Tag Archives: Solusi Desa Broadband Terpadu

Daftar Startup Terpilih dalam Program Solusi Desa Broadband Terpadu

Setelah melalui tahap penjurian yang ketat, dari total 238 ide yang berhasil disubmisikan pada kompetisi Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT), telah terpilih 30 ide terbaik yang berhak mengikuti rangkaian acara lanjutan dari program SDBT.

Tim juri yang melakukan seleksi merupakan para ahli di bidang Total Solution, Application Ecosystem, Rural Expert, Application Architecture, Fisheries Expert, Agriculture Expert dan ICT Community Engagement. Adapun kriteria penjurian didasarkan pada latar belakang masalah, keseuaian dan rencana implementasi.

Berikut ini adalah daftar 30 ide terpilih beserta kategorinya:

No Nama Startup Kategori
1 8 Village, Nelayan Nelayan
2 AngsuCorp Nelayan
3 e-Fishery Nelayan
4 ePustaka/ Mfish Nelayan
5 JukuTech Sahabat Pulau Nelayan
6 Senusa ID Nelayan
7 SINGA LAUT Nelayan
8 Smart Fisherman Nelayan
9 Smart-Fhisery Nelayan
10 Hukaku (Hutanku Kantorku) Pedalaman
11 Nusantara Beta Studio Pedalaman
12 Postmo-care Pedalaman
13 SES Pedalaman
14 SOS DESAKU Pedalaman
15 X-Igent Pedalaman
16 8 Village, Petani Petani
17 BISO Petani
18 E-TaniPintar Petani
19 iGrow Petani
20 iKiosk Petani
21 Jejaringnet Petani
22 KulDesaK Petani
23 Layer Farm Petani
24 Lelanik.tk Petani
25 MyAgri Mobile Learning for Farming Petani
26 Panen.id Petani
27 Second Vision Corp Petani
28 SILAT MEDAN IT Petani
29 Situbondo Smart Petani
30 SmartVillage Petani

Selanjutnya peserta akan diikutsertakan ke dalam workshop dan menyempurnakan ide yang telah didefinisikan sebelumnya. Peserta diberikan waktu satu minggu untuk menyempurnakan ide dan mengembangkan aplikasi SDBT, yakni pada tanggal 23 – 25 Juni 2016. Selanjutnya pada 26 Juni – 9 Juli 2016, peserta akan diundang untuk mengikuti sesi bootcamp, mengembangkan prototipe aplikasi yang akan diimplementasikan.

Seperti yang sudah diumumkan sebelumnya, bahwa semua aplikasi terpilih nantinya akan mengimplementasikan langsung solusinya di lapangan. Mereka akan dihadapkan pada permasalahan riil di desa-desa yang telah terpilih menjadi obyek implementasi, sesuai dengan masing-masing bidang. Tidak hanya mengimplementasikan aplikasi semata, namun para inovator juga dituntut untuk mendampingi sampai solusi tersebut benar-benar terlaksana dengan baik.

Makna program SDBT sendiri ingin berusaha menjembatani kesenjangan di desa tertinggal dengan pendekatan modern, mencoba menyelesaikan berbagai isu publik secara cepat dan efisien dengan bantuan teknologi yang kian menyeluruh di Indonesia. Untuk memantau perkembangan dan info lainnya seputar program SDBT, kunjungi laman resminya di http://solusi.broadband-desa.go.id.

Submisikan Segera Ide Aplikasimu untuk Atasi Masalah Desa Tertinggal

Batas submisi ide dalam bentuk video untuk program Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT) tak lama lagi akan ditutup. Bagi para inovator muda yang telah memiliki ide, segera lakukan submisi, karena pada 21 Mei 2016 mendatang formulir akan segera ditutup. Dari ide yang disubmisikan, akan dipilih 50 ide terbaik untuk mengikuti sesi bootcamp dan mentoring, guna mematangkan ide yang telah disusun, bersama para mentor handal di bidang teknologi informasi dan komunikasi.

Program SDBT diinisiasi oleh Kemenkominfo untuk memberikan solusi berpaltform digital untuk permasalahan umum terkait kesejahteraan di desa tertinggal, yang meliputi masalah pencaharian, kesehatan, keselamatan dan keamanan. Dirasa masalah-masalah tersebut dapat diminimalisir dengan penerapan teknologi tepat guna dan pendampingan yang tepat. Program ini ditargetkan untuk hadir di desa-desa dengan akses jaringan broadband dan listrik yang sudah mumpuni, artinya jika pun inovasi yang diciptakan berbasis online tetap bisa diimplementasikan.

Terdapat tiga kategori desa yang akan menjadi objek penerapan solusi, yaitu desa pertanian, desa nelayan dan desa pedalaman. Tentu ketiganya akan memiliki pendekatan yang berbeda ketika inovator menghadirkan solusi. Misalnya terkait mata pencaharian, di desa nelayan mungkin bisa diciptakan sebuah online marketplace yang mampu menghubungkan para nelayan dengan pemasok hasil tangkapan, sehingga para nelayan bisa mendapatkan hasil yang lebih optimal, dan tahu kebutuhan pasar.

Lain lagi saat berbicara di desa pedalaman, pendekatannya mungkin seputar edukasi memanfaatkan sumber daya alam yang dapat dioptimalkan untuk menghasilkan produk atau olahan yang bernilai tinggi. Begitu pun untuk masalah lain, layanan keamanan misalnya, inovator bisa menghasilkan solusi yang memudahkan masyarakat di pedalaman untuk bisa mudah terbubung dengan pihak berwajib, karena hal yang tidak diinginkan kadang bisa terjadi sewaktu-waktu, dan perlu diperhatikan bahwa kebanyakan akses ke daerah tersebut sulit.

Masih banyak lagi solusi yang dapat dihadirkan dengan batasan masalah dan kategori wilayah implementasi yang telah didefinisikan. Kini saatnya bagi Anda untuk mau berinovasi lebih keras untuk turut serta dalam membangun kesejahteraan menyeluruh di Indonesia. Karena walau bagaimana pun, inovator muda menjadi elemen kunci dalam kemajuan sebuah bangsa.

Submisikan segera idemu. Dan mari bergotong-royong membangun bangsa Indonesia tercinta. Info lebih lanjut, kunjungi laman http://solusi.broadband-desa.go.id/.

Program SDBT Beri Kesempatan Pengembang Digital Berkreasi Menyelesaikan Masalah Desa Tertinggal

Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT) merupakan sebuah rangkaian program yang memiliki visi untuk memajukan kesejahteraan desa tertinggal dengan pendekatan berbasis teknologi. Program ini memberikan kesempatan bagi inovator pengembang perangkat lunak di Indonesia untuk menciptakan sebuah aplikasi tepat guna untuk menyelesaikan isu-isu di desa tertinggal, seperti terkait mata pencaharian, kesehatan, keamanan dan keselamatan.

SDBT tahun ini adalah kali kedua, setelah sebelumnya tahun 2015 dilaksanakan dengan memfokuskan pada pembangunan infrastruktur broadband di desa tertinggal. Kali ini SDBT memfokuskan pada penerapan teknologi tepat guna untuk memberikan kemudahan masyarakat untuk mengakses berbagai layanan digital untuk meningkatkan kesejahteraan. Secara umu akan ada 3 kategori desa yang akan menjadi sasaran, yakni desa pertanian, desa nelayan dan desa pedalaman.

Saat ini formulir submisi tengah dibuka, melalui laman resmi program SDBT. Para inovator dapat mensubmisikan gagasannya dalam format video durasi pendek, paling lambat 21 Mei 2016. Akan dipilih 50 ide terbaik untuk mengikuti sesi bootcamp dan mentoring. Dan selanjutnya akan dipilih lagi 6 tim terbaik untuk diterjunkan langsung di masing-masing desa. Ya, para inovator akan berjibaku langsung dengan lingkungan tempat solusi mereka diterapkan.

Menjadi sebuah kesempatan emas, terutama untuk para pemuda bisa terjun langsung menyaksikan permasalahan riil yang dihadapi bangsa, sembari memberikan pendampingan dan solusi dengan inovasi yang dikembangkan. Tidak hanya akan mendapat “hadiah” atas kemenangan inovasi aplikasi yang dilombakan, namun sebuah pengalaman tak terlupakan akan menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan.

Segera submisikan ide kreatifmu melalui http://solusi.broadband-desa.go.id. Dan mari kita wujudkan kesejahteraan Indonesia secara menyeluruh.

Pemerataan Sebaran Broadband dan Solusi Penanganan Desa Tertinggal

Teknologi saat ini memainkan peranan kunci di berbagai bidang. Di daerah perkotaan seperti Jakarta bahkan sudah menjadi komponen vital dalam laju ekonomi harian. Namun peran teknologi tak berhenti sampai di situ saja, laju perkembangan yang ada menjadikan implementasinya jauh lebih luas. Hal ini memicu pemerintah untuk terus memperluas pemerataan persebaran broadband (pita lebar), karena konektivitas menjadi salah satu kunci utama dalam adaptasi teknologi terbarukan.

Broadband di Indonesia kini tidak hanya bisa dinikmati oleh masyarakat perkotaan saja, bahkan di desa yang dapat dikategorikan pelosok, pinggiran dan tertinggal pun sudah tersentuh oleh konektivitas broadband. Sebut saja tiga contoh desa yang akan menjadi objek implementasi teknologi dalam program Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT), yakni Desa Wonosari (Riau), Desa Panca Karsa (Gorontalo) dan Desa Tanah (NTT), ketiganya dalam kategori 3T (tertinggal, terluar, dan terjauh), namun dari di ketiga desa tersebut jaringan 3G sudah dapat digunakan dengan baik oleh beberapa provider telekomunikasi.

Masalah konektivitas sudah bukan isu lagi, lalu bagaimana sebuah solusi terpadu dapat memajukan desa tersebut dengan memanfaatkan infrastruktur yang telah ada. Karakteristik masing-masing desa menjadi penting untuk diperhatikan. Dimulai dari desa pertama, yakni Desa Wonosari. Terletak di Kecamatan Bangkalis, Kabupaten Bengkalis Riau, selain memiliki kualitas koneksi 3G baik, desa ini juga sudah mendapatkan aliran listrik dari PLN.

Terlebih Desa Wonosari ini juga menjadi piloting di SDBT tahun sebelumnya (yang memfokuskan pada pembangunan infrastruktur broadband). Desa ini terletak di pesisir, dan sebagian warga bermata pencaharian sebagai nelayan. Pendekatan profesi ini yang seharusnya bisa dimaksimalkan untuk mengembangkan sebuah inovasi digital. Masalah kesehatan, keamanan dan keselamatan.

Selanjutnya Desa Panca Karsa. Terletak di daerah pedalaman di provinsi Gorontalo, desa ini tergolong dalam kategori desa tertinggal. Kendati letaknya terpencil, tower telekomunikasi telah berhasil mengantarkan sinyal 3G ke daerah tersebut. Menjadi lebih kompleks karena jika berbicara tentang mata pencaharian masyarakat masih banyak yang bergantung pada sumber daya alam. Namun akses komunikasi yang mudah seharusnya dapat menghadirkan skema baru dalam menyajikan kesempatan yang lebih menjamin kehidupan ekonomi, termasuk untuk mempermudah ke akses kesehatan.

Profil desa selanjutnya adalah Desa Tanah, terletak di Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur. Daerah ini terkategori dalam desa tertinggal dan perbatasan. Rata-rata penduduk bermata pencaharian sebagai petani. Sama dengan dua desa sebelumnya, listrik dan jaringan 3G sudah dapat diakses dengan baik oleh masyarakat di sana.

Ketiga desa yang akan dijadikan objek pendampingan di program SDBT sudah memiliki infrastruktur kelistrikan dan jaringan yang mumpuni. Artinya inovasi digital yang digulirkan dapat lebih mudah diterapkan nantinya, yang terpenting harus tepat guna untuk menunjang produktivitas masyarakat. Sudah ada ide untuk memberikan kemajuan di desa-desa tersebut? Submisikan segera ide dan gagasan dalam bentuk video pendek ke laman resmi SDBT: http://solusi.broadband-desa.go.id/.

SDBT sendiri merupakan sebuah rangkaian program yang mengajak para inovator muda, terutama pengembang karya digital, untuk berkreasi dan mengaplikasikan karyanya di sektor riil. Tak hanya mengembangkan solusinya saja, namun para inovator muda turut ditantang untuk terjun langsung mendampingi penerapan inovasi di desa-desa tertinggal yang akan menjadi objek penelitian. Menjadi kesempatan berharga karena akan memberikan pengalaman tak terlupakan kepada para inovator dalam menjadi generasi yang turut memberikan sumbangsih untuk kesejahteraan bangsa.

Menkominfo Resmikan Program Solusi Desa Broadband Terpadu 2016

Pada hari Jumat (15/4) lalu, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) secara resmi membuka program Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT). Dibuka langsung oleh Menkominfo Rudiantara, disampaikan tujuan program ini adalah untuk membantu percepatan pembangunan desa tertinggal melalui pendekatan berbasis teknologi. SDBT sendiri merupakan serangkaian program yang mengajak inovator digital muda untuk berkreasi dan menerapkan hasil kreasinya di sektor riil untuk menghadirkan impact kemakmuran di masyarakat pedesaan tertinggal.

Sebagai salah satu rangkaian dari program SDBT, Kemenkominfo mengajak kepada inovator muda di seluruh Indonesia untuk berpartisipasi dalam program ini. Sebagai langkah awal, tanggal 15 April 2015 bertepatan dengan pembukaan acara turut dibuka formulir untuk submisi ide, yang diterbitkan melalui website resmi SDBT. Pembukaan kanal submisi ini akan diakhiri pada tanggal 21 Mei 2016, dan akan dipilih 50 ide terbaik untuk masuk dalam tahap selanjutnya.

Sebelumnya tahun 2015 program ini juga sudah bergulir, hingga saat ini sudah ada 50 desa percontohan yang terus diupayakan kemakmurannya dengan pendekatan berbasis teknologi. Namun sedikit berbeda dengan yang diadakan pada tahun 2015, jika saat itu program difokuskan pada pengembangan infrastruktur (khususnya broadband), di tahun ini program SDBT mengajak inovator untuk menghadirkan layanan digital yang didesain untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat di desa tertinggal.

Dalam sambutannya Menkominfo Rudiantara memaparkan, “Peralihan aktivitas ekonomi tradisional ke ekonomi digital dipastikan akan meningkatkan efisiensi proses ekonomi. Oleh sebab itu masyarakat harus sesegera mungkin dikondisikan untuk menyambut era ekonomi digital tersebut.”

Lebih jauh, Rudiantara juga menekankan bahwa jangan sampai aspek sosial dilupakan dalam program ini karena pola pikir masyarakat desa dan kota terhadap teknologi sangat berbeda. Pria yang akrab disapa Chief RA tersebut menekankan bahwa perlu ada pendampingan untuk masyarakat desa agar mereka bisa menggunakan solusi digital terkait.

Dari data yang dihimpun Kemkominfo, di Indonesia saat ini terdapat 74.094 desa dengan 26 persen di antaranya (sekitar 19.386 desa) merupakan kategori desa tertinggal dan lokasi prioritas. Di antara desa tertinggal tersebut, 43 persennya (sejumlah 8.447 desa) merupakan desa tertinggal dengan akses sinyal telekomunikasi yang baik. Kondisi tersebut yang coba dimaksimalkan pemerintah dalam mengakselerasi pembangunan desa dengan pendekatan digital lewat program SDBT.

Program SDBT sendiri terbuka untuk umum, baik itu inovator dengan startup atau inovator yang baru punya gagasan. Pendaftaran sudah dibuka, dari 15 Juli sampai 21 Mei 2016, untuk mencari 50 gagasan terbaik yang berhak mengikuti rangkaian program SDBT seperti bootcamp dan mentoring dari para ahli.

Sasaran dari program SDBT ini adalah desa dengan status 3T (tertinggal, terluar, dan terjauh) yang meliputi desa nelayan, desa pedalaman, dan desa pertanian. Gagasan yang diusulkan diharapkan dapat menjadi solusi untuk mata pencaharian, kesehatan, keselamatan, dan keamanan sehingga dapat meningkatkan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Masyarakat yang berminat mengikuti program ini dapat mengunggah video berdurasi tiga menit yang berisi gagasan pribadi. Nantinya, panitia akan memilih 50 ide terbaik untuk maju ke tahap selanjutnya dan akan disaring kembali menjadi 25 tim yang berhak mengikuti fase bootcamp. Di presentasi final, akan dipilih enam aplikasi dengan solusi terbaik.

Selain mendapat bimbingan dari para mentor ahli di berbagai bidang untuk penyempurnaan solusi, para partisipan juga akan mendapat kesempatan benchmarking ke negara yang sudah sukses dalam pengembangan ekosistem startup. Kesempatan untuk promosi aplikasi melalui kerja sama pemerintah dan operator juga akan didapatkan oleh peserta.

Kemkominfo Tantang Inovator Muda Lewat Program Solusi Desa Broadband Terpadu

Pada Jumat (15/4) silam, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) secara resmi membuka program Solusi Desa Broadband Terpadu (SDBT). Program ini bertujuan untuk membantu percepatan pembangunan bagi desa tertinggal lewat solusi teknologi yang berasal dari gagasan para inovator muda. Pendaftarannya sendiri sudah dibuka, mulai dari 15 April  sampai 21 Mei 2016, untuk mencari 50 gagasan terbaik yang berhak mengikuti rangkaian program SDBT.

Dari data yang dihimpun Kemkominfo, di Indonesia saat ini terdapat 74.094 desa dengan 26 persen di antaranya (sekitar 19.386 desa) merupakan kategori desa tertinggal dan lokasi prioritas. Di antara desa tertinggal tersebut, 43 persennya (sejumlah 8.447 desa) merupakan desa tertinggal dengan akses sinyal telekomunikasi yang baik. Kondisi tersebut yang coba dimaksimalkan pemerintah dalam mengakselerasi pembangunan desa dengan pendekatan digital lewat program SDBT.

Sebelumnya pemerintah telah menjalankan program Desa Broadband Terpadu pada tahun 2015 yang kini jumlahnya diklaim sudah mencapai 50 desa percontohan. Namun fokus utamanya saat itu lebih ke penyediaan infrastruktur jaringan, bukan solusi digital.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, “Peralihan aktivitas ekonomi tradisional ke ekonomi digital dipastikan akan meningkatkan efesiensi proses ekonomi. Oleh sebab itu masyarakat harus sesegera mungkin dikondisikan untuk menyambut era ekonomi digital tersebut.”

Lebih jauh, Rudiantara juga menekankan bahwa jangan sampai aspek sosial dilupakan dalam program ini kerena pola pikir masyarakat desa dan kota terhadap teknologi sangat berbeda. Pria yang akrab disapa Chief RA tersebut menekankan bahwa perlu ada pendampingan untuk masyarakat desa agar mereka bisa menggunakan solusi digital terkait.

Program SDBT sendiri terbuka untuk umum, baik itu inovator dengan startup atau inovator yang baru punya gagasan. Pendaftaran sudah dibuka, dari 15 Juli sampai 21 Mei 2016, untuk mencari 50 gagasan terbaik yang berhak mengikuti rangkaian program SDBT seperti bootcamp dan mentoring dari para ahli.

Sasaran dari program SDBT ini adalah desa dengan status 3T (tertinggal, terluar, dan terjauh) yang meliputi desa nelayan, desa pedalaman, dan desa pertanian. Gagasan yang diusulkan diharapkan dapat menjadi solusi untuk mata pencaharian, kesehatan, keselamatan, dan keamanan sehingga dapat meningkatkan meningkatkan kualitas hidup masyarakat.

Masyarakat yang berminat mengikuti program ini dapat mengunggah video berdurasi tiga menit yang berisi gagasan pribadi. Nantinya, panitia akan memilih 50 ide terbaik untuk maju ke tahap selanjutnya dan akan disaring kembali menjadi 25 tim yang berhak mengikuti fase bootcamp. Di presentasi final, akan dipilih enam aplikasi dengan solusi terbaik.

Selain mendapat bimbingan dari para mentor ahli di berbagai bidang untuk penyempurnaan solusi, para partisipan juga akan mendapat kesempatan benchmarking ke negara yang sudah sukses dalam pengembangan ekosistem startup. Kesempatan untuk promosi aplikasi melalui kerja sama pemerintah dan operator juga akan didapatkan oleh peserta.

Pilot program rencananya akan diimplementasikan di Desa Jangkang (Riau), Desa Panca Karsa (Gorontalo), dan Kecamatan Atambua (NTT). Informasi lebih lanjut dapat mengunjungi situs resmi program Solusi Desa Broadband Terpadu melalui tautan berikut.

Percepatan Pembangunan Desa Tertinggal dengan Teknologi

Permasalahan desa tertinggal menjadi isu nasional yang secara berkelanjutan masih terus diupayakan penyelesaiannya oleh pemerintah. Dari kebanyakan kasus desa tertinggal, isu ketersediaan infrastruktur, pertumbuhan ekonomi serta sarana dan prasarana pendukung kualitas dan pola hidup masyarakat. Seperti yang dilansir dalam pemberitaan Republika (27/03), salah satu kasus desa tertinggal yang terjadi di beberapa wilayah di kabupaten Gorontalo disebabkan oleh isu-isu tersebut.

Menariknya di beberapa wilayah dengan status desa tertinggal rata-rata masyarakat bermata pencaharian petani dan nelayan. Sementara itu jika melihat kesuburan lahan dan bahari Indonesia harusnya isu tersebut bisa diminimalkan dengan ketersediaan sumber daya yang melimpah. Tentu ada sebuah kesenjangan yang menjadikan masyarakat kurang mampu mengoptimalkan potensi tersebut, salah satunya seputar pengetahuan dan informasi yang relevan untuk mendukung produktivitas mereka.

Sebelumnya, sebagai salah satu upaya, Kemenkominfo sudah giat menggalakkan inovasi berbasis teknologi untuk membantu mengakselerasi kemajuan desa tertinggal. Salah satunya ialah dengan merilis aplikasi ponsel bertajuk pertanian (Antara, 11/4). Dalam sambutannya Menkominfo Rudiantara begitu menekankan inovasi di bidang agro. Isu ini membuat gebrakan teknologi di sektor pertanian sangat dibutuhkan karena telah terjadi penurunan kontribusi sektor pertanian yang besar dalam kurun waktu 10 tahun, dengan kerugian yang bernilai triliunan.

Secara umum tatanan geografis Indonesia memang unik. Berbicara data, bersumber dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendesa) tercatat terdapat 74.094 desa di seluruh wilayah Indonesia. Dari total angka tersebut, 18 persen di antaranya masih berada di status sangat tertinggal. Sementara itu inovasi teknologi di dalam negeri sudah memiliki kapabilitas untuk mampu menjembatani kesenjangan ini. Salah satunya dengan mengembangkan konektivitas “instan” untuk memudahkan komunikasi pemegang kebijakan dan masyarakat di lapangan.

Inovator muda yang bergerak di bidang digital kembali ditantang untuk mampu berperan menciptakan solusi terpadu bagi permasalahan desa tertinggal ini. Salah satunya berkolaborasi dengan regulator (yang akan menyiapkan fasilitas berupa konektivitas dan perangkat) untuk menciptakan sebuah solusi berbasis aplikasi yang mudah digunakan dan tepat guna. Karena banyak sekali potensi yang sebenarnya dapat dimaksimalkan di kawasan tersebut. Mulai untuk meningkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan keamanan dan kesehatan, serta mendongkrak kesejahteraan warganya.

Melihat keadaan tersebut, berbagai macam ide inovasi sebenarnya bisa dioptimalkan. Misalnya, untuk meningkatkan produktivitas panen atau hasil tangkap ikan, para petani dan nelayan disuguhkan pada aplikasi yang memuat sistem informasi pendukung, seputar ketersediaan pupuk, prakiraan cuaca, foto citra satelit keberadaan ikan dan sebagainya. Untuk meningkatkan akses ke layanan kesehatan, inovasi aplikasi berupa layanan bidan online, pemesanan obat dari kota dan sebagainya dapat juga diimplementasikan. Semua sangat mungkin untuk diterapkan dengan proses pengembangan dan pendampingan implementasi yang terencana.

Indikasi kesejahteraan sebuah bangsa adalah ketika warga sampai di level pedesaan dan pedalaman mampu hidup dengan layak dan tenang. Tak mudah memang untuk menaklukkan negara kepulauan seluas 1.904.569 km2, namun semua akan mampu dipecahkan jika berbagai elemen dalam masyarakat, pemerintah, dan generasi muda mau bersatu-padu menciptakan pemberdayaan untuk kemajuan bangsa.

Artikel ini adalah artikel promosi kegiatan Program Solusi Desa Broadband Terpadu yang didukung sepenuhnya oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.