Tag Archives: squline

Tahun ini Cakap menyiapkan tiga layanan baru, yaitu Cakap Chat, Cakap Live, dan Cakap Lifestyle

Perkuat Ekosistem Edtech, Cakap Siapkan Tiga Layanan Baru

Pasca berganti nama dari Squline, Cakap kini tengah mempersiapkan tiga layanan baru, yaitu Cakap Chat, Cakap Live, dan Cakap Lifestyle. Di antara platform tersebut, Cakap Chat yang sudah mendapatkan tanggal peluncuran pasti di kuartal ketiga 2019.

CEO Cakap Tomy Yunus menyebutkan, ekspansi layanan ini untuk mengakomodasi fokus Cakap menjadi penyedia platform kursus bahasa asing yang lebih terjangkau dan membuka akses terhadap guru profesional serta pendidikan berkualitas tinggi di Indonesia.

“Lewat layanan baru ini, kami ingin memperkuat ekosistem dengan menambah mitra pengajar dan konten pembelajaran yang lebih beragam,” kata Tomy kepada DailySocial.

Tomy menjelaskan, Cakap Chat adalah aplikasi yang dapat digunakan untuk belajar, berkonsultasi, maupun mengobrol one-on-one dengan guru/tutor. Pengguna bisa mengirimkan chat (teks) atau voice note (suara). Model bisnisnya berbasis langganan dalam jangka waktu tertentu.

Sementara itu, Cakap Live merupakan aplikasi live streaming untuk kegiatan belajar dengan guru profesional dengan maksimal partisipan mencapai 100 orang dalam satu sesi. Konten dan pengisi akan dikurasi. Aplikasi ini belum resmi meluncur, tetapi sudah bisa diakses pengguna.

Tentang Cakap Lifestyle, Tomy belum dapat memberikan informasi lebih lanjut mengenai layanan ini. Yang pasti Cakap Lifestyle akan menghadirkan beragam konten mengenai skill dan lifestyle. 

“Kami harap ada peningkatan pengguna yang cukup signifikan agar aplikasi Cakap dapat semakin meningkatkan lebih banyak kualitas kehidupan pengguna,” ujarnya.

Dalam jangka panjang, ungkap Yunus, Cakap berambisi untuk menjadi super app di bidang education technology atau edtech di Indonesia. Terlebih dengan ekspansi layanan yang tengah dilakukan untuk memperkuat ekosistemnya.

“Kami optimistis Cakap bisa menjadi super app dalam lima tahun ke depan. Apalagi program di pemerintahan Presiden Jokowi akan fokus pada pengembangan SDM daripada belanja infrastruktur. Ini menjadi angin segar bagi pelaku di industri pendidikan, termasuk edtech,” paparnya.

Bidang edtech saat ini cukup banyak dilirik pelaku startup di tanah air. Hadirnya teknologi menjadi salah satu tool untuk mengatasi sejumlah masalah di sektor pendidikan Indonesia, mulai dari keterbatasan akses jalan, internet, dan jumlah pengajar. Di sisi lain, masih sulit untuk mengubah mindset orang Indonesia untuk belajar lewat platform.

Kemendikbud menyebutkan total keseluruhan guru di Indonesia per 2018 hanya sebanyak 3,2 juta orang. Jumlah tersebut sangat jauh dengan populasi Indonesia yang mencapai lebih dari 260 juta jiwa.

 

Pasca Pergantian Nama, Startup Edutech “Cakap” Akan Adakan Acara Peluncuran

Sejak diluncurkan pada tahun 2014, Squline mencoba menjadi layanan edtech yang mempertemukan pengajar profesional dengan peserta didik secara real time dengan mekanisme live tutoring. Harapannya proses belajar-mengajar tidak melulu bergantung pada waktu dan tempat.

Masih menggenggam semangat yang sama, untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memberikan dampak sosial bagi masyarakat Indonesia, Squline memutuskan untuk melakukan rebranding dengan nama baru “Cakap”.

Untuk memperkenalkan brand Cakap kepada publik pada hari Sabtu, 6 April 2019 mendatang startup karya anak bangsa tersebut akan mengadakan acara “Grand Launching Cakap” di Summarecon Mall Serpong. Acara akan dimulai pada pukul 11.00 WIB. Selain peluncuran brand baru, acara ini akan dimeriahkan dengan pameran, talkshow dan panggung musik oleh Rendy Pandugo.

Tema besar yang diusung dalam rangkaian acara ini adalah “Cakap Bahasa, Cerdaskan Bangsa”. Beberapa narasumber yang akan dihadirkan untuk memberikan pengetahuan dalam talkshow meliputi Tomy Yunus (Founder & CEO Cakap), Ivan Lanin (Pakar Bahasa Indonesia dan Wikipediawan), Tjhen Wandra (YouTuber dan Pengajar Bahasa Mandarin), Hiroki Kato (Presenter dan Musisi).

Acara ini sekaligus akan menjadi ajang penyerahan rekor muri untuk Cakap sebagai aplikasi online pertama belajar bahasa dengan interaksi dua arah secara langsung di Indonesia. Selain itu peserta bekesempatan memenangkan beasiswa belajar Bahasa Mandarin senilai 38 juta Rupiah dan berbagai promo paket belajar menarik lainnya.

Saat ini aplikasi Cakap menyediakan layanan kursus bahasa asing online, meliputi Bahasa Inggris, Bahasa Mandarin, Bahasa Jepang dan Bahasa Indonesia. Adapun pengguna Cakap sudah meliputi beberapa negara, baik dari Indonesia, Brunei Darussalam, Korea, Filipina, Jepang, Australia dan Amerika Serikat.

Grand Launching Cakap

Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara Grand Lunching Cakap

Squline changes product name into "Cakap by Squline" to support plan to get into bigger market

Squline Changes Product Name Into “Cakap by Squline”

Squline officially changing its name and logo into “Cakap by Squline”. It applies to the language online service. Cakap was chosen because in Bahasa it means “competency” or “having ability”.

In the official release, besides logo and product name, Squline also plans to improve the quality of its solutions and seek places in many platforms, such as website, Android and iOS apps, and available on instant messaging, for example, Line as an effort to get closer to public.

Squline, as a company, brings out an important vision to provide access to knowledge providing high-quality online learning solution.

In 2019, Squline has reached its 6th year as a business. Closing 2018 with series A funding worth “seven digit US dollar”, Squline works hard to acquire users this year.

In the previous release, Squline focus after getting funded is technology development and talent acquisition. Tomy Yunus, Squline’s CEO said in the previous interview that they’re trying to enter a bigger market or segment by offering the current solution for simple and affordable online language learning.

“We’ll develop more affordable but effective solution to learn language online. It’ll also boost market expansion to level B and C user in Indonesia and escalate their competitive level. Due to our main objective, to create learning ecosystem without limit,” Yunus said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Squline mengganti nama produk menjadi "Cakap by Squline" untuk mendukung rencana memasuki pasar yang lebih luas

Layanan Squline Ganti Nama Produk Jadi “Cakap by Squline”

Produk Squline resmi mengganti nama dan logo mereka menjadi “Cakap by Squline”. Perubahan nama ini berlaku pada layanan pembayaran bahasa Squline secara online. Nama Cakap sendiri dipilih karena dalam Bahasa Indonesia merupakan kata yang memiliki arti “kompeten” atau “memiliki kemampuan”.

Dalam keterangan resmi yang kami terima, selain perubahan logo dan nama produk, pihak Squline mengklaim berencana meningatkan kualitas solusi yang mereka tawarkan sekaligus mencoba hadir di banyak platform, seperti web, aplikasi Android dan iOS, dan hadir di aplikasi pesan instan, seperti Line, sebagai bagian dari upaya lebih dekat dengan masyarakat.

Squline, sebagai perusahaan, masih membawa visi penting untuk membantu memudahkan akses ke pembelajaran dengan menghadirkan solusi pembelajaran online berkualitas.

Tahun 2019 ini merupakan tahun keenam Squline hadir sebagai sebuah bisnis. Menutup tahun 2018 dengan pendanaan Seri A dengan kisaran nilai “tujuh digit dolar AS” Squline berusaha menggenjot pertumbuhan pengguna tahun ini.

Dalam pemberitaan sebelumnya disebutkan fokus Squline setelah mendapatkan pendanaan adalah pengembangan teknologi dan akuisisi talenta. CEO Squline Tomy Yunus dalam wawancara terdahulu menyebutkan mereka tengah berusaha masuk ke pasar atau segmen yang lebih luas dengan tetap menawarkan solusi belajar bahasa secara online yang mudah dan terjangkau.

“Kami akan mengembangkan solusi yang lebih terjangkau namun tetap mengedepankan cara efektif untuk belajar bahasa secara online. Ini juga akan mendorong ekspansi pasar ke level B dan C pengguna di Indonesia dan meningkatkan tingkat daya saing mereka. Karena misi utama kami adalah menciptakan lingkungan belajar tanpa batas,” ujar Tomy.

Application Information Will Show Up Here
Squline announces Series A funding

Squline Secures Series A Funding, Focused on Technology Development and New Talent Acquisition

An online-course platform Squline officially announces it has received Series A funding from Investidea Ventures, participated by some other investors, with no further detail. In its official release, the fundraising has reached “seven-digit US Dollar”.

Squiline will use the fresh funding to support technology development, new talent acquisitions, and product expansion in 2019. The latest round allows Squline to tighten its position as a digital platform for language live course in Indonesia.

Founded in 2014, Squline has offered new innovations in the traditional language learning industry. Starting with Mandarin course in 2014, English in 2015, and Japanese in 2016 for Indonesian users. In addition, they also launch the Indonesian language course this year, targeting expatriates in Indonesia and the international market.

Squline considered live video call and text conversation education concept to make the learning process more effective and to connect students and teachers from all around the Asia Pacific.

“We’ll develop more affordable solutions while promoting effective ways to learn the language online. It’ll also encourage market expansion to market level B and C of Indonesian users and improve the competitive skill. It is our main mission to create a learning environment without limits,” Tomy Yunus, Squline’s Co-Founder and CEO, said.

Squline has collaborated with local and international education institutions, including Beijing Language Culture College, Atmajaya University and Universitas Indonesia. To date, Squline has more than 5000 users all over Indonesia.

An alum of Telkomsel TheNextDev 2017 program, it has also launched business in Australia. It’s said to be big market to learn the Indonesian language.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Seri A Squline

Kantongi Pendanaan Seri A, Squline Fokus Kembangkan Teknologi dan Akuisisi Talenta Baru

Platform kursus online Squline secara resmi mengumumkan perolehan pendanaan Seri A dari Investidea Ventures dengan partisipasi beberapa investor yang tidak disebutkan detailnya. Dalam keterangan resminya, nilai pendanaan mencapai “tujuh digit dolar AS”.

Dana segar tersebut akan digunakan Squline untuk mendukung pengembangan teknologi, akuisisi talenta baru, dan ekspansi produk di tahun 2019. Putaran investasi baru ini memungkinkan Squline memantapkan posisinya sebagai platform digital untuk bimbingan bahasa secara live di Indonesia.

Sejak didirikan tahun 2014, Squline telah menghadirkan inovasi baru di industri pembelajaran bahasa tradisional. Dimulai dengan peluncuran kursus bahasa Mandarin pada tahun 2014, kursus Bahasa Inggris tahun 2015, dan kursus bahasa Jepang pada tahun 2016 untuk pengguna di Indonesia. Selain itu, tahun ini mereka juga meluncurkan Kursus Bahasa Indonesia, menargetkan ekspatriat di Indonesia dan pasar luar negeri.

Konsep edukasi live video call dan text conversation dinilai Squline menjadikan proses belajar menjadi lebih efektif dan dapat menghubungkan pelajar dan pengajar dari berbagai wilayah di Asia Pasifik.

“Kami akan mengembangkan solusi yang lebih terjangkau namun tetap mengedepankan cara efektif untuk belajar bahasa secara online. Ini juga akan mendorong ekspansi pasar ke level B dan C pengguna di Indonesia dan meningkatkan tingkat daya saing mereka. Karena misi utama kami adalah menciptakan lingkungan belajar tanpa batas,” kata co-founder & CEO Squline Tomy Yunus.

Squline juga telah menjalin kolaborasi dengan institusi pendidikan lokal dan asing, di antaranya Beijing Language Culture College, Universitas Atmajaya, dan Universitas Indonesia. Saat ini disebutkan Squline telah memiliki lebih dari 5000 pengguna di Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah.

Startup yang merupakan alumni dari Telkomsel TheNextDev 2017 ini sebelumnya juga telah meresmikan kehadirannya di Australia. Minat besar pasar di negara tersebut untuk mempelajari Bahasa Indonesia dimanfaatkan oleh Squline untuk menghadirkan kelas secara online.

Application Information Will Show Up Here
Ada beberapa jenis segmen yang dirambah layanan teknologi pendidikan di Indonesia, mulai dari "video on demand" hingga portal tanya jawab tentang pelajaran

Ragam Layanan Teknologi Pendidikan di Indonesia

Berbelanja online sudah menjadi bagian gaya hidup masyarakat di kota-kota besar di Indonesia. Demikian pula penggunaan aplikasi transportasi online. Semua kebiasaan tersebut terbentuk dalam beberapa tahun belakangan. Semakin meluas dan menguat tiap tahun berkat tumbuhnya industri startup di Indonesia. Ada satu sektor lagi yang mulai tumbuh dan seharusnya bisa memberikan dampak positif bagi masyarakat. Belajar secara online.

Makin banyak startup yang menyediakan layanan untuk belajar secara online di Indonesia. Mulai dari startup asli Indonesia, seperti Ruangguru, KelasKita, MauBelajarApa, hingga layanan luar negeri yang masuk ke Indonesia, seperti Quipper dan Brainly.

Ada banyak bentuk konsep dan model bisnis yang diusung masing-masing penyedia layanan. Ada yang berkonsep kursus on demand, kursus live berbasis panggilan video (video call), hingga berbentuk platform tanya jawab. Semua berkembang dengan target pasar masing-masing dan mengusung tujuan yang sama, mengubah cara belajar dan memudahkan akses belajar.

Video on demand pembelajaran

Bentuk startup yang mengusung konsep video on demand ini cukup banyak di Indonesia. Bahkan tersedia untuk beragam jenis materi atau tingkat pembelajaran. Ruangguru, salah satu layanan teknologi pendidikan paling populer di Indonesia pun mulai menyajikan konten-konten video yang bisa dimainkan kapan pun oleh pengguna.

Startup yang digawangi Adamas Belva Devara dan Iman Usman tersebut sudah memiliki banyak fitur dan layanan, salah satunya Ruangbelajar yang diresmikan setahun silam. Layanan tersebut memungkinkan pengguna yang berlangganan mendapatkan akses ke video tutorial yang dirumuskan pengajar, lengkap dengan kurikulum dan tahapan belajar yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan sekolah. Konsep Ruangbelajar juga dilengkapi dengan layanan Ruangguru On-the-Go, kumpulan video belajar dari Ruangguru yang disajikan dalam format penyimpanan OTG.

Hal yang sama juga bisa ditemui di layanan Quipper Video. Baik Ruangguru dan Quipper pun sama-sama fokus pada pembelajaran formal, salah satunya SMP dan SMA. Membantu para siswa lulus hingga menemukan universitas idaman.

Meramu konsep serupa namun segmen yang sedikit berbeda adalah KelasKita, IndonesiaX, hingga StudiIlmu. Semuanya mengusung konsep on demand untuk masyarakat umum dan para profesional. Ada yang menyuguhkan secara gratis ada juga yang berbentuk kursus premium.

Konsep ini membawa unsur fleksibilitas yang tinggi sehingga tidak mengganggu keseharian para penggunanya. Dengan dikombinasikan dengan kurikulum, review, dan evaluasi, video on demand menjadi pilihan untuk belajar di luar lembaga pendidikan atau institusi formal.

Pembelajaran langsung jarak jauh

Salah satu perkembangan pembelajaran dengan video adalah dengan pembelajaran langsung melalui panggilan video (video call). Hal ini contohnya disajikan Squline, layanan untuk belajar beragam bahasa. Termasuk dalam layanan Squline adalah pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Jepang, sampai bahasa Mandarin.

Biasanya pembelajaran jarak jauh ini dilengkapi dengan pilihan kelas atau privat. Pengguna akan mendapatkan kurikulum dan akses ke sistem pembelajaran (atau sering disebut Learning Management System). Di sana pengguna bisa mengunduh materi, mengerjakan evaluasi, hingga melihat laporan hasil belajar.

Di dalam pembelajaran online, guru atau mentor diharuskan “online” di jam dan hari yang sama atau menyesuaikan jika berbeda zona waktu. Selanjutnya pembelajaran akan dilakukan melalui sambungan video kelompok atau privat. Tanya jawab melalui percakapan langsung (chat) dan interaksi lainnya.

Salah satu kelebihan konsep belajar seperti ini adalah pengajar bisa langsung bertatap muka dan berkomunikasi dengan siswa sehingga membangun suasana seperti kelas offline pada umumnya.

Online to offline

Konsep online to offline nyatanya tidak hanya dimiliki layanan e-commerce. Di sektor layanan teknologi pendidikan konsep ini diusung beberapa startup, di antaranya MauBelajarApa dan Pintaria yang dikembangkan HarukaEdu.

MauBelajarApa mengusung konsep portal untuk mengetahui informasi mengenai penyelanggaraan workshop atau pelatihan offline dengan berbagai kategori. Pengguna yang mendaftar bisa langsung mendaftarkan diri untuk setiap kursus atau workshop yang dipilih dan menyelesaikan pendaftaran. Selanjutnya kursus akan diseleggarakan di tempat yang ditentukan secara offline.

Sementara Pintaria, menggabungkan konsep belajar online (e-learning) dengan pertemuan tatap muka. Pintaria juga menawarkan program kuliah (formal) dari beberapa universitas dengan metode e-learning dan tatap muka. Konsep online dan offline ini biasanya menggabungkan kemudahan mengelola materi, evaluasi dan kurikulum secara online dengan pembelajaran offline yang bisa berinteraksi langsung di kelas dengan mentor dan anggota kelas lainnya.

Portal tanya jawab pelajaran

Konsep tanya jawab ini cukup unik. Brainly adalah pelopornya. Layanan ini mengembangkan sebuah portal yang memungkinkan pengguna saling membantu belajar dalam bentuk tanyak jawab. Pengguna bisa bertanya sekaligus menjawab.

Di Indonesia Brainly cukup banyak digunakan para pelajar. Baik itu hanya untuk membantu dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah. Mereka juga bisa menggunakan platform ini untuk mencoba memecahkan masalah pengguna lainnya. Dalam perkembangannya, Brainly berencana menyuguhkan konten-konten video sebagai media penjelasan solusi terhadap pertanyaan para penggunanya.

Pembelajaran Bekraf dari SXSW 2018

Festival skala internasional South by Southwest (SXSW) 2018 menyisakan sejumlah pembelajaran yang akan dievaluasi Bekraf agar ke depannya semakin baik. Poin utama yang ditekankan Bekraf untuk para calon delegasi adalah menyelenggarakan mentoring perihal pentingnya memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HKI) dan menyediakan akses permodalan untuk scale up bisnis.

Masalah HKI jadi timbul karena pada SXSW 2018 kemarin delegasi Indonesia yakni Mycotech dan Seruniudio baru menemukan isu, ternyata untuk memasarkan produknya di luar negeri perlu HKI sebagai payungnya. Hal  tersebut belum terpikirkan sebelumnya hingga mereka ada di sana.

Feedback yang kami terima adalah fokus ke mentorship, salah satunya membahas soal HKI. Kemudian yang bisa kita bicarakan adalah akses ke permodalan untuk scale up. Informasi seperti ini sangat dibutuhkan delegasi untuk melancarkan aksi mereka saat di SXSW,” ucap Deputi Pemasaran Bekraf Josua Simanjuntak, Rabu (26/7).

Selain fokus ke mentoring, Bekraf juga bakal mendata pencapaian apa saja yang diraih para delegasi sebagai bahan evaluasi selama satu tahun pasca SXSW berakhir. Hasil ini sekaligus bisa memberikan inspirasi untuk delegasi berikutnya.

Bekraf juga akan perluas cakupan segmen delegasi hingga memboyong musik dangdut agar mendunia. Pada SXSW 2017, startup yang diboyong Bekraf lebih condong ke layanan interaktif berbasis aplikasi. Kemudian pada tahun ini mulai menambah variasi ke IoT dengan membawa Saft7robotics dan Seruniaudio.

“Jadi kita belajar inovasi ini bentuknya enggak harus aplikasi, makanya tahun ini nambah robot. Ternyata responsnya luar biasa. Tahun depan akan lebih banyak variasi startup yang kita bawa, bisa berbentuk aplikasi atau lainnya.”

Dalam kesempatan tersebut, turut hadir beberapa perwakilan dari tim kurator SXSW yang memberikan tips kepada calon delegasi SXSW 2019. Salah satunya Edi Taslim yang merupakan CEO Kaskus. Edi menuturkan pada dasarnya ada tiga penilaian global yang dilihat tim dari setiap calon delegasi. Startup tersebut memiliki daya tarik global, dirancang di Indonesia, dan memiliki kemampuan untuk scale up di luar Indonesia.

“Nanti kurator akan menyeleksi berdasarkan tiga poin tersebut agar berikutnya mereka dapat presentasi di hadapan kami,” ucap Edi.

Pendaftaran untuk SXSW 2019 bakal kembali dibuka pada Senin (30/7) mendatang sampai pertengahan Oktober 2018.

Capaian delegasi SXSW 2

Beberapa bulan pasca festival SXSW 2018 berakhir, para delegasi membeberkan beberapa capaiannya. Di antaranya Mycotech yang berhasil melakukan penawaran bisnis seperti tawaran kerja sama partner produksi dan distribusi dari perusahaan pembuat panel Connecticut.

Berikutnya, Saft7Robotic mendapat masukan harga jual robotik yang layak berkisar US$150 sampai US$300. Ternyata selama ini perusahaan menjual produknya dengan harga yang terlampau murah. Mereka juga mendapat sejumlah penawaran bisnis. Seperti pembelian produk robotik oleh sebuah vendor peralatan teknologi untuk laboratorium di sekolah menengah dan perguruan tinggi di Austin.

Squline mendapat penawaran bisnis untuk membuka kelas Bahasa Indonesia di KJRI Houston. Seruniaudio membuat produk hand build microphone yang banyak menarik perhatian para pengunjung untuk dibeli, namun sayangnya pada saat itu produk yang terpampang hanya sebatas untuk dipamerkan.

Squline booth in CeBIT Australia 2018 /DailySocial

Squline Enters Australian Market

Squline is officially available as education startup in Australia. As a developed country in Asia Pacific region, Australia’s population have learned Bahasa Indonesia in general since high school. This interest has created an opportunity to introduce Bahasa Indonesia class through an online medium.

In Australia, Bahasa Indonesia has been one of the preferred languages. It’s one of the most popular foreign languages in school, besides Japan and Mandarin.

Squline focuses on preparing Bahasa Indonesia online course for those who want to learn Bahasa Indonesia in fastest way with flexible scheduling, not restricted by time or space, by the experts. It fits the target market characteristics, the busy population.

In this platform, foreign language enthusiasts will be able to follow the placement test to know the ability of language interest.

In providing foreign language curriculum and graduation certificate for students who have completing the lessons, Squline has partnered up with language institutions.

Currently, Squline has more than 3,500 students all over Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Squline introduces new online course for Bahasa Indonesia / Squline

Squline Opens Online Course for Bahasa Indonesia

A developer of online course Squline announces new online class for Bahasa Indonesia (Indonesian). The product released due to a trend in 2018 that global markets are heading to Indonesia. Bahasa Indonesia has potential to be understood and learned by foreigners, particularly investors or businessman planning for expansion.

Tomi Yunus, Squline‘s CEO, said that it’s necessary for the creative industry and technology players planning for expansion to Indonesia, to learn the culture and the language. Therefore, it’ll be easier to decide the business steps.

The foreigners who want to join the course in Squline can access the class anywhere, anytime, using one-on-one Live Video Call method with the experts. By downloading the app and register, you can sign up for the online class with a flexible roster. The targets are those who are too busy to come to an actual class and not having much spare time.

Squline admits that the initiative is inspired by the training in Startup Grind Global Conference and Telkomsel NextDev event last March. In the biggest annual creative festival, South by Southwest (SXSW) in Austin, Texas, Squline is selected to be Indonesia’s representative and promote Bahasa Indonesia in its app.

As a local startup in education, Squline provides a portal for language learning. There are many similar services in Google Play includes Bahaso. The interesting part is its target market. While other players are targeting Indonesians to learn the foreign languages, Squline focused on covering global markets who have interest in Bahasa Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here