Tag Archives: speaker portabel

10 Speaker Portabel Pilihan untuk Dijadikan Kado Tahun Baru

Libur akhir tahun sudah hampir tiba, dan sebagian besar dari kita mungkin bakal memanfaatkan kesempatan ini untuk memberi hadiah kepada orang-orang terdekat. Hadiahnya tentu bisa bermacam-macam tergantung selera dan karakter tiap orang, akan tetapi speaker portabel bisa jadi salah satu opsi hadiah yang cukup universal berkat kepraktisan yang ditawarkan.

Dalam artikel ini, saya telah merangkum 10 speaker portabel pilihan yang dapat dijadikan kado tahun baru. Portabel berarti speaker-nya harus mudah dibawa-bawa dan dapat beroperasi di mana saja (alias memiliki baterai dan tidak perlu dicolokkan ke sumber listrik setiap saat), dan tentu saja speaker-nya juga wajib dibekali Bluetooth sebagai konektivitas utamanya.

Ultimate Ears Wonderboom 2

Kecil, kuat, awet. Tiga kata tersebut sudah bisa menggambarkan keunggulan speaker ini. Diameternya memang cuma 104 mm, dan tingginya pun hanya 95 mm, akan tetapi ia diklaim telah lulus uji jatuh dari ketinggian 1,5 m. Bagaimana seandainya terjatuh ke air? Tidak masalah, sebab ia telah mengantongi sertifikasi ketahanan air dan debu IP67, dan ia juga bakal mengapung dengan sendirinya di atas air.

Terlepas dari wujudnya yang mungil, suara yang dihasilkan tergolong cukup menggelegar, apalagi berkat fitur Outdoor Boost yang tersematkan. Lebih istimewa lagi, speaker seharga Rp999.000 ini mampu beroperasi hingga 13 jam nonstop sebelum kehabisan daya.

Link pembelian: Ultimate Ears Wonderboom 2

JBL Flip 5

Seri JBL Flip dikenal akan kombinasi kualitas suaranya yang mantap dengan desainnya yang simpel dan ringkas. Dibandingkan generasi sebelumnya, Flip 5 memang sedikit lebih bongsor, akan tetapi suara yang dihasilkan juga lebih baik lagi, terutama di sektor bass.

Portabilitasnya dijamin berkat sertifikasi IPX7, dan ia pun siap bekerja selama 12 jam nonstop sebelum baterainya perlu diisi ulang. Charging-nya pun kini lebih mudah berkat penggunaan port USB-C ketimbang Micro USB. Harganya? Rp1.399.000.

Link pembelian: JBL Flip 5

JBL Clip 4

Opsi lain dari JBL yang layak dipertimbangkan — sekaligus yang lebih mungil dan lebih terjangkau — JBL Clip 4 mengusung desain yang unik berkat karabiner terintegrasi. Ini tentu membuatnya sangat mudah dibawa bepergian, dan Anda juga tidak perlu khawatir akan keselamatannya di alam liar mengingat ia telah mengantongi sertifikasi IP67.

Tiga buah tombol di sisi depannya menjadikan pengoperasiannya begitu mudah, dan suara yang dihasilkan pun tergolong besar untuk ukurannya. Meski mungil, daya tahan baterainya tergolong cukup awet, dengan klaim hingga 10 jam pemakaian per charge. Tertarik? Siapkan dana Rp1.099.000.

Link pembelian: JBL Clip 4

Sonos Roam

Paling mahal di antara yang lain, Sonos Roam menebus kekurangan tersebut lewat kualitas audio yang sangat baik dalam kemasan yang tidak lebih besar dari kaleng bir setengah liter. Tidak seperti yang lain, speaker seharga 3,7 jutaan rupiah ini dibekali konektivitas Bluetooth dan Wi-Fi sekaligus, dan ia dapat diikutkan ke dalam sistem audio multi-room milik Sonos jika perlu.

Dalam sekali pengisian, baterainya bisa bertahan sampai 10 jam pemakaian, dan ia dapat diisi ulang menggunakan Qi wireless charger demi semakin menambah kepraktisan. Secara fisik, Sonos Roam tergolong cukup kapabel berkat sertifikasi ketahanan air dan debu IP67.

Link pembelian: Sonos Roam

Bose SoundLink Micro

Termahal kedua setelah Sonos Roam, speaker besutan Bose ini juga sangat dikenal akan kualitas suaranya yang prima meski dimensinya hanya sebesar sekepalan tangan. Fisiknya pun cukup unik karena menggunakan bahan karet silikon, dan ia turut dilengkapi sebuah pengait untuk digantungkan ke tas atau setang sepeda. Tidak sengaja tercebur ke air? Bukan masalah karena ia telah lulus uji sertifikasi IPX7.

Kekurangan utama Bose SoundLink Micro dibanding speaker-speaker lain di artikel ini adalah terkait baterainya. Dalam sekali charge, ia cuma mampu bertahan hingga 6 jam saja. Memang sudah tergolong cukup, tapi mungkin kurang ideal buat perjalanan yang amat jauh.

Link pembelian: Bose SoundLink Micro

Sony SRS-XB13

Salah satu kelemahan utama speaker berukuran mini umumnya adalah bass yang terasa kurang menendang. Namun entah kenapa itu seakan tidak berlaku buat Sony SRS-XB13. Kalau punya dua unit, Anda bisa menyambungkan keduanya menjadi konfigurasi stereo.

Agar lebih mudah dibawa-bawa, Sony tak lupa melengkapinya dengan strap yang bisa diikatkan dalam dua cara yang berbeda. Fisiknya sepenuhnya tahan air dan debu dengan sertifikasi IP67, dan baterainya cukup untuk pemakaian selama 16 jam dalam sekali charge. Harganya pun termasuk cukup kompetitif di Rp999.000.

Link pembelian: Sony SRS-XB13

Sony SRS-XB23

Alternatif lain dari Sony yang tidak terpaut terlalu jauh harganya adalah SRS-XB23. Model ini menjanjikan kualitas suara yang lebih superior, terutama berkat penggunaan Bluetooth 5 dan dukungan codec LDAC. Bass yang dihasilkan juga bisa dipastikan lebih bulat berkat sepasang radiator pasif yang tertanam. Harganya sendiri masih sangat kompetitif di Rp1.249.000.

Seperti adiknya, XB23 turut mengusung bodi tahan air dan debu dengan sertifikasi IP67, dan colokan untuk charging-nya pun sudah mengandalkan USB-C. Dalam sekali pengisian, baterainya cukup untuk digeber selama 12 jam nonstop.

Link pembelian: Sony SRS-XB23

LG XBOOM Go PL5

Suara yang jernih dan bass yang mantap merupakan nilai jual utama speaker seharga Rp1.649.000 ini. LG tidak sendirian dalam pengembangannya, melainkan dibantu oleh ahli audio kenamaan asal Inggris, Meridian Audio, dan partisipasinya dapat langsung terasa sesaat setelah kita mendengarkan suara yang dihasilkan.

Secara estetika, speaker ini kelihatan cukup simpel, namun tetap cukup stylish berkat cincin lampu warna-warni di kedua sisinya. Berbekal sertifikasi IPX5, semprotan air maupun debu tidak akan menjadi masalah besar buatnya. Yang istimewa, baterainya bisa tahan sampai 18 jam penggunaan kalau lampu-lampunya dimatikan.

Link pembelian: LG XBOOM Go PL5

Soundcore Flare S+

Bentuknya mirip termos mini, speaker ini siap menyajikan audio 360° dengan berbekal sepasang full-range driver yang saling berpunggungan, sepasang tweeter, dan sepasang radiator pasif. Sebagai bonus, speaker seharga Rp999.000 ini juga dapat digunakan untuk berinteraksi dengan Alexa.

Dengan fisik bersertifikasi IPX7, ia merupakan speaker yang tepat untuk dibawa ke acara pool party. Acaranya berkepanjangan dari senja hingga fajar? Bukan masalah, sebab baterainya dapat tahan sampai 16 jam dalam sekali charge.

Link pembelian: Soundcore Flare S+

OontZ Angle 3 Ultra

Salah satu andalan komunitas audio kere hore sejak lama, speaker ini banyak direkomendasikan berkat keseimbangan antara harga, performa, dan fitur yang ditawarkannya. Pada versi terbarunya, OontZ Angle 3 Ultra (4th Gen), pengguna bisa menghubungkan dua unit secara nirkabel untuk ditempatkan di ruangan yang berbeda.

Seperti speaker-speaker lainnya di artikel ini, OontZ Angle 3 Ultra turut mengemas bodi yang tahan air, spesifiknya yang memenuhi sertifikasi IPX7. Dalam sekali charge, ia mampu beroperasi hingga 20 jam, dan pengisiannya kini sudah mengandalkan USB-C pada versi terbarunya. Speaker ini bisa dibeli seharga Rp899.000.

Link pembelian: OontZ Angle 3 Ultra

Gambar header: Dusan Jovic via Unsplash.

Bose SoundLink Flex Janjikan Suara Terbaik di Kelas Speaker Bluetooth Seukurannya

Usai meluncurkan QuietComfort 45 bulan lalu, Bose kini mengalihkan perhatiannya ke segmen speaker portabel. Karya terbarunya di kategori ini adalah SoundLink Flex, yang diklaim mampu menyajikan kinerja audio terbaik di kelas speaker seukurannya.

Bose percaya perpaduan custom transducer dan sepasang passive radiator yang mereka sematkan pada Flex mampu memaksimalkan clarity selagi menyuguhkan dentuman “bass yang dapat dirasakan di dada”. Sebagai referensi, suara yang dihasilkan Bose SoundLink Micro sudah sangat bagus untuk speaker seukurannya, dan Flex semestinya berada satu level di atasnya berkat volume fisik yang lebih besar.

Spesifiknya, Flex memiliki dimensi 200 x 91 x 53 mm, dengan bobot di kisaran 590 gram. Bodinya terbuat dari bahan silikon lembut, sementara grilnya terbentuk dari baja dengan cat powder coating. Bose bilang catnya ini tidak akan mengelupas, serta tahan terhadap korosi maupun sinar UV. Lebih lanjut, Flex tahan air dan debu dengan sertifikasi IP67. Ia bahkan bisa mengapung di atas air.

Satu keunikan yang Bose yakini tidak bisa ditemui di speaker Bluetooth lain adalah kemampuan perangkat untuk mendeteksi orientasinya, lalu secara otomatis menyesuaikan suara yang dihasilkan. Jadi tidak peduli perangkat sedang berdiri, tidur, atau digantung, suara yang disuguhkan pasti akan selalu optimal.

Fitur positioning semacam ini bukanlah hal baru di industri audio dan sudah bisa kita dapatkan di sejumlah smart speaker. Flex di sisi lain murni mengandalkan koneksi Bluetooth, tidak seperti Sonos Roam yang juga dilengkapi Wi-Fi. Namun entah apa alasannya, Flex masih menggunakan Bluetooth versi lawas (4.2). Beruntung charging-nya sudah mengandalkan USB-C. Baterainya sendiri disebut bisa tahan sampai 12 jam pemakaian dalam sekali charge.

Flex punya sejumlah tombol fisik untuk memudahkan pengoperasian. Ia juga dibekali mikrofon terintegrasi, yang berarti pengguna bisa memakainya sebagai speakerphone ketika menelepon. Menariknya, Flex juga dapat ditandemkan bersama smart speaker atau soundbar besutan Bose. Jadi dengan satu perintah suara ke smart speaker, maka musik juga akan diputar di Flex sekaligus.

Di Amerika Serikat, Bose SoundLink Flex saat ini sudah dijual seharga $149, atau kurang lebih sekitar 2,1 jutaan rupiah. Harganya saat tiba di Indonesia semestinya bakal lebih mahal dari itu, sebab SoundLink Micro yang dibanderol $119 saja dihargai 2,8 jutaan di sini. Untuk pilihan warnanya, Flex tersedia dalam warna hitam, putih, dan biru.

Sumber: CNET dan Bose.

JBL Flip 6 Hadir Membawa Peningkatan Signfikan dari Segi Fisik dan Kualitas Suara

Dengan desain silindris yang ringkas, wajar apabila seri JBL Flip jadi salah satu speaker portabel yang cukup populer di pasaran. Setelah 9 tahun eksis, seri ini telah menginjak generasi yang keenam, dan bersamanya, hadir dua penyempurnaan yang amat signifikan.

Yang pertama, JBL Flip 6 hadir membawa bodi yang lebih kokoh lagi ketimbang pendahulunya. Kalau Flip 5 tahan air dengan sertifikasi IPX7, Flip 6 selevel lebih tinggi dengan sertifikasi ketahanan air dan debu IP67. Artinya, Flip 6 tak hanya siap diceburkan ke kolam renang, melainkan juga diajak bersantai di pantai.

Rancangan yang lebih rugged ini tentu membuatnya semakin fleksibel untuk dibawa-bawa. Logo JBL di sisi depannya kini jauh lebih besar, dan konsumen kini dapat memilih dari sembilan opsi warna yang tersedia.

Penyempurnaan signifikan yang kedua tidak dapat kita lihat, tetapi harus kita dengarkan. Flip 6 mengemas sepasang passive radiator, sebuah woofer, dan tweeter terpisah untuk menghasilkan kualitas suara yang lebih baik di semua rentang frekuensi (low, mid, high).

JBL turut menjanjikan output daya yang lebih besar. Sebagai konteks, Flip 5 sebelumnya mampu menggelontorkan daya sebesar 20 W. Perubahan yang terakhir adalah Bluetooth 5.1, menggantikan Bluetooth 4.2 yang terpasang pada generasi sebelumnya.

Semua itu tanpa memberikan pengaruh negatif terhadap daya tahan baterai. Dalam sekali pengisian, Flip 6 diyakini sanggup memutar musik hingga 12 jam nonstop. Angka tersebut sama persis seperti yang dicatatkan pendahulunya, padahal Flip 6 diklaim lebih powerful. Kemungkinan besar, ini berkaitan dengan penggunaan Bluetooth versi kelima.

Dukungan atas fitur JBL PartyBoost tetap tersedia, yang berarti dua atau lebih Flip 6 dapat dihubungkan secara nirkabel untuk memutar musik bersama-sama dari satu sumber audio. Rencananya, JBL Flip 6 akan tersedia di pasaran mulai November 2021. Harganya $130, cuma $10 lebih mahal dari Flip 5.

Sumber: SlashGear dan JBL.

Donda Stem Player Adalah Speaker Bluetooth Sekaligus Audio Mixer Portabel Hasil Pemikiran Kanye West

Bayangkan sebuah speaker Bluetooth seukuran kepalan tangan, tapi yang punya bakat tersembunyi di bidang produksi musik. Kira-kira begitulah cara saya mendeskripsikan Donda Stem Player, sebuah gadget unik hasil pemikiran rapper sekaligus pebisnis ulung, Kanye West.

Sepintas bentuknya kelihatan mirip seperti Nest Mini, tapi yang permukaannya berlapis silikon lembut ketimbang kain bertekstur. Di sisi atasnya, kita bisa melihat ada empat panel sentuh berbentuk cekung, diikuti oleh sebuah tombol di tengahnya. Sejumlah tombol lain dapat ditemukan mengitari bagian sampingnya, demikian pula port USB-C dan jack 3,5 mm.

Berdasarkan info yang tertera di situsnya, perangkat ini bisa digunakan untuk mengutak-atik lagu apapun; memecah-mecahnya menjadi beberapa bagian; lalu mengontrol elemen-elemen seperti vokal, drum, bass, dan sample. Pengguna juga bisa menambahkan beragam efek, mengontrol kecepatan, maupun mengaktifkan mode real-time looping. Semuanya diatur menggunakan empat panel sentuh itu tadi.

Kalau mau disederhanakan, anggap saja perangkat ini sebagai sebuah audio mixer portabel. Ia dibekali penyimpanan sebesar 8 GB, dan para pengguna dapat saling berbagi hasil mixing dengan mengunggahnya ke situs Donda Stem Player. Kabarnya pengguna juga bisa mendapatkan konten resmi baru lewat situs yang sama. Sebagai informasi, perangkat ini akan dibundel bersama “Donda”, album terbaru Kanye West.

Dengan membeli Donda Stem Player, konsumen pada dasarnya dipersilakan untuk me-remix lagu-lagu terbaru gubahan Kanye West, dan ini secara tidak langsung bakal menjadikan “Donda” sebagai semacam proyek open-source. Namun seperti yang sudah disebutkan, lagu apapun siap dioprek menggunakan Donda Stem Player asalkan formatnya .AIFF, .AIF, .FLAC, .M4A, .MP3, .WAV, .WAVE, .AAC, .ALAC, atau .MP4.

Donda Stem Player merupakan hasil kolaborasi antara Yeezy Tech dan produsen gadget anak-anak, Kano. Perangkat ini dijual seharga $200, dan sejauh ini baru bisa dipesan oleh konsumen di Amerika Serikat dan Inggris saja.

Sumber: The Verge dan Mic.

Louis Vuitton Luncurkan Speaker Bluetooth Mewah dengan Wujud Mirip Gasing dari Era Cyberpunk

Apa jadinya ketika brand fashion sekelas Louis Vuitton mendesain sebuah speaker Bluetooth? Well, jujur saya tidak bisa memikirkan kata lain di samping “mahal”, terutama setelah melihat produk-produk lain yang pernah LV luncurkan di ranah teknologi, macam smartwatch seharga $2.500 atau TWS seharga $1.000.

Speaker ini pun tentu juga demikian. Dinamai Louis Vuitton Horizon Light Up Speaker, perangkat ini sekarang telah dijual seharga $2.890, atau sekitar 42 juta rupiah. Apa yang membuatnya begitu mahal? Salah satunya alasannya tentu adalah keberadaan logo LV, belum lagi emblem bertuliskan “LOUIS VUITTON” yang bisa menyala pada cincin bagian tengahnya.

Yang sedikit melegakan adalah fakta bahwa produk ini bukanlah versi super-premium dari produk yang sebelumnya sudah tersedia di pasaran, yang harganya langsung melambung tinggi hanya setelah dibubuhi logo LV. Dari segi desain, speaker ini setidaknya cukup orisinal. Sepintas bentuknya langsung mengingatkan saya pada sebuah gasing, tapi terkadang juga tampak seperti sebuah UFO.

Pada kenyataannya, desainnya banyak terinspirasi oleh produk lain LV, yakni Toupie Bag. Di sekujur grille-nya, LV tak lupa menyematkan emboss logo LV dan motif bunga monogram dari bahan kulit. Lalu pada bagian atasnya, terdapat 23 LED yang akan menyala warna-warni, lagi-lagi dengan motif monogram. Speaker ini tercatat memiliki diameter 18 cm, tinggi 14 cm, dan berat 1 kg.

Kinerja audionya sendiri disokong oleh woofer 3 inci dan sepasang tweeter berdiameter 0,75 inci yang menerima asupan daya dari dua unit amplifier berdaya 30 W. Selain Bluetooth 5.1, perangkat juga dibekali konektivitas Wi-Fi sekaligus kompatibel dengan AirPlay 2. LV pun tidak lupa menanamkan tiga buah mikrofon sehingga perangkat juga bisa digunakan untuk menerima panggilan telepon.

Dalam sekali charge via USB-C, speaker ini dapat beroperasi selama 15 jam pemakaian. Paket penjualannya mencakup sebuah unit docking, adaptor universal, dua kabel USB-C (1 meter dan 3 meter), strap kulit, dan sebuah travel pouch. Speaker ini sekarang sudah bisa dibeli melalui online store LV.

Sumber: Engadget.

Speaker Bluetooth Terbaru B&O Unggulkan Baterai yang Sangat Awet dan Bodi Tahan Air

Bang & Olufsen mungkin lebih dikenal sebagai produsen speaker kelas sultan dengan desain yang elegan sekaligus mewah, akan tetapi sesekali pabrikan asal Denmark itu juga menciptakan speaker portabel yang ditujukan buat mereka yang gemar mengeksplorasi alam. Salah satu contohnya adalah speaker bernama Beosound Explore berikut ini.

Dari namanya sudah bisa kita tebak bahwa perangkat ini mengemas bodi yang tangguh. Rangka aluminiumnya diklaim tahan gores, dan secara keseluruhan ia tahan air serta debu dengan sertifikasi IP67. Jadi seandainya tidak sengaja tercemplung ke kolam, perangkat masih akan tetap bisa beroperasi secara normal. Pada sisi atasnya, terdapat lima tombol fisik.

Bentuk grille-nya mengindikasikan kalau ia dapat mendistribusikan suara ke segala sudut (360°), dan suaranya sendiri berasal dari sepasang full-range driver 1,8 inci, yang masing-masing ditenagai amplifier Class D 30 W. Menurut B&O, suaranya cukup lantang untuk mengisi ruangan berukuran 5 sampai 30 m².

Kalau masih kurang keras, pengguna juga dapat menghubungkan dua unit Beosound Explore sekaligus sebagai sebuah setup stereo. Konektivitasnya sudah menggunakan yang terbaru, yakni Bluetooth 5.2, serta telah mendukung teknologi fast pairing besutan Apple, Google, maupun Microsoft.

Penggunaan Bluetooth 5.2 tak hanya menjanjikan koneksi yang lebih stabil, melainkan juga konsumsi baterai yang sangat irit. Dalam sekali charge, Beosound Explore diklaim bisa beroperasi hingga 27 jam nonstop. Sebagai perbandingan, speaker portabel lain yang cukup populer macam JBL Charge 5 ‘hanya’ mampu bertahan selama 20 jam, demikian pula UE Hyperboom yang tercatat memiliki daya tahan baterai hingga 24 jam.

Lebih mengesankan lagi, ini bisa dicapai oleh Beosound Explore selagi mempertahankan desain yang lebih ringkas ketimbang dua speaker lain tadi. Dimensinya tercatat berada di angka 81 x 124 x 81 mm, sedangkan bobotnya berada di kisaran 631 gram (tanpa karabiner). Charging-nya sendiri membutuhkan waktu sekitar 2 jam dari kosong sampai benar-benar penuh.

Di Amerika Serikat, Beosound Explore saat ini telah dijual dengan harga $199 (± Rp2,85 jutaan). Pilihan warna yang tersedia sekarang ada dua, yakni hitam dan hijau, lalu di musim panas nanti akan menyusul varian berwarna abu-abu.

Sumber: The Verge dan Engadget.

Sonos Roam Adalah Speaker Terkecil Sekaligus Termurah Sonos Sejauh Ini

Meski sudah menggeluti bidang audio nirkabel sejak lama, Sonos baru meluncurkan speaker portabel pertamanya, Sonos Move, di tahun 2019. Satu hal yang cukup disayangkan adalah, dengan ukuran sebesar 240 x 160 x 126 mm, Sonos Move tidak seportabel kebanyakan speaker Bluetooth lain yang ada di pasaran.

Pernyataan ini tidak berlaku untuk speaker terbarunya, Sonos Roam. Dengan dimensi hanya 168 x 62 x 60 mm (kurang lebih sebesar botol minum), Roam tentu sangat mudah dibawa-bawa, apalagi mengingat bobotnya cuma berada di kisaran 0,43 kg. Kalau perlu membawanya ke samping kolam renang pun juga tidak masalah, sebab Roam telah mengantongi sertifikasi ketahanan air IP67 (sampai kedalaman 1 meter selama 30 menit).

Di dalamnya bernaung sebuah mid-woofer, sebuah tweeter, dan sepasang amplifier Class-H. Yang menarik adalah, Roam tidak mendistribusikan suara ke segala sudut (360°) seperti mayoritas speaker Bluetooth. Namun supaya suara yang dihasilkan tetap optimal dalam berbagai kondisi, Roam tetap dibekali fitur Trueplay yang akan menyesuaikan sendiri karakteristik suaranya secara otomatis berdasarkan posisinya di dalam ruangan.

Roam memanfaatkan unit mikrofon beamforming yang tertanam di dalamnya untuk mewujudkan fitur Trueplay ini. Tentu saja mikrofon yang sama juga berfungsi untuk menangkap suara pengguna, sebab Roam memang mendukung integrasi Google Assistant maupun Amazon Alexa.

Tidak seperti speaker Bluetooth pada umumnya, Roam mengemas konektivitas Bluetooth 5.0 dan Wi-Fi sekaligus. Jadi selagi masih berada di rumah, Roam dapat terhubung ke jaringan Wi-Fi untuk memutar audio langsung dari layanan streaming. Barulah ketika dibawa ke luar, Roam langsung berganti ke mode Bluetooth secara otomatis.

Kehadiran Wi-Fi berarti Roam juga dapat terhubung ke sistem multi-room yang sudah menjadi ciri khas Sonos selama ini. Pengguna juga bisa memperlakukan dua unit Roam sebagai speaker stereo, tapi sayangnya ini cuma berlaku jika perangkat terhubung ke jaringan Wi-Fi saja, bukan Bluetooth.

Dalam satu kali pengisian, Roam diyakini mampu beroperasi hingga 10 jam nonstop. Opsi charging-nya ada dua: menggunakan kabel USB-C, atau menggunakan wireless charger. Yang termasuk dalam paket penjualan memang cuma kabelnya saja, akan tetapi kabar baiknya pengguna tetap bisa menggunakan Qi wireless charger lain yang mereka punyai.

Sebagai speaker terkecil Sonos, Roam jelas merupakan yang paling terjangkau. Di Amerika Serikat, Sonos bakal memasarkannya seharga $169 (± 2,4 jutaan rupiah) mulai tanggal 20 April mendatang. Pilihan warna yang tersedia ada dua, yakni hitam atau putih.

Sumber: Sonos.

Berkat Rancangan Modular, Speaker Beosound Level Bakal Punya Umur Panjang

Satu hal unik yang memisahkan perangkat audio dari produk teknologi lain adalah faktor usia. Speaker atau amplifier dari puluhan tahun silam mungkin masih bisa berfungsi dengan baik sekarang, dan terkadang kualitas suara yang dihasilkan juga bisa mengalahkan perangkat serupa yang lebih modern.

Itulah mengapa bagi sebagian orang perangkat audio ibarat suatu produk investasi. Mereka tidak segan mengucurkan dana ribuan dolar hanya untuk sebuah speaker, sebab mereka tahu perangkat itu masih relevan sampai beberapa dekade lagi. Masalahnya, pemikiran yang sama jarang bisa berlaku untuk perangkat audio modern.

Ambil contoh speaker portabel. Semahal apapun material yang diusung, speaker tersebut masih mengemas baterai rechargeable yang bisa mengalami degradasi kinerja seiring berjalannya waktu. Bisa dibayangkan betapa mengesalkannya membeli speaker portabel seharga $1.000, lalu baterainya tidak lagi berfungsi setelah dua atau tiga tahun dan harus dibawa ke tukang servis.

Solusi yang lebih elegan adalah desain yang modular, yang memungkinkan beberapa komponen speaker untuk ditukar dengan yang baru apabila diperlukan. Itulah filosofi di balik speaker portabel terbaru dari Bang & Olufsen: Beosound Level. Sepintas penampilannya kelihatan seperti speaker kuno, dan itu mungkin disengaja guna menggambarkan bahwa ia punya umur yang panjang seperti perangkat-perangkat dari zaman lawas.

Umur panjang tersebut dimungkinkan berkat modul streaming dan baterai yang bisa dilepas-pasang. Idenya adalah, ketika komponen-komponen tersebut sudah menurun kinerjanya – atau sudah ketinggalan zaman – pengguna bisa melepas dan menggantinya dengan yang baru. Anggap saja ke depannya bakal ada teknologi yang lebih advanced ketimbang Chromecast maupun AirPlay, maka konsumen bisa ikut menikmatinya dengan meng-upgrade modul streaming Beosound Level, tidak harus membeli speaker baru.

Sebagai sebuah speaker portabel, Beosound Level tergolong cukup fleksibel. Ia bisa ditidurkan atau diberdirikan, atau kalau perlu juga bisa digantungkan ke tembok dengan bantuan wall bracket yang dijual terpisah. Dalam posisi yang berbeda-beda itu, perangkat bakal menyesuaikan karakter akustiknya secara otomatis sehingga suara yang dihasilkan tetap optimal di mana pun ia berada.

Di dalamnya bernaung sepasang woofer 4 inci, satu full-range driver 2 inci, dan sepasang tweeter 0,8 inci, masing-masing dengan unit amplifier-nya sendiri-sendiri. Cover depannya bisa dipilih antara yang berbahan kayu atau kain, dan secara keseluruhan perangkat seberat 3,3 kg ini tahan air dengan sertifikasi IP54.

Dalam sekali pengisian, Beosound Level diklaim mampu beroperasi hingga 16 jam nonstop. Charging-nya bisa dengan mengandalkan kabel USB-C, atau bisa juga dengan menancapkan konektor magnetis khusus ke sisi belakangnya. Wi-Fi AC, Bluetooth 5.0, integrasi Chromecast, sampai dukungan AirPlay 2 dan Spotify Connect, semuanya hadir sebagai standar di sini.

Seperti yang sudah bisa ditebak dari produk besutan B&O, harganya jauh dari kata murah. Di Amerika Serikat, Beosound Level saat ini sudah dijual dengan banderol mulai $1.499. Belum diketahui berapa harga yang akan dipatok untuk modul-modul penggantinya, tapi kemungkinan besar juga tidak murah.

Sumber: Trusted Reviews.

Teno Adalah Lampu Sekaligus Speaker Portabel Berdesain Unik Karya Anak Bangsa

Di tahun 2014, seorang arsitek berdarah Indonesia, Max Gunawan, memberanikan diri untuk terjun ke bidang teknologi lewat suatu produk yang mengedepankan aspek desain. Produk tersebut adalah Lumio, sebuah lampu portabel yang menyamar sebagai buku, yang sangat populer sampai-sampai banyak versi palsunya yang beredar.

Memasuki akhir tahun pandemi ini, Max kembali melancarkan kampanye crowdfunding di Kickstarter untuk produk keduanya yang bernama Teno. Seperti halnya Lumio, Teno juga merupakan sebuah lampu portabel, tapi ternyata ia juga merangkap peran sebagai speaker Bluetooth.

Juga sama seperti Lumio, yang paling mencuri perhatian dari Teno adalah desainnya. Sepintas, ia kelihatan seperti sebuah mangkok tertutup yang terbuat dari batu, dengan bagian tengah yang retak sampai ke samping. Buka retakan tersebut, maka lampu berwarna kuning akan menyala seketika itu juga, dan musik pun juga siap dialunkan.

Max menjelaskan bahwa desain Teno banyak terinspirasi oleh kintsugi, seni mereparasi barang pecah belah seperti tembikar menggunakan pernis yang dicampuri emas. Lewat Teno, Max pada dasarnya ingin menciptakan suatu produk teknologi yang tak lekang oleh waktu, bukan yang harus diganti dengan yang baru setiap tahunnya.

Berhubung estetika adalah prioritas yang paling utama, jangan terkejut apabila Teno tidak dibekali tombol sama sekali. Sebagai gantinya, hampir seluruh permukaannya telah dilengkapi panel sentuh. Sentuh di dekat bagian retakannya, maka tingkat kecerahan lampunya akan berubah (maksimum sampai 250 lumen). Sentuh agak jauh dari retakannya, maka kita bisa menerima atau menghentikan panggilan telepon.

Namun favorit saya adalah gesture untuk mengatur volume suaranya, yakni cukup dengan mengusap ke atas atau bawah pada lengkungan di sisi kiri maupun kanan Teno. Biarpun tak memiliki tombol, sensasi taktil tetap sanggup Teno sajikan berkat tekstur permukaannya yang menyerupai batu, apalagi mengingat rangka Teno memang terbuat dari campuran bahan resin dan pasir alami.

Secara teknis, Teno memiliki diameter 13 cm dan tinggi sekitar 6,4 cm, sedangkan bobotnya berada di kisaran 900 gram. Di dalamnya, tertanam sebuah full-range driver berdiameter 45 mm, lengkap beserta sebuah passive radiator dan amplifier Class-D berdaya 10 W. Urusan konektivitas, Teno mengandalkan Bluetooth 5.0 dengan dukungan codec aptX HD.

Volumenya sendiri disebut cukup untuk mengisi ruangan dengan luas 5-20 m², dan saya sudah bisa membayangkan Teno sebagai salah satu ornamen yang menghiasi meja di samping tempat tidur, yang kemudian bisa dibawa ke ruang membaca ketika dibutuhkan. Alternatifnya, pengguna juga bisa menghubungkan dua unit Teno untuk mendapatkan setup stereo.

Teno mengemas baterai berkapasitas 2.800 mAh, dan ini disebut cukup untuk menenagai lampunya menyala paling terang selama 4 jam, atau speaker-nya selama 8 jam dengan tingkat volume 50%. Untuk mengisi ulang Teno, pengguna bisa memanfaatkan charger magnetis yang termasuk dalam paket penjualannya.

Buat yang tertarik, Teno saat ini sudah bisa dipesan melalui Kickstarter dengan harga paling murah $240 (belum termasuk biaya pengiriman ke Indonesia sebesar $30). Harga ritelnya dipatok $300, dan konsumen bisa memilih antara warna Arctic White atau Lava Black.

Sampai artikel ini ditulis, tercatat Teno telah mengumpulkan pendanaan sekitar $170.000, dan ini ternyata sudah jauh melampaui target yang ditetapkan oleh Max. Kampanye crowdfunding-nya sendiri akan berlangsung sampai 20 November 2020, akan tetapi pengirimannya ke konsumen dijadwalkan baru berlangsung mulai Mei 2021.

Sumber: The Verge dan Design Anthology.