Tag Archives: Speedinvest

Potensi Creator Economy

Antler: Era Web3 Buka Kesempatan Kreator untuk Tingkatkan Sumber Monetisasi

VC tahap awal Antler baru saja merilis “The New Creator Economy Report” bersama Speedinvest. Laporan ini menyoroti tentang era teknologi Web3 dan dampaknya terhadap pertumbuhan industri creator economy dunia di sepanjang 2021.

Saat ini, industri creator economy global telah menyentuh angka $104,2 miliar. Pertumbuhan ini turut sejalan dengan meningkatnya keterlibatan investor terhadap creator economy. Antler mencatat investor global telah mengucurkan total sekitar $1,3 miliar ke platform creator economy di sepanjang 2021.

Dengan melihat angka pertumbuhan ini, Antler memperkirakan sebanyak 1 miliar orang akan mengidentifikasi dirinya sebagai kreator dalam lima tahun ke depan. Selain itu, pertumbuhannya di masa depan tak lepas dari era baru teknologi Web3 yang mengubah definisi dan kekuatan kreator, dari asas kreator itu sendiri menjadi berbasis komunitas. Artinya, komunitas akan punya peran besar untuk mendukung upaya monetisasi kreator.

Menurut laporan ini, kreator di era Web3 tak lagi dilihat sebatas memberikan nilai ke platform, tetapi juga membentuk cara baru lewat hubungan interaktif antara kreator dan penggemar. Ada peluang bagi kreator untuk menawarkan lebih banyak, tak hanya kepada penggemar, tetapi juga untuk kreator sendiri dan komunitas.

Di era Web3, Antler memproyeksi generasi kreator berikutnya akan punya kesempatan untuk meningkatkan sumber monetisasi konten atau karyanya. Tentu ini menjadi perubahan signifikan mengingat sebelumnya kreator banyak mengandalkan iklan dan sponsor merek untuk mendapatkan pemasukan.

Sumber: The New Creator Report by Antler

Teknologi Web3 memungkinkan lebih banyak orang untuk menjadi kreator di masa depan. Ruang eksplorasi konten juga semakin berkembang dengan kemunculan kripto, NFT, dan metaverse. Saat ini bahkan banyak kreator bermigrasi ke metaverse di mana mereka dapat memonetisasi karyanya, seperti digital art dan game.

Founder dan CEO Antler Magnus Grimeland mengatakan, kreator menjadi lebih menarik secara finansial karena platform yang ada saat ini memungkinkan mereka untuk memonetisasi karya berbasis komunitas. “Creator economy tidak hanya akan mengubah cara produksi konten, tetapi juga membuka dunia teknologi baru dan peluang monetisasi yang tidak mungkin dilakukan dengan di era Web2,” tambahnya.

Ia menyebutkan masih banyak potensi yang belum dimanfaatkan oleh platform Web3, terutama tools yang berkaitan dengan konten dan komunitas. Menurutnya, cara untuk menghubungkan kreator ke penggemar atau komunitas menjadi salah satu peluang investasi yang paling menarik.

Sementara Partner di Floodgate Ventures Ann Miura-Ko menilai perkembangan teknologi saat ini memberikan nilai positif terhadap para kreator karena mereka dapat terlibat langsung dengan audiensnya tanpa harus terus-menerus merasa seperti hamster yang berlari di roda putar.

“Seiring bertambahnya audiens, kreator akan merasa dituntut untuk memenuhi selera mereka yang tidak akan ada habiskan, dan saya pikir ini akan menghabiskan banyak waktu. Platform yang memungkinkan kreator ‘memonetisasi saat mereka tidur’ adalah sesuatu yang ingin saya lihat,” tutupnya.

Creator economy di Indonesia

Indonesia juga ikut mengecap pertumbuhan industri creator economy selama beberapa tahun terakhir. Pelaku startup semakin banyak mengeksplorasi cara inovatif untuk membantu kreator memonetisasi karyanya.

Sebagai contoh, KaryaKarsa dan Storial menghubungkan kreator dengan pengguna langsung untuk menikmati konten, seperti cerita fiksi, komik, foto, hingga ilustrasi dengan skema beli karya satuan dan sistem tipping. Per bab (chapter) dapat dibeli mulai dari Rp2.000-Rp10.000. Ada juga Saweria yang menggunakan model donasi atau tip bagi kreator yang melakukan livestreaming di platform pihak ketiga.

Seluruh upaya ini juga tak lepas dari semakin lengkap ekosistem pembayaran digital sehingga memudahkan penggemar untuk memberikan dukungan finansial dengan nominal beragam.

Di samping itu, VC, konglomerasi media, hingga publik figur juga menunjukkan minat besarnya untuk mengambil kue di pasar creator economy. Di antaranya adalah platform konten on-demand Noice yang memperoleh pendanaan strategis dari RANS Entertainment, dan Famous All Stars (FAS) yang didukung oleh Elang Mahkota Teknologi (EMTEK) Group.

Pendanaan Bukukas

BukuKas Dapatkan Pendanaan Pra-Seri A Senilai 134 Miliar Rupiah

BukuKas, startup yang menawarkan solusi pengelolaan finansial bagi UKM mengumumkan telah berhasil mengamankan pendanaan pra-seri A sebesar $9 juta atau setara dengan 134 miliar Rupiah. Investor baru yang terlibat putaran pendanaan kali ini adalah Surge (program akselerator milik Sequoia Capital India), Credit Saison, Speedinvest, S7V, January Capital, dan Cambium Grove Capital.

Investor di tahap sebelumnya yakni Prasetia Dwidharma juga turut terlibat lagi dalam pendanaan ini. Dengan pendanaan kali ini secara keseluruhan BukuKas telah membukukan pendanaan senilai $12 juta.

Dihubungi DailySocial, Co-founder & CEO BukuKas Krishnan Menon mengaku pihaknya sedang membangun ekosistem layanan yang mampu menyentuh berbagai aspek untuk kemudahan mitra merchant mereka yang tersebar di 700 kota di Indonesia. Untuk saat ini fitur atau layanan yang sedang dipersiapkan mencakup layanan invoice, manajemen inventori, dan beberapa hal lain yang sesuai dengan kebutuhan UKM.

“Kesulitan para pedagang tidak terbatas pada manajemen keuangan. Kami bermaksud untuk menawarkan lebih banyak layanan digitalisasi kepada merchant oleh kami sendiri atau melalui kemitraan,” sambung Krishnan.

Krishnan turut mengatakan, para investor cukup antusias melihat peluang pasar yang besar dan pengalaman para founder yang sudah 8 tahun berjibaku di pasar Indonesia. Termasuk semangat dan obsesi tim BukuKas untuk menyelesaikan permasalahan yang di hadapi UKM di Indonesia.

Gambaran Persaingan

Di Indonesia BukuKas baru berjalan selama 8 bulan. Kendati demikian menurut Krishnan mereka telah berhasil menjangkau banyak kota yang berada di luar tier 1 dan termasuk ke berbagai jenis usaha. Ini juga yang menjadi salah satu bukti bahwa konsep manajemen keuangan untuk UKM seperti BukuKas bisa jadi sangat fleksibel. Wajar jika potensi ini coba dilirik pemain lain seperti BukuWarung dan Kasvlo.

BukuWarung belum lama ini juga mengumumkan penggalangan dana pra-seri A yang dipimpin Quona Capital, padahal tiga bulan sebelumnya mereka baru saja merampungkan pendanaan tahap awal dari East Ventures. Sementara Kasvlo baru mengumumkan kehadirannya pada Juni kemarin.

Menanggapi persaingan ini Krishnan cukup optimis dengan pengalaman dan pengetahuan mereka terhadap produk dan pasar di Indonesia.

“Kekuatan inti kami terletak pada pengetahuan kami tentang para merchant, tentang denyut nadi dan pain point mereka. Ini memang pasar yang kompetitif tetapi kami fokus pada apa yang kami kuasai, yaitu mendengarkan pengguna, fokus pada produk dan teknik, dan eksekusi cepat. Ini telah menunjukkan hasil sejauh ini dan kami yakin itu akan terus berlanjut,” terang Krishnan.

“Meskipun ekosistem pengelolaan keuangan digital sedang dan akan tetap kompetitif, kami juga melihat banyak peluang bagi pemain yang berbeda untuk bermitra bersama untuk melayani pengguna dengan lebih baik,” lanjutnya.

Menuju ulang tahun pertamanya tampaknya BukuKas masih terus berambisi untuk menjangkau lebih banyak pengguna dan mencari solusi terbaik untuk permasalahan-permasalahan UKM.

“Kini mengarungi 2020 BukuKas menetapkan tiga fokus utama mereka ada pada meningkatkan pengalaman merchant dalam menggunakan platform mereka, menambahkan beberapa fitur kunci yang berguna, dan membantu merchant untuk menghadapi pandemi ini,” ujar Krishnan pada wawancara Mei silam.

Application Information Will Show Up Here