Hanya berselang dua minggu saja, OPPO lagi-lagi memenuhi pasar perangkat smartphone Android. Bedanya, jika sebelumnya yang diluncurkan adalah seri Reno 3, kali ini yang muncul di permukaan adalah OPPO A92 dan A52 yang ditujukan kepada pasar anak muda. Keduanya pun juga memiliki desain yang mirip dengan performa yang sama.
OPPO A92 dan A52 merupakan penerus dari perangkat sebelumnya, yaitu A9 2020 dan A5 2020. Keduanya juga memiliki desain layar baru yang dinamakan dengan Neo Display, yaitu layar penuh dengan sebuah lubang pada sisi kiri atasya. Selain itu, keduanya juga memiliki pemindai sidik jari yang disatukan dengan tombol power. Menurut Aryo Meidianto selaku PR Manager OPPO Indonesia, hal ini dilakukan oleh OPPO agar tidak mengganggu desain yang ada dibelakangnya yang terinspirasi oleh perubahan warna langit pada kutub utara.
Desain pada kameranya juga sama, menggunakan bentuk huruf C (C-Shape). OPPO A92 menggunakan kamera utama dengan resolusi sampai 48 MP sedangkan A52 menggunakan kamera dengan resolusi 12 MP saja. Tiga kamera pendukung lainnya serta kamera depannya memiliki resolusi yang sama antara A92 dengan A52. Namun, OPPO A52 tidak memiliki fitur untuk menstabilkan gambar, yaitu EIS.
Untuk jelasnya, berikut adalah spesifikasi untuk kedua perangkat
Penjualan pun menjadi pembeda antara OPPO A92 dengan A52. OPPO A92 nantinya bakal dijual secara offline dan juga online. Sedangkan OPPO A52 secara resmi hanya dijual secara online. Secara online di sini berarti OPPO hanya menjualnya langsung pada OPPO Store online milik mereka sendiri.
OPPO A92 dijual dengan harga Rp. 4.199.000, sedangkan OPPO A52 memiliki harga Rp. 2.999.000. OPPO pun menggelar pre order yang sayangnya sudah hampir habis pada saat peluncurannya kemarin. Jadi, bagi yang ingin memilikinya bisa langsung datang ke situs OPPO Store.
Snapdragon 665 Dirasa cukup
Jika diperhatikan, OPPO A92 kembali menggunakan SoC buatan Qualcomm, yaitu Snapdragon 665. SoC ini sendiri sudah digunakan pada seri sebelumnya, yaitu OPPO A9 2020. Mengapa OPPO masih menggunakan SoC yang sama dengan perangkat terbarunya ini?
Aryo pun menjawab bahwa Snapdragon 665 merupakan sebuah SoC yang sudah terbukti kinerjanya. Selain itu, cip yang satu ini juga sangat populer dan disukai oleh para konsumen. Dengan jumlah penjualan yang baik, hal tersebut cukup membuktikan bahwa penerimaan konsumen terhadap Snapdragon 665 pun juga baik.
Dominikus Susanto selaku Senior ManagerBusiness Development dari Qualcomm Indonesia pun mengatakan bahwa banyak vendor yang juga menggunakan cip yang satu ini. Hal tersebut juga berarti bahwa sudah banyak yang membuktikan dan bukan hanya satu merek saja. Snapdragon 665 juga sudah disebut sebagai “cip sejuta umat” yang memang saat ini sudah banyak digunakan.
Keluarga realme seri 5 mungkin merupakan yang terbanyak dikeluarkan oleh perusahaan asal Tiongkok ini. Pasalnya, setelah seri 5 dan 5 Pro, realme mengeluarkan smartphone 5s yang meningkatkan feature pada sisi kamera. Namun, ternyata realme mengawali tahun 2020 ini dengan mengeluarkan smartphone baru yang mengguncang pasar satu jutaan di Indonesia.
Realme 5i merupakan nama smartphone yang diluncurkan tersebut. Uniknya, perangkat ini hanya memiliki perbedaan desain dan kamera depan dengan realme 5. Selain itu, tidak terlihat adanya perbedaan dari sisi spesifikasi yang diusung.
Realme sepertinya ingin menggila dengan mengambil pasar satu jutaan. Oleh karena itu, realme melabel smartphone terbarunya ini dengan harga di bawah dua juta rupiah untuk dua varian. Satu varian tertinggi hanya selisih Rp. 300.000 saja. Tentunya dengan harga tersebut dan spesifikasi yang ada, membuat smartphone ini sangat menarik untuk dimiliki oleh para pengguna entry level.
Berikut adalah perbedaan spesifikasi antara keduanya
Hasil dari CPU-Z dan SensorBox adalah sebagai berikut
Saat pertama kali melihatnya, saya pun juga cukup bingung mengapa realme menjual dua produk yang cukup mirip, namun dengan harga lebih murah. Hal ini tentu saja akan membuat varian di atas realme 5i mendapatkan ancaman dari “saudara” sendiri. Realme 5, walaupun sudah tidak lagi diproduksi, masih banyak tersedia di pasaran.
Unboxing
Seperti ini isi dari paket penjualan realme 5i
Desain
Dengan menyasar pada pengguna entry level, tentu saja bahan untuk membuat badan perangkat ini menggunakan plastik polikarbonat. Para realme 5i, saat digenggam ternyata terasa sangat kokoh dan tidak “kopong”. Bahkan saya lebih menyukai saat menggenggam realme 5i dibandingkan dengan realme 5. Untuk warna yang saya dapatkan, namanya adalah Forest Green.
Smartphone yang satu ini menggunakan resolusi HD+, yaitu 1600×720 dengan rasio layar yang cukup panjang, 20:9. Dengan resolusi ini, tentu saja akan memakan daya lebih rendah dibandingkan dengan FHD+. Untuk layarnya sendiri sudah menggunakan Corning Gorilla Glass 3 yang lebih tahan terhadap goresan. Realme 5i juga sudah terpasang lapisan anti gores yang lebih melindungi lagi dari baret yang tidak disengaja.
Realme mendesain bagian belakang dari 5i dengan radium carving, sehingga seperti pola sidik jari. Hal ini selain membuatnya lebih unik, juga membuat genggaman lebih kesat dan tidak membuatnya licin. Desain seperti ini juga tidak akan meninggalkan sidik jari pada bagian belakangnya.
Di bagian belakangnya, terdapat empat buah kamera yang desainnya cukup menonjol, membuat penggunanya harus memakai back case agar tidak baret. Selain itu, ditemukan sensor sidik jari untuk digunakan sebagai kunci keamanan.
Di sisi sebelah kanan terdapat tombol power untuk menyalakan dan mematikan perangkat. Pada sisi sebelah kiri terdapat tombol volume serta slot SIM dan microSD. Pada bagian bawahnya terdapat port audio 3.5mm, microphone, (sayangnya) microUSB, dan speaker.
Sistem operasi yang digunakan juga sama dengan realme 5, yaitu ColorOS 6 berbasis Android Pie 9. Berbeda dengan ColorOS milik OPPO, realme masih menggunakan application drawer.
Saya juga mencoba menggunakan realme 5i dengan realme buds air. Pairing antar keduanya memang cukup mudah. Hasilnya, suara yang dihasilkan oleh realme 5i cukup baik terdengar di kedua bilah earphone TWS yang satu ini.
Jaringan LTE
Perangkat realme sudah pasti selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. Realme 5i sendiri mendukung band 1(2100), 3(1800), 5(850), 8(900), 38(2600), 40(2300) dan 41(2500) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia dan sepertinya tidak berbeda dengan realme 5. Realme 5 sendiri menggunakan modem bawaan Snapdragon 665 yang hanya mendukung LTE CAT 12.
Kamera
Sepertinya harga yang terjangkau bukan berarti bahwa hasil kameranya akan buruk. Realme memang tidak membeberkan sensor yang digunakan pada 5i, namun jika spesifikasinya sama dengan realme 5, berarti kedua perangkat ini menggunakan sensor Sony IMX 386. Hasil kameranya pun juga mirip antara keduanya.
Kamera utamanya yang memiliki resolusi 12 MP memang dapat menangkap gambar dengan cukup baik. Bahkan sedikit lebih baik dari realme 5, jika dilihat dari sisi algoritma pengurangan noise-nya. Penangkapan gambar di malam hari juga terlihat OK–ish dengan fitur Nightscape.
Kamera depannya yang memiliki resolusi 8 MP juga dapat mengambil gambar dengan cukup baik. Noise yang ada juga cukup minim sehingga gambarnya bisa diandalkan. Namun, pengambilan gambar pada kondisi cahaya yang kurang terang juga akan mengurangi tingkat ketajamannya.
Untuk kamera makro, hasilnya memang kurang memuaskan, sama seperti realme 5 dan 5 Pro. Dengan hanya 2 MP, gambar yang diambil tidak akan tajam.
Pengujian
Pada harga satu jutaan saja, realme 5i dipasangkan SoC mainstream Snapdragon 665. Padahal pada rentang harga seperti ini, biasanya dikuasai oleh SoC seperti seri 400 atau 636. Namun, realme sepertinya ingin meningkatkan standar kelas entry level dengan prosesor Kryo 260.
SD 665 memang sudah lebih dari mumpuni untuk digunakan dalam bermain game serta bekerja. Untuk membandingkannya, saya pun menyertakan dua cip lainnya dari Snapdragon, yaitu SD 439 dan 730G untuk mengetahui seberapa besar kinerja dari perangkat yang satu ini.
Dengan hasil benchmark di atas, tentu saja membuat realme 5i cocok untuk digunakan bermain game. Sayangnya, karena suatu hal, saya tidak bisa merekam frame rate dari realme 5i saat bermain game. Namun, pengguna bisa bermain game kesukaan mereka dengan frame rate 60 fps dengan setting medium maupun tertinggi.
Uji Baterai dengan MP4
Pengujian kami kali ini menggunakan video MP4 yang dimainkan secara berulang-ulang. Videonya sendiri menggunakan resolusi 1920×1080 dengan codec H.264 dan berdurasi 120 menit. Pengujian berlangsung selama 19 jam 12 menit pada unit yang kami dapatkan.
Hal ini tentu saja dicapai berkat baterai besar dan resolusi layar yang kecil pada SoC Snapdragon 665. Sayangnya, karena menggunakan charger 10 watt, membuatnya akan terisi penuh dalam kurun waktu dua setengah sampai tiga jam.
Verdict
Too good to be true. Itulah yang pertama kali muncul di otak saya saat melihat harga dari realme 5i pada saat peluncurannya. Apakah kali ini para vendor berlomba-lomba untuk menghancurkan harga pasar satu jutaan? Mungkin. Hal tersebutlah yang dilakukan perusahaan asal Tiongkok ini pada realme 5i.
Dengan menggunakan Snapdragon 665, otomatis membuat realme 5i menjadi yang terkencang di kelas satu jutaan. Bahkan, bagi mereka yang tidak terlalu mementingkan kamera, realme 5i juga menjadi ancaman pada penjualan realme 5s. Kinerjanya yang kencang membuat realme 5i bisa diandalkan untuk bekerja mau pun hiburan.
Kamera yang dipasang pada realme 5i juga memiliki hasil yang baik. Kinerja kamera utama dan depan bisa diandalkan untuk kebutuhan pengambilan gambar sehari-hari. Namun, jangan terlalu berharap pada kamera makronya yang mengambil gambar kurang tajam.
Harga dari smartphone ini berkisar dari Rp. 1.799.000, Rp. 1.999.000, dan Rp. 2.299.000 tergantung dari RAM dan penyimpanan internalnya. Dengan harga tersebut, tentu saja sangat cocok untuk mereka yang ingin memiliki perangkat murah yang bisa memainkan game-game populer saat ini. Sepertinya, realme berhasil membuat standar baru pada perangkat Android di harga satu jutaan.
Sparks
Harga murah
Kinerja oke
Hasil kamera cukup baik
Responsif
Desain belakang membuat tidak licin
Baterai besar
Sensor sidik jari responsif
Pada dasarnya, ini Realme 5 dengan harga murah!
Slacks
Pengisian baterai cukup lama karena charger 10 watt
“Huuuaaaaa…”, itulah yang saya dengar pada saat sang Country Director Xiaomi Indonesia yang baru, Alvin Tse, mengumumkan harga dari salah satu smartphone terbaru mereka, Redmi Note 8. Xiaomi pada saat peluncurannya di tanggal 17 Oktober 2019 lalu memang mengejutkan para hadirin yang ada. Hal tersebut karena dengan spesifikasi tinggi, Xiaomi bisa menjual perangkat ini dengan harga di bawah dua juta rupiah! Xiaomi juga menjuluki Redmi Note 8 dengan sebutan Superstar!
Redmi Note 8 pun kali ini sudah hadir di meja pengujian tim Dailysocial. Saya pun langsung membuka dan melakukan sesi unboxing dari perangkat yang satu ini dan bisa Anda lihat pada tautan ini. Dan sesuai janji, perangkat Redmi Note 8 pun saya review kali ini.
Xiaomi Redmi Note 8 memiliki spesifikasi sebagai berikut
Hasil dari CPU-Z dan Sensor Box adalah sebagai berikut
Dari bagian prosesor, sepertinya kedua SoC menggunakan frekuensi yang sama. Pembedanya ada pada GPU yang digunakan. Selain itu Redmi Note 8 juga memiliki bobot yang tipis lebih berat dari seri 7nya. UI yang digunakan juga masih sama, keduanya menggunakan MIUI 10.
Unboxing
Seperti inilah isi dari paket penjualan Redmi Note 8
Desain
Desain dari Redmi Note 8 hampir tidak ada bedanya dengan Redmi Note 7. Pada bagian belakangnya diklaim oleh Xiaomi terbuat dari bahan kaca dengan Gorilla Glass 5. Desainnya sendiri dinamakan holografik S-Curve. Warna yang saya dapatkan adalah Space Black.
Resolusi layar yang dimiliki oleh Redmi Note 8 sama dengan Redmi Note 7, yaitu 2340×1080 yang memiliki rasio 19,5:9. Sama seperti badan belakangnya, Redmi Note 8 menggunakan layar dengan Gorilla Glass 5. GG5 sendiri sudah diklaim mampu bertahan terhadap benturan hingga 1 meter. Rasio layar berbanding badan dari Redmi Note 8 juga lebih besar dari Redmi Note 7, yaitu sebesar 90%.
Layar bagian depan dari Redmi Note 8 memiliki desain Dot Drop, yaitu poni kecil yang hanya memuat sebuah kamera dengan resolusi 13 MP. Hal ini tentu saja hanya menutupi sebagian kecil dari bar notifikasi pada Redmi Note 8. Akan tetapi, jika Anda tidak suka terhadap “notch“-nya, gunakan saja mode Dark Mode yang akan menghitamkan hampir semua layarnya dan membuat poni tidak terlihat.
Pada bagian belakang Redmi Note 8 dapat ditemukan empat buah kamera lengkap dengan LED Flash. Bagian ini cukup menonjol sehingga cukup merisaukan saat smartphone ditaruh di atas meja dan tergeser, membuat kaca lensa dapat baret, walau menggunakan kaca Sapphire. Oleh karenanya, gunakan saja back case transparan bawaannya sehingga dapat membuat bagian kameranya tidak menonjol. Selain itu juga ditemukan sensor sidik jari yang cukup kecil namun responsif.
Pada bagian kanannya dapat ditemukan tombol power untuk menyalakan dan mematikan perangkat serta tombol volume naik dan turun. Pada bagian kirinya dapat ditemukan slot SIM dan microSD (bukan hybrid). Di bagian atasnya terdapat microphone kedua dan sensor infra merah. Di bagian bawahnya dapat ditemukan port Audio 3.5mm, USB-C, speaker, dan microphone.
Sistem operasi yang digunakan oleh Redmi Note 8 adalah Android 9 Pie. Antar muka yang digunakan tentu saja buatan Xiaomi sendiri, yaitu MIUI versi 10. MIUI dari awal sudah meniadakan app drawer sehingga semua icon dan widget akan tergabung pada homescreen-nya.
Jaringan LTE
Xiaomi selalu mendukung kanal-kanal 4G LTE yang ada di Indonesia pada setiap smartphone mereka. Redmi Note 8 sendiri mendukung band 1(2100), 3(1800), 4(1700/2100), 5(850), 7(2600), 8(900), 20(800), 38(2600), dan 40(2300) yang digunakan oleh semua operator seluler di Indonesia. Redmi Note 8 menggunakan modem X12 dengan LTE Cat 12 yang mendukung 3 Carrier Aggregation dengan kecepatan download sampai dengan 600 Mbps.
Kamera
Pada saat peluncurannya, Xiaomi berbicara banyak mengenai kamera dari Redmi Note 8. Tentu saja, hal ini menjadi salah satu daya tarik seseorang pada saat membeli sebuah kamera. Xiaomi kembali menggunakan sensor Samsung ISOCELL GM1 pada Redmi Note 8 yang memiliki resolusi hingga 48 MP menggunakan teknologi Tetracell.
Kamera utamanya memang mampu menangkap detail yang baik pada saat cahaya yang ada cukup. Sayangnya, pada saat malam hari dan menggunakan mode malam, hasilnya malah kurang baik. Ada beberapa bayangan yang tidak seharusnya ada dan juga noise yang cukup tinggi pada bagian gelap. Semoga Xiaomi bisa membenahi mode malamnya pada firmware berikutnya.
Untuk hasil night mode adalah sebagai berikut
Kamera selfienya menggunakan Omnivision OV13855 PureCell dengan resolusi 13 MP. Hasil tangkapan kamera yang satu ini bisa dikatakan cukup baik dan mampu mengambil detail dengan cukup baik.
Lalu bagaimana dengan kamera makro yang memiliki resolusi 2 MP? Ternyata hasilnya tidak mengecewakan walaupun memiliki resolusi yang kecil. Kameranya mampu memproduksi warna yang cukup baik dan terlihat tidak pudar. Walaupun hasilnya tidak terlalu tajam, namun tidak banyak detail yang hilang pada kamera ini.
Pengujian
Xiaomi Redmi Note 8 menggunakan cip Snapdragon 665 yang merupakan kembaran dari Snapdragon 660 dengan sedikit peningkatan. Snapdragon 655 sendiri masih menggunakan Kryo 260 yang berbasis Cortex A73.
Dengan menggunakan SoC tersebut, kinerja bermain game sudah pasti tidak perlu diragukan lagi. Game yang kami coba pada perangkat ini adalah PUBG Mobile, LifeAfter, dan CoD Mobile. Sama seperti perangkat dengan layar yang lebar, pengguna masih harus menyesuaikan tombol yang ada karena secara default terletak dipinggir.
Dalam pengujian kali ini, saya membawa kembali SoC lama, SD 712 dan yang terbaru, SD 675. Tentu saja hal ini ditujukan untuk mengetahui seberapa baik SoC SD 665 dibandingkan kedua saudaranya tersebut
Uji Baterai
Pengujian kami kali ini menggunakan video MP4 yang dimainkan secara berulang-ulang. Videonya sendiri menggunakan resolusi 1920×1080 dengan codec H.264 dan berdurasi 120 menit. Kami tidak menggunakan BatteryXPRT karena algoritma penghemat baterai yang sangat ketat pada MIUI 10 ini.
Pengujian berlangsung selama 13 jam 20 menit pada unit yang kami dapatkan. Setelah baterai habis dan perangkat mati, kami langsung menguji pengisian baterainya. Dengan menggunakan charger bawaan, pengisiannya bisa memakan waktu sekitar dua setengah jam. Dengan menggunakan charger cepat, pengisiannya hanya memakan sekitar satu setengah jam saja.
Verdict
Akhirnya Xiaomi kembali menggetarkan pasar smartphone Indonesia dengan mengeluarkan Redmi Note 8. Bagaimana tidak, dengan spesifikasi yang cukup tinggi untuk sebuah smartphone mainstream, harganya masih masuk dalam perangkat entry level. Hal seperti inilah yang membuat Xiaomi menyebut Redme Note 8 Pro sebagai Superstar.
Kinerja yang dimiliki oleh smartphone ini dapat dibilang cukup kencang. Dengan Snapdragon 665, semua game yang ada di Google Play pun dapat dimainkan dengan baik, walaupun tidak semua bisa dimainkan dengan seting tertinggi. Selain itu, perangkat ini juga nyaman digunakan untuk melakukan editing gambar maupun video.
Kamera juga menjadi andalan dari perangkat yang satu ini. Kinerjanya mirip dengan sang pendahulu, Redmi Note 7. Sayang memang, mode malamnya masih kurang apik dalam mengambil gambar dengan tingkat lux rendah. Walaupun begitu, kamera lainnya masih cukup baik untuk digunakan dalam kegiatan sehari-hari.
Xiaomi menjual dengan harga Rp. 1.999.000 untuk 3/32GB, Rp. 2.199.000 untuk 4/64GB dan Rp. 2.799.000 untuk 6/128 GB. Untuk penjualan offline, harganya hanya terpaut lebih mahal Rp. 100.000 saja. Dengan harga seperti itu, membuat banyak perangkat pada level harga yang sama menjadi kurang menarik untuk dimiliki. Dan Xiaomi pun kali ini kembali menghancurkan harga pasar smartphone di Indonesia.
Yuk, kita lihat bagaimana perang harga pasar smartphone di Indonesia setelah Redmi Note 8 hadir. 😀
Sparks
Kinerja kencang
Hasil kamera utama, depan, dan makro baik
Responsif
Harga murah
Daya tahan baterai yang baik
Slacks
Night Mode butuh perbaikan
Tidak disertai dengan charger cepat, padahal mendukung Quick Charge 3.0