Tag Archives: snap

QRIS Tuntas

BI Rilis Fitur Baru QRIS untuk Tarik Tunai, Transfer, dan Setor Tunai

Bank Indonesia (BI) resmi meluncurkan standar nasional fitur baru QRIS untuk tarik tunai, transfer, dan setor tunai atau disebut dengan “QRIS TUNTAS” bertepatan dengan peringatan HUT RI ke-78. Fitur ini dikembangkan bersinergi dengan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dan perwakilan penyelenggara jasa sistem pembayaran.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan, “QRIS TUNTAS bertujuan untuk mendorong inklusi melalui perluasan akses pembayaran digital kepada seluruh lapisan masyarakat, khususnya masyarakat kecil, dengan jangkauan ke seluruh wilayah Indonesia, termasuk di daerah pelosok atau wilayah Terdepan, Terluar, dan Terpencil (3T).”

QRIS TUNTAS ini telah melalui berbagai tahapan, termasuk fase uji coba oleh industri dalam Ruang Uji Coba Inovasi Teknologi Sistem Pembayaran Bank Indonesia. Peserta uji coba terdiri dari 16 Penyedia Jasa Pembayaran dan Penyelenggara Infrastruktur Sistem Pembayaran yang diharapkan bisa menjadi pionir diikuti dengan PJP lainnya yang sudah siap.

Fitur QRIS TUNTAS memungkinkan pengguna untuk melakukan transfer dana antarpengguna QRIS serta tarik tunai dan setor tunai di Anjungan Tunai Mandiri (ATM) atau agen QRIS TUNTAS. Pengguna dapat memindai QRIS menggunakan aplikasi pembayaran secara interkoneksi antar PJP Bank dan Lembaga Selain Bank yang dapat memfasilitasi sumber dana baik simpanan bank maupun uang elektronik server-based.

Untuk implementasi QRIS TUNTAS ini sendiri akan segera dilakukan bagi Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) yang sudah siap mulai dari tanggal 1 September hingga 30 November 2023.

Pengembangan inovasi fitur QRIS secara berkelanjutan juga merupakan wujud komitmen BI dalam penerapan Blueprint Sistem Pembayaran (BSPI) 2025. Hal ini diharapkan bisa mengakselerasi inklusi ekonomi dan keuangan digital sekaligus mendukung stabilitas dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Ke depannya, QRIS TUNTAS juga diarahkan untuk mendukung stabilitas sistem pembayaran melalui interkoneksi dan interoperabilitas antarpenyelenggara dan sumber dana, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui skema harga yang efisien dengan tetap memastikan keberlangsungan layanan oleh industri.

Belum lama ini, tepatnya per 1 Juli 2023, Bank Indonesia memberlakukan biaya layanan merchant discount rate (MDR) untuk layanan QRIS bagi usaha mikro sebesar 0,3%. Menurut data BI per Mei 2023, jumlah merchant yang menggunakan QRIS mencapai 26,1 juta. Dari total tersebut, sebanyak 91,26% merupakan UMKM.

QRIS antarnegara

Selain mengumumkan fitur baru QRIS, BI juga tengah melakukan inisiasi uji coba QRIS antarnegara Indonesia – Singapura. Hal ini merupakan tindak lanjut dari kerja sama pembayaran berbasis kode QR antarnegara antara Bank Indonesia dan Monetary Authority of Singapore yang telah diinisiasi pada tahun lalu.

Konektivitas pembayaran dengan QR Code antara Indonesia dan Singapura akan memfasilitasi perdagangan antarnegara secara lebih efisien, khususnya bagi UMKM, serta mendorong pertumbuhan sektor pariwisata. Uji coba ini akan melibatkan ASPI, Network for Electronic Transfers – Singapore (NETS), dan perwakilan penyelenggara jasa sistem pembayaran.

QRIS antarnegara ini sendiri masuk ke dalam bagian Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) yang ditetapkan BI menyatukan berbagai layanan transaksi di Indonesia ke dalam satu sistem. Pengimplementasian SNAP merupakan salah satu tahapan penting dalam rangka mengakselerasi open banking di area sistem pembayaran.

Uji coba inisiatif QRIS antarnegara ini sendiri dilakukan pertama kali pada pertengahan 2021 dengan regulator Thailand untuk diterapkan secara komersial penuh pada kuartal I 2022. Hal ini memungkinkan konsumen atau wisatawan yang berasal dari Indonesia dan Thailand bisa melakukan pembayaran dengan memindai kode QR di masing-masing negara.

Secara teknis, penyelesaian transaksi QRIS Antarnegara ini menggunakan mata uang lokal masing-masing negara atau local currency settlement (LCS) melalui bank yang sudah dipilih atau appointed cross currency dealers (ACCD).

Pada awal tahun 2022, Bank Indonesia (BI) memperluas kerja sama QRIS antarnegara dengan Bank Negara Malaysia (BNM). Kerja sama ini diawali dengan fase uji coba dan menuju peluncuran fase komersial sepenuhnya pada kuartal III 2022.

Dikutip dari Kompas.com, Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Dicky Kartikoyono menyampaikan dalam acara temu media bahwa penggunaan QRIS antarnegara ini akan segera menjangkau China dan Korea Selatan pada tahun mendatang.

Ke depannya, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk pemerintah baik di pusat dan daerah, pelaku industri dan masyarakat dalam rangka memperluas adopsi QRIS, didukung dengan pengembangan inovasi fitur QRIS secara berkelanjutan dan perluasan kerja sama baik dalam negeri maupun lintas negara.

Open API SNAP Bank Indonesia

SNAP Tandai Dimulainya Standardisasi “Open Banking” Indonesia

Indonesia mulai menyusul negara global lainnya untuk mulai mengimplementasikan standar nasional Open API. Bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-76, Bank Indonesia meresmikan Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP). Sekaligus uji coba sandbox QRIS dengan Thailand (Thai QR Payment) yang disebut QRIS Antarnegara.

SNAP merupakan standar nasional yang ditetapkan BI atas seperangkat protokol dan instruksi yang memfasilitasi interkoneksi antaraplikasi secara terbuka dalam pemrosesan transaksi pembayaran. Oleh karenanya, SNAP menyatukan berbagai layanan transaksi di Indonesia ke dalam satu sistem.

Standardisasi Open API Pembayaran ini, menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, dapat menciptakan industri sistem pembayaran yang sehat, kompetitif, dan inovatif, sehingga dapat menyediakan layanan sistem pembayaran kepada masyarakat yang efisien, aman, dan andal.

SNAP mencakup standar teknis keamanan, standar data, spesifikasi teknis, dan dokumen pedoman tata kelola sistem pembayaran nasional. Ada dua hal yang distandarkan oleh SNAP.

Pertama, dokumen standar teknis dan keamanan, standar data, dan spesifikasi teknis SNAP menstandarkan, antara lain: protokol komunikasi, tipe arsitektur API, struktur dan format data, metode autentikasi, metode otorisasi, metode enkripsi, persyaratan pengelolaan akses API, struktur data request, hingga struktur data response.

Kedua, dokumen pedoman tata kelola SNAP menstandarkan pedoman perlindungan konsumen, perlindungan data, persyaratan kehati-hatian bagi penyedia layanan dan pengguna layanan, serta kontak.

Pengimplementasian SNAP merupakan salah satu tahapan penting dalam rangka mengakselerasi open banking di area sistem pembayaran. Inisiatif ini adalah tindak lanjut dari visi Blueprint Sistem Pembayaran Indonesia (BSPI) 2025.

Menuju Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025 / Bank Indonesia

Penyusunan SNAP dilakukan bersama oleh Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) dengan membentuk Working Group (WG) Nasional. Sebelum WG nasional dibentuk, BI terlebih dulu menerbitkan Consultative Paper Standar Open API Pembayaran oleh Bank Indonesia pada kuartal I 2020.

Jauh sebelum bank sentral menetapkan standarisasi Open API ini, industri sudah ambil langkah terlebih dulu dengan membuat Open API versi masing-masing. Salah satunya adalah BCA yang meluncurkan API BCA pada 2017. Disebutkan volume transaksi API BCA tumbuh 4,8 kali dalam dua tahun terakhir. Transaksinya tembus lebih dari 1 miliar aktivitas transaksi dan telah digunakan oleh lebih dari 2.500 nasabah bisnis.

Pengembangan fiturnya telah mencapai ratusan untuk memenuhi berbagai kebutuhan bisnis, seperti informasi saldo, mutasi rekening, transfer, BCA Virtual Account, dan lainnya. Bagi nasabah bisnis, implementasi API BCA mempermudah mereka saat rekonsiliasi transaksi penerimaan pembayaran, automasi dan simplifikasi proses transaksi bisnis.

QRIS Antarnegara

Sementara itu, terkait QRIS Antarnegara yang masuk ke dalam bagian SNAP, sebagai permulaannya bekerja sama dengan Bank of Thailand (BOT). Bagi konsumen atau wisatawan yang berasal dari Indonesia dan Thailand bisa melakukan pembayaran dengan memindai kode QR di masing-masing negara.

Perry mengatakan, pengembangan QRIS Antarnegara dengan Thailand dapat menjadi tonggak baru dalam memfasilitasi aktivitas masyarakat antar kedua negara, khususnya bagi wisatawan.

Secara teknis, penyelesaian transaksi QRIS Antarnegara ini menggunakan mata uang lokal masing-masing negara atau local currency settlement (LCS) melalui bank yang sudah dipilih atau appointed cross currency dealers (ACCD).

Interkoneksi switching to switching dibangun antar switching kedua negara yaitu Rintis, Artajasa, Jalin dan Alto dari Indonesia dengan National ITMX (NITMX) dari Thailand. Adapun bank ACCD di Indonesia yang terpilih adalah BCA, BNI, dan BRI. Sementara, bank ACCD di Thailand ada Bangkok Bank (BBL), Bank of Ayudhya (Krungsri), dan CIMB Thai Bank (CIMBT).

Proyek ini juga turut melibatkan 13 provider QRIS. Mereka adalah Bank Sinarmas, Bank Mega, Bank Permata, Bank BSI, Telkom Indonesia, Maybank, ShopeePay, LinkAja, DANA, Bank Mandiri, CIMB Niaga, dan Otto Cash.

Fase komersial penuh dengan Thailand akan dilakukan pada kuartal I 2022. Setelah Thailand, bank sentral tengah menanti uji coba dengan Malaysia. “Setelah Thailand kita dengan Malaysia dan setelahnya sudah ada beberapa negara ASEAN lain yang berminat dan sudah menyetujui,” terang Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran BI Filianingsih Hendarta mengutip dari Katadata.

Setelah skala ASEAN, pada fase berikutnya QRIS Antarnegara bakal disiapkan untuk lintas negara di luar ASEAN. Salah satunya, dengan Arab Saudi.

Open banking di Singapura

Sumber: The Edge Markets

Tentunya kehadiran SNAP mempermudah industri jasa keuangan untuk terhubung secara digital dengan pemain non-bank. Contoh terdekat yang bisa ditengok adalah Singapura yang menjadi salah satu kiblat negara maju di Asia.

Pada dasarnya, semangat open banking adalah memberi manfaat kepada konsumen melalui peningkatan pengalaman konsumen, akses ke produk yang mendukung perbankan terbuka, dan pengambilan keputusan keuangan yang lebih baik dengan menggabungkan informasi keuangan mereka dalam satu platform.

Monetary Authority of Singapore (MAS) adalah pendorong utama perkembangan open banking yang masif di Singapura. Salah satu inisiatif utama yang mereka ambil adalah memperkenalkan API Exchange (APIX), sebuah platform kolaborasi yang menjadi dasar kuat bagi pertumbuhan open banking.

APIX adalah platform arsitektur terbuka lintas batas pertama di dunia dan bertujuan untuk mendukung inovasi dan inklusi keuangan di ASEAN dan di seluruh dunia. Platform yang diluncurkan pada November 2018 ini menjadi tempat lembaga keuangan dan perusahaan fintech dapat terhubung dengan mudah dan berkolaborasi dalam pengalaman desain melalui API.

Menurut Founder & CEO MatchMove Shailesh Naik, dia telah melihat kemajuan dalam kolaborasi antara bank dan perusahaan fintech di bidang ini selama dua tahun terakhir. Bank sekarang lebih bersedia untuk bekerja sama dan mulai menjangkau untuk tetap kompetitif karena proses di perusahaan fintech menjadi lebih menarik dan hemat biaya untuk sektor keuangan konvensional.

Tonggak penting lainnya lewat MAS adalah inisiatif Financial Planning Digital Services, yang bertujuan untuk memfasilitasi portabilitas data dengan kerangka kerja API yang aman. Pada 7 Desember 2020, MAS meluncurkan Singapore Financial Data Exchange (SGFinDex), yang melibatkan konsolidasi data keuangan dari bank dan lembaga pemerintah di satu tempat, bukan di beberapa lokasi.

Hal ini difasilitasi melalui identitas digital nasional Singapura, Singapore Personal Access (SingPass), yang merupakan layanan single sign-on yang digunakan oleh warga Singapura untuk bertransaksi dengan lebih dari 60 instansi pemerintah secara online. Konsumen memiliki pilihan untuk memberikan akses ke lembaga keuangan yang mereka pilih untuk berbagi informasi mereka.

Infrastruktur ini dikembangkan oleh sektor publik bekerja sama dengan ABS dan tujuh bank yang berpartisipasi, menjadikan SGFinDex menjadi infrastruktur digital publik pertama di dunia yang menggunakan identitas digital nasional dan sistem persetujuan online yang dikelola secara terpusat.

Managing Director MAS Ravi Menon menyampaikan pentingnya penguatan kepercayaan di sektor keuangan. Nilai lebih yang ditawarkan open banking harus diimbangi dengan risiko yang ditimbulkan oleh berbagi data nasabah antara berbagai pihak.

Dalam Global Financial Services Consumer Study 2019 yang diterbitkan Accenture, sebanyak 75% konsumen menyatakan bahwa mereka sangat berhati-hati tentang privasi data mereka, pelanggaran keamanan data menjadi perhatian terbesar kedua bagi konsumen. Oleh karena itu, agar open banking Singapura benar-benar dapat diterima, pelanggan harus sepenuhnya yakin bahwa data mereka aman.

Meskipun data perbankan di Singapura diatur oleh Undang-Undang Perbankan dan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi yang disempurnakan, bank juga harus memainkan peran mereka dan terus waspada dalam melindungi data pelanggan mereka untuk menguntungkan konsumen dan industri, dan memastikan keberhasilan open banking di Singapura.

Berkaitan dengan itu, penanganan kebocoran data harus ditangani dengan benar-benar serius oleh pemerintah dan instansi terkait. Direktur CELIOS (Center of Economic and Law Studies) Bhima Yudhistira menyampaikan isu ini belakangan semakin sensitif, di tengah geliatnya perkembangan ekonomi digital.

“Apabila isu ini terus terjadi, tentunya akan mengganggu pertumbuhan bank digital atau yang berkaitan dengannya. Sebab konsumen akan sulit untuk percaya datanya aman terproteksi,” ujar dia dalam suatu diskusi panel yang diadakan Infobank.

Kurangnya rasa percaya dari masyarakat terhadap layanan keuangan digital, tercermin dari survei yang diadakan  Digital 2021 Report. Disebutkan penetrasi aplikasi banking and financial services d Indonesia masih rendah hanya 39,2% dari responden. Angka ini lebih rendah dari Thailand 68,1%, Malaysia 55,7%, dan Filipina 42,1%.

Sementara, mobile payment juga rendah yakni 29,2% dibanding rata-rata dunia, yakni 30,9%. jauh dibanding Thailand, Filipina, dan Vietnam. Adapun, untuk penggunaan kode QR code di Indonesia baru sebesar 42% dari penduduk dewasa. Kalah dari Malaysia 77% dan Singapura 79%.

Snap Ungkap Spectacles Generasi Keempat dengan Integrasi Kapabilitas AR Secara Penuh

Snap punya kacamata AR baru, dan kali ini yang benar-benar mampu menampilkan konten augmented reality secara langsung di hadapan penggunanya. Masih memakai nama Spectacles, produk generasi keempat ini juga mengusung desain yang sangat berbeda.

Wujudnya tidak se-chic generasi-generasi sebelumnya. Sepintas ia malah kelihatan seperti kacamata 3D zaman lawas. Namun ini tidak akan menjadi masalah, sebab Snap tidak berniat menjualnya ke publik. Sebagai gantinya, Spectacles generasi keempat ini akan dibagi-bagikan ke sejumlah kreator AR, dengan harapan mereka bisa semakin terinspirasi untuk menciptakan efek-efek AR yang lebih menarik lagi.

Secara teknis, Spectacles baru ini mengemas sepasang 3D waveguide display yang memungkinkan penggunanya melihat sekaligus berinteraksi dengan elemen-elemen AR. Objek virtual tersebut disajikan dengan field of view seluas 26,3 derajat, dan tingkat kecerahannya bisa mencapai angka 2.000 nit sehingga kreator bisa tetap menggunakannya di siang bolong.

Sepasang kamera bertugas mendeteksi objek dan permukaan yang ada di sekitar, memastikan supaya elemen-elemen AR-nya bisa tampak lebih natural. Melengkapi spesifikasinya adalah chipset Qualcomm Snapdragon XR1, empat buah mikrofon, dua speaker stereo, sepasang touchpad di kiri-kanan, dan baterai yang tahan sampai sekitar 30 menit pemakaian per charge. Secara total, bobotnya berada di angka 134 gram.

Story Studio

Dalam kesempatan yang sama, Snap turut mengumumkan aplikasi iOS baru bernama Story Studio. Aplikasi ini secara khusus didesain untuk menyunting video vertikal, dengan tool editing yang komplet beserta akses ke data-data mengenai apa saja yang sedang ngetren di Snapchat. Snap pada dasarnya merancang aplikasi ini buat orang-orang yang rutin membuat konten Spotlight (TikTok-nya Snapchat).

Namun Anda tidak harus jadi pengguna Snapchat untuk bisa ikut memberdayakan Story Studio. Semua video yang diedit menggunakan Story Studio tidak akan memiliki watermark, sehingga Anda bebas mengunggahnya ke platform lain tanpa khawatir bakal ‘ditenggelamkan’ oleh algoritma, seperti kasusnya pada Instagram Reels, yang menolak mempromosikan konten-konten terusan dari TikTok.

Story Studio kabarnya bakal diluncurkan tahun ini juga. Sejauh ini belum ada informasi sama sekali apakah aplikasinya nanti juga bakal tersedia di Android.

Sumber: Engadget dan TechCrunch.

Setelah Instagram, Sekarang Snapchat pun Juga Mencoba Meniru TikTok

Tren video pendek yang dipopulerkan oleh TikTok terus bertambah populer. Saking tenarnya, Snapchat pun kini juga dibekali fitur baru yang mekanismenya begitu mirip dengan TikTok.

Fitur ini mereka namai Spotlight, dan persis seperti di TikTok, Spotlight berisikan video-video vertikal dengan durasi maksimum 60 detik. Tentu saja pengguna juga dapat menambahkan musik, sebab Snap sendiri memang sudah mengamankan lisensi dari berbagai label musik sejak Oktober lalu.

Ada beberapa hal yang sedikit membedakan Spotlight dari TikTok, utamanya terkait privasi. Pada video-video yang diunggah ke Spotlight, kita tidak akan menjumpai satu pun kolom untuk membubuhkan komentar publik, sehingga mereka yang kerap dihantui sentimen negatif warganet bisa setidaknya lebih tenang di sini.

Juga berbeda adalah bagaimana pengguna juga tetap bisa mengunggah video ke Spotlight meski status profilnya private. Berbeda dari TikTok yang mewajibkan pengguna untuk mengganti status profilnya menjadi public jika ingin videonya muncul di tab “For You”. Jadi selama pengguna memilih opsi “Spotlight” ketika hendak mengunggah video, video tersebut dipastikan bakal muncul di Spotlight.

Snap tampaknya cukup serius dalam menggagaskan Spotlight. Hal itu bisa dilihat dari kemauannya untuk membayar kreator yang kontennya viral di Spotlight. Tidak peduli berapa pun follower yang dimiliki seorang pengguna, asalkan kontennya sempat viral dan mendulang view jauh lebih banyak dari konten lain di hari tersebut, maka Snap bersedia membayar.

Snap bilang bahwa mereka sudah menyiapkan budget sebesar $1 juta untuk membayar kreator setiap harinya sampai akhir 2020. Dengan adanya insentif semacam ini, semestinya para pengguna Snapchat bakal terdorong untuk mengunggah konten Spotlight secara reguler. Sayangnya Spotlight sejauh ini baru tersedia di 11 negara saja, dan belum ada satu pun negara Asia yang termasuk.

Terlepas dari itu, Spotlight sekali lagi membuktikan bahwa keberhasilan TikTok tidak bisa dipandang sebelah mata; bahkan pencetus format Story pun sekarang mencoba meniru TikTok. Snapchat juga bukan satu-satunya yang melakukan hal itu, sebab Instagram baru-baru ini juga sudah merilis fitur serupa yang mereka namai Reels.

Sumber: The Verge dan Snap.

Luncurkan Snap Minis, Snapchat Makin Mirip dengan WeChat

Kehadiran platform Snap Games tahun lalu mengindikasikan ketertarikan Snapchat untuk berevolusi menjadi semacam superapp ala WeChat. Jadi tanpa perlu meninggalkan aplikasi Snapchat, pengguna dapat mengakses beragam aplikasi lain, dalam kasus ini aplikasi gaming.

Maka dari itu, tidak mengejutkan mendengar kabar mengenai Snap Minis sebagai salah satu dari seabrek fitur baru yang diperkenalkan dalam ajang Snap Partner Summit 2020. Snap Minis pada dasarnya merupakan Snap Games tapi untuk aplikasi-aplikasi non-gaming, dan premisnya tidak berubah: pengguna dapat mengakses deretan aplikasi pihak ketiga langsung dari tampilan percakapan di Snapchat.

Snap Minis bisa diakses dengan mengklik icon bergambar roket tepat di atas tampilan keyboard. Tempatnya jadi satu dengan Games; pengguna dapat menyortir kategorinya dengan mengklik masing-masing tab di bagian paling bawah. Semuanya bisa langsung dibuka tanpa harus mengunduh apa-apa terlebih dulu.

Sejauh ini sudah ada tujuh Minis yang terintegrasi, dan sesuai namanya, masing-masing ibarat versi mini dari aplikasi yang bersangkutan. Salah satu contohnya adalah Headspace, yang menawarkan akses cepat ke sesi meditasi singkat pada versi mininya, atau Saturn, yang versi mininya membantu para pengguna untuk saling membandingkan jadwal sekolahnya.

Salah satu Minis yang sudah tersedia, Headspace / Snap
Salah satu Minis yang sudah tersedia, Headspace / Snap

Snap pun tidak lupa menyelipkan Minis bikinan mereka sendiri, yakni Let’s Do It yang berfungsi untuk membantu pengguna membuat keputusan secara berkelompok. Integrasi banyak aplikasi tentu membuka peluang bagi Snapchat untuk merambah banyak segmen sekaligus seperti yang sudah dibuktikan oleh WeChat maupun sejumlah superapp lain.

E-commerce merupakan satu segmen yang hendak dituju oleh Snap dengan adanya Minis, seperti disampaikan oleh CEO-nya, Evan Spiegel, kepada The Verge. Ke depannya, tidak menutup kemungkinan ada Minis yang mempersilakan para pengguna untuk berbelanja online bersama teman-temannya selagi asyik ngobrol di group chat.

Seperti halnya Snap Games, Snap Minis memanfaatkan teknologi HTML5, dan Snap menjanjikan langkah-langkah integrasi yang terbilang mudah. Developer yang tertarik membuat Minis tidak akan ditarik biaya, dan Snap juga tidak akan mengambil persentase keuntungan seandainya ada transaksi yang berlangsung di dalam sejumlah Minis.

Sulit mengabaikan pengaruh besar WeChat terhadap proses evolusi Snapchat menjadi sebuah superapp, tapi kita juga tidak boleh lupa bahwa Tencent (perusahaan induk WeChat) adalah salah satu investor besar Snap. Kepada Financial Times, Evan Spiegel mengaku bahwa relasi mereka dengan Tencent-lah yang pada akhirnya membuat mereka jadi condong ke konsep superapp.

Sumber: TechCrunch dan Snap.

Snapchat Sosialisasikan Social Distancing Lewat Augmented Reality

Sosialisasi mengenai social ataupun physical distancing dapat disampaikan melalui banyak medium. Salah satu medium yang cukup efektif sebenarnya adalah augmented reality (AR), yang memang bisa menggambarkan jarak fisik secara nyata.

Sebagai bukti, coba lihat dua Lens baru yang diluncurkan Snapchat. Salah satunya, yang dinamai “My Social Distance”, akan mencoba memandu pengguna dengan memberikan indikator visual pada layar guna menggambarkan jarak yang aman ketika bertemu orang lain selama masa pandemi seperti sekarang.

Indikator yang tadinya berwarna hijau akan berubah menjadi oranye ketika pengguna berada terlalu dekat dengan orang lain. Lens yang kedua memanfaatkan animasi untuk mengingatkan pengguna agar selalu menjaga kebersihan dengan mencuci tangan dan mengurangi kebiasaan menyentuh wajah.

Snapchat merujuk langsung pada WHO dalam mengembangkan kedua Lens anyarnya. Pengguna juga dapat mengakses langsung panduan yang WHO edarkan di situsnya melalui dua Lens baru ini.

Di luar medium AR, Snapchat juga memanfaatkan fitur Discover-nya untuk menyuguhkan beragam informasi terkait pandemi COVID-19. Selain konten dari berbagai media yang terdaftar sebagai mitra, Snapchat juga rutin mengisi segmen Discover dengan informasi yang digali oleh tim internalnya sendiri.

Sumber: VentureBeat dan Snap.

Spectacles 3 Resmi Dirilis, Unggulkan Sepasang Kamera Demi Mewujudkan Kapabilitas AR

Rumor mengenai Spectacles generasi ketiga yang sempat beredar rupanya benar. Snap baru saja menyingkap kacamata pintar versi terbarunya, dan jika dibandingkan dengan versi sebelumnya, Spectacles 3 membawa penyempurnaan yang cukup signifikan.

Yang paling utama, versi terbarunya kini mengemas dua kamera sekaligus. Satu untuk mengambil gambar dan video, satu lagi untuk merekam informasi depth, persis seperti yang dirumorkan sebelumnya. Kehadiran kamera kedua ini secara langsung mewujudkan kapabilitas AR pada Spectacles 3.

Selain filter AR dan 3D Lens, kapabilitas AR-nya turut mencakup 3D Snap, yakni foto dengan efek tiga dimensi yang seakan-akan bisa tampak berbeda jika dilihat dari sudut yang berbeda pula. Ke depannya, Snap bakal mempersilakan para developer untuk merancang beragam efek depth demi memaksimalkan kamera ganda milik Spectacles 3.

Spectacles 3

Dari segi estetika, Spectacles 3 terkesan lebih elegan ketimbang dua pendahulunya, dengan frame yang terbuat dari bahan stainless steel. Sayang bentuk lensa yang tersedia cuma satu, tidak seperti varian Veronica dan Nico pada Spectacles 2. Bisa jadi Snap masih menyimpan variasi style Spectacles 3 untuk lain waktu.

Yang tidak berubah adalah cara mengoperasikannya. Sama seperti sebelumnya, Spectacles 3 siap memotret atau merekam video dengan satu klik tombol pada tangkai sebelah kanannya, dan lampu indikator akan menyala saat perekaman sedang berlangsung. Juga belum dibenahi adalah kekurangan terbesarnya: foto dan video yang diambil menggunakan Spectacles 3 masih harus disinkronisasikan ke akun Snapchat secara manual.

Spectacles 3

Fotonya sendiri disimpan dalam resolusi 1642 x 1642 pixel, sedangkan videonya dalam resolusi 1216 x 1216 pixel. Dalam paket penjualan Spectacles 3, Snap turut menyertakan perangkat sejenis Google Cardboard sehingga pengguna dapat menyelipkan ponsel dan menikmati koleksi 3D Snap-nya secara lebih ideal.

Berbekal storage internal sebesar 4 GB, Spectacles 3 dapat menyimpan hingga 100 video atau 1.200 foto. Urusan baterai, satu kali charge diperkirakan cukup untuk mengambil sekitar 70 video atau lebih dari 200 foto. Charging-nya sendiri mengandalkan sejenis pouch berbahan kulit, yang sendirinya dapat diisi ulang via sambungan USB-C.

Rencananya, Spectacles 3 bakal dipasarkan mulai bulan November mendatang dalam jumlah yang agak terbatas. Harganya pun melambung drastis menjadi $380 (bandingkan dengan Spectacles 2 yang cuma $150), sedangkan warna yang tersedia ada dua: Carbon (hitam) dan Mineral (mirip rose gold).

Sumber: The Verge.

Pengguna Snapchat Nantinya Dapat Menggunakan Bitmoji sebagai Karakter dalam Berbagai Video Game

Sebagian besar dari kita mungkin tidak pernah membayangkan Snapchat bakal menyeriusi dunia gaming, akan tetapi platform Snap Games yang mereka luncurkan baru-baru ini membuktikan sebaliknya. Tidak tanggung-tanggung, selain menawarkan sederet game eksklusif, Snap Games juga mengemas game bikinan tim internal mereka sendiri yang berjudul Bitmoji Party.

Snap Games juga bukan satu-satunya inisiatif yang Snap miliki untuk menekuni bidang gaming. Mereka baru saja merilis Bitmoji for Games, sebuah SDK (software development kit) yang memungkinkan karakter Bitmoji bikinan para pengguna Snapchat untuk digunakan sebagai karakter dalam game.

Bitmoji for Games

Jadi bayangkan saja semisal Anda sedang bermain Fortnite, karakter yang Anda jalankan malah karakter Bitmoji yang Anda bikin di Snapchat, dengan catatan developer Fortnite bersedia memberikan dukungan terhadap Bitmoji for Games. Tentu saja ini tidak terbatas pada game shooter saja, tapi juga mencakup genregenre lainnya.

Terkait platform, Snapchat tentunya ingin Bitmoji bisa merambah semua platform yang ada, dan mereka pun juga sudah memberikan akses SDK-nya secara cuma-cuma kepada sejumlah developer terpilih agar dapat menjadi inspirasi bagi yang lainnya nanti. Sejauh ini, game engine yang didukung baru mencakup Unity, Unreal dan PlayCanvas (yang digunakan Snapchat sendiri).

Bitmoji for Games

Lalu mungkin yang bakal menjadi pertanyaan terbesar adalah, bagaimana cara menggunakan Bitmoji sebagai karakter pada game yang mendukungnya? Nantinya akan ada opsi untuk meng-import Bitmoji, dan ketika opsi itu dipilih, layar game akan menampilkan sebuah QR Snapcode. Pindai kode tersebut menggunakan kamera di aplikasi Snapchat, maka autentikasinya akan berhasil dan Bitmoji siap digunakan sebagai karakter.

Semua ini tentu terdengar sangat menarik, terutama buat para pengguna aktif Snapchat. Sayang jadwal perilisannya masih belum diungkap, dan Snapchat pun belum berani membeberkan rencana monetisasinya atas Bitmoji for Games ini.

Sumber: TechCrunch.

Facebook Messenger Punya Instant Games, Snapchat Punya Snap Games

Para pengguna Snapchat baru saja kedatangan mainan baru. Namanya Snap Games, dan ini sejatinya merupakan kumpulan game yang bisa dimainkan langsung dari aplikasi Snapchat selagi pengguna bercakap-cakap dan bertukar pesan dengan teman-temannya.

Semuanya berlangsung secara real-time, bahkan game-nya sendiri dapat dimainkan tanpa harus mengunduh apa-apa mengingat semuanya di-stream dari web. Premis yang ditawarkan sebenarnya cukup mirip seperti platform Instant Games pada Facebook Messenger.

Koleksi game-nya pun tergolong sangat menarik, sebab semuanya bukan hasil port dari gamegame populer. Game yang pertama adalah Bitmoji Party karya tim Snap sendiri, kemudian masih ada lima game lain dari developer pihak ketiga. Satu yang cukup mencuri perhatian adalah Tiny Royale garapan Zynga, yang dari namanya sudah kelihatan menawarkan tipe permainan battle royale yang sedang hangat-hangatnya.

Semua game ini juga dirancang secara eksklusif untuk format vertikal yang sudah menjadi ciri khas Snapchat sejak lama. Multiplayer sudah pasti menjadi fitur standar di tiap game; bahkan untuk mengakses Snap Games, pengguna harus melalui halaman percakapan terlebih dulu, diwakili oleh icon bergambar roket.

Snap Games

Apakah game-nya gratis? Tentu saja, namun Snap masih punya cara untuk mencari keuntungan lewat inisiatif barunya ini: para pemain Snap Games nantinya dapat memilih untuk mengaktifkan opsi yang bakal memutarkan video iklan berdurasi 6 detik (tidak bisa di-skip) dari waktu ke waktu.

Lalu apa untungnya bagi para pemain? Dengan mengaktifkan opsi tersebut dan menonton iklannya, mereka akan dihadiahi dengan mata uang dalam game maupun barang penunjang lainnya. Keuntungan yang Snap peroleh kemudian akan dibagikan dengan para developer, sayang persentase bagi hasilnya tidak dirincikan.

Ke depannya, bukan tidak mungkin bagi Snap untuk menerapkan opsi in-app purchase pada sejumlah game guna semakin memaksimalkan monetisasi platform-nya. Namun untuk sekarang, iklan akan menjadi senjata andalan mereka dalam meraup untung.

Snap Games bukanlah proyek mendadak yang langsung terealisasi begitu saja. Platform-nya dibangun berbasis pada akuisisi Snap di tahun 2017 atas PrettyGreat, tim developer game asal Australia yang sejumlah personilnya sebelumnya pernah bergabung di HalfBrick (developer Fruit Ninja).

Snap Games sudah bisa pengguna nikmati sekarang juga. Menurut saya konsepnya terbilang unik: mengedepankan aspek multiplayer, tanpa melupakan esensi Snapchat yaitu komunikasi, seperti yang bisa kita lihat dari chat box yang selalu tersedia di bagian bawah layar selama game dimainkan.

Sumber: TechCrunch dan Snap.

 

Snap Siap Rilis Spectacles Generasi Baru dengan Sepasang Kamera dan Kapabilitas AR

Ketika Snap merilis Spectacles generasi kedua pada bulan April lalu, banyak yang merasa kecewa karena pembaruan yang dibawanya kurang begitu signifikan. Dua varian baru yang dirilis belum lama ini memang berhasil membenahi aspek estetikanya, akan tetapi fungsionalitasnya tetap sama persis, dan masih lebih pantas disebut sebagai kacamata berkamera ketimbang kacamata pintar.

Namun Snap diam-diam ternyata sedang menggodok versi baru Spectacles yang lebih canggih, berdasarkan informasi yang diterima oleh Cheddar. Versi baru Spectacles ini kabarnya bakal mengusung desain anyar dengan frame aluminium, dan mengemas sepasang kamera dengan kapabilitas augmented reality (AR).

Kita tahu bahwa AR bukanlah bidang yang asing buat Snap, dan mereka juga dengan bangga menyebut dirinya sebagai perusahaan kamera. Perpaduan dua kamera ini pada dasarnya memungkinkan pengguna untuk menempatkan filter AR dan menciptakan efek 3D pada foto-foto yang mereka ambil menggunakan Spectacles versi baru.

Meski kedengarannya menjanjikan, perangkat ini hanya akan diproduksi sekitar 24.000 unit dan harganya pun diperkirakan berkisar $350 saat dipasarkan pada akhir tahun nanti, jauh lebih mahal dari pendahulu-pendahulunya. Snap sejatinya tidak mau mengulangi kesalahannya dengan Spectacles generasi pertama. Kala itu, mereka memproduksi sekitar 800.000 unit, dan pada akhirnya banyak sekali sisa unit yang tidak terjual.

Kendati demikian, ini sama sekali bukan pertanda Snap sudah mulai menyerah di bidang hardware. Pada kenyataannya, Snap tidak segan merugi sampai tahun 2020 demi mengembangkan portofolio hardware-nya, sebab Evan Spiegel selaku CEO-nya yakin ini penting untuk strategi jangka panjang Snap.

Sumber: Cheddar.