Pemerintah Arab Saudi melalui Kementerian Komunikasi dan Informasi Teknologi setempat bersama Yayasan Nexticorn menjalin kemitraan sinergis untuk mendanai startup unicorn dan soonicorn (centaur) di Indonesia. Ini adalah kerja sama business-to-government (B2G) yang ditandai melalui penandatanganan nota kesepahaman untuk membentuk dana patungan (joint fund).
Penandatanganan note kesepahaman ini dilakukan oleh Ketua Yayasan Nexticorn Rudiantara dan perwakilan dari Center of Digital Entrepreneurship Kementerian Komunikasi dan Informasi Teknologi Arab Saudi di Nusa Dua, Bali (2/9).
Sebagai informasi, startup unicorn dan soonicorn masing-masing dikategorikan sebagai startup dengan valuasi mencapai $1 miliar dan mendekati $1 miliar. Saat ini, Indonesia sudah memiliki 14 unicorn.
Adapun, komitmen investasi ini bertujuan untuk mendorong startup unicorn dan soonicorn mengembangkan pasarnya, tak hanya di Indonesia, tetapi ke Timur Tengah melalui dukungan dari Arab Saudi.
“Kita nantinya akan punya perusahaan [startup] multinasional, tapi di bidang digital. New economy adalah melalui digital. Salah satunya J&T Express yang kini sudah ada di Arab Saudi,” ujar Ketua Yayasan Nexticorn Rudiantara ditemui usai MoU.
Adapun, Yayasan Nexticorn akan berperan sebagai organizer dalam kegiatan investasi ini. Sementara, modal akan tetap berasal dari pemodal ventura (VC). Ia menolak merincikan nilai investasi yang digelontorkan, tetapi angkanya berkisar ratusan juta dolar dengan porsi masing-masing 50:50.
“Ratusan juta dolar pasti. Kita lihat nanti, soonicorn atau nexticorn karena nexticorn tidak [akan] berhenti funding-nya. Sebelum ini, kami berjanji ini harus konkret. Untuk realisasi investasi, tadinya mereka minta cepat, dalam satu tahun modalnya sudah masuk. Jadi, tahun depan sudah investasi ke startup,” ungkapnya.
Vertikal investasi
Ada lima vertikal yang akan menjadi fokus investasi antara lain umrah, logistik, pendidikan, keuangan, dan kesehatan. Komitmen investasi ini dapat dimanfaatkan sebagai launchpad bagi startup unicorn di Indonesia untuk masuk ke Timur Tengah.
Dalam paparannya, Menteri Komunikasi dan Informasi Teknologi Arab Saudi Abdullah bin Amer Alswaha menilai potensi digitalisasi pada sektor logistik sangat besar. Ia meyakini Indonesia dapat menjadi global hub mengingat sebanyak 20%-30% PDB Indonesia berasal dari logistik.
Indonesia punya generasi perempuan dan anak muda hebat yang dapat menyelesaikan tantangan di sektor ini. Ia mencontohkan bagaimana posisi Arab Saudi berdekatan dengan Laut Merah yang menjadi lokasi di mana 10% dari kegiatan perdagangan global terjadi. “As you perfect the South East Asia global hub for logistics, that’s a parallel that we could work together,” tuturnya.
Lebih lanjut, pendanaan tersebut nantinya tak hanya ditujukan untuk pasar Indonesia, tetapi juga Arab Saudi sebagai hub untuk Timur Tengah dan Afrika Utara (Middle East and North Africa/MENA). Menurutnya, pasar Arab Saudi sangat terbuka dalam mengikuti tren dari inklusi keuangan, healthcare, hingga edtech.
“Kami ingin mengeksplorasi dan melihat bagaimana kami dapat melihat kesuksesan ini di Timur Tengah. Maksudnya begini, Indonesia punya 14 unicorn, sedangkan Timur Tengah dengan total populasi 400 juta, baru punya enam unicorn, mengagetkan bukan. Tapi ini menunjukkan potensi kami,” paparnya.
Pihaknya menekankan untuk memanfaatkan keahlian dan pengalaman dalam mengembangkan inovasi bersama. Menurutnya, kemitraan ini menjadi kesempatan sekaligus tantangan untuk melakukan reskilling dan upskilling.