Tag Archives: Standard Chartered

Aplikasi BukaTabungan sudah bisa diunduh dan digunakan pengguna / Bukalapak

BukaTabungan Diluncurkan, Realisasi Sinergi BaaS Bukalapak dan Standard Chartered

Bukalapak mulai memperkenalkan layanan “BukaTabungan”. Ini merupakan realisasi atas kerja sama strategis yang dijalin bersama bank Standard Chartered (SC) — yang juga merupakan salah satu investor strategis mereka. Aplikasi bank digital ini memanfaatkan layanan nexus, yakni sebuah banking-as-a-service (BaaS) yang memungkinkan layanan digital untuk mendapatkan kapabilitas perbankan dari SC, khususnya terkait layanan simpanan.

Saat ini aplikasi BukaTabungan sudah bisa diunduh pengguna dan dapat diintegrasikan ke Bukalapak sebagai salah satu medium pembayaran. Dalam promo awalnya, layanan perbankan digital ini menawarkan beberapa penawaran menarik, termasuk bunga tabungan sampai dengan 7%.

Khas layanan bank digital yang tengah melakukan penetrasi awal, BukaTabungan turut menawarkan gratis biaya transfer antarbank sampai 20x setiap bulan; bebas biaya admin tabungan; dan tidak ada minimal saldo.

Ditargetkan untuk ekosistem pengguna Bukalapak, termasuk jaringan UMKM di dalamnya, salah satu fitur BukaTabungan memungkinkan nasabah untuk melakukan penarikan melalui Mitra Bukalapak yang tersebar di berbagai kota. Adapun penarikan dana di merchant gratis 20x per bulan, selanjutnya dikenakan biaya Rp5.000 per transaksi.

Kendati bekerja sama dengan SC, dipastikan tidak ada transaksi terkait BukaTabungan yang bisa dilakukan di cabang Standard Chartered Bank. Seluruh pelayanan dilakukan secara daring melalui aplikasi.

Bukalapak dalam industri bank digital

Awal tahun ini sebenarnya Bukalapak bersama sejumlah perusahaan digital lainnya mendukung kehadiran Allo Bank sebagai bank digital baru di bawah naungan CT Group. Di aksi korporasi tersebut, Bukalapak sendiri mengakuisisi jumlah persentase saham terbanyak, yakni setara 11,49%.

Direktur Utama Bukalapak Willix Halim kala itu menyampaikan, “Bagi Bukalapak, melalui bisnis Mitra dan konektivitasnya dengan vertikal vertikal baru di pasar UMKM, kerja sama ini [dengan Allo Bank] dapat mengembangkan penawarannya serta aksesibilitas kredit bagi para pelaku usaha di area rural.”

Bahkan Allo Bank membawa dampak baik ke laporan keuangan Bukalapak. Di paruh pertama tahun ini, perseroan mengantongi laba bersih sebesar Rp8,59 triliun atau meroket 1.220%. Laba bersih ini adalah hasil dari nilai investasinya di PT Allo Bank Tbk (IDX: BBHI).

Kolaborasi startup dan perbankan

Bukalapak mempraktikkan dua model dalam masuk ke industri perbankan (digital), lewat sinergi BaaS dan akuisisi unit bank. Dua pendekatan tersebut memang telah lumrah dipraktikkan pemain industri. Untuk model BaaS, ada sejumlah inisiatif lain yang telah berjalan di Indonesia, seperti BRI berkolaborasi dengan Grab, Tokopedia dengan BRI Ceria, dan Shopback dengan TMRW (UOB Bank).

Sebagai sebuah sinergi mutualisme, kerja sama tersebut dinilai dapat menguntungkan kedua belah pihak. Dari sisi perbankan sebagai penyedia services, mengutip laporan firma riset Oliver Wyman, pengimplementasian BaaS dapat menjangkau lebih banyak pengguna baru dan menekan biaya akuisisi pelanggan dari kisaran $100-$200 per pelanggan menjadi $5-$35. Sementara bagi aplikasi digital, tujuannya adalah memperkaya fitur dan meningkatkan retensi pengguna.

Adapun model kedua, yakni melalui akuisisi bank dan menjadikannya sebagai unit digital, juga telah dilakukan sejumlah pihak. Misalnya kepemilikan 40% Akulaku atas Bank Neo Commerce, kepemilikan 19% Investree atas Amar Bank, kepemilikan 75% Kredivo atas Bank Bisnis Internasional, dan lain-lain.

Tujuan bank digital, selain memudahkan proses akuisisi nasabah karena tidak memerlukan investasi besar dalam persebaran kantor cabang, juga untuk menciptakan pengalaman keuangan yang terpersonalisasi. Dengan dihubungkan ke aplikasi digital, diharapkan nasabah bisa mendapatkan berbagai fitur dari ujung ke ujung.

Application Information Will Show Up Here
Kerja Sama Standard Chartered dan Atome

Standard Chartered dan Atome Umumkan Kongsi, Sediakan Akses Kredit 7 Triliun Rupiah untuk Perbesar Paylater

Standard Chartered dan Atome Financial umumkan kemitraan strategis multi-produk selama 10 tahun untuk memperbesar pangsa pasar paylater dan solusi perbankan pribadi di Asia. Dalam kesepakatan tersebut, Standard Chartered menaruh komitmennya untuk menyediakan akses kredit sebesar $500 juta (lebih dari 7 triliun Rupiah).

Atome Financial adalah unit bisnis di bawah Advance Intelligence Group. Pada awal September 2021 ini telah mengantongi pendanaan seri D sebesar $400 juta dari investor konsorsium yang dipimpin oleh SoftBank Vision Fund 2 dan Warburg Pincus. Investasi ini berhasil mendongkrak valuasi perusahaan lebih dari $2 miliar. Di Indonesia, grup perusahaan ini membawahi beberapa layanan digital, di antaranya Advance.ai, Atome, Kredit Pintar, dan Ginee.

Dalam keterangan resmi, disampaikan kesepakatan ini menandai salah satu investasi strategis terbesar di Standard Chartered dalam mendukung industri fintech pada saat ini. Standard Chartered berambisi ingin memperluas jangkauan dan skalanya dalam mass-market melalui pendekatan digital-first, didukung oleh akuisisi digital dan model kemitraan baru.

Pada tahap awal kemitraan ini akan mencakup layanan paylater yang ditargetkan bakal meluncur di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Vietnam dalam beberapa bulan ke depan. Lalu, diperluas untuk produk pinjaman digital. Dalam komitmen pembiayaan dari Standard Chartered sebesar $500 juta, membuka kesempatan bagi Atome Financial untuk tumbuh dan menghubungkan ke ekosistem merchant yang lebih luas ke basis pelanggan yang lebih besar.

Kemudian, meningkatkan akses produk dan inklusi keuangan bagi konsumen di seluruh wilayah. Pada saat yang sama, pelanggan Atome Financial akan mendapatkan akses ke layanan keuangan yang lebih inovatif, mudah diakses melalui perangkat seluler mereka.

Dalam memulai kemitraan strategis multi-produk selama 10 tahun, kedua perusahaan akan menggabungkan kekuatan masing-masing. Atome Financial akan menghadirkan pengalaman dalam pembiayaan konsumen dan platform digital yang hemat biaya dan skalabel.

Berkat jejak luas dan keahlian perbankan Standard Chartered, kemitraan strategis ini bercita-cita ingin menjangkau lebih dari 16 juta pelanggan pada tahun 2025. Serta, mendapatkan akses ke berbagai ekosistem keuangan untuk menangkap pangsa pasar pinjaman digital, senilai $92 miliar pada tahun 2025 di Asia Tenggara saja.

CEO Consumer, Private, and Business Banking Standard Chartered Bank Judy Hsu menjelaskan dengan memanfaatkan usaha dan kemitraan digital yang sukses dibangun, pihaknya terus berinovasi dan terus mendisrupsi diri agar dapat melayani klien dengan lebih baik. Menurutnya, kemitraan dengan Atome Financial ini membuka kesempatan untuk menjadi bagian dari ekosistem keuangan konsumen digital yang berkembang pesat dan menyediakan produk keuangan digital yang nyaman dan relevan.

“[..] Pengetahuan mendalam kami tentang pasar Asia ditambah dengan pengalaman Atome Financial dalam keuangan konsumen digital akan memungkinkan kami menjangkau lebih banyak pelanggan dan mendorong partisipasi keuangan yang lebih besar dari mereka yang kurang terlayani dan tidak memiliki rekening bank,” ucap Hsu, Rabu (13/10).

Co-founder, Group Chairman dan CEO Advance Intelligence Group dan CEO Atome Financial Jefferson Chen menambahkan, pihaknya antusias dengan dukungan yang diberikan Standard Chartered dalam mewujudkan misi perusahaan yang ingin membantu orang menuju kehidupan yang lebih baik dengan memanfaatkan teknologi.

“Pada saat yang sama, kemitraan dengan Standard Chartered ini akan memungkinkan kami memperluas jaringan merchant kami dan membantu pengecer meningkatkan basis pelanggan dan ukuran keranjang mereka, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah,” tutur Chen.

Ambisi kembangkan layanan finansial digital

Baik Atome dan Standard Chartered saat ini sedang menggarap industri yang sedang mengalami pertumbuhan yang signifikan di Indonesia. Selain Atome, sebelumnya Standard Chartered bermitra dengan Bukalapak dan Sociolla untuk menghadirkan solusi banking-as-a-service (BaaS) melalui nexus.

Para pengguna Sociolla dan Bukalapak dapat merasakan pengalaman layanan finansial baru, seperti pembukaan rekening tabungan, pengajuan pinjaman, dan kartu kredit. Realisasinya ditargetkan akan live pada akhir tahun ini.

Sementara itu, untuk bisnis paylater yang digeluti Atome di Indonesia, merupakan industri yang mulai banyak dipilih konsumen saat berbelanja online. Menurut survei Katadata Insight Center bersama Kredivo, paylater adalah pembayaran populer nomor empat (27%), setelah e-wallet (65%), transfer bank (51%), dan Alfamart/Indomaret (29%).

Dari riset tersebut juga dikatakan bahwa pemahaman masyarakat juga sudah baik, sebanyak 86% orang menyatakan sudah mengetahui paylater dengan tingkat pengetahuan sedang. Ada dua pendekatan konsep paylater yang digunakan di Indonesia. Pertama, merupakan bagian dari platform konsumer -seperti Traveloka, Gopay, dan Shopee. Kedua, layanan yang berdiri sendiri dan terintegrasi dengan berbagai aplikasi konsumer.

Atome masuk ke pendekatan kedua, bersaing dengan beberapa penyedia lain. Mereka adalah:

Aplikasi Unduhan (Playstore) Peringkat (Playstore)
Akulaku 10 juta+ 3 (Shopping)
Atome 1 juta+ 19 (Shopping)
Home Kredit 10 juta+ 33 (Finance)
Indodana 5 juta+ 30 (Finance)
Julo 5 juta+ 28 (Finance)
Kredivo 10 juta+ 10 (Finance)
Application Information Will Show Up Here

Bukalapak Is Said to Secure Funding Over 3 Trillion Rupiah

Bukalapak is said to raise $234 million (more than IDR 3.4 trillion) in a round led by Microsoft, Singapore’s GIC sovereign wealth fund and EMTEK. Quoting from a Reuters, other investors involved this round are SC Ventures, Standard Chartered’s arm investment, Naver Corp.

One of Bukalapak’s representatives said to DailySocial that this round was finalized last year, led by Microsoft and other ranks of investors. “We are also very grateful for the support given,” he said.

From the statement, the conclusion is this $234 million is the total funds raised in the series G round that took place in the past year. There are two stages in this round, from GIC, Microsoft, and EMTEK which was announced in November 2020 worth $100 million.

Furthermore, the second phase occurs in January 2021, led by Standard Chartered, followed by Naver and Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund. Standard Chartered is reported to invest $200 million in funds.

EMTEK, as one of Bukalapak’s early investors, announced $150 million earlier this month, part of which came from Naver Korea.

In the disclosure, EMTEK had two top up investments for Bukalapak. However, EMTEK’s shares have been diluted to 34.49% at present compared to the previous year due to the Series G funding round.

Previously, the news breaking that Bukalapak is currently preparing to go public on two exchanges. Bukalapak reportedly appointed Mandiri Sekuritas as its underwriter to go public in domestic, before merging with the SPAC company in the United States.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Bukalapak memperoleh pendanaan sebesar $234 juta (lebih dari tiga triliun Rupiah) dari Microsoft, GIC sovereign wealth fund Singapura, dan EMTEK

Bukalapak Dikabarkan Kantongi Pendanaan Lebih dari 3 Triliun Rupiah

Bukalapak dikabarkan memperoleh pendanaan sebesar $234 juta (lebih dari 3,4 triliun Rupiah) dalam putaran yang dipimpin oleh Microsoft, GIC sovereign wealth fund Singapura, dan EMTEK. Mengutip dari laporan Reuters, investor lainnya yang masuk dalam putaran ini adalah SC Ventures, arm investment milik Standard Chartered, Naver Corp.

Perwakilan Bukalapak saat dihubungi DailySocial, menyampaikan pendanaan ini sudah dirampungkan pada tahun lalu, dipimpin oleh Microsoft dan jajaran investor lainnya. “Kami pun sangat berterima kasih kepada dukungan yang diberikan,” katanya.

Dari pernyataan tersebut, disimpulkan bahwa putaran sebesar $234 juta ini adalah total dana yang diperoleh dalam putaran seri G yang berlangsung pada tahun lalu. Ada dua tahapan dalam putaran ini, pertama dari GIC, Microsoft, dan EMTEK yang diumumkan pada November 2020 senilai $100 juta.

Kemudian, tahap kedua terjadi pada Januari 2021, dipimpin oleh Standard Chartered, diikuti Naver dan Mirae Asset-Naver Asia Growth Fund. Dikabarkan Standard Chartered menyuntikkan dana senilai $200 juta.

EMTEK, yang merupakan salah satu investor Bukalapak sejak awal, mengumumkan perolehan dana sebesar $150 juta pada awal bulan ini, yang sebagian di antaranya datang dari Naver Korea.

Dalam keterbukaan informasi, EMTEK sempat melakukan top up investasi sebanyak dua kali untuk Bukalapak. Akan tetapi, saham EMTEK terdilusi menjadi 34,49% pada saat ini dibandingkan tahun sebelumnya akibat putaran pendanaan Seri G tersebut.

Sebelumnya juga tersiar kabar, Bukalapak yang saat ini tengah bersiap untuk melantai di dua bursa. Bukalapak dikabarkan menunjuk Mandiri Sekuritas sebagai underwriter-nya untuk melantai di dalam negeri, sebelum melakukan merger dengan perusahaan SPAC di Amerika Serikat.

Application Information Will Show Up Here
Kerja Sama Bukalapak dan Standard Chartered

Standard Chartered Jalin Kemitraan Strategis dengan Bukalapak, Dikabarkan Gelontorkan Investasi 2,8 Triliun Rupiah (UPDATE)

Standard Chartered Bank hari ini (14/1) mengumumkan kemitraan strategisnya dengan Bukalapak untuk meluncurkan inovasi perbankan digital. Realisasinya adalah dengan mengintegrasikan nexus, layanan banking-as-a-services (BaaS) milik bank tersebut, ke platform Bukalapak untuk menjangkau pengguna yang lebih luas.

Secara spesifik perusahaan menyatakan, ada dua area yang akan difokuskan. Pertama, menghadirkan inovasi di bidang finansial dan e-commerce melalui ekosistem Bukalapak. Kedua, mendorong inklusi keuangan menjangkau 100 juta pengguna dan 13,5 juta UKM yang ada di platform Bukalapak.

Kami sudah mencoba mengonfirmasi, apakah melalui kerja sama ini ada komitmen investasi yang digulirkan. Namun pihak Bukalapak masih enggan memberikan tanggapan.

Namun menurut sumber Kumparan, dari hasil kerja sama ini Bukapalak menerima pendanaan senilai $200 juta atau setara 2,8 triliun Rupiah dari Standard Chartered. Dana sebesar itu dikabarkan akan digunakan untuk ekspansi.

Sebelumnya Bukalapak juga menjalin kerja sama strategis serupa dengan Microsoft untuk optimasi layanan komputasi awan dan program literasi digital – dilanjutkan dengan komitmen investasi Microsoft ke Bukalapak.

“Kemitraan strategis ini menunjukkan kepercayaan Standard Chartered terhadap misi dan komitmen Bukalapak dalam menciptakan dampak di seluruh Indonesia. Perdagangan dan jasa keuangan merupakan aspek penting dari kesejahteraan masyarakat, oleh karena itu kemitraan ini meningkatkan semangat kami untuk mewujudkan ekonomi yang adil di Indonesia. Dengan jaringan perbankan global yang kuat dan bisnis layanan keuangan yang bergengsi, partisipasi Standard Chartered di Bukalapak akan semakin memperkuat jajaran pemegang saham dan mitra strategis kami saat ini,” sambut CEO Bukalapak Rachmat Kaimuddin.

Oktober 2020 lalu, Standard Chartered juga mengumumkan kolaborasi serupa dengan beauty commerce Sociolla. Realisasinya sama, akan mengimplementasikan nexus sehingga memungkinkan pengguna Sociolla untuk mendapatkan layanan finansial seperti pembukaan rekening tabungan, pengajuan pinjaman, dan kartu kredit. Targetnya, layanan tersebut akan live pada akhir 2021.

Produk BaaS nexus sendiri sudah mulai diinisiasi sejak Maret 2020 lalu di bawah unit ventura Standard Chartered, yakni SC Ventures. Mereka cukup agresif mengembangkan solusi digital, baik secara mandiri maupun melalui kolaborasi dengan perusahaan lain. Selain nexus ada juga mox (bank virtual), solv (platform UMKM), dan zodia (kustodian aset digital) yang saat ini menjadi portofolio. SC Ventures juga berinvestasi di startup fintech global, mulai dari SoCash, Metaco, Symphony, sampai Ripple.

Andrew Chia selaku Cluster CEO Indonesia & ASEAN Markets Standard Chartered berujar, “Kemitraan perdana kami dengan Bukalapak menegaskan kembali komitmen Standard Chartered untuk mengembangkan jejak kami secara lokal. Kami yakin bahwa kemitraan kami dengan salah satu unicorn pertama dan pemain e-commerce terkemuka di Indonesia akan memungkinkan kami untuk bersama-sama menciptakan solusi yang mendorong inklusi keuangan di Indonesia.”

Kerja sama antara perbankan dengan platform digital mulai banyak diinisiasi. Sebelumnya ada juga kemitraan dari BRI dan Grab, memungkinkan pengguna untuk membuka rekening lewat platform ride-hailing tersebut. Lebih lagi, saat ini raksasa teknologi di Asia Tenggara juga mulai seriusi bisnis finansial. Tidak cukup di segmen digital wallet saja, namun arahnya menuju bank digital. Sebut saja yang dilakukan Gojek dengan berinvestasi di Bank Jago. Atau aksi korporasi Sea mengakuisisi Bank Kesejahteraan Ekonomi.

Update: kami melakukan pembaruan judul dan isi artikel dengan penambahan informasi seputar pendanaan.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here

Gambar Header: Depositphotos.com