Tag Archives: Solihin Betas

Raiz Invest Aims for Millennials with “Easy Investment” Strategy

Few months after being introduced, PT Raiz Invest Indonesia officially launched their micro-investment service in Indonesia. A web-based platform to tighten its position in the market, including a partnership with PT CIMB Niaga Tbk as a payment option.

Raiz Invest‘s CEO, Melinda Wiria said, their company always aims for millennials, considering the great potential, one-third of the total population or equivalent to 80 million people.

“Millennials have barriers to invest. Aside from the perplexing process, it costs much. We’re here to assist for easy investment and fast track. We can invest without changing lifestyle.”

Currently, Raiz Invest offers three services, Recurring Investment or investment using auto-debit installment, Lump Sum or direct investment at a certain value, and Round-up or investment collected from the transaction change.

In terms of Round-up, every transaction amount will be rounded up to Rp10,000 and collected as an investment, directed to Raiz app.

Raiz Invest’s CMO Fahmi Arya said the collaboration wouldn’t stop at CIMB Niaga. He currently exploring partnerships with two e-money providers.

“Currently the cross-bank transfer still run conventionally or cost an additional fee. Using CIMB Niaga, the small-amount transaction, for example, Rp10,000 won’t be charged. This is what we meant by online investment should be built within a closed ecosystem,” Arya said.

In addition, he also said the company plans to develop a community portal to connect investors with related parties in the investment industry. It’s to accelerate financial inclusion for investors and newcomers.

Raiz Invest, previously Acorns, is an Australian-based fintech company. Post IPO last year, they expand the business to Indonesia. The company aims for 40 thousand users by the end of this year.

Fintech should support first-time investors

Head of Indonesian Investment Advisory Association (IAA), Ari Adil said the fintech era is very important for the rise of some first-time investors in Indonesia. They’re said to be a part of Indonesian Mutual Fund Dealer Association (MFDA).

“In Indonesia, the financial index is the lowest. It’s different with Banking’s high index. It explains that investment literacy rate is very low in Indonesia. Therefore, fintech is very important for user acquisition,” he said on the same occasion.

OJK’s Head of Investment Management Policies Development, Solihin Betas also mentioned the investor rate is increasing since the rise of online investment for the past few years.

“Previously [before online investment], we aim for 5 million investors but failed. Nowadays, the number is increasing, at least 300 thousand new investors appear every day,” he said.

Betas added, to date Indonesian central securities depository (CSD) listed 1,8 million investors in Indonesia. Based on the current achievement, the 2 million-investors target should be achieved by the end of this year.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Aplikasi Investasi Raiz Invest

Raiz Invest Bidik Pasar Milenial dengan Strategi “Investasi Receh”

Setelah diperkenalkan beberapa bulan lalu, PT Raiz Invest Indonesia resmi meluncurkan aplikasi investasi mikronya di Indonesia. Berbasis web, platform tersebut dihadirkan untuk memperkuat posisinya di pasar, termasuk dengan menggandeng PT CIMB Niaga Tbk sebagai mitra pembayaran.

CEO Raiz Invest Melinda Wiria mengungkapkan, sejak awal perusahaan membidik segmen milenial yang pasarnya dinilai sangat potensial, yakni sepertiga dari total populasi atau sekitar 80 juta jiwa.

“Ada barrier mengapa milenial belum mau investasi. Selain proses rumit, investasinya dalam jumlah besar. Kami hadir untuk mengajarkan investasi dalam jumlah receh dan proses cepat. Kita bisa investasi mudah tanpa mengubah gaya hidup,” tuturnya di peluncuran aplikasi Raiz Invest di Jakarta.

Saat ini, Raiz Invest menawarkan tiga portfolio layanan, yakni Recurring Investment atau investasi dengan metode cicilan lewat auto debet, Lump Sum Investment atau investasi langsung dalam jumlah tertentu, dan Round-up atau investasi yang dikumpulkan dari setiap selisih nilai transaksi.

Terkait Round-up, setiap transaksi pembelian yang dilakukan pengguna akan dibulatkan. Pembulatan ini akan dikumpulkan hingga mencapai Rp10.000, kemudian akan dimasukkan sebagai investasi, dan langsung terhubung ke aplikasi Raiz.

CMO Raiz Invest Fahmi Arya mengungkap bahwa kemitraannya tidak akan berhenti pada CIMB Niaga saja. Fahmi menyebut sedang menjajaki kerja sama dengan dua penyedia e-money.

“Selama ini transfer antar-bank masih konvensional atau dikenakan biaya. Dengan CIMB Niaga, pembelian dalam jumlah kecil, misalnya Rp10.000, tidak dikenakan biaya. Ini yang kita kejar bahwa bisnis investasi online perlu dibangun dengan ekosistem tertutup,” ujar Fahmi.

Selain itu, lanjut Fahmi, perusahaan juga berencana untuk mengembangkan portal komunitas untuk mempertemukan investor dengan pihak-pihak yang terlibat dalam industri investasi. Tujuannya tak lain untuk mendorong inklusi keuangan bagi investor dan pemula.

Raiz Invest, sebelumnya Acorns, merupakan perusahaan fintech asal Australia. Pasca-IPO pada tahun lalu, perusahaan memperluas pasarnya hingga ke Indonesia. Perusahaan membidik 40 ribu pengguna hingga akhir tahun ini.

Fintech berperan dongkrak investor pemula

Ketua Asosiasi Penasihat Investasi Indonesia (APII) Ari Adil mengungkap bahwa keberadaan perusahaan fintech sangat berperan mendongkrak jumlah investor pemula di Indonesia. Diketahui, APII juga menjadi bagian dari Asosiasi Penjual Reksa Dana Indonesia (APRDI).

“Di Indonesia, indeks keuangan itu paling kecil. Berbeda dengan indeks perbankan yang tertinggi. Artinya, literasi soal investasi di Indonesia sangat rendah. Makanya, fintech sangat berperan dalam menjangkau masyarakat,” paparnya pada kesempatan sama.

Sementara Kepala Bag. Pengembangan Kebijakan Pengelolaan Investasi OJK Solihin Betas juga mengakui bahwa perkembangan investor mulai meningkat sejak kemunculan pemain investasi online dalam beberapa tahun belakangan.

“Dulu [sebelum ada pelaku investasi online], kami bidik 5 juta investor baru, tapi gagal. Sekarang jumlahnya meningkat, setidaknya setiap hari ada 300 ribu investor baru,” ungkapnya.

Solihin menambahkan, hingga saat ini data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat sudah ada 1,8 juta investor di Indonesia. Dengan pencapaian saat ini, ujarnya, target 2 juta investor di akhir tahun bisa terealisasi.