Tag Archives: social media platform

Ariestyo Reza (CEO), Danny Sudarsono (COO), dan Vivian Secakusuma (CSO) adalah founder dibalik berdirinya platform media sosial khusus investasi Oval

Mengenal Oval, Platform Media Sosial Khusus Perbincangan Seputar Investasi

Efek domino yang terlihat dari meningkatnya jumlah investor baru selama pandemi adalah kebutuhan meng-upgrade diri dalam mengakses konten-konten finansial. Sumber informasi tersebut dapat diperoleh dengan cara gratis dan juga berbayar. Akan tetapi, perjuangan untuk memperolehnya terpencar di berbagai sumber. Siapa sangka ternyata pengalaman berinvestasi itu ternyata sesunyi ini, terutama bagi investor pemula.

Permasalahan tersebut menjadi cikal bakal berdirinya Oval, platform media sosial khusus investasi. Ide startup ini muncul dari tiga orang, yakni Ariestyo Reza (CEO), Danny Sudarsono (COO), dan Vivian Secakusuma (CSO). Ketiganya adalah rekan kerja dengan latar belakang yang saling mendukung satu sama lain di lintas industri finansial hingga berhasil meluncurkan Oval.

Ariestyo punya pengalaman kuat di bidang finansial, lewat bekerja di London Stock Exchange, VC asal Singapura, MUFG, dan lulusan London Business School. Sementara Danny pernah menjadi co-founder untuk aplikasi manajemen keuangan personal, dan Vivian sebelumnya menjabat sebagai pimpinan tertinggi di BNP Paribas.

Problem-nya sendiri kita temukan saat maraknya pertumbuhan investor sejak pandemi. Lalu, kita lihat experience berinvestasi selama ini lonely experience. Orang pasti pergi mencari komunitas yang sesuai minat mereka tapi belum ada satu wadah untuk mereka,” ucap Ariestyo kepada DailySocial.id.

Riset tentang komunitas

Mengutip dari survei yang dilakukan Tokenomy dan Indodax di 2021, ditemukan bahwa kehadiran komunitas yang berisi kelompok investor tertentu penting karena membantu mereka memahami kelancaran teknis. Sebab, nantinya dapat membentuk cara mereka mengambil keputusan investasi dan membantu adopsi teknologi baru di masa depan.

Dalam survei juga ditemukan bahwa satu dari tiap tiga responden menyatakan tidak terbiasa dengan konsep di balik blockchain. Secara rata-rata para investor Indonesia adalah bagian dari satu hingga tiga komunitas online yang berbeda (Telegram, grup Facebook) — komunitas ini digunakan untuk kampanye pemasaran terpadu dan tujuan pendidikan.

Laporan lain yang disusun oleh YouGov bertajuk The Power of Virtual Communities 2021, memperlihatkan bahwa semakin banyak orang di seluruh dunia yang menemukan makna dan rasa memiliki terutama dalam kelompok online. Dalam survei tersebut, sekitar 1.000 responden di masing-masing dari 15 negara ditanya apakah kelompok terpenting yang mereka ikuti berada di channel online, offline, atau keduanya.

Hasilnya, sebanyak 11 dari 15 negara menyatakan proporsi terbesar kelompok terpenting bagi mereka adalah channel online. Dari 11 negara tersebut, tiga negara di antaranya memegang proporsinya sebesar 50%. Mereka adalah Brazil, Maroko, dan Meksiko. Indonesia sendiri masuk dalam kelompok responden yang mayoritas memilih kanal online sebanyak 49,28%. Lalu disusul campuran (online-offline) sebanyak 32,57%, dan offline saja (18,15%).

Selanjutnya, temuan survei lain menunjukkan bahwa kelompok online yang paling banyak menghasilkan rasa memiliki terbesar adalah, berlawanan dengan intuisi, kelompok yang memiliki ikatan dengan komunitas dan kota lokal. Sebanyak 38% responden menominasikan kategori kelompok tersebut sebagai menghasilkan “cukup banyak atau banyak rasa memiliki”, sementara hanya 12% responden menominasikan kelompok global.

Hal lainnya yang cukup menarik, mereka mengungkapkan kelompok online yang diikuti memiliki seorang pemimpin yang kuat dan inklusif. Ada tiga sifat paling penting dalam diri seorang pemimpin, ialah menerima perbedaan pendapat di antara anggota, terlihat dan berkomunikasi dengan baik, dan bertindak secara etis setiap waktu.

Solusi Oval

Berdasarkan hasil temuan di atas, membentuk konsep Oval yang sangat mengedepankan unsur komunitas. Ariestyo menuturkan, Oval menyediakan platform media sosial untuk memfasilitasi pembelajaran dan berinteraksi antara investor dengan para ahli dan pemengaruh finansial (key opinion leader/KOL) terverifikasi dalam satu grup.

Selayaknya platform media sosial, Oval terbuka untuk untuk membahas semua jenis produk investasi, baik paper asset maupun physical asset, demi meningkatkan literasi dan jumlah investor di Indonesia. Terdapat 10 kelas aset yang dapat dibahas antar pengguna, mulai dari saham, reksa dana, emas, properti, FX, dan mata uang kripto.

Pengguna dapat mengunggah tulisan, menaruh link, dan saling berkomentar dengan sesama pengguna. Tersedia OvalSeleb yang merupakan ahli atau market enthusiast di bidangnya untuk menyajikan konten-konten berkualitas. OvalSeleb adalah akun-akun inspiratif yang siap membimbing investor pemula dalam memulai dan mengembangkan perjalanan investasi, sekaligus jadi teman berbagi.

Fitur lainnya yang tersedia adalah OvalGrup. Ini adalah komunitas yang dipimpin oleh ahli finansial dan KOL untuk mengedukasi dan mengajak berdiskusi para investor seputar dunia investasi. Melalui fitur ini, pengguna dapat mengakses konten eksklusif berupa artikel, diskusi, dan edukasi secara mudah dari OvalSeleb yang tidak bisa diakses di platform lain.

Untuk menjamin kualitas dan kredibilitas, OvalGrup memanfaatkan basis berlangganan. Masa berlangganan konten eksklusif dari OvalSeleb tidak bersifat mengikat dan akan diperbaharui setiap bulannya.

Akan tetapi, sebelum para ahli memiliki akun, tim Oval akan menyeleksi kredibilitas mereka di industri finansial. Jadi, bisa dipastikan mereka yang punya akun resmi di Oval sudah terbukti kiprahnya di industri, tidak sebatas tenar di platform media sosial pada umumnya saja.

Nilai tambah yang ditawarkan Oval ini pada dasarnya untuk menyatukan semua ahli finansial dan investor pemula dalam satu platform. Selama ini, untuk berkomunikasi dengan anggota/pengikut harus berpindah-pindah platform. Misalnya, memanfaatkan Telegram untuk diskusi, lalu Instagram/Twitter agar visibilitas lebih mudah ditemukan, dan memanfaatkan Zoom saat mengadakan webinar. Pengalaman tersebut begitu panjang dan tidak efisien.

“Para KOL ini bisa mengelola grup dan komunitasnya sendiri. Mereka bisa kasih info investasi yang real time, baik itu dari saham, emas atau kripto. Di sini kami menerapkan platform fee sebesar 5%-10%. Dari riset kami, interaksi di grup premium ini sebesar 50% punya e-book, kelas webinar, yang harganya mulai dari Rp25 ribu-Rp2,5 juta. Ini jadi potensi buat kami jembatani.”

Konsep yang ditawarkan Oval, menurut Ariestyo, diklaim menciptakan kategori baru dalam media sosial bahwa terdapat media sosial yang menggabungkan manajemen konten berbayar. Dengan demikian, para kreator dapat leluasa unggah konten yang berkualitas, yang secara prinsip dapat menjadi keberlanjutan. Bahkan di pasar global pun, belum ada yang sama persis seperti Oval. “Mungkin bisa dibilang kami ini Public.com x Patreon, tapi kami sesuaikan dengan segmen di Indonesia khusus investasi dan finansial.”

Ariestyo melanjutkan, “Hal unik lainnya yang kami gunakan adalah pendekatan gamification. Ada daily challenge Earn & Learn untuk pengguna ikuti dan dapat mengumpulkan OvalCoins yang dapat ditukar dengan berbagai hadiah. Ini yang akan kami kembangkan lebih lanjut karena berhasil dorong orang untuk menggunakan Oval.”

Rencana berikutnya

Sejak aplikasi Oval membuka daftar tunggu (waiting list) pada awal tahun ini selama sebulan, diklaim telah menghimpun 14 ribu orang yang mendaftar. Kemudian, aplikasi dirilis resmi pada 23 Maret 2022 berhasil menghimpun 1000 orang dalam kurun waktu tiga hari. Jumlah KOL yang bergabung mencapai puluhan yang terdiri dari perseorangan dan perusahaan.

Pencapaian tersebut akan terus digenjot perusahaan karena Oval sendiri berambisi menjadi jaringan media sosial investasi terbesar di Indonesia. Mimpi ini akan dicapai dengan melakukan penetrasi komunitas investasi yang gencar ke seluruh Indonesia dan sejauh ini masih terfragmentasi di berbagai platform untuk convert ke satu aplikasi di Oval. Langkah ini juga akan didukung dengan penggalangan pendanaan yang rencananya akan digelar segera.

Disebutkan bahwa Oval telah menerima pendanaan dengan nominal dan identitas investor yang dirahasiakan. Namun, Ariestyo menyebut ada beberapa angel investor yang menyuntik Oval pada pertengahan 2020, saat Oval masih berupa ide awal. Tim Oval sendiri kini berjumlah 30 orang. “Nantinya kami akan gunakan dananya untuk support growth Oval selama 12 bulan ke depan, rekrut talenta, dan merilis fitur baru yang masih berkisar soal media sosial,” pungkasnya.

Application Information Will Show Up Here

Akuisisi Migme oleh Solaris Power Cells Masih Tunggu Pemenuhan Kewajiban

Di akhir Apri lalu, Solaris Power Cells (selanjutnya disebut Solaris), sebuah perusahaan media digital yang berbasis di Amerika Serikat, telah mengumumkan rencana akuisisi terhadap Migme Ltd, perusahaan media digital yang sempat populer di Indonesia. Akuisisi ini diharapkan selesai di bulan Juni, namun berdasarkan Form 8K Solaris ke SEC, per akhir Juni kemarin proses akuisisi ini belum sepenuhnya ditutup.

Menurut laporan tersebut, penutupan transaksi harus memenuhi butir-butir kesepakatan ini:

1. Migme obtaining shareholder approval in accordance with all applicable requirements of the Australian Securities Exchange, which is Australia’s primary securities exchange for public companies, and on which Migme is listed.
2. Migme and PGI [Project Goth Inc] raising at least One Million Five Hundred Thousand Dollars in exchange for convertible loans (the “Convertible Loans”) on terms acceptable to Migme and the Company, from investors (the “Convertible Loan Financiers”) who will be required to convert all such Convertible Loans into a pro rata amount of the Acquisition Shares.
3. All inter-company debt owed to Migme by its subsidiaries are to be converted into additional shares in those subsidiaries.
4. The Company must be current in its SEC reporting obligations.
5. Additional customary closing conditions.

Migme disebutkan setidaknya belum memenuhi poin (2) dan (4). Meskipun demikian disebutkan dalam laporan tersebut disebutkan Solaris dan Migme berkomitmen dalam transaksi penjualan ini, termasuk memenuhi persyaratan yang diajukan.

Migme menjual bisnisnya ke Solaris setelah mengalami kesulitan pembiayaan, meskipun mengklaim memiliki lebih dari 30 juta pengguna aktif bulanan di platformnya. Kepada Tech in Asia, CEO Migme Steven Goh menyalahkan iklim investasi di Australia yang tidak lagi ramah ke industri teknologi dan kembali ke sektor pertambangan sebagai biang kesulitan ini.

Berdasarkan rilis persnya, disebutkan Solaris mengakuisisi semua properti digital Migme (dan hak IP-nya), termasuk Project Goth Inc yang membawahi layanan dating LoveByte, komunitas manajemen artis alivenotdead, layanan berita sosial Hipwee, dan layanan e-commerce Shopdeca dan Sold.

Goh berharap proposal penjualan layanan ini ke perusahaan Amerika Serikat akan membantu Migme mendapatkan valuasi yang lebih adil dari perusahaan yang benar-benar mengerti teknologi. Tidak disebutkan apakah Goh bakal tetap mempertahankan posisinya sebagai CEO pasca akuisisi.

Solaris sebelumnya mengakuisisi platform publikasi konten digital PixelMags dan berharap rencananya terhadap Migme bakal mendukung kesuksesan perusahaan di masa mendatang.

Application Information Will Show Up Here