Tag Archives: Solusi Pembayaran

Indepay

Indepay Hadir Tawarkan Pengalaman ala “Social Commerce” di Layanan Fintech

Pandemi Covid-19 telah mendorong perubahan signifikan pada perilaku masyarakat, dari yang bersifat konvensional menjadi serba digital. Bank Indonesia encatat, nilai transaksi dengan uang elektronik mencapai Rp 25,4 triliun pada Juli 2021. Jumlah itu meningkat 5% dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp 24,1 triliun.

Sementara itu, sistem pembayaran Indonesia disebut masih berada dalam tahap awal pengembangan, 80% rekening bank yang ada belum sepenuhnya terdigitalisasi. Melihat isu tersebut, Indepay hadir menawarkan platform transfer terbuka yang dirancang untuk mendorong transformasi industri pembayaran digital menggunakan teknologi transfer antar pengguna secara real-time.

“Kami sedang membangun platform transaksi berbasis Open API dengan mendekatkan bank kepada konsumen untuk mendorong transformasi lanskap pembayaran digital dengan transfer account-to-account secara real-time,” tulis Co-Founder & CEO Indepay Rajib Saha.

Didirikan pada Juli 2020, Indepay memiliki fokus untuk merevolusi sektor finansial di Asia Tenggara. Perusahaan disebut telah memiliki ekosistem mitra yang berkembang yang dibangun di sekitar bank anggota yang membuat transfer baik sebagai konsumen dan bisnis menjadi efisien, dengan biaya rendah dan mengarahkan pada kemungkinan yang tak terbatas.

Secara intrinsik, platform ini memetakan nomor ponsel dengan rekening bank pelanggan sebagai identitas pembayaran unik untuk pengalaman transfer akun-ke-akun yang lebih cepat & aman yang disebut Pay-ID. Sistem ini akan memberdayakan pengguna untuk membangun reputasi digital dan membantu menjaga keamanan dan kontrol berbasis persetujuan atas data keuangan mereka.

Layanan berbasis open finance di Indonesia memang sedang marak dikembangkan. Isunya sama, karena kebutuhan konsumen atas akses ke layanan keuangan yang lebih mulus. Ayoconnect, Xendit, Finantier, Brick adalah beberapa nama startup yang bermain di ranah tersebut; termasuk salah satunya menyuguhkan API untuk transfer atau penerimaan dana.

Target berikutnya

Dalam jangka waktu tiga tahun ke depan, perusahaan menargetkan untuk mendigitalkan setidaknya 100 juta nasabah Indonesia dan memfasilitasi 1 miliar transaksi per bulan. Saat ini, kantor Indepay berlokasi di Jakarta, Singapura dan Gurgaon, namun timnya mengaku saat ini hanya fokus dengan market di Indonesia. Ke depannya, perusahaan berencana untuk ekspansi ke negara lainnya di Asia Tenggara, dan juga India.

Dari sisi pendanaan eksternal, saat ini Indepay telah didukung oleh BEENEXT dan T8 Capital Partners. Tanpa menjabarkan detail pendanaan, Rajib menyebutkan bahwa timnya masih dalam proses untuk menutup putaran ini dengan tambahan dana dari beberapa investor lainnya.

Founder & CEO BEENEXT Teruhide Sato mengatakan, “Kami telah berinvestasi di berbagai startup fintech di seluruh dunia, dan kami mencermati bahwa kehadiran transfer antarbank digital semakin mendorong pertumbuhan ekonomi digital di setiap negara. Karena itulah, kami bekerja sama dengan Indepay untuk membangun platform transfer terbuka di Indonesia, yang menghubungkan semua pelaku usaha sektor finansial, mulai dari Bank, perusahaan Payment Gateway, Operator Switching dan Settlement, untuk menawarkan pengalaman transfer dana yang sangat terjangkau dan praktis.”

Platform transfer terbuka Indepay memosisikan diri sebagai opsi pembayaran digital dengan pengalaman social commerce yang interaktif untuk memfasilitasi urusan transfer, pembayaran, dan penerimaan pesanan dengan lebih cepat. Upaya ini diharapkan akan membuka kesempatan baru bagi startup, perusahaan fintech, brand, pelaku UMKM, dan penjual mikro untuk bersama-sama mewujudkan konsep masyarakat cashless.

Fokus jangkau pelaku usaha online

Pada tanggal 17 September 2021, Indepay resmi meluncurkan aplikasi tara.app”. Menggunakan platform transfer Indepay, tara.app merupakan fasilitas perdagangan interaktif sosial (social interactive commerce), yang ditujukan untuk para pelaku bisnis D2C, seperti brands, pedagang mikro, warung, dan pengecer.

Rajib Saha turut mengungkapkan, “Biaya pembayaran dan biaya transfer yang tinggi adalah hambatan utama dalam pengembangan ekosistem startup di Indonesia. tara.app bekerja sama dengan tim Indepay di Jakarta akan menjadi disruptor dalam industri ini. Integrasi yang kami miliki dengan berbagai bank dan lembaga keuangan akan membuka berbagai kesempatan yang menarik untuk Indonesia.”

Sebenarnya konsep serupa juga ditawarkan pemain lain. Misalnya Xendit dengan Xendit Business App dan Midtrans dengan layanan Payment Link.

Kehadiran platform teknologi seperti Indepay menjadi semakin krusial untuk mendorong negara berbasis ekonomi UMKM seperti Indonesia dalam melakukan transformasi digital. Beberapa studi dan penelitian terbaru juga menunjukkan penggunaan internet yang kian meluas dan perubahan perilaku pengguna terhadap aktivitas jual-beli online di media sosial. Hal ini menunjukkan peningkatan popularitas kegiatan social interactive commerce atau perdagangan berbasis interaksi online, baik lewat aplikasi pesan singkat maupun media sosial.

Dalam prosesnya, tara.app bekerja dengan memetakan nomor HP pengguna dengan rekening-rekening bank yang mereka miliki sebagai ID Pembayaran Unik (Unique Pay-ID). Pay-ID ini bisa digunakan untuk melakukan transfer instan dan aman ke akun pengguna lain (Account-to-Account Transfer). Selanjutnya, Pay-ID unik tersebut akan membangun reputasi digital pengguna serta membantu mempertahankan standar keamanan, di mana pengguna bisa memiliki kendali berbasis persetujuan (consent) atas data keuangan yang mereka berikan.

Dengan tara.app, pengguna tidak perlu menginstal semua aplikasi bank di ponsel ataupun mengingat beragam kata sandi dan pin untuk masing-masing rekening. ID Pembayaran unik yang terhubung dengan nomor HP mereka memungkinkan proses transfer dengan lebih praktis dan aman, kapan saja dan dimana saja lewat satu pintu.

Di sisi lain, solusi ini juga ditujukan untuk membantu UMKM agar produk mereka lebih mudah ditemukan secara online, serta mendukung UMKM dengan jangkauan jaringan dan partisipasi komunitas yang lebih luas. Langkah ini bertujuan untuk menjembatani jarak antara merchant dan bank melalui digitalisasi, sehingga bisa menciptakan pengalaman perdagangan yang interaktif (interactive commerce) melalui kanal sosial di dalam framework tara.app.

Indepay mengklaim solusinya sebagai salah satu pelopor di Asia Tenggara. Sementara pemain lain berinteraksi dalam jaringan grup, seperti Facebook, Instagram, Google for Business, platform ini menawarkan solusi berbasis web, yang juga dapat diakses dari aplikasi tara untuk penawaran yang lebih baik bagi konsumen.

Application Information Will Show Up Here

Payment Startup Durianpay Secures 28 Billion Rupiah Funding Led by Surge

Payment solutions startup Durianpay announced $2 million (over 28 billion Rupiah) funding led by Surge from Sequoia Capital India. Also participated in this round AC Ventures, Kenangan Fund, and a series of angel investors. They are including Ankiti Bose (Zilingo), Ankit Jain, Harshet Lunani (Qoala), Joe Wadakethalakal (ex-Brilio), Reynold Wijaya (Modalku), Sai Srinivas (MPL), and Tanay Tayal (Moonfrog).

Durianpay is to channel the fresh funds to develop more solutions and deepen its business penetration to reach more users.

Durianpay is a one-stop payment provider that enables businesses to grow and thrive through a one-stop solution for seamless checkout, APIs and modern dashboards that are easy to integrate. This startup was founded by Antara Sara Mathai, Kumar Puspesh, and Natasha Ardiani in September 2020 in Jakarta.

The three have deep backgrounds in the fintech industry. Mathai used to lead the product team at Citrus Pay and OnlinePajak. While Puspesh was previously the founder of Moonfrog, an India based game development company. Also, Natasha has experience leading ShopeePay, Shopee PayLater, and OVO’s loan and collection business.

“Durianpay offers a one-stop solution for businesses in the region to better manage its payment processes. We built our payment products and solutions with both business and developer comprehension, with a vision to modernize payments by providing a secure and customizable next-generation product experience,” Durianpay’s Co-Founder Natasha Ardiani said in an official statement, Thursday (12/8).

The increasing e-commerce transaction

This service was initiated as the recent significant increase of e-commerce transactions in the Southeast Asia region. However, it is not followed by the development of payment solutions, especially in Indonesia, which is still fragmented, manual, and yet to be optimal.

It causes a high drop off rate at checkout, verification and reconciliation processes for merchants that are still using manual system, prone to errors, and fraud.

The founders saw a significant opportunity for businesses of all sizes to benefit from an easy-to-operate, fully integrated and whole payment system. Durianpay as a payment aggregator works with several payment gateways and fund transfer providers to build solutions for various types of businesses.

For example, automatic reconciliation features, instant payment links, promos, and other features that aim to optimize transactions between sellers and buyers. Through a single integration, Durianpay offers businesses and developers access to a wider range of payment options, a codeless interface, therefore, businesses can create workflows that deploy automatic payment infrastructure.

Checkouts and payments are now fully customizable directly by merchants. Using this solution, businesses have the ability to change its payment infrastructure without external intervention. This includes the ability to connect third-party solutions for fraud detection, KYC, CRM, business intelligence directly into the system without additional burden on product, finance or tech teams.

Since the launching, Durianpay has been adopted by more than 15 businesses in Indonesia by leveraging innovations such as split payments and multi-branch settlement. Kopi Kenangan, Alta School, and Chilibeli are some companies that using Durianpay solution.

Durianpay is part of Surge’s fifth cohort, consisting of 23 companies with developed state-of-the-art digital solutions that help companies and individuals in the Southeast Asia region. The company has headquarters in Singapore and Indonesia.

In the cohort, apart from Durianpay, participated also two other local companies. Those are Rara Delivery (revolutionary instant delivery for e-commerce brands) and Bukugaji/Vara (easy staff management platform for MSMEs in Southeast Asia).

Digital payment potential

One of the factors that forces businesses to adopt a system similar to Durianpay is the high adoption of digital payment services in the community. It is mostly to fulfill the daily needs, not a few people, especially in urban areas, are using digital wallets through their smart phones.

Based on data, the adoption of electronic applications in Indonesia also continues to increase from year to year – both in terms of adopters and the value of the transactions generated.

The increasing adoption of digital payments in Indonesia / Source: The Asian Banker

In terms of this potential, the fintech payment platform also continues to sharpen its products. Aside from Durianpay, other payment provider platforms have also been available in Indonesia. From Midtrans, which is now listed unde Gojek’s financial group, also Xendit, Doku, Xfers (Fazz Financial Group), Faspay, and others.

Midtrans has recently introduced a Payment Link product to accommodate social commerce players to process digital payments by sharing a special link. Unlike the previous models which had to integrate APIs, users simply created a unique link to accommodate each payment.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Startup solusi pembayaran Durianpay mengumumkan pendanaan sebesar $2 juta dipimpin oleh Surge, bersama AC Ventures, Kenangan Fund, serta angel investor terkemuka lainnya

Startup Pembayaran Durianpay Kantongi Dana 28 Miliar Rupiah Dipimpin Surge

Startup solusi pembayaran Durianpay mengumumkan pendanaan sebesar $2 juta (lebih dari 28 miliar Rupiah) dipimpin oleh Surge dari Sequoia Capital India. Turut andil dalam putaran tersebut AC Ventures, Kenangan Fund, serta angel investor terkemuka lainnya. Jajaran angel investor tersebut, di antaranya Ankiti Bose (Zilingo), Ankit Jain, Harshet Lunani (Qoala), Joe Wadakethalakal (ex-Brilio), Reynold Wijaya (Modalku), Sai Srinivas (MPL), dan Tanay Tayal (Moonfrog).

Dana segar akan dimanfaatkan Durianpay untuk mengembangkan lebih banyak solusi dan perdalam penetrasi bisnisnya agar diterima lebih banyak pengguna.

Durianpay adalah penyedia pembayaran menyeluruh yang memungkinkan berbagai usaha untuk tumbuh dan berkembang melalui solusi satu atap untuk proses checkout tanpa kendala, API, dan dasbor modern yang mudah terintegrasi. Startup ini didirikan oleh Antara Sara Mathai, Kumar Puspesh, dan Natasha Ardiani pada September 2020 di Jakarta.

Latar belakang ketiganya sudah lama berkecimpung di industri fintech. Mathai pernah memimpin tim produk di Citrus Pay dan OnlinePajak. Sementara Puspesh sebelumnya adalah pendiri Moonfrog, salah satu perusahaan pengembang game dari India. Serta, Natasha yang pernah memimpin ShopeePay, Shopee PayLater, dan bisnis pinjaman dan penagihan di OVO.

“Durianpay menawarkan solusi satu atap bagi beragam jenis usaha di kawasan untuk mengelola proses pembayaran mereka secara lebih baik. Kami membangun produk dan solusi pembayaran kami dengan mempertimbangkan aspek bisnis dan pengembang, dengan visi untuk memodernisasi pembayaran dengan menyediakan pengalaman produk generasi terbaru yang aman dan mudah disesuaikan,” terang Co-Founder Durianpay Natasha Ardiani dalam keterangan resmi, Kamis (12/8).

Ditengarai peningkatan transaksi e-commerce

Layanan tersebut juga hadir karena di regional Asia Tenggara telah terjadi peningkatan volume transaksi e-commerce yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Akan tetapi peningkatan tersebut tidak dibarengi dengan perkembangan solusi pembayaran khususnya di Indonesia yang masih terfragmentasi, manual, dan belum optimal.

Hal inilah yang menyebabkan tingkat drop off yang tinggi pada saat checkout pembayaran, proses verifikasi dan rekonsiliasi bagi merchant yang masih manual, rawannya kesalahan, serta penipuan.

Para founder melihat peluang yang signifikan untuk semua usaha dari berbagai skala mendapatkan keuntungan dari sistem pembayaran yang mudah dioperasikan, utuh, dan terintegrasi secara penuh. Durianpay sebagai agregator pembayaran bekerja sama dengan beberapa payment gateway dan penyelenggara transfer dana untuk membangun solusi-solusi yang dibutuhkan beragam jenis usaha.

Misalnya, fitur rekonsiliasi otomatis, link pembayaran instan, promo, dan fitur lainnya yang bertujuan untuk mengoptimalkan transaksi antara penjual dan pembeli. Melalui integrasi tunggal, Durianpay menawarkan bisnis dan developers akses ke pilihan pembayaran yang lebih luas, interface tanpa kode sehingga bisnis dapat membuat alur kerja yang menempatkan infrastruktur pembayaran secara otomatis.

Checkout dan pembayaran kini sepenuhnya dapat disesuaikan secara langsung oleh merchant. Dengan solusi ini, berbagai bisnis memiliki kemampuan untuk mengubah infrastruktur pembayaran mereka tanpa memerlukan intervensi dari pihak eksternal. Hal ini mencakup kemampuan untuk menghubungkan solusi pihak ketiga untuk pendeteksian penipuan, KYC, CRM, business intelligence secara langsung ke dalam sistem tanpa menimbulkan beban tambahan pada tim produk, keuangan, atau teknologi.

Sejak diluncurkan, Durianpay telah diadopsi oleh lebih dari 15 usaha di Indonesia dengan memanfaatkan inovasi seperti pembayaran terpisah dan penyelesaian multi-cabang. Kopi Kenangan, Alta School, dan Chilibeli adalah sejumlah pengguna solusi Durianpay.

Durianpay termasuk bagian dari kohort kelima Surge, yang terdiri dari 23 perusahaan yang telah mengembangkan solusi digital terkini yang membantu perusahaan dan individu di kawasan Asia Tenggara. Perusahaan memiliki kantor pusat di Singapura dan Indonesia.

Dalam kohort tersebut, selain Durianpay, terdapat dua perusahaan lokal lainnya yang lolos sebagai peserta. Mereka adalah Rara Delivery (pengiriman instan revolusioner untuk brand e-commerce) dan Bukugaji/Vara (platform manajemen staf yang mudah untuk UMKM di Asia Tenggara).

Potensi pembayaran digital

Salah satu faktor yang memaksa bisnis harus mengadopsi sistem serupa Durianpay karena tingginya adopsi layanan pembayaran digital di masyarakat. Khususnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, saat ini tak sedikit masyarakat terutama di perkotaan yang lebih memanfaatkan dompet digital melalui ponsel pintarnya.

Menurut data, adopsi aplikasi yang elektronik di Indonesia juga terus meningkat dari tahun ke tahun — baik dari sisi pengadopsi maupun nilai transaksi yang dihasilkan.

Kenaikan adopsi pembayaran digital Indonesia / Sumber : The Asian Banker

Melihat potensi ini, platform fintech pembayaran juga terus menajamkan produk-produknya. Selain Durianpay, di Indonesia juga sudah terlebih dulu hadir platform penyedia pembayaran lainnya. Mulai dari Midtrans yang sudah menjadi keluarga grup finansial Gojek, kemudian ada Xendit, Doku, Xfers (Fazz Financial Group), Faspay, dan lain-lain.

Midtrans juga belum lama ini menghadirkan produk Payment Link untuk memudahkan pelaku social commerce memproses pembayaran digital dengan membagikan tautan khusus. Tidak seperti model sebelumnya yang harus mengintegrasikan API, pengguna cukup membuat sebuah tautan unik untuk mengakomodasi setiap pembayaran.

Dapatkah Android NFC Menjadi Solusi e-Payment Bagi Indonesia?

Ponsel Android keluaran Google semakin populer di Indonesia, sama halnya seperti di negara-negara lain orang-orang bisa membeli smartphone dengan harga yang relatif lebih murah dibanding iPhone. Dan yang lebih menarik, tahun lalu Eric Schmidt mengumumkan dukungan Android Gingerbread untuk NFC (Near Field Communication) dan tentu pembayaran menjadi kegunaannya yang utama.

Di Indonesia, metode pembayaran elektronik atau e-payment sudah lama menjadi permasalahan tanpa solusi yang berarti. Kenapa? Karena kurangnya minat para pengguna. Untuk pembayaran, biasanya kita lebih suka melakukannya lewat transfer antar bank. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya pelayanan dan kemudahan bagi para pengguna. E-payment memang lebih rumit kebanding e-banking atau m-banking.

Continue reading Dapatkah Android NFC Menjadi Solusi e-Payment Bagi Indonesia?