Tag Archives: solar cell

Hyundai Sonata Hybrid Baru Kini Dibekali Panel Surya

Di salah satu episode Top Gear beberapa tahun silam, presenter Jeremy Clarkson sempat mengkritik mobil sport Tesla Roadster generasi pertama. Menurutnya, meski kendaraan menggunakan mesin elektrik, tetap saja tenaga untuk memasok baterai dihasilkan lewat metode-metode yang kadang kurang ramah lingkungan. Ia berargumen: bayangkan berapa lama waktu yang dihabiskan buat mengisi baterai mobil jika cuma berbekal kincir angin.

Terkait hal ini, Hyundai menemukan solusi ‘bebas polusi’ yang bisa membantu mengisi baterai dengan memanfaatkan sumber tenaga terbesar di Bumi: sinar matahari. Tak lama lagi, sang perusahaan otomotif asal Korea Selatan itu akan membekali varian terkini mobil sedan Sonata Hybrid bersama atap berpanel surya. Seperti yang pastinya telah Anda pahami, unit solar roof berfungsi untuk mengubah cahaya matahari menjadi listrik, dan selanjutnya digunakan buat menyuplai baterai mobil.

Teknologi panel surya punya Hyundai dijanjikan mampu mengisi baterai antara 30 sampai 60 persen dalam waktu enam jam. Kehadirannya cukup esensial di kendaraan hybrid seperti Sonata karena varian ini mempunyai kapasitas baterai yang lebih kecil dibanding mobil elektrik tulen. Unit solar roof kabarnya bisa beroperasi baik saat Sonata Hybrid tengah digunakan maupun ketika sedang diparkirkan. Berdasarkan perhitungan Hyundai, eksistensi panel surya diperkirakan mampu menambah daya tempuh kendaraan sebesar 1.300-kilometer dalam setahun.

Hyundai Sonata Hybrid

Solar roof rencananya akan diimplementasikan di varian New Sonata Hybrid, tetapi belum diketahui apakah unit-unit Sonata anyar yang dijadwalkan buat meluncur di kawasan Amerika Utara pada bulan Oktober 2019 nanti telah dilengkapi panel surya atau belum. Sonata sendiri disiapkan sebagai pesaing Honda Accord dan Toyota Camry. Awalnya, lewat varian ini Hyundai mencoba mengedepankan faktor keterjangkauan harga, namun pelan-pelan arahan tersebut mengalami perubahan.

Sonata Hybrid tentu saja bukanlah kendaraan pertama yang menggunakan solar cell. Teknologi serupa sudah dijumpai di mobil hybrid mewah Karma Revero, serta menjadi tema eksperimen Toyota terhadap Prius. Memanfaatkan sinar matahari untuk mengisi tenaga kendaraan (dan bukan sekadar membuat bagian interior mobil jadi panas) ialah hal brilian, apalagi bagi kita yang tinggal di negara beriklim panas.

Meski demikian, teknologi panel surya masih tetap menyimpan sejumlah masalah. Misalnya: ongkos penyediaannya tidak murah dan kehadirannya menambah bobot mobil. Selain itu, belum ada standar pasti keefektifan solar roof dalam men-charge baterai. Agar bisa bekerja maksimal, panel harus diarahkan secara tepat ke matahari, dan itu berarti sulit bagi kita untuk menemui kondisi pengisian teroptimal.

Via DigitalTrends.

Ilmuwan Ciptakan Sel Surya Tertipis yang Bisa Ditempelkan di Atas Gelembung

Gelar yang dipegang Massachusetts Institute of Technology (MIT) sebagai salah satu universitas teknologi terbaik sejagat sudah tidak perlu diragukan lagi. Berkali-kali mahasiswa maupun dosen yang mengajar di sana berhasil menciptakan inovasi teknologi yang sebelumnya tak pernah terbayangkan. Karya para ilmuwan MIT yang terbaru adalah sel surya yang diyakini tertipis di dunia saat ini.

Begitu tipisnya sel surya ini, para penciptanya berhasil menempelkannya di atas sebuah gelembung sabun tanpa memecahkannya. Dengan demikian, pada dasarnya sel surya ini bisa ditempatkan di permukaan apa saja. Karakternya yang ringan sekaligus fleksibel membuka potensi pengaplikasiannya menjadi sangat luas.

Kunci dari panel surya berukuran mikro ini adalah teknik pembentukan substrat beserta lapisan pelindung yang menjaganya dari ‘serangan’ debu ataupun material lain di alam yang berpotensi menurunkan performanya. Pada tahap awal eksperimennya, tim ilmuwan menggunakan bahan polimer fleksibel bernama parylene sebagai substratnya, sedangkan lapisan pelindungnya mengandalkan material organik bernama DBP (Dibutyl Phthalate).

Parylene selama ini sudah cukup umum digunakan untuk melindungi peralatan biomedis maupun papan elektronik dari kerusakan yang disebabkan oleh alam. Namun yang menarik adalah teknik pembuatan sel surya ini. Dalam laporannya dijelaskan bahwa sel surya beserta substratnya bisa ditanamkan langsung di atas berbagai material, mulai dari kain sampai kertas.

Sel surya tertipis buatan MIT

Dari segi efisiensi, sel surya ini memang masih belum sebanding yang sudah ada sekarang. Akan tetapi rasio tenaga-beratnya sangat tinggi. Kalau panel surya biasa umumnya bisa menghasilkan output daya listrik sebesar 15 watt per kilogram bobotnya, sel surya buatan MIT ini bisa menghasilkan 6 watt per gram – sekitar 400 kali lipat lebih banyak.

MIT mengakui bahwa komersialisasi sel surya super-tipis ini masih membutuhkan waktu beberapa tahun. Namun ke depannya sel surya ini bisa diaplikasikan ke sejumlah objek sehari-hari, termasuk halnya pakaian atau buku tulis, dan kita sebagai pengguna mungkin tidak menyadari keberadaannya.

Kalau mau berimajinasi lebih jauh lagi, mungkin saja nantinya sel surya ini bisa ditanamkan ke dalam frame aluminium milik smartphone. Jadi selagi kita memakai perangkat di bawah terik matahari, baterainya akan terisi sebagian. Semoga saja ini bisa terkabulkan.

Sumber: SlashGear.

Action Cam Activeon Solar X Rekam Video 4K Sembari Ditenagai Sinar Matahari

Penggunaan action camera hampir selalu dikaitkan dengan olahraga outdoor. Kategori produk yang dipionirkan oleh GoPro ini kian merakyat, namun bahkan model paling canggih sekalipun mempunyai satu kelemahan besar: keterbatasan baterai. Menariknya, tim Activeon menemukan solusi cerdas atas kendala tersebut dan mengintegrasikannya ke produk mereka.

Hasilnya adalah sebuah device super-unik. Activeon memperkenalkan Solar X, action camera berkemampuan merekam video 4K yang dapat mengambil tenaga dari sinar matahari. Premisnya memang menjanjikan, tapi penggunaan tenaga surya tentu akan memicu pertayaan mengenai apakah seberapa efektifkah metode ini. Menurut developer, desain Solar X memastikannya fungsional dan fleksibel.

Activeon Solar X memiliki penampilan yang cukup normal. Tubuhnya berbentuk balok mungil berwarna hitam. Ada modul lensa di sisi depan, dan layar sentuh build-in seluas 2-inci di baliknya. Dipadu UI, pengguna bisa mengakses segala fungsi kamera. Ia dibekali Wi-Fi sehingga Anda dapat menyambungkannya ke perangkat iOS atau Android. Konten juga bisa diunggah ke layanan Activeon Cloud.

Activeon Solar X

Komponen yang membuat Solar X berbeda ialah casing X Station. Ia berperan sebagai unit charging serta ekstra baterai, memiliki sepasang solar cell di kedua sisinya. Untuk mulai mengisi ulang, kita tinggal membuka panel. X Station turut ditopang teknologi Burst Speed Charging. Dengannya, baterai Solar X dapat terisi 70 persen cuma dalam waktu setengah jam (butuh satu jam supaya penuh).

Pertanyaannya, apakah Burst Speed Charging turut diimplementasikan pada metode isi ulang dari solar cell, atau hanya tersedia saat Anda melakukan charging dari kabel? Solar X menyimpan baterai berkapasitas 1.100mAh, menjaganya tetap aktif selama dua jam, ditambah empat jam lagi di X Station.

Activeon Solar X 02

Solar X memanfaatkan sensor CMOS 16-megapixel, dipadu lensa ultra-wide angle 7-element f/2.4 ‘berpresisi tinggi’. Tersedia kemampuan perekaman 4K 2160p di 15fps dan fitur burst shot. Action cam ini didukung digital image stabilization, bermacam-macam filter/efek warna, serta keleluasaan setting (dari mulai ISO, white balance, sampai exposure). Live view juga dapat diakses lewat app smartphone.

Activeon berencana menghadirkan Solar X ke pasar pada bulan Maret 2016 nanti. Kamera action ini akan kompatibel ke hampir 40 tipe aksesori dari sang produsen; termasuk delapan jenis mounting, tujuh grip, selfie stick, strap, kacamata renang, serta remote Wi-Fi. Solar X ditawarkan seharga US$ 450.

Sumber: Activeon & Business Wire. Header: Engadget.

Pesawat Mainan Volta Flyer Cuma Butuh Sinar Matahari Untuk Terbang Berjam-Jam

Berkat mengusung konsep kesederhanaan serta kepraktisan dalam proses desain, kini muncullah berbagai macam drone dan mainan pesawat terbang ekonomis yang bisa dinikmati semua orang. Gagasan tersebut turut dipakai oleh tim ToyLabs demi mengerjakan karya terbaru mereka: sebuah perangkat unik, diramu sebagai medium edukasi buat anak-anak, orang tua dan juga para pengajar.

Anda mungkin sudah tidak asing lagi dengan drone terkecil di dunia, atau modul yang dapat mengubah pesawat kertas jadi drone. Meski ranah drone begitu menggoda, tim developer dari San Carlos itu tidak berupaya ikut-ikutan melangkah ke sana. Mereka memperkenalkan Volta Flyer, yaitu sebuah proyek sains untuk siswa-siswi berupa mainan pesawat terbang DIY bertenaga matahari pertama di dunia.

Premis Volta Flyer sangat unik. Ia benar-benar cuma memanfaatkan sinar matahari melalui lapisan solar (photovoltaic) cell tanpa didukung baterai, dan sanggup terbang selama berjam-jam. Kit do-it-yourself-nya terdiri dari bagian-bagian yang mudah dirakit, tidak memerlukan alat potong dan lem, pengerjaannya diklaim hanya menghabiskan waktu kurang dari 20 menit. Ia dirancang untuk mengajarkan dasar teknik mesin, ilmu penerbangan, elektronik dan pemanfaatan sumber daya renewable.

Volta Flyer 02

Volta Flyer memiliki lapisan film tipis nan fleksibel (0,025mm) berbahan silikon di sisi atas. Material tubuhnya super-ringan dan ramah lingkungan. Komponen elektronik ditanamkan sedemikian rupa tanpa memberi dampak pada kapabilitas terbang, dan tentu saja ia dilengkapi sepasang sayap serta vertical stabilizer. Sistem pendorong sendiri menggunakan sebuah baling-baling di belakang. Rancangan ini memungkinkan Volta Flyer untuk memaksimalkan pasokan energi matahari, memastikannya melayang dalam waktu yang lama.

Cara mengoperasikannya sangat mudah. Pertama, sudah pasti Anda harus merakitnya terlebih dulu. Setelah itu, cukup arahkan solar panel ke matahari selama 90 detik. Untuk memberikan energi ekstra, tinggal bantu dorong baling-baling dengan jari. Kemudian, luncurkan Volta Flyer layaknya menerbangkan pesawat kertas. Flyer dapat dikonfigurasi supaya melesat di pola lingkaran berbeda.

Sebelum Volta Flyer dikembangkan dan dipresentasikan via platform crowdfunding Kickstarter, ToyLabs melakukan debut perdana mereka lewat Volta Racer – mainan mobil balap bertenaga matahari, sempat memenangkan penghargaan Good Design Award.

Sayang sekali, buat sekarang Volta Flyer baru bisa dipesan oleh konsumen di Amerika Serikat. Khusus para backer, satu paketnya dibanderol dengan harga US$ 40.

Mengorbit Bumi, Konsep Space Solar Power System Pancarkan Energi Lewat Gelombang Mikro

Kita semua tahu bahwa kelemahan utama panel surya adalah sistem ini tidak berfungsi di malam hari. Berbeda dari pembangkit listrik tenaga air, angin atau lainnya, efektivitas panel surya mau tak mau harus dibatasi oleh waktu. Continue reading Mengorbit Bumi, Konsep Space Solar Power System Pancarkan Energi Lewat Gelombang Mikro

SolaRoad Adalah Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang Menyamar Sebagai Jalanan

Jalanan yang bisa menghasilkan energi listrik, bukankah ini impian setiap daerah? Kita memang sudah punya pembangkit listrik tenaga air, angin atau matahari, dan ketiganya mengandalkan sumber yang terbaharukan. Namun yang kerap dipermasalahkan adalah begitu luasnya lahan yang diperlukan untuk mendirikan ketiga sistem pembangkit listrik tersebut. Continue reading SolaRoad Adalah Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang Menyamar Sebagai Jalanan

Pesawat Solar Impulse 2 Kelilingi Dunia Cuma Berbekal Tenaga Matahari

Anda penasaran mengapa harga tiket pesawat sangat mahal? Begini, pesawat komersil seperti Boeing 747 menghabiskan empat liter bahan bakar dalam satu detik. Artinya, jika perjalanan udara menghabiskan 10 jam, maka 747 telah membakar 150.000 liter. Tapi bayangkan revolusi besar yang terjadi seandainya kapal terbang bisa ditenagai cahaya matahari… Continue reading Pesawat Solar Impulse 2 Kelilingi Dunia Cuma Berbekal Tenaga Matahari