah investor ritel ini berdampak positif bagi pasar modal di Indonesia. Selain dapat memberikan stabilitas dan
likuiditas, juga dapat menjadi “shock absorber” yang meredam gejolak dan fluktuasi harga saham di saat investor asing memilih untuk menarik dana ke
luar negeri dari pasar modal Indonesia.

Untuk itu, regulator akan menyiapkan regulasi yang bertujuan untuk memberikan perlindungan investor, di antaranya penerapan klasifikasi Manajer Investasi melalui penyempurnaan regulasi terkait perizinan Manajer Investasi dan penyusunan regulasi terkait ranking dan rating reksa dana, serta perubahan peraturan Dana Perlindungan Pemodal untuk mencakup Efek Reksa Dana dan layanan urun dana (SCF).

Berikut daftar perusahaan SCF di Indonesia:

Nama perusahaan Situs Fokus bisnis
PT Angel Investor Indonesia https://aindo.co.id/ UMKM, SOHO, startup
PT Investasi Digital Nusantara (Bizhare) https://www.bizhare.id/ UMKM, waralaba, startup
PT Crowddana Teknologi Indonusa (Crowddana) https://crowddana.id/ Waralaba, properti
PT Dana Aguna Nusantara (Danamart) https://danamart.id/ ESG-based
PT Dana Saham Bersama (Danasaham) https://danasaham.co.id/ UMKM, trading
PT Likuid Jaya Pratama (Equid) https://eku.id/ Waralaba, industri kreatif, agrikultur
PT Fintek Andalan Solusi Teknologi (Fulusme) https://www.fulusme.id/ UMKM, manufaktur, telekomunikasi
PT Dana Investasi Bersama (Fundex) https://fundex.id/ Properti, waralaba, kuliner, IT, industri kreatif
PT Numex Teknologi Indonesia (LandX kini ICX) https://icx.id/ Produk consumer, edukasi,
PT LBS Urun Dana https://www.lbs.id/ Berbasis syariah
PT Santara Daya Inspiratama (Santara) https://santara.co.id/ Manufaktur, jasa, ritel, peternakan
PT Shafiq Digital Indonesia (Shafiq) https://www.shafiq.id/ Berbasis syariah, manufaktur, IT, fesyen, properti
PT Dana Rintis Indonesia (Udana) https://udana.id/ Kuliner, UMKM
PT Urun Bangun Negeri (Urunri) https://urun-ri.id/ Riset medis, pangan, telekomunikasi, ekspor-impor, energi terbarukan, UMKM
PT Halalvestor Global Asia (Vestora) https://vestora.id/ Berbasis syariah, impact investing
PT Amantra Investama Indodana (Visiku) https://visiku.co.id/ UMKM, jasa
Olsera berawal dari layanan POS, kini mendukung berbagai aspek operasional bisnis

Perjalanan Olsera Menuju “Superapp” untuk UMKM

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memegang peranan penting dalam memajukan perekonomian negara. Pandemi yang terjadi tahun 2020 sempat menghantam sektor ini. Namun di sisi lain turut mendorong digitalisasi di dalamnya. Berdasarkan data yang dihimpun MSME Empowerment Report 2022, terdapat 83,8% pelaku UMKM yang melakukan digitalisasi atau memanfaatkan teknologi untuk mendukung operasional bisnis mereka.

Angka ini merupakan pasar yang sangat besar bagi para penyedia layanan digitalisasi UMKM, salah satunya Olsera. Berawal dari menyediakan layanan Point-of-Sales bagi UMKM, Olsera (sebelumnya OlseraPOS) kini telah berkembang menyediakan solusi end-to-end untuk bisnis di Indonesia.

Didirikan pada tahun 2015, Olsera memiliki objektif untuk menyediakan sumber daya yang dibutuhkan UMKM agar dapat berkembang dan meningkatkan produktivitas mereka.

Dalam interview eksklusif bersama DailySocial.id, Co-Founder Olsera Ali Tjin menceritakan awal mula didirikannya startup tersebut. Kala itu UMKM sudah mulai menjamur, tetapi operasional bisnisnya masih belum efisien.

“Untuk bisa mengadopsi teknologi membutuhkan dana yang tidak sedikit. Pada saat itu kita ingin mengembangkan layanan POS, tetapi alat-alatnya kebanyakan mahal.”

Meskipun begitu, perkembangan teknologi melahirkan alat-alat canggih seperti smartphone, tablet, dan lain-lain yang lebih terjangkau bagi para pebisnis. Berangkat dari situ, mereka berusaha mengembangkan teknologi yang bisa memfasilitasi manajemen bisnis dengan solusi yang lebih fleksibel dan tersedia dalam perangkat yang mereka gunakan sehari-hari.

Co-Founder & CEO Olsera Novendy Chen yang juga hadir dalam wawancara virtual ini menambahkan bahwa ketika mendirikan Olsera, timnya melihat dari sisi kebutuhan para UMKM. Semakin banyak UMKM yang semakin bertumbuh, tuntutan mereka untuk lebih produktif dan efisien juga semakin tinggi.

“Di sisi lain, kita lihat kemajuan teknologi dapat banyak membantu untuk tujuan tersebut. Namun, kebanyakan kita hanya menjadi konsumen terhadap teknologi. Ini yang menjadi inspirasi juga. Kenapa ada alat-alat canggih tetapi tidak digunakan dengan maksimal. Saat itu kita mulai dari POS,” ujarnya.

Berkembang seiring pertumbuhan mitra

Seiring pertumbuhan bisnisnya, layanan Olsera semakin berkembang menjadi manajemen bisnis all-in-one yang mendukung setiap aspek operasional. Sistem ini memungkinkan UMKM untuk merampingkan dan memaksimalkan efisiensi demi percepatan bisnisnya. Olsera juga mengungkap ambisinya untuk bisa menjadi superapp untuk UMKM Indonesia.

Layanan yang ditawarkan Olsera yang saling terintegrasi

Novendy menambahkan, “kami memiliki filosofi untuk bertumbuh bersama UMKM. Kesuksesan bisnis kita itu diukur dari seberapa banyak UMKM yang sudah kita bantu. Tanpa mereka tidak ada kami. Kata kuncinya adalah untuk melayani UMKM,”

Filosofi ini juga tertuang dalam logo Olsera yang adalah balon udara. “Kami ingin bisa membantu UMKM untuk elevate their business. Kami juga memiliki core value yang customer-centric. Apa yang kita kembangkan, itu sesuai dengan feedback mitra. Solusi yang kita telurkan juga fokus untuk mendorong para pebisnis untuk bisa lebih produktif, kompetitif, dan efisien secara waktu dan biaya. Selain itu juga lebih efektif secara pemasaran,” tambahnya.

Jika POS menjadi pintu gerbang digitalisasi UMKM, seiring pertumbuhan bisnis kebutuhan mereka pun bertambah, seperti manajemen inventori dan accounting. Olsera sendiri juga tidak ingin terpaku pada layanan POS.

Ketika pandemi melanda, banyak bisnis yang terpaksa harus menutup toko dan mulai membuka pemesanan online. Atas kondisi tersebut, Olsera menghadirkan solusi omnichannel.

Beberapa fitur utama yang ditawarkan meliputi manajemen inventori dan rantai pasok, solusi pemasaran, manajemen karyawan, toko online, solusi  omnichannel, serta program loyalitas. Selain itu Olsera juga terus menambah metode pembayaran di platformnya. Saat ini sudah ada 11 metode pembayaran, termasuk ShopeePay, OVO, DANA, GOPAY, DOKU, Akulaku, Kredivo, dan lainnya.

Untuk segmentasi pasar yang disasar, Olsera mengaku melihat masing-masing bisnis memiliki unique operational-nya sendiri. Meskipun kebanyakan merchant datang dari ritel dan F&B, mereka mengaku beruntung mampu mengembangkan layanan yang cukup fleksibel dan bisa tap-in di bisnis yang sifatnya layanan atau produk. Belum lama ini, perusahaan juga sudah masuk ke ranah korporasi.

Merchant Olsera datang dari beragam lini bisnis seperti F&B, ritel, wellness, fesyen & kecantikan, layanan (barbershop dan laundry), dan lainnya. Untuk klien korporasi yang sudah bekerja sama, termasuk TMII (Taman Mini Indonesia Indah), Grup Ciputra, dan Martha Tillaar. Untuk ticketing, Olsera telah bekerja sama dengan PRSU (Pekan Raya Sumatra Utara).

“Jadi segmentasi kita ini sekarang sudah semakin luas dan itu menjadi integrated, beberapa brand ternama maupun korporasi yang memiliki sebuah kawasan, di dalamnya ada ritel, usaha layanan, hospitality, kita bisa digitalisasi secara bersamaan dalam menggunakan ekosistem kita,” tambah Novendy.

Terkait monetisasi, Olsera menawarkan model bisnis subscription dalam 3 tier, yaitu Basic (Rp158 ribu/bulan), Premium (Rp248 ribu/bulan), dan Pro (Rp328 ribu/bulan). Dalam beberapa kasus khusus, Olsera juga mengambil fee/transaksi. Hingga saat ini, perusahaan mengklaim telah berhasil memproses transaksi sebanyak Rp2,5 triliun per bulannya.

Pada awal pengembangannya, bisnis Olsera berbasis di Batam. Setelah beberapa bulan beroperasi, timnya melihat bahwa permintaan dari luar Batam semakin banyak. Di tahun ke-2 beroperasi, layanan ini sudah memiliki representatif di beberapa kota besar di Pulau Jawa, seperti Jakarta, Bandung, dan Surabaya.

“Batam, layaknya kota-kota lain, terus berkembang dari sisi teknologi. Begitu pula adopsi teknologi yang semakin tinggi. Namun, pada saat itu, permintaan lebih tinggi datang dari Jabodetabek. Selain itu, kita juga ingin menjangkau area yang sudah siap dan memiliki kesadaran atau awareness terhadap pemakaian teknologi serupa di hal yang lebih produktif. Hingga saat ini, kita sudah hadir di 500 kota di Indonesia.” ungkap Novendy.

Presentase kategori merchant yang memanfaatkan layanan Olsera

Eskalasi bisnis jadi fokus selanjutnya

Ketidakpastian kondisi ekonomi ketika pandemi yang masih berlanjut hingga saat ini telah memicu kesadaran akan pentingnya membangun fundamental yang kuat dalam berbisnis. Olsera sendiri mengaku sudah menyadari hal ini sebelum mereka memulai bisnis.

“Sejak 2015 kita cukup efisien dalam operasional bisnis. Di 6 bulan pertama kita masih bleeding. Namun, untungnya tim tetap solid. Masuk bulan ke-7 kita sudah bisa mencatatkan laporan keuangan yang positif. Hal ini membuat kami merasa cukup dengan cash flow yang ada hingga Covid-19 melanda Indonesia.”

Novendy mengaku bahwa ketika itu timnya tidak tahu kondisi tersebut akan berjalan berapa lama. Secara eksternal, mereka coba menghadapi isu ini dengan memberi kelonggaran kepada merchant yang usahanya terpaksa tutup di masa lockdown. Olsera juga meluncurkan layanan baru seperti dine-in dan takeaway untuk membantu merchant F&B tetap bisa berjualan.

Secara internal, tentunya kita tidak lepas dari potensi efisiensi, tetapi manajemen berusaha untuk tidak menempuh jalur itu. Secara penjualan, perusahaan menyadari bahwa tidak banyak yang bisa dilakukan. Maka dari itu, mereka fokus in-touch untuk memelihara kepuasan dan kesetiaan merchant. Di sisi lain juga mengembangkan layanan baru untuk tetap optimistis.

“Saat itu, kita mulai memikirkan pendanaan eksternal. Kami mulai menjajaki potensi pendanaan dengan investor. Hingga pada Januari 2022, kita putuskan untuk menerima pendanaan dari Kejora Capital. Sampai saat ini, mereka jadi investor satu-satunya di Olsera,” jelas Novendy.

Post-funding, Olsera mulai eksplor ide-ide baru. “Ada yang berhasil, ada yang tidak. Kita fokus pada yang berhasil. Nafas kami di Olsera adalah when we do the business, we want to do it right. Sebelum sustainability startup jadi isu, kita sudah punya path to profitability. Jadi di tahun ke 2 ini, kita sudah kembali ke jalur menuju profit. Next quarter kita akan kembali mencatatkan profit,” tegasnya.

Perusahaan juga mengaku akan segera merencanakan pendanaan selanjutnya. Namun, Novendy mengungkapkan bahwa objektifnya akan berbeda dari yang sebelumnya.

Our next fundraising goal bukan bicara untuk menutup operasional. It’s not only about the cash, tapi untuk scale-up our business. The future fundraise will be purely to speed up our roadmap development dan akselerasi akuisisi selanjutnya, bukan karena kondisi kita bleeding. Sehingga kita bisa berfokus pada hal yang kreatif dan produktif, bukan sibuk memadamkan api,” pungkasnya.

Untuk target ke depannya, Olsera, melalui data-data yang mereka punya, juga ingin membantu influence dan memberi insights bagi para merchant supaya bisa lebih berkembang. “Kita akan lebih fokus untuk utilize the data. Kita juga akan masuk ke ranah machine learning dan AI namun tetap sejalan dengan kebutuhan merchant kita. Kita akan tetap fokus pada core business,” tambah Ali.

“Di samping itu, the next big thing yang kita akan lakukan adalah membawa pelanggan baru bagi para merchant, termasuk menjembatani mereka dengan merek/korporasi yang memiliki satu kesamaan visi/misi supaya bisnis UMKM bisa tumbuh lebih baik lagi. Secara roadmap kembali ke how we are going to improve efisiensi dan produktivitas dari mitra,” tutupnya.

Application Information Will Show Up Here
Founder & CEO Tjufoo TJ Tham / Tjufoo

Tjufoo Paparkan Peran Brand Aggregator dalam Mengakselerasi UMKM

Sebagai salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di Asia Tenggara, Indonesia menawarkan peluang yang besar bagi brand aggregator untuk berperan penting dalam membentuk lanskap ritel. Salah satu platform yang berkecimpung dalam lanskap tersebut adalah Tjufoo. Menargetkan pelaku UMKM, Tjufoo memberikan dukungan dalam bentuk pendanaan hingga akselerasi bisnis.

Perkuat infrastruktur

Baik Amerika Serikat dan Tiongkok telah menyaksikan pertumbuhan yang pesat dalam layanan e-commerce selama bertahun-tahun. Perusahaan seperti Amazon dan Alibaba telah mendominasi pasar, yang secara signifikan memengaruhi perilaku konsumen dan dinamika pasar.

Di Indonesia, layanan e-commerce terus berkembang pesat, namun masih menghadapi tantangan seperti penetrasi internet yang terbatas di daerah pedesaan dan kendala infrastruktur logistik, menghambat penetrasi e-commerce secara penuh.

“Sampai kita bisa berada di posisi negara-negara tersebut, brand aggregator yang menyasar D2C saat ini harus membangun infrastruktur. Terutama untuk distribusi online dan offline, yang menurut saya saat ini masih susah untuk bisa mengelola kedua hal tersebut. Dan kami di Tjufoo sudah melakukan proses tersebut cukup baik, namun kami merasa bisa bekerja lebih baik lagi,” kata Founder & CEO Tjufoo TJ Tham.

Distribusi lokal juga berperan penting dalam membantu UMKM mengatasi berbagai tantangan dan membuka peluang pertumbuhan. UMKM sering menghadapi kendala sumber daya dan logistik, sehingga menyulitkan mereka untuk menjangkau basis pelanggan yang lebih luas dan memperluas pasar mereka. Dengan memanfaatkan keahlian dan jaringan distributor lokal, UMKM dapat fokus pada kekuatan inti mereka sekaligus mendapatkan wawasan pasar yang lebih baik.

“Menurut saya jika ingin melakukan scale-up untuk menjadi brand nasional masih sulit dan akan membutuhkan waktu agar infrastruktur lebih matang. Karena alasan itulah kebanyakan brand lebih memilih untuk bekerja sama dengan brand aggregator seperti Tjufoo, karena kami menyediakan infrastruktur tersebut dan keahlian khusus,” imbuh TJ.

Dalam perjalanan bisnisnya yang baru berusia satu tahun, Tjufoo mengklaim telah mencapai profitabilitas dan telah berinvestasi kepada 6 brand. Di antaranya ACMIC, Granova, Cypruz, Dew It, Muscle First, dan Dapur Cokelat. Perusahaan juga berencana untuk menambah sekitar 2 sampai 3 brand baru untuk diinvestasikan dan bergabung ke dalam ekosistem Tjufoo tahun ini.

Pengaruh tech winter

CEO Tjufoo TJ Tham bersama dua mitra brand / Tjufoo

Menurut TJ, brand aggregator dinilai dapat beradaptasi dengan perubahan kondisi pasar, menjaga hubungan yang kuat dengan brand mereka, dan terus memberikan nilai kepada konsumen selama masa-masa sulit. Faktor tersebut menjadi salah satu alasan mengapa kondisi tech winter, tidak terlalu terpengaruh kepada mereka.

Kebanyakan kondisi tersebut sangat berpengaruh kepada perusahaan yang masih melakukan kegiatan bakar uang dan memiliki runway terbatas. Sementara Tjufoo sejak awal sudah fokus untuk profitable. Selanjutnya fokus mereka membuat bisnis yang sustainable dan terus tumbuh.

Serupa dengan bisnis lainnya, menjaga stabilitas keuangan, mendiversifikasi sumber pendapatan, dan menerapkan praktik manajemen risiko yang baik menjadi penting untuk mengurangi dampak potensial dari fluktuasi ekonomi. Bagi brand aggregator yang fokus pada kategori niche atau menawarkan nilai unik kepada konsumen, berada pada posisi yang diuntungkan saat menghadapi tech winter atau krisis finansial.

“Secara teknikal seperti venture capital dan private equity, apa yang mereka inginkan dari portofolio mereka adalah certain return. Menurut saya memiliki startup yang sudah profitable, apakah itu brand aggregator atau industri lainnya, bisa memberikan value ke stakeholder terutama bagi investor menjadi diversifikasi yang baik dari portofolio mereka,” kata TJ.

Jika dulunya valuasi ditentukan oleh investasi senilai satu miliar dolar, menurut TJ kini memiliki portofolio startup yang sudah mencapai profitabilitas menjadi lebih berharga, dibandingkan dengan penilaian valuasi.

Dalam dunia bisnis, profitabilitas dan valuasi satu miliar dolar merupakan dua metrik penting yang mempengaruhi pengambilan keputusan dan minat investor. Meskipun valuasi tinggi dapat membuka pintu bagi peluang pertumbuhan, namun hal tersebut tidak boleh mengesampingkan pentingnya profitabilitas. Menemukan keseimbangan antara profitabilitas dan valuasi merupakan kunci bagi pertumbuhan yang berkelanjutan dan kesuksesan secara jangka panjang.

Dalam perjalanan penggalangan dana yang telah dilakukan, tahun 2022 lalu Tjufoo telah mengantongi pendanaan pra seri A dengan nominal dirahasiakan dari TNB Aura dan dan Venturra Discovery. Tahun ini perusahaan berencana untuk bisa mendapatkan dana segar tahap seri A.

Dorong lebih banyak brand aggregator

Agar UMKM lebih banyak mendapat bantuan dan membangun infrastruktur yang lebih solid, kehadiran lebih banyak brand aggregator bisa mempercepat proses tersebut. Ketika ada beberapa brand aggregator yang beroperasi di pasar, hal tersebut akan mengarah pada peningkatan persaingan, yang dapat menguntungkan berbagai stakeholder, termasuk brand, konsumen, dan platform aggregator itu sendiri.

“Karena pengalaman saya sebelumnya di Grab bekerja secara dekat dengan orang lapangan (mitra pengemudi dan merchant) saya merasa ingin membantu mereka, dan saya belajar banyak dari mereka. Saya ingin membantu mereka scale-up. Menurut saya menjadi ideal untuk berinvestasi kepada UMKM, karena semakin banyak uang yang diberikan kepada mereka semakin besar potensi mereka untuk tumbuh,” kata TJ.

TJ berharap akan lebih banyak lagi pemain serupa. Dalam hal ini tidak harus menjadi kompetitor karena masih sangat luasnya potensi pasar terutama di ritel. Selain perusahaan ritel besar, ke depannya diprediksi akan lebih banyak lagi pelaku UMKM yang bakal hadir. Hal tersebut menurut TJ menjadi ideal bagi brand aggregator untuk berinvestasi kepada D2C brand agar bisa membesarkan industri bersama.

Saat ini selain Tjufoo, pemain yang sudah hadir di Indonesia menargetkan bisnis D2C dan menawarkan layanan serupa di antaranya adalah, Una Brands, Evo Commerce , USS Networks dan Hypefast.

Looyal Tutup Pendanaan Pra-Awal Dipimpin AsiaPay Capital

Startup pengembang solusi CRM Looyal menutup pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh AsiaPay Capital, perusahaan modal ventura asal Hong Kong. Tidak disebutkan nominal investasi yang dikucurkan.

Looyal berencana menggunakan pendanaan baru ini untuk mendorong penetrasi pasar melalui pengembangan produk baru, seperti Dynamic CRM Report dan AI-Based Superselling.

Sebagai informasi, Looyal dibentuk oleh Kevin Susanto Goly dan Supriadhi Wicaksono di 2018. Solusi yang dikembangkan Looyal berupa program loyalitas (CRM) bagi pelaku UMKM.

Pelaku usaha dapat membuat CRM yang terintegrasi dengan berbagai modul kebutuhan usaha, seperti Automated Whatsapp Broadcast, Pembayaran Digital, Inventory Management, hingga POS.

Disampaikan CEO Looyal Kevin Susanto Goly, pelaku UMKM di Indonesia sudah saatnya memahami kekuatan data bisnis apabila ingin meningkatkan skala dan mempertahankan bisnisnya di tengah kompetisi yang dinilai semakin dinamis.

“Kami ingin UMKM paham betul kekuatan data bisnis. Mau skalanya kecil atau besar, kalau UMKM rajin membuat data pelanggan dan mengeksekusi promosi berdasarkan data, pasti pertumbuhan yang didapat juga sustainable. Kami menghadirkan sesuatu yang terkesan rumit dan mahal menjadi sesuatu yang mudah dipahami dan dapat dijangkau,” tutur Kevin dalam keterangan resmi.

Solusi CRM

CRM memiliki peran untuk membantu meningkatkan hubungan antara pelanggan dan perusahaan. Beberapa fungsinya adalah mengelola data dan komunikasi pelanggan, menganalisis data pelanggan, hingga menghadirkan layanan pelanggan yang lebih baik.

Selain Looyal, beberapa startup pengembang solusi CRM di Indonesia ada Qiscus dan Qontak (bagian dari grup Mekari). Qiscus mengintegrasikan solusi CRM ke berbagai platform pesan dalam satu dasbor, sedangkan solusi Qontak membidik pasar UKM, BUMN, hingga perusahaan di jajaran Fortune 500.

Di segmen UMKM, solusi CRM dinilai dapat membantu pelaku usaha yang ingin mendigitalisasi bisnisnya. Dari total 64 juta UMKM di 2022, baru sebanyak 20,7 juta yang tergabung dalam ekosistem digital. Selebihnya, masih menjalankan usaha secara konvensional.

Application Information Will Show Up Here
Startup p2p lending Ringan mengumumkan Johnny Widodo sebagai CEO baru per Maret 2023, menggantikan CEO sebelumnya Yudhono Rawis

Johnny Widodo Pimpin Fintech Lending Ringan, Perkuat Penyaluran di Sektor Produktif

Startup p2p lending Ringan mengumumkan CEO baru Johnny Widodo yang resmi menjabat per Maret 2023, menggantikan CEO sebelumnya Yudhono Rawis.

Dalam wawancara singkat bersama DailySocial.id, Johnny berbagi rencana Ringan ke depannya dan apa saja pembelajaran yang ia peroleh dari pengalaman sebelumnya yang akan diterapkan ke Ringan di bawah kepemimpinannya.

Sebagai latar belakang, sebelum menjabat di Ringan, Johnny pernah menempati berbagai posisi penting di lanskap startup Indonesia. Di antaranya OVO sebagai Direktur Sales dan Partnership di 2015, kemudian di 2019, bergabung ke BeliMobilGue sebagai CEO sampai akhirnya startupnya diakuisisi penuh oleh OLX dan menjadi CEO OLX Group Indonesia. Tepat pada awal tahun lalu, ia memimpin Grup TaniHub sebagai CEO.

Seluruh pembelajaran dari perusahaan sebelumnya, ia akan tuangkan dalam kepemimpinannya di Ringan. Ada lima mantra kepemimpinan yang ia terapkan:

  1. Selesaikan semua pekerjaan. Ide terbesar tidak akan berhasil tanpa eksekusi yang tepat.
  2. Fokus pada peningkatan setiap hari dengan visi yang jelas tentang apa yang kita inginkan dengan garis waktu tertentu.
  3. Ambil risiko kapan pun Anda mampu. Belajar dari kegagalan Anda dan bergerak untuk menjadi pemimpin yang lebih baik.
  4. Mendengarkan untuk memahami. Pastikan Anda mendengarkan tim Anda dan berkolaborasi.
  5. Merasa memiliki sepenuhnya (extreme ownership). Fokus pada pelayanan secara holistik, tidak hanya wilayah sendiri karena kesuksesan organisasi adalah kesuksesan Anda.

Di luar itu, ada sejumlah strategi yang akan ia lakukan untuk mengembangkan Ringan. Di antaranya, peningkatan kualitas skillset dari tim Ringan, meningkatkan peranan teknologi, seperti AI untuk mempermudah proses secara keseluruhan, dan membangun brand image Ringan sebagai partner finansial bagi pengusaha UMKM.

Strategi Ringan

Di tengah inovasi yang mulai gencar dari pemain fintech untuk masuk ke sektor di luar lending (beyond lending), Ringan justru ingin memperkuat komitmennya untuk menyalurkan pembiayaan di sektor produktif. Sejak awal perusahaan berdiri di 2019, memfokuskan diri pada sektor pembiayaan konsumtif dengan sediakan dana cepat (cash loan). Meski kini mengerahkan fokus ke pembiayaan produktif, ia memastikan perusahaan tidak serta merta menutup sektor konsumtif.

“Untuk saat ini Ringan fokus untuk menjadi financial service enablers untuk pemilik usaha UMKM karena kami ingin membantu mewujudkan financial inclusion untuk Indonesia dan menaikkan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya dan secara spesifik pemilik UMKM,” kata Johnny.

Rencana untuk mulai fokus ke pembiayaan produktif sebenarnya bukan barang baru, alias sudah diinisiasi sejak akhir 2021. Pada saat itu melalui produk KTA, yang ditujukan untuk mengakomodasi kebutuhan masyarakat, terutama menyangkut dana tambahan. Bukan hanya untuk keperluan dana darurat, produk tersebut juga bisa dimanfaatkan sebagai tambahan modal untuk pengembangan usaha.

Menurut Johnny, sektor UMKM ini masih memiliki kesenjangan pendanaan yang tinggi sehingga ada ruang bagi Ringan untuk masuk dan mendalaminya. “Indonesia yang memiliki lebih dari 60 juta pengusaha UMKM masih membutuhkan solusi finansial untuk bisa membantu mengembangkan usaha mereka. Penetrasi dari p2p lending masih jauh dari kata mature secara keseluruhan,” jelas Johnny.

Ia tidak bersedia memaparkan kinerja perusahaan sejauh ini, termasuk perkembangan pinjaman produktifnya. Mengutip dari situs perusahaan, total pinjaman yang telah disalurkan mencapai Rp71,2 miliar untuk 1,4 juta peminjam yang terdaftar. Adapun untuk jumlah pinjaman yang masih berjalan sebesar Rp471,5 juta dan memiliki 191 ribu pengguna aktif.

Hingga kini, Ringan tidak membuka lender dari kalangan ritel untuk memanfaatkan alternatif investasi, melainkan sepenuhnya berasal dari institusi keuangan. Seiring dengan itu, menjaga kualitas penyaluran tak luput dari perhatiannya, dalam bentuk TKB90. Dalam situs, TKB90 Ringan berada di angka 100%.

Menurutnya, dalam membangun bisnis yang sehat dan sustainable, perusahaan lending harus mampu menyeleksi calon peminjam dan menilai kelayakannya demi memastikan “willingness to pay” dan “ability to pay”. Untuk itu, Ringan melakukan manajemen risiko dengan framework yang baik agar hasil kredit rating dari borrower benar-benar merefleksikan kondisi yang riil.

“Kemudian, Ringan juga melakukan pendekatan secara personal kepada borrower-borrower yang gagal bayar untuk bisa mengerti permasalahan yang terjadi dan memberikan solusi yang efektif agar hutang bisa tetap dilunasi.”

Secara struktur, Ringan merupakan bagian dari Ping An Insurance Group, melalui PT PingAn Puhui Indonesia (PPI). Kemudian, Grup Lippo, melalui PT Lippo Finansial Investama (LFI), anak usaha dari PT Multipolar Tbk, mulai bergabung sejak awal tahun lalu.

Application Information Will Show Up Here
MSME Empowerment Report 2022

Laporan DSInnovate: Perkembangan dan Transformasi Digital di UMKM Indonesia 2022

DSInnovate baru merilis “MSME Empowerment Report 2022” yang bertujuan untuk memberikan gambaran komprehensif tentang perkembangan UMKM di Indonesia, termasuk upaya mereka dalam melakukan transformasi digital. Laporan ini sangat relevan untuk pengusaha UMKM yang ingin meningkatkan bisnis melalui penggunaan teknologi digital dan stakeholder terkait yang memiliki misi memajukan UMKM Indonesia.

Dalam penyusunan laporan ini, peneliti melakukan survei terhadap 1500 pelaku UMKM di berbagai kota di Indonesia untuk mendalami tantangan dan kesempatan transformasi digital dalam mengakselerasi bisnis mereka. Selain itu, juga dilakukan studi kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam kepada stakeholder di industri ini, termasuk pemerintah dan penyedia layanan teknologi untuk UMKM.

Laporan ini terdiri dari 4 bagian utama. Bagian pertama berisi gambaran lanskap UMKM di Indonesia, termasuk seberapa besar kontribusi mereka terhadap perekonomian nasional dan sektor-sektor yang dominan di mana UMKM beroperasi. Bagian kedua membahas kesempatan dan tantangan transformasi digital di UMKM Indonesia.

Bagian ketiga adalah tingkat adopsi digital di kalangan UMKM Indonesia, termasuk teknologi digital apa saja yang telah digunakan oleh UMKM dan hambatan apa saja yang dihadapi dalam memperkenalkan teknologi baru. Bagian keempat membahas perspektif pengembang layanan teknologi terkait transformasi digital untuk UMKM, termasuk rekomendasi dan saran untuk pengusaha UMKM yang ingin memulai atau memperluas penggunaan teknologi digital dalam bisnis mereka.

Terdapat sejumlah temuan menarik dalam laporan, salah satunya terkait tantangan utama yang dihadapi oleh UMKM di Indonesia dalam mengoperasikan bisnis mereka. Sebanyak 70,2% dari responden survei mengaku kesulitan dalam melakukan pemasaran produk; sementara 51,2% merasa kesulitan dalam mendapatkan dukungan modal; dan 46,3% kesulitan dalam menemukan pemasok bahan baku yang efisien.

Kesulitan tersebut ternyata juga ditangkap baik oleh inovator teknologi dengan menghadirkan berbagai layanan unik untuk membantu pengusaha mengatasi masalah tersebut. Di sisi pemasaran produk, pengembang platform digital enabler berusaha memudahkan di sisi pemasaran digital; sementara di sisi permodalan layanan fintech lending untuk UMKM juga semakin banyak dan beragam model bisnisnya; dan untuk pemenuhan bahan baku, model B2B commerce juga mulai berkembang beberapa waktu terakhir.

Adanya perpaduan perspektif dari pelaku UMKM dan pengemang teknologi di laporan ini diharapkan bisa memberikan sebuah gambaran yang menyuguhkan “konektivitas” sebagai upaya untuk mempersempit gap yang ada.

Selain itu terdapat sejumlah temuan lainnya, termasuk tingkat awareness penggunaan teknologi oleh pelaku UMKM, layanan teknologi populer yang digunakan, hingga strategi utilisasi platform digital populer seperti media sosial untuk mendongkrak bisnis UMKM.

Selengkapnya unduh laporan tersebut melalui tautan berikut ini: MSME Empowerment Report 2022.

Disclosure: TikTok mendukung pengembangan dan penerbitan laporan ini

Startup pencatatan keuangan untuk UKM Ledgerowl mengumumkan pendanaan putaran pendanaan pra-awal yang dipimpin oleh Init6 dan Investible

Startup SaaS Ledgerowl Kantongi Pendanaan, Siap Akselerasi Produk untuk UMKM

Startup pencatatan keuangan untuk UMKM Ledgerowl mengumumkan pendanaan putaran pendanaan pra-awal yang dipimpin Init-6 dan Investible. Tidak disebutkan nominal investasi yang diterima. Perusahaan akan memanfaatkan dana untuk mengembangkan produknya dan mempercepat pertumbuhan.

Ledgerowl adalah startup SaaS yang mengembangkan solusi untuk pemilik bisnis membuat laporan keuangan dengan mudah, cepat, dan murah. Platformnya ditenagai dengan AI dan memanfaatkan machine learning untuk mengautomasi banyak tugas yang terlibat dalam pembukuan, seperti pengumpulan data, entri data, rekonsiliasi, dan klasifikasi transaksi.

Dengan demikian, pebisnis tidak perlu merekrut tenaga tambahan terdedikasi untuk melakukan tugas tersebut, mengurangi biaya pembukuan, dan meningkatkan pengambilan keputusan keuangan mereka.

“Dengan panduan dan pendanaan, kini kami dapat mempercepat pertumbuhan dan mempercepat produk kami dipasarkan dengan lebih cepat. Kami senang dapat bekerja sama dengan investor baru kami dan berharap dapat membantu UMKM di seluruh Asia Tenggara untuk menambah efisiensi pada operasi back-office mereka,” ujar Co-founder & CTO Ledgerowl Adrian Yasin dalam keterangan resmi, kemarin (21/2).

Masing-masing investor menyampaikan pernyataannya terkait investasi ini.

Venture Partner Init6 Rexi Christopher menyampaikan, “Para pendiri Ledgerowl memiliki pengalaman yang solid dan memahami kebutuhan pasar dengan baik. Oleh karena itu, kami yakin mereka dapat memimpin perusahaan menuju pertumbuhan eksponensial dalam waktu dekat. Kami yakin Ledgerowl akan menjadi solusi yang harus dimiliki pemilik UMKM untuk mengelola pembukuan mereka. dan urusan akuntansi.”

Principal Investible Khairu Rejal menambahkan, “Adrian dan Rey telah membuktikan bahwa mereka memecahkan masalah yang cukup besar untuk pasar Indonesia, dengan potensi untuk berkembang secara strategis di wilayah yang lebih besar. Mereka telah menunjukkan ketabahan, kemampuan, dan dinamisme yang diperlukan untuk merebut pasar ini, dan kami sangat senang untuk mendukung mereka dalam fase pertumbuhan berikutnya.”

Ledgerowl

Ledgerowl awalnya lahir dari hasrat Rey Kamal (Co-founder dan CEO) yang mengelola pembukuan untuk bisnis kecil temannya sebagai pekerjaan sampingan. Ia harus begadang untuk menghitung dan menghasilkan laporan keuangan, yang ternyata dirinya menyadari bahwa sebagian besar prosesnya berulang dan dapat mengambil manfaat dari automasi.

Kemudian, ia mengajak Adrian Yasin dan berbagi visi untuk merampingkan manajemen keuangan. Bersama-sama, mereka berkolaborasi untuk mengembangkan konsep automasi nan inovatif yang akan mengubah proses pembukuan. Ledgerowl pun resmi hadir pada 2019.

Setahun kemudian, perusahaan menyambut mitra strategis pertamanya, Umawar Investment Group. Sebagai Venture Builder dari startup pemula, grup keluarga ini mendorong pertumbuhan Ledgerowl dengan memanfaatkan ekosistem, pengalaman, dan kontak bisnis mereka yang luas untuk membantu memvalidasi ide tersebut.

“Kami telah melihat bagaimana Ledgerowl dapat memberi nilai tambah bagi UMKM dan mengembangkan bisnis mereka dari awal yang sederhana di garasi. Kami berharap dapat melihat lebih banyak produk berbasis solusi mereka dan akan selalu memberikan dukungan penuh untuk mencapai tujuannya,” kata Presiden Direktur Grup Alwi Mulachela.

Rey mengungkapkan, sejak awal Ledgerowl melakukan bootstrapping dan menginvestasikan kembali seluruh keuntungan ke dalam perusahaan dan teknologi. Selama pandemi, jumlah pelanggan tumbuh secara signifikan karena permintaan akan akuntansi yang lebih fleksibel dan layanan jarak jauh melonjak.

“Sementara kami telah berhasil melakukan bootstrap sampai saat ini, kami menyadari bagaimana suntikan modal akan menambah bahan bakar untuk skala dan meraih pasar yang berkembang pesat ini,” kata Rey.

Saat ini tingkat pertumbuhan UMKM baru di Indonesia adalah salah satu yang tercepat di dunia. Namun, kesadaran akan pentingnya pembukuan masih perlu ditingkatkan. Secara tradisional, pembukuan di ranah UMKM merupakan proses yang intensif waktu dan seringkali manual. Proses akuntansi yang rumit, ditambah dengan perekrutan tim akuntansi internal yang terus meningkat, merupakan kombinasi yang menantang bagi pengusaha mana pun.

Secara terpisah saat dihubungi DailySocial.id, Rey menyadari bahwa Ledgerowl bukanlah barang baru di Indonesia. Namun, ia menekankan diferensiasi utama dengan pemain sejenisnya adalah pihaknya memberikan “outcome-based accounting” ketimbang “tools-only”. Artinya, pemilik usaha hanya harus memberikan data yang relevan untuk pembukuan bisnis nya, dan mereka bisa mendapatkan laporan yang dibutuhkan.

“Kami melihat di Indonesia, awareness akan pentingnya pembukuan mulai terlihat di generasi entrepreneur muda. Dari sisi eksternal, kantor pajak mulai terlihat aktif dalam melakukan penyuluhan kepada para pemilik usaha. Dari sisi internal, kami mencoba untuk bisa memberikan konten-konten edukasi melalui media sosial,” kata dia.

Timnya juga berkomitmen dalam hal perlindungan data. Ledgerowl mengembangkan enkripsi data dan menggunakan autentikasi agar mengurangi risiko untuk dapat diakses oleh orang yang tidak berwenang. “Secara pengguna, kami melatih para pengguna di dalam organisasi untuk dapat memahami pentingnya menjaga keamanan data.”

Untuk monetisasinya, Ledgerowl memanfaatkan biaya berlangganan yang diklaim yang jauh lebih murah untuk mendapatkan “outcome” ketimbang harus hiring internal. Perusahaan berkomitmen untuk terus menekan biaya tersebut dengan memfokuskan diri untuk men-deploy automation di dalam proses pengerjaan pembukuan dan admin.

“Tahun ini kami juga akan memastikan unit economics terjaga dengan menurunkan monthly subscription kepada pengguna,” tutupnya.

Sektor perdagangan Indonesia masih didominasi oleh pebisnis di kalangan UMKM / Unsplash

Menilik Peluang Digitalisasi Sektor Perdagangan Indonesia

Sektor perdagangan masih menjadi penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia, menyumbang 13-14 % dari PDB negara. Presiden Jokowi dalam pidato pelantikannya di tahun 2019 juga menegaskan harapannya agar Indonesia bisa masuk dalam lima besar ekonomi terkuat dunia dengan tingkat kemiskinan mendekati 0 persen di 2045 mendatang.

Pertumbuhan sektor ini berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian negara dan UMKM. Selain itu, kehadiran banyak pemain teknologi yang mendorong transformasi digital semakin menopang pertumbuhan sektor ini. Indonesia perlu bebenah dan beradaptasi untuk bisa menjaga peluang dan mempercepat pertumbuhan.

Berdasarkan laporan Kearney bertajuk “Capturing the growth of Indonesia’s digital trade sector“, nilai barang dagangan bruto pasar perdagangan Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 3,4 persen CAGR—mencapai Rp2.357 triliun. Namun dibandingkan dengan negara sejenis, sektor ini dinilai bisa tumbuh hingga 7 persen.

Principal Kearney Ishan Nahar mengungkap empat permasalahan utama yang memengaruhi pertumbuhan sektor perdagangan di Indonesia, yaitu kurangnya akses pembiayaan, operasi bisnis yang tidak efektif, persaingan penjualan dan pemasaran yang ketat, serta adopsi transaksi nontunai yang masih terbilang rendah.

UMKM Indonesia disebut hanya menerima 18 persen dari total pinjaman bank dibandingkan dengan negara-negara panutan lainnya dengan rasio mencapai 40 hingga 60 persen. Hal ini menunjukkan bahwa usaha kecil di Indonesia masih mengalami kesulitan dalam mengakses pembiayaan.

Begitu pula dari sisi operasional bisnis, dari sekitar 60 juta UMKM di Indonesia, terdapat kurang dari 30 persen yang mengadopsi solusi digital untuk aktivitas bisnis mereka. Situasi ini menghalangi mereka untuk merasakan manfaat digitalisasi, seperti operasi bisnis yang lebih efektif, kemudian berdampak pada produktivitas yang kurang optimal.

Di luar persaingan serta operasional, satu hal yang juga jadi perhatian adalah adopsi pembayaran digital. Data menunjukkan bahwa rasio pembayaran nontunai saat ini berada di angka 47 persen, yang berarti kebanyakan transaksi ritel masih dilakukan dengan uang tunai. Situasi ini meningkatkan risiko operasi yang tidak efisien, seperti kesalahan pembukuan.

Isu-isu ini terkait dengan struktur sektor perdagangan Indonesia. Transformasi digital adalah jawaban yang jelas untuk membangun struktur tahan masa depan. Dengan transformasi digital, pelaku sektor perdagangan, khususnya UMKM, akan memiliki peluang untuk meningkatkan produktivitasnya dengan operasional bisnis yang lebih efektif.

Transformasi digital juga menciptakan manfaat bagi pelanggan dengan meningkatkan pengalaman berbelanja dan memberikan akses peritel tradisional ke pasar yang lebih besar sehingga mereka dapat memperluas operasinya.

Peluang percepatan transformasi digital

Sektor perdagangan Indonesia melibatkan ragam pemain, termasuk sekitar 70 persen UMKM. Peran UMKM sendiri sangat besar untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia. Dengan jumlahnya yang mencapai 99% dari keseluruhan unit usaha, kontribusi UMKM terhadap PDB juga mencapai 60,5%.

Laporan dari Kearney ini membandingkan pertumbuhan sektor perdagangan Indonesia dengan beberapa negara terkemuka (Amerika Serikat, China dan Jepang) serta tiga rekan regionalnya (India, Singapura, dan Malaysia). Terdapat empat inisiatif yang dapat dilakukan untuk mempercepat pertumbuhan sektor perdagangan Indonesia secara digital.

Analisis terkait inisiatif digital untuk mempercepat pertumbuhan di sektor perdagangan Indonesia / Kearney

Pertama, mempercepat adopsi layanan digital yang mutakhir dalam operasional pemain sektor perdagangan utama. Hal ini dilakukan karena masih adanya gap yang cukup besar dari sisi adopsi digital di sektor perdagangan Indonesia.  Digitalisasi yang inklusif diprediksi akan menguntungkan bisnis ritel melalui efektivitas operasional dan peningkatan pengalaman berbelanja pelanggan.

Kedua, memperkuat fondasi industri digital dan meningkatkan kompetensi UMKM. Salah satunya dengan mengembangkan platform UMKM yang memiliki layanan beragam. Hal ini memungkinkan distribusi digitalisasi dan mendorong sinergi antar layanan yang dapat memperkuat fondasi digital UMKM. Fondasi yang kuat akan semakin melancarkan program peningkatan kompetensi digital.

Ketiga, memperluas jangkauan pasar pemain teknologi regional ke kota-kota tier-2 ke bawah. Perusahaan teknologi memiliki peluang besar untuk berekspansi ke kota-kota tier 2-4 untuk menawarkan akses ke pelanggan yang lebih luas dan menciptakan lebih banyak ruang untuk berkembang. Laporan Kearney bersama Alpha JWC juga mengungkap bahwa ekonomi digital di area tier 2 dan 3 diproyeksi tumbuh lima kali lipat dalam lima tahun ke depan.

Terakhir, peningkatan tata kelola, pendanaan dan penciptaan regulasi yang kondusif. Lingkungan pendanaan pemain teknologi yang kompleks mengharuskan pemerintah untuk melihat dari dua sudut pandang: bagaimana mempermudah akses pemain teknologi ke investasi dan bagaimana menciptakan pasar yang menarik untuk menarik perhatian investor.

Ishan menambahkan, “Untuk mencapai Visi Indonesia 2045, Indonesia harus mengimplementasikan inisiatif nasional yang tepat untuk menyempurnakan struktur sektor perdagangan, terutama dalam meningkatkan UMKM dan layanan pelanggan, memperluas ekosistem sektor perdagangan, serta memperkuat tata kelola, pendanaan, dan lingkungan regulasi.”

Sumber pendanaan dan investasi yang memadai sangat penting untuk memacu transformasi digital di sektor perdagangan Indonesia. Pada tahun 2020, investasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di sektor perdagangan dibatasi sebesar Rp5 triliun, dan perkiraan tahun 2030 hanya sebesar Rp15 triliun – atau setara dengan 0,03 hingga 0,04 persen dari PDB.

Sementara itu, investasi TIK rata-rata di negara-negara tetangga regional dan negara-negara terkemuka dengan transformasi digital yang efektif – seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang – adalah 0,25 persen dari PDB. Dengan memperluas investasi TIK untuk sektor perdagangan ke tingkat negara pembanding, pasar e-commerce Indonesia diperkirakan dapat tumbuh sekitar 20 persen CAGR—mencapai Rp 3.729 triliun hingga Rp 4.148 triliun selama dekade berikutnya.

Gambaran percepatan pertumbuhan perdagangan digital di Indonesia / Kearney

Ekosistem Digital di Indonesia

Di Indonesia sendiri, digitalisasi UMKM masih memiliki potensi yang sangat besar. Dari jumlah total UMKM yang mencapai 64 juta, baru sekitar 29 persen UMKM yang digitaly onboard. Masih ada sekitar 71 persen UMKM lainnya yang dapat digarap agar segera bisa memanfaatkan peluang-peluang yang ada di ruang digital.

Dari sisi pembiayaan, sudah banyak platform teknologi yang memungkinkan akses permodalan untuk segmen produktif seperti Akseleran, Modalku dan Koinworks. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat sampai Februari penyaluran ke sektor produktif mencapai Rp 8,43 triliun atau 61,21% dari akumulasi penyaluran pembiayaan secara total.

Di samping itu, sektor e-commerce Indonesia merupakan salah satu pasar dengan pertumbuhan terpesat di dunia. Ekonomi digitalnya bernilai sekitar $77 miliar pada tahun ini menurut laporan e-Conomy 2022, dan diprediksi mencapai $130 miliar pada 2025 dengan dominasi dari sektor e-commerce. 

Salah satu yang menopang industri ini adalah hadirnya konsep awal e-commerce enabler untuk memudahkan brand principal masuk ke ranah online. Beberapa perusahaan yang menawarkan layanan ini termasuk aCommerce, SIRCLO, dan JetCommerce

Alih-alih hanya sebagai kanal transaksi, e-commerce enabler telah menjadi solusi end-to-end sampai ke proses distribusi. Beberapa platform akhirnya meluncur dengan layanan yang lebih spesifik, misalnya manajemen kendaraan logistik truk atau kapal seperti Kargo Tech, Logisly, Andalin dan Waresix yang juga menawarkan layanan manajemen warehouse.