Tag Archives: speaker

10 Speaker Portabel Pilihan untuk Dijadikan Kado Tahun Baru

Libur akhir tahun sudah hampir tiba, dan sebagian besar dari kita mungkin bakal memanfaatkan kesempatan ini untuk memberi hadiah kepada orang-orang terdekat. Hadiahnya tentu bisa bermacam-macam tergantung selera dan karakter tiap orang, akan tetapi speaker portabel bisa jadi salah satu opsi hadiah yang cukup universal berkat kepraktisan yang ditawarkan.

Dalam artikel ini, saya telah merangkum 10 speaker portabel pilihan yang dapat dijadikan kado tahun baru. Portabel berarti speaker-nya harus mudah dibawa-bawa dan dapat beroperasi di mana saja (alias memiliki baterai dan tidak perlu dicolokkan ke sumber listrik setiap saat), dan tentu saja speaker-nya juga wajib dibekali Bluetooth sebagai konektivitas utamanya.

Ultimate Ears Wonderboom 2

Kecil, kuat, awet. Tiga kata tersebut sudah bisa menggambarkan keunggulan speaker ini. Diameternya memang cuma 104 mm, dan tingginya pun hanya 95 mm, akan tetapi ia diklaim telah lulus uji jatuh dari ketinggian 1,5 m. Bagaimana seandainya terjatuh ke air? Tidak masalah, sebab ia telah mengantongi sertifikasi ketahanan air dan debu IP67, dan ia juga bakal mengapung dengan sendirinya di atas air.

Terlepas dari wujudnya yang mungil, suara yang dihasilkan tergolong cukup menggelegar, apalagi berkat fitur Outdoor Boost yang tersematkan. Lebih istimewa lagi, speaker seharga Rp999.000 ini mampu beroperasi hingga 13 jam nonstop sebelum kehabisan daya.

Link pembelian: Ultimate Ears Wonderboom 2

JBL Flip 5

Seri JBL Flip dikenal akan kombinasi kualitas suaranya yang mantap dengan desainnya yang simpel dan ringkas. Dibandingkan generasi sebelumnya, Flip 5 memang sedikit lebih bongsor, akan tetapi suara yang dihasilkan juga lebih baik lagi, terutama di sektor bass.

Portabilitasnya dijamin berkat sertifikasi IPX7, dan ia pun siap bekerja selama 12 jam nonstop sebelum baterainya perlu diisi ulang. Charging-nya pun kini lebih mudah berkat penggunaan port USB-C ketimbang Micro USB. Harganya? Rp1.399.000.

Link pembelian: JBL Flip 5

JBL Clip 4

Opsi lain dari JBL yang layak dipertimbangkan — sekaligus yang lebih mungil dan lebih terjangkau — JBL Clip 4 mengusung desain yang unik berkat karabiner terintegrasi. Ini tentu membuatnya sangat mudah dibawa bepergian, dan Anda juga tidak perlu khawatir akan keselamatannya di alam liar mengingat ia telah mengantongi sertifikasi IP67.

Tiga buah tombol di sisi depannya menjadikan pengoperasiannya begitu mudah, dan suara yang dihasilkan pun tergolong besar untuk ukurannya. Meski mungil, daya tahan baterainya tergolong cukup awet, dengan klaim hingga 10 jam pemakaian per charge. Tertarik? Siapkan dana Rp1.099.000.

Link pembelian: JBL Clip 4

Sonos Roam

Paling mahal di antara yang lain, Sonos Roam menebus kekurangan tersebut lewat kualitas audio yang sangat baik dalam kemasan yang tidak lebih besar dari kaleng bir setengah liter. Tidak seperti yang lain, speaker seharga 3,7 jutaan rupiah ini dibekali konektivitas Bluetooth dan Wi-Fi sekaligus, dan ia dapat diikutkan ke dalam sistem audio multi-room milik Sonos jika perlu.

Dalam sekali pengisian, baterainya bisa bertahan sampai 10 jam pemakaian, dan ia dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger demi semakin menambah kepraktisan. Secara fisik, Sonos Roam tergolong cukup kapabel berkat sertifikasi ketahanan air dan debu IP67.

Link pembelian: Sonos Roam

Bose SoundLink Micro

Termahal kedua setelah Sonos Roam, speaker besutan Bose ini juga sangat dikenal akan kualitas suaranya yang prima meski dimensinya hanya sebesar sekepalan tangan. Fisiknya pun cukup unik karena menggunakan bahan karet silikon, dan ia turut dilengkapi sebuah pengait untuk digantungkan ke tas atau setang sepeda. Tidak sengaja tercebur ke air? Bukan masalah karena ia telah lulus uji sertifikasi IPX7.

Kekurangan utama Bose SoundLink Micro dibanding speaker-speaker lain di artikel ini adalah terkait baterainya. Dalam sekali charge, ia cuma mampu bertahan hingga 6 jam saja. Memang sudah tergolong cukup, tapi mungkin kurang ideal buat perjalanan yang amat jauh.

Link pembelian: Bose SoundLink Micro

Sony SRS-XB13

Salah satu kelemahan utama speaker berukuran mini umumnya adalah bass yang terasa kurang menendang. Namun entah kenapa itu seakan tidak berlaku buat Sony SRS-XB13. Kalau punya dua unit, Anda bisa menyambungkan keduanya menjadi konfigurasi stereo.

Agar lebih mudah dibawa-bawa, Sony tak lupa melengkapinya dengan strap yang bisa diikatkan dalam dua cara yang berbeda. Fisiknya sepenuhnya tahan air dan debu dengan sertifikasi IP67, dan baterainya cukup untuk pemakaian selama 16 jam dalam sekali charge. Harganya pun termasuk cukup kompetitif di Rp999.000.

Link pembelian: Sony SRS-XB13

Sony SRS-XB23

Alternatif lain dari Sony yang tidak terpaut terlalu jauh harganya adalah SRS-XB23. Model ini menjanjikan kualitas suara yang lebih superior, terutama berkat penggunaan Bluetooth 5 dan dukungan codec LDAC. Bass yang dihasilkan juga bisa dipastikan lebih bulat berkat sepasang radiator pasif yang tertanam. Harganya sendiri masih sangat kompetitif di Rp1.249.000.

Seperti adiknya, XB23 turut mengusung bodi tahan air dan debu dengan sertifikasi IP67, dan colokan untuk charging-nya pun sudah mengandalkan USB-C. Dalam sekali pengisian, baterainya cukup untuk digeber selama 12 jam nonstop.

Link pembelian: Sony SRS-XB23

LG XBOOM Go PL5

Suara yang jernih dan bass yang mantap merupakan nilai jual utama speaker seharga Rp1.649.000 ini. LG tidak sendirian dalam pengembangannya, melainkan dibantu oleh ahli audio kenamaan asal Inggris, Meridian Audio, dan partisipasinya dapat langsung terasa sesaat setelah kita mendengarkan suara yang dihasilkan.

Secara estetika, speaker ini kelihatan cukup simpel, namun tetap cukup stylish berkat cincin lampu warna-warni di kedua sisinya. Berbekal sertifikasi IPX5, semprotan air maupun debu tidak akan menjadi masalah besar buatnya. Yang istimewa, baterainya bisa tahan sampai 18 jam penggunaan kalau lampu-lampunya dimatikan.

Link pembelian: LG XBOOM Go PL5

Soundcore Flare S+

Bentuknya mirip termos mini, speaker ini siap menyajikan audio 360° dengan berbekal sepasang full-range driver yang saling berpunggungan, sepasang tweeter, dan sepasang radiator pasif. Sebagai bonus, speaker seharga Rp999.000 ini juga dapat digunakan untuk berinteraksi dengan Alexa.

Dengan fisik bersertifikasi IPX7, ia merupakan speaker yang tepat untuk dibawa ke acara pool party. Acaranya berkepanjangan dari senja hingga fajar? Bukan masalah, sebab baterainya dapat tahan sampai 16 jam dalam sekali charge.

Link pembelian: Soundcore Flare S+

OontZ Angle 3 Ultra

Salah satu andalan komunitas audio kere hore sejak lama, speaker ini banyak direkomendasikan berkat keseimbangan antara harga, performa, dan fitur yang ditawarkannya. Pada versi terbarunya, OontZ Angle 3 Ultra (4th Gen), pengguna bisa menghubungkan dua unit secara nirkabel untuk ditempatkan di ruangan yang berbeda.

Seperti speaker-speaker lainnya di artikel ini, OontZ Angle 3 Ultra turut mengemas bodi yang tahan air, spesifiknya yang memenuhi sertifikasi IPX7. Dalam sekali charge, ia mampu beroperasi hingga 20 jam, dan pengisiannya kini sudah mengandalkan USB-C pada versi terbarunya. Speaker ini bisa dibeli seharga Rp899.000.

Link pembelian: OontZ Angle 3 Ultra

Gambar header: Dusan Jovic via Unsplash.

Astell & Kern Luncurkan Speaker Bluetooth Kelas Audiophile, Acro BE100

Dikenal sebagai produsen pemutar musik portabel kelas audiophile, Astell & Kern (A&K) belakangan mulai berani keluar dari zona nyamannya dan meluncurkan earphone hasil garapan tim internalnya sendiri. Yang terbaru, pabrikan asal Korea Selatan tersebut memperkenalkan speaker Bluetooth perdananya, Astell & Kern Acro BE100.

Target pasar utamanya tetap kalangan audiophile, dan itu diwujudkan lewat DAC (digital-to-analog converter) 32-bit yang tertanam di dalam speaker ini. Tidak kalah penting adalah Bluetooth 5.0, lengkap dengan dukungan codec 24-bit aptX HD (48 kHz) maupun LDAC (96 kHz), sehingga pengguna masih bisa menikmati koleksi musik Hi-Res selagi dimanjakan oleh kepraktisan koneksi nirkabel.

Kinerja audionya disokong oleh sebuah woofer 4 inci berbahan Kevlar dan sepasang silk dome tweeter 1,5 inci, yang semuanya menerima suplai daya dari amplifier Class-D 55 W hasil rancangan A&K sendiri. Kita juga bisa menjumpai lubang besar di sisi belakang yang akan semakin memantapkan dentuman bass yang dihasilkan.

Semua itu dikemas dalam bodi dengan desain angular yang sudah menjadi ciri khas produk-produk A&K selama ini, baik dalam pilihan warna hitam atau putih. Bagian grilnya yang memiliki motif trapezoid terbuat dari bahan logam, sementara sisi-sisi lainnya dibalut oleh bahan kulit sitentis.

Pada sisi atasnya, kita juga bisa menemukan kenop besar untuk mengatur volume secara presisi — lagi-lagi mewarisi ciri khas pemutar musik portabelnya. A&K tidak lupa membekali Acro BE100 dengan fitur Dynamic Range Control (DRC) untuk melindungi unit speaker-nya ketika perangkat digeber dalam volume maksimum.

Satu hal yang perlu dicatat adalah, Acro BE100 bukan speaker portabel. Ia tidak dilengkapi baterai internal dan harus selalu dicolokkan ke listrik. Wujudnya mungkin boleh terlihat cukup ringkas, tapi bobot perangkat ini cukup lumayan di angka 3,2 kg.

Kalau memang tidak portabel, kenapa A&K tidak sekalian menyematkan koneksi Wi-Fi saja, sehingga perannya sebagai speaker nirkabel rumahan bisa semakin maksimal? Saya tidak punya jawabannya, tapi satu hal yang pasti, itu jelas bakal menambah ongkos.

Acro BE100 di sisi lain tergolong cukup terjangkau untuk ukuran produk Astell & Kern, dengan banderol tidak lebih dari $380, atau kurang lebih sekitar 5,4 jutaan rupiah. Memang masih lebih mahal daripada kebanyakan speaker Bluetooth, tapi tetap saja langka untuk perusahaan yang terbiasa menjual produk audio seharga puluhan juta rupiah.

Sumber: What Hi-Fi.

Versi Terbaru Bowers & Wilkins Zeppelin Sepenuhnya Siap Menyambut Era Streaming

Bowers & Wilkins meluncurkan generasi terbaru dari salah satu speaker paling ikonisnya, Zeppelin. Desain khasnya yang menyerupai pesawat rancangan inventor Jerman, Ferdinand von Zeppelin, masih dipertahankan, akan tetapi jeroannya sudah diperbarui mengikuti standar 2021.

Sebagai pengingat, Zeppelin orisinal pertama dirilis di tahun 2007, tepatnya ketika iPod dock masih jadi kategori populer di dunia audio. Seiring waktu dan sejalan dengan perkembangan tren teknologi audio, B&W sempat merilis dua model Zeppelin lain, yakni Zeppelin Air di tahun 2011 dan Zeppelin Wireless di tahun 2015.

Ya, tidak terasa sudah enam tahun sejak B&W memperkenalkan Zeppelin Wireless, dan dalam kurun waktu tersebut cara kita menikmati musik sudah berubah drastis. Dibandingkan dua pendahulunya, Zeppelin Wireless memang sudah tidak lagi dilengkapi iPod dock dan sudah berfokus pada konektivitas nirkabel. Meski begitu, kita masih bisa menemukan jack audio 3,5 mm di bagian belakangnya (karena iPhone 7 baru dirilis setahun setelahnya).

Seperti yang kita tahu, headphone jack sekarang bisa dibilang sudah hampir punah, dan B&W pun tidak luput dari pengaruh tren tersebut. Pada bagian belakang Zeppelin edisi 2021 ini, kita hanya bisa menemukan port USB-C saja di samping colokan kabel daya, dan itu pun cuma sebatas untuk keperluan servis. Dengan kata lain, Zeppelin sekarang sudah sepenuhnya siap menghadapi era streaming.

Beruntung opsi wireless-nya itu terbilang lengkap, mulai dari Spotify Connect, AirPlay 2, sampai Bluetooth 5.0 dengan dukungan codec aptX Adaptive. Sayang sekali ia tidak dibekali dukungan terhadap Chromecast maupun integrasi Google Assistant. Untuk pengoperasian via perintah suara, pengguna bisa memanfaatkan Alexa.

Kompatibilitas dengan AirPlay 2 juga berarti Zeppelin mendukung teknologi multi-room di ekosistem Apple. Alternatifnya, tahun depan B&W juga akan menghadirkan update agar Zeppelin juga kompatibel dengan teknologi multi-room milik lini speaker B&W Formation.

Terkait kinerja audionya, Zeppelin anyar ini mengandalkan konfigurasi lima driver: dua Decoupled Double-Dome tweeter berdiameter 1 inci di ujung kiri dan kanan, dua midrange driver 3,5 inci berteknologi Fixed Suspension Transducer (FST), dan satu subwoofer 6 inci di bagian tengah. Total daya amplifikasinya berada di kisaran 240 watt.

Versi terbaru Bowers & Wilkins Zeppelin ini sekarang sudah dijual seharga $799, atau kurang lebih sekitar 11,2 jutaan rupiah. Selain warna hitam, perangkat juga tersedia dalam warna abu-abu cerah. Sejauh ini belum ada informasi mengenai ketersediaannya di pasar tanah air.

Sumber: What Hi-Fi.

Bose SoundLink Flex Janjikan Suara Terbaik di Kelas Speaker Bluetooth Seukurannya

Usai meluncurkan QuietComfort 45 bulan lalu, Bose kini mengalihkan perhatiannya ke segmen speaker portabel. Karya terbarunya di kategori ini adalah SoundLink Flex, yang diklaim mampu menyajikan kinerja audio terbaik di kelas speaker seukurannya.

Bose percaya perpaduan custom transducer dan sepasang passive radiator yang mereka sematkan pada Flex mampu memaksimalkan clarity selagi menyuguhkan dentuman “bass yang dapat dirasakan di dada”. Sebagai referensi, suara yang dihasilkan Bose SoundLink Micro sudah sangat bagus untuk speaker seukurannya, dan Flex semestinya berada satu level di atasnya berkat volume fisik yang lebih besar.

Spesifiknya, Flex memiliki dimensi 200 x 91 x 53 mm, dengan bobot di kisaran 590 gram. Bodinya terbuat dari bahan silikon lembut, sementara grilnya terbentuk dari baja dengan cat powder coating. Bose bilang catnya ini tidak akan mengelupas, serta tahan terhadap korosi maupun sinar UV. Lebih lanjut, Flex tahan air dan debu dengan sertifikasi IP67. Ia bahkan bisa mengapung di atas air.

Satu keunikan yang Bose yakini tidak bisa ditemui di speaker Bluetooth lain adalah kemampuan perangkat untuk mendeteksi orientasinya, lalu secara otomatis menyesuaikan suara yang dihasilkan. Jadi tidak peduli perangkat sedang berdiri, tidur, atau digantung, suara yang disuguhkan pasti akan selalu optimal.

Fitur positioning semacam ini bukanlah hal baru di industri audio dan sudah bisa kita dapatkan di sejumlah smart speaker. Flex di sisi lain murni mengandalkan koneksi Bluetooth, tidak seperti Sonos Roam yang juga dilengkapi Wi-Fi. Namun entah apa alasannya, Flex masih menggunakan Bluetooth versi lawas (4.2). Beruntung charging-nya sudah mengandalkan USB-C. Baterainya sendiri disebut bisa tahan sampai 12 jam pemakaian dalam sekali charge.

Flex punya sejumlah tombol fisik untuk memudahkan pengoperasian. Ia juga dibekali mikrofon terintegrasi, yang berarti pengguna bisa memakainya sebagai speakerphone ketika menelepon. Menariknya, Flex juga dapat ditandemkan bersama smart speaker atau soundbar besutan Bose. Jadi dengan satu perintah suara ke smart speaker, maka musik juga akan diputar di Flex sekaligus.

Di Amerika Serikat, Bose SoundLink Flex saat ini sudah dijual seharga $149, atau kurang lebih sekitar 2,1 jutaan rupiah. Harganya saat tiba di Indonesia semestinya bakal lebih mahal dari itu, sebab SoundLink Micro yang dibanderol $119 saja dihargai 2,8 jutaan di sini. Untuk pilihan warnanya, Flex tersedia dalam warna hitam, putih, dan biru.

Sumber: CNET dan Bose.

Logi Dock Adalah Docking Station Sekaligus Speakerphone untuk Pekerja di Era Pandemi

Logitech adalah salah satu perusahaan yang justru diuntungkan oleh adanya pandemi. Hingga akhir Juni kemarin, penjualan mereka tercatat naik sebesar 66% dibanding tahun lalu. Padahal, tahun lalu penjualan mereka sebenarnya juga sempat naik drastis di bulan-bulan pertama pandemi.

Namun ketimbang sebatas menggenjot kapasitas produksi webcam dan produk-produk lainnya demi memenuhi demand. Logitech rupanya juga telah meluangkan waktu untuk menciptakan perangkat yang benar-benar dirancang untuk kebutuhan dunia kerja selama masa pandemi. Perangkat tersebut mereka juluki Logi Dock.

Sulit mendeskripsikan Logi Dock dalam satu frasa, sebab ia memang mengemas beberapa fungsi yang berbeda. Secara mendasar, ia merupakan sebuah docking station. Namun di saat yang sama, ia juga merupakan sebuah speaker yang bertenaga.

Sebagai sebuah docking station, Logi Dock dapat disambungkan dengan lima perangkat USB dan dua monitor sekaligus. Lalu dengan menggunakan satu kabel USB-C, seluruh perangkat tersebut dapat dihubungkan ke sebuah laptop, dan laptop-nya sendiri juga akan di-charge oleh Logi Dock dengan output maksimum sebesar 100 W.

Sebagai sebuah speaker, Logi Dock mengandalkan sepasang driver 55 mm dan sepasang passive radiator. Selain dapat menggantikan speaker PC atau laptop, Logi Dock juga bisa berperan sebagai speaker Bluetooth.

Relevan dengan kebutuhan meeting virtual selama pandemi, Logitech tak lupa menanamkan enam buah mikrofon noise cancelling ke dalam Logi Dock. Permukaan atasnya bahkan dilengkapi tombol kapasitif untuk mute/unmute mikrofon, serta untuk menyalakan atau mematikan tampilan video dari webcam.

Semuanya demi menghadirkan setup bekerja yang simpel dan teratur. Tak hanya via hardware, melainkan juga via software; Logi Dock menawarkan integrasi dengan aplikasi Logi Tune, dan aplikasi tersebut dapat pengguna sambungkan ke akun kalendernya.

Dari situ, ketika ada meeting yang segera dimulai, Logi Dock dapat memberikan notifikasi lewat indikator LED-nya, dan pengguna bisa bergabung ke meeting dengan mengklik tombol di Logi Dock. Sebagai informasi, Logitech memang berniat mendapatkan sertifikasi resmi dari Zoom, Microsoft Teams, dan Google Meet untuk Logi Dock.

Rencananya, Logi Dock bakal dipasarkan mulai musim dingin tahun ini (Desember) dengan harga $399, atau kurang lebih sekitar 5,7 jutaan rupiah. Selain warna abu-abu, ia juga akan tersedia dalam warna putih.

Sumber: Logitech.

Donda Stem Player Adalah Speaker Bluetooth Sekaligus Audio Mixer Portabel Hasil Pemikiran Kanye West

Bayangkan sebuah speaker Bluetooth seukuran kepalan tangan, tapi yang punya bakat tersembunyi di bidang produksi musik. Kira-kira begitulah cara saya mendeskripsikan Donda Stem Player, sebuah gadget unik hasil pemikiran rapper sekaligus pebisnis ulung, Kanye West.

Sepintas bentuknya kelihatan mirip seperti Nest Mini, tapi yang permukaannya berlapis silikon lembut ketimbang kain bertekstur. Di sisi atasnya, kita bisa melihat ada empat panel sentuh berbentuk cekung, diikuti oleh sebuah tombol di tengahnya. Sejumlah tombol lain dapat ditemukan mengitari bagian sampingnya, demikian pula port USB-C dan jack 3,5 mm.

Berdasarkan info yang tertera di situsnya, perangkat ini bisa digunakan untuk mengutak-atik lagu apapun; memecah-mecahnya menjadi beberapa bagian; lalu mengontrol elemen-elemen seperti vokal, drum, bass, dan sample. Pengguna juga bisa menambahkan beragam efek, mengontrol kecepatan, maupun mengaktifkan mode real-time looping. Semuanya diatur menggunakan empat panel sentuh itu tadi.

Kalau mau disederhanakan, anggap saja perangkat ini sebagai sebuah audio mixer portabel. Ia dibekali penyimpanan sebesar 8 GB, dan para pengguna dapat saling berbagi hasil mixing dengan mengunggahnya ke situs Donda Stem Player. Kabarnya pengguna juga bisa mendapatkan konten resmi baru lewat situs yang sama. Sebagai informasi, perangkat ini akan dibundel bersama “Donda”, album terbaru Kanye West.

Dengan membeli Donda Stem Player, konsumen pada dasarnya dipersilakan untuk me-remix lagu-lagu terbaru gubahan Kanye West, dan ini secara tidak langsung bakal menjadikan “Donda” sebagai semacam proyek open-source. Namun seperti yang sudah disebutkan, lagu apapun siap dioprek menggunakan Donda Stem Player asalkan formatnya .AIFF, .AIF, .FLAC, .M4A, .MP3, .WAV, .WAVE, .AAC, .ALAC, atau .MP4.

Donda Stem Player merupakan hasil kolaborasi antara Yeezy Tech dan produsen gadget anak-anak, Kano. Perangkat ini dijual seharga $200, dan sejauh ini baru bisa dipesan oleh konsumen di Amerika Serikat dan Inggris saja.

Sumber: The Verge dan Mic.

JBL L75ms Suguhkan Pengalaman Audio Modern dalam Kemasan Bernuansa Retro

Speaker adalah kategori produk teknologi yang cukup istimewa. Di saat kategori lain seperti smartphone atau laptop harus mengandalkan desain yang modern, speaker bebas mengadopsi rancangan lawas. Namun agar bisa relevan di tahun 2021, tentu saja nuansa retro tersebut harus dibarengi dengan sejumlah elemen modern.

Kira-kira begitulah prinsip dasar yang JBL tawarkan melalui lini speaker Classic Series-nya. Anggota terbaru di lineup tersebut adalah JBL L75ms. Bentuknya yang agak melengkung di depan dan datar di belakang mengingatkan saya pada JBL Paragon, speaker raksasa yang JBL produksi sejak tahun 1957 sampai 1983.

Perpaduan rangka kayu berwarna walnut dan busa hitam bermotif kotak-kotak sebagai grille semakin memperkuat kesan kunonya. Namun jangan pernah tertipu dengan penampilan luarnya, sebab jeroannya mencakup komponen-komponen yang sudah sesuai dengan ekspektasi kita terhadap sebuah perangkat audio modern.

Yang paling utama tentu adalah konektivitas nirkabel, baik Wi-Fi maupun Bluetooth, demikian pula dukungan terhadap protokol Chromecast sekaligus AirPlay 2. Streaming langsung menggunakan kabel Ethernet juga dimungkinkan, dan JBL telah membekalinya dengan DAC andal yang mampu mengolah audio dalam format hi-res — sampai 32-bit/192kHz.

Alternatifnya, perangkat turut dibekali input analog 3,5 mm maupun input phono (MM) untuk digunakan bersama turntable. Kalau perlu, JBL L75ms juga dapat diperlakukan sebagai soundbar berkat kehadiran port HDMI ARC, yang berarti ia hanya membutuhkan satu sambungan kabel saja ke TV.

Buka busa hitamnya, maka pengguna bakal menjumpai lima unit driver dengan konfigurasi sebagai berikut: midrange driver 4 inci, sepasang woofer 5,25 inci, dan sepasang tweeter 1 inci. Respon frekuensinya berada di rentang 45 Hz – 25.000 Hz, sedangkan total daya yang dihasilkan amplifier-nya mencapai angka 350 watt.

JBL L75ms mendapat namanya dari umur perusahaan JBL itu sendiri, yang tahun ini menginjak usia 75 tahun. Speaker ini rencananya akan dijual dalam beberapa bulan mendatang seharga $1.500.

Sumber: What Hi-Fi.

Louis Vuitton Luncurkan Speaker Bluetooth Mewah dengan Wujud Mirip Gasing dari Era Cyberpunk

Apa jadinya ketika brand fashion sekelas Louis Vuitton mendesain sebuah speaker Bluetooth? Well, jujur saya tidak bisa memikirkan kata lain di samping “mahal”, terutama setelah melihat produk-produk lain yang pernah LV luncurkan di ranah teknologi, macam smartwatch seharga $2.500 atau TWS seharga $1.000.

Speaker ini pun tentu juga demikian. Dinamai Louis Vuitton Horizon Light Up Speaker, perangkat ini sekarang telah dijual seharga $2.890, atau sekitar 42 juta rupiah. Apa yang membuatnya begitu mahal? Salah satunya alasannya tentu adalah keberadaan logo LV, belum lagi emblem bertuliskan “LOUIS VUITTON” yang bisa menyala pada cincin bagian tengahnya.

Yang sedikit melegakan adalah fakta bahwa produk ini bukanlah versi super-premium dari produk yang sebelumnya sudah tersedia di pasaran, yang harganya langsung melambung tinggi hanya setelah dibubuhi logo LV. Dari segi desain, speaker ini setidaknya cukup orisinal. Sepintas bentuknya langsung mengingatkan saya pada sebuah gasing, tapi terkadang juga tampak seperti sebuah UFO.

Pada kenyataannya, desainnya banyak terinspirasi oleh produk lain LV, yakni Toupie Bag. Di sekujur grille-nya, LV tak lupa menyematkan emboss logo LV dan motif bunga monogram dari bahan kulit. Lalu pada bagian atasnya, terdapat 23 LED yang akan menyala warna-warni, lagi-lagi dengan motif monogram. Speaker ini tercatat memiliki diameter 18 cm, tinggi 14 cm, dan berat 1 kg.

Kinerja audionya sendiri disokong oleh woofer 3 inci dan sepasang tweeter berdiameter 0,75 inci yang menerima asupan daya dari dua unit amplifier berdaya 30 W. Selain Bluetooth 5.1, perangkat juga dibekali konektivitas Wi-Fi sekaligus kompatibel dengan AirPlay 2. LV pun tidak lupa menanamkan tiga buah mikrofon sehingga perangkat juga bisa digunakan untuk menerima panggilan telepon.

Dalam sekali charge via USB-C, speaker ini dapat beroperasi selama 15 jam pemakaian. Paket penjualannya mencakup sebuah unit docking, adaptor universal, dua kabel USB-C (1 meter dan 3 meter), strap kulit, dan sebuah travel pouch. Speaker ini sekarang sudah bisa dibeli melalui online store LV.

Sumber: Engadget.

Ikea dan Sonos Samarkan Speaker Nirkabel Sebagai Sebuah Lukisan

Dua tahun lalu, Ikea dan Sonos menyingkap hasil kolaborasinya berupa speaker yang merangkap peran sebagai rak buku dan lampu meja. Ide menyamarkan perangkat audio sebagai perabot rumah itu masih terus dipertahankan dan dikembangkan lebih lanjut. Yang terbaru, kemitraan kedua perusahaan melahirkan sebuah speaker nirkabel yang menyamar sebagai lukisan.

Ikea dan Sonos menjuluki produk ini dengan nama “Symfonisk Picture Frame WiFi Speaker”. Namun sebenarnya akan lebih akurat jika ia dikategorikan sebagai lukisan ketimbang bingkai foto, sebab kita tidak bisa menyelipkan foto atau gambar milik kita sendiri. Beruntung panel depannya masih bisa dilepas dan diganti dengan yang lain, yang akan Ikea jual secara terpisah seharga $20 per panel.

Saat panel depannya dilepas, kita pun bisa langsung melihat jeroan speaker-nya, yang sayangnya belum dijabarkan secara merinci oleh Ikea maupun Sonos. Perangkat ini dapat digantungkan ke tembok dalam posisi horizontal maupun vertikal, dan sisi belakangnya dilengkapi banyak celah untuk membelok-belokkan kabel penyalur dayanya.

Alternatifnya, perangkat juga dapat diberdirikan sendiri di atas lantai atau meja berkat kaki-kaki kecil yang dapat dilipat ke dalam maupun ke luar. Selain supaya perangkat dapat berdiri dengan stabil, kaki-kaki tersebut juga berfungsi untuk meredam getaran, sehingga pada akhirnya suara bass bisa terdengar lebih bulat. Ikea tampaknya benar-benar memanfaatkan pengalaman panjangnya di dunia desain produk dalam mengembangkan perangkat ini.

Untuk mengoperasikan speaker, pengguna dapat memakai aplikasi Sonos di smartphone, atau bisa juga dengan mengklik tombol-tombol yang berada di sisi kiri untuk mengatur volume maupun playback. Seperti halnya produk Sonos lain, perangkat ini juga bisa diikutkan ke dalam setup multi-room. Pengguna perangkat iOS maupun macOS juga dapat meneruskan audio secara nirkabel ke speaker ini dengan memanfaatkan protokol AirPlay 2.

Dijual seharga $199, speaker jadi-jadian ini semestinya bisa menjadi alternatif yang menarik bagi mereka yang ingin mempunyai speaker nirkabel sekaligus menghiasi kediamannya dengan sebuah karya seni. Belum diketahui kapan perangkat ini bakal mendarat di Indonesia, namun pemasarannya di Amerika Serikat bakal berlangsung mulai pertengahan bulan Juli.

Sumber: The Verge dan Ikea.

Belkin SoundForm Connect Ubah Speaker Apapun Jadi Speaker Nirkabel dengan AirPlay 2

Speaker baru belum tentu kualitas suaranya lebih bagus daripada speaker lama, dan itu saja sebenarnya sudah cukup untuk menjadi alasan mengapa kita harus menyimpan speaker lama kita dengan baik. Namun tidak bisa dipungkiri, konektivitas nirkabel yang ditawarkan speaker modern sangatlah memudahkan penggunaan sehari-hari, dan ini yang sering kali membuat kita move on dari speaker lawas.

Kabar baiknya, di luar sana ada banyak perangkat yang bisa dipakai untuk menyulap speaker lama menjadi speaker wireless. Contohnya adalah perangkat bernama Belkin SoundForm Connect berikut ini, yang mampu menghadirkan dukungan AirPlay 2 ke speaker apapun yang dilengkapi colokan input 3,5 mm atau optical.

Jadi dengan menghubungkan SoundForm Connect ke speaker via salah satu pilihan input tadi, maka pengguna bisa langsung meneruskan audio dari iPhone, iPad, Mac, maupun Apple TV menuju ke speaker secara nirkabel. AirPlay 2 memanfaatkan sambungan Wi-Fi ketimbang Bluetooth, dan itu berarti latensinya pun jauh lebih minimal daripada menggunakan sebuah adaptor Bluetooth.

Kalau Anda masih ingat dengan Chromecast Audio, premis yang ditawarkan perangkat ini sejatinya tidak jauh berbeda. Yang berbeda hanyalah dukungan ekosistemnya. AirPlay 2 sendiri juga berbeda dari generasi pertamanya. Yang paling utama, AirPlay 2 mendukung teknologi multi-room, yang berarti speaker lama Anda juga bisa diikutkan ke dalam setup multi-room dengan bantuan Belkin SoundForm Connect ini.

Secara teknis, SoundForm Connect mendukung streaming audio dengan resolusi maksimum 16-bit/44,1 kHz. Di resolusi tersebut, audio pada dasarnya sudah bisa dikategorikan lossless. Kebetulan Apple baru-baru ini mengumumkan bahwa Apple Music akan segera kedatangan konten musik lossless, dan ini semestinya bisa menjadi alasan tambahan untuk menggaet perangkat ini dan mengubah speaker lawas menjadi speaker AirPlay 2.

Di Amerika Serikat, Belkin SoundForm Connect saat ini telah dipasarkan seharga $100. Memang jauh dari kata murah, apalagi mengingat HomePod Mini sendiri dijual di harga yang sama persis. Pun demikian, perangkat ini tetap merupakan salah satu opsi terbaik untuk menjadikan speakerspeaker lawas tetap relevan di era serba wireless.

Sumber: 9to5Mac.