Tag Archives: Star Wars

Developer Detroit: Become Human akan Kerjakan Game Star Wars Baru?

Pengembang game asal Perancis, Quantic Dream dikenal lewat karya-karyanya yang selalu menitikberatkan pada narasi dan juga konsekuensi. Game-game seperti Detroit: Become Human, Heavy Rain, dan Beyond Two Souls memang menjadi ciri khas dari Quantic Dream.

Lalu bagaimana jadinya bila style game tersebut dibawa ke game Star Wars? Mungkin itulah yang akan terjawab bila kabar terbaru ini terbukti benar. Rumor bahwa Quantic Dream tengah mengembangkan game Star Wars ini awalnya muncul dari penulis Dualshockers sekaligus leaker, Tom Henderson.

Lewat postingan di akun Twitternya, Tom mengunggah salah satu adegan di dalam game Detroit: Become Human milik Quantic Dream yang ditimpa dengan dua buah light saber, senjata ikonik dari Star Wars.

Postingan tersebut memang tidak memiliki caption, namun Tom memberikan like kepada semua komen yang berhubungan dengan Quantic Dream tengah mengerjakan game Star Wars. Hal ini menguatkan indikasi bahwa itulah makna dari foto yang ia unggah tersebut.

Star Wars memang menjadi salah satu franchise film yang terbilang sukses diadaptasi ke game. Game-game seperti Star Wars: Knight of the Old Republic yang tengah di-remake, Star Wars: Battlefront, hingga yang terakhir adalah Star Wars Jedi: Fallen Orders memang menunjukkan bahwa franchise ini sangat diminati.

Game-game Star Wars itu pun cukup bervariasi mulai dari action-adventure, first-person shooter, hingga pinball. Maka, akan sangat menarik bila nantinya terdapat game Star Wars yang menitikberatkan game-nya pada narasi karakter, konflik, serta pilihan para gamer yang akan mempengaruhi jalan ceritanya.

https://www.youtube.com/watch?v=lL-RfE-ioJ8

Sebelumnya, franchise tentang perang galaksi ini memang telah memiliki daftar panjang game adaptasi yang tengah dikerjakan mulai dari remake Knight of the Old Republic oleh Aspyr, game open-world baru dari Ubisoft, hingga game LEGO terbaru yang berjudul LEGO Star Wars: The Skywalker Saga.

Sayangnya, rumor ini memang tidak memiliki kekuatan pendukung apapun untuk menjamin kebenarannya. Terlebih pihak Quantic Dream maupun Lucasfilm/Star Wars juga belum memberikan konfirmasi apapun mengenai rumor ini.

Pendapatan EA dari Platform Mobile Mencapai Rp11 Triliun di 2021

Keberadaan platform mobile kelihatannya akan semakin diperhitungkan oleh publisher serta pengembang game di seluruh dunia. Bagaimana tidak, platform ini memang menjanjikan audiens pemain yang lebih luas dan tentunya potensi keuntungan yang lebih besar.

Dalam laporan resminya, Electronic Arts atau yang lebih dikenal dengan EA mencatat telah berhasil mendulang keuntungan hingga $781 juta atau sekitar Rp11 triliun pada tahun fiskal 2021 ini. Padahal angka fantastis tersebut adalah penurunan sebanyak 7 persen dari tahun fiskal 2020.

“EA memberikan pertumbuhan yang kuat pada perempat tahun ini lewat live services dan performa yang menakjubkan dari Apex Legends. Apex tumbuh secara konsisten sepanjang tahun lalu, didorong oleh tim pengembang dan konten-konten yang mereka berikan.” Ungkap COO EA dan CFO Blake Jorgensen.

Apex Legends - Wattson
Image credit: EA

“Ke depannya, momentum yang telah dimiliki oleh live services kami akan memberikan pondasi yang kuat untuk mengejar tahun fiskal 2022. Dikombinasikan dengan kehadiran Battlefield baru dan juga akusisi yang baru-baru ini dilakukan, kami mengharapkan pertumbuhan yang signifikan.” Lanjut Jorgensen.

Untuk mengejar target tahun depan tersebut, EA berencana untuk memperluas franchise-franchise andalan mereka ke lebih banyak platform. Hal ini sendiri sudah mulai dilakukan oleh EA yang telah meluncurkan versi mobile dari Apex Legends.

Salah satu game mobile lain dari EA yang kelihatannya patut ditunggu nantinya adalah Battlefield Mobile yang akan melakukan soft-launch tahun ini. Dan, kemungkinan besar, EA akan memperlihatkan lebih banyak tentang game ini pada gelaran EA Play Live pada Juli mendatang.

image credit: EA

Dengan akusisi atas Glu Mobile pada April lalu, kemungkinan besar EA akan membuat lebih banyak game mobile ke depannya. Akusisi Metalhead Software juga akan memberikan EA kesempatan untuk memperluas game mobile bergenre sport, karena perusahaan ini sendiri memiliki target untuk menumbuhkan pasar sports mobile sebesar 50% pada tahun ini.

EA juga mengatakan bahwa selama tahun fiskal 2022 ini mereka akan terus melanjutkan transfromasi untuk membuat platform mobile dapat tumbuh menjadi pusat pertumbuhan bisnis mereka. Terlebih lagi EA juga telah mengatur ulang tim EA Mobile mereka untuk dapat memaksimalkan live services game mobile mereka seperti Star Wars: Galaxy of Heroes, The Sims, dan juga Real Racing.

 

 

EA Patenkan Teknologi Baru yang Mampu Menganalisa Tingkat Kesulitan Game

Tingkat kesulitan dalam video game memang terus menjadi diskusi panjang di dalam industri maupun komunitasnya. Beberapa gamer tentunya menyukai tingkat kesulitan di atas rata-rata untuk memberikan tantangan lebih, namun beberapa gamer lain lebih menghendaki kesulitan yang lebih bersahabat.

Hal inilah yang dilihat sebagai potensi oleh Electronic Arts atau yang lebih dikenal dengan EA lewat paten terbarunya. EA sendiri mematenkan sebuah teknologi baru yang memungkinkan untuk mengukur tingkat kesulitan video game selama pengembangan.

Dilansir dari Gamerant, dalam praktiknya EA akan menggunakan teknologi kecerdasan buatan atau A.I. untuk menyimulasikan pengalaman bermain video game yang tengah dikembangkan. Kemudian akan menentukan tingkat kesulitan game tersebut berdasarkan sejumlah metrik.

EA sendiri tidak hanya membuat teknologi ini untuk mencari tahu mana level game yang terlampau sulit atau mana yang kurang sulit. Namun juga untuk mencari tahu di mana lonjakan ataupun penurunan terbesar terjadi di dalam game-nya.

Pengembangan game Star Wars Jedi Fallen Order (Image Credit: ScereBro PSNU)

Teknologi ini sendiri bertujuan untuk mencari tantangan yang tidak konsisten di antara berbagai aspek di dalam sebuah video game, yang dapat membuat para pemainnya kehilangan minat. Karena bila sebuah game memiliki satu level yang terlalu susah, ada kemungkinan mayoritas pemain akan kehilangan minat untuk melanjutkan game-nya.

Kondisi yang sama ternyata juga terjadi pada level yang terlalu mudah. Karena, bila sebuah game terlalu banyak memuat level yang kurang menantang bagi para pemain, ada kemungkinan juga para pemain merasa bosan dan kehilangan minatnya.

Ke depannya, teknologi ini dianggap akan mampu mengubah cara para pengembang dalam menentukan tingkat kesulitan game yang tengah mereka buat. Namun juga dapat mempercepat dan mengotomatiskan proses pengujian game-nya nanti.

Kabarnya EA Sedang Menggarap 2 Game Star Wars Baru, Salah Satunya Sekuel Fallen Order

Meski belum bisa dikatakan sempurna, Jedi: Fallen Order berhasil memuaskan dahaga gamer terhadap permainan Star Wars single-player berkualitas. Dikerjakan oleh tim pencipta Titanfall, performa game action-adventure ini jauh melampaui ekspektasi EA. Jedi: Fallen Order laris di PC, dan penjualannya terhitung mencapai delapan juta kopi di bulan Desember 2019. Publisher mengestimasi, angkanya berpotensi menyentuh 10 juta kopi di akhir Maret nanti.

Kondisi tersebut kembali mengingatkan para pemain di industri bahwa masih ada permintaan tinggi terhadap permainan single-player. Tentu saja, kesuksesan Jedi: Fallen Order menyemangati EA untuk mengembangkan lebih banyak game Star Wars. Lagi pula, perusahaan hanya punya waktu tiga tahun sebelum kontrak dengan Disney (untuk memublikasikan game Star Wars secara eksklusif) habis. Dan informasi terkini menyebutkan bahwa sang publisher tengah sibuk menggarap dua lagi permainan di jagat Perang Bintang.

Kabar ini diungkap oleh sejumlah narasumber pada jurnalis Kotaku, Jason Schreier. Dua game Star Wars anyar itu punya arahan desain berbeda. Satu permainan disiapkan sebagai sekuel Star Wars Jedi: Fallen Order dan satu lagi berskala lebih kecil dengan konsep yang ‘tidak biasa’, ditangani oleh Motive Studios asal Montreal. Didirikan oleh mantan produser Assassin’s Creed, Jade Raymond, EA Motive sempat membantu DICE dan Criterion merampungkan Battlefront II.

Selain dua game anyar, informan juga mengungkapkan bahwa EA sebetulnya sempat menggarap tiga permainan Star Wars, namun mereka semua dibatalkan. Kisahnya dimulai di tahun 2015, ketika EA menugaskan Visceral Games mengerjakan game Star Wars ber-codename Ragtag. Permainan difokuskan pada tema ‘perampokan’ (saya membayangkan Solo: A Star Wars Story dalam wujud game). Tapi tiba-tiba proyek dihentikan di tahun kedua pengembangannya, lalu aset-asetnya ditransfer ke EA Vancouver sebagai basis pembuatan permainan open-world Star Wars.

Di kalangan internal, game tersebut diberi julukan Orca. EA Vancouver menggodoknya hingga tahun 2018, namun lagi-lagi Electronic Arts memutuskan buat membatalkannya. Info mengenai penghentian Orca baru terungkap di 2019. Selanjutnya, tim Vancouver diarahkan untuk menggodok proyek Star Wars yang ‘lebih kecil’ bertajuk Viking. Saat itu, permainan dijadwalkan buat meluncur di musim gugur 2020 bersamaan dengan console PlayStation dan Xbox next-gen.

Viking didesain sebagai spin-off dari Battlefront dan mengusung elemen open-world. Dalam prosesnya, EA meminta Criterion untuk membantu EA Vancouver, dan di sinilah problem dimulai. EA Vancouver sudah menghabiskan banyak waktu untuk merancang serta menciptakan prototype, tetapi publisher ingin agar Criterion – developer di belakang seri balap Burnout – yang memimpin pengembangan.

Kolaborasi sulit dilakukan karena dua studio berasal dari tempat berbeda (Kanada dan Inggris). Dan kendala logistik ini diperparah oleh terlalu banyaknya pihak pengambil keputusan. Criterion punya visi yang ambisius: mereka ingin agar Viking menitikberatkan aspek cerita dan karakter. Pada akhirnya, EA sadar mereka tidak akan sanggup menyelesaikan game dalam target waktu satu setengah tahun. Dan iniah alasan disetopnya pengembangan Viking.

Saya harap tak ada lagi pembatalan proyek game Star Wars karena sejak lisensi dipegang oleh EA, hanya ada sejumput judul yang tiba di tangan gamer. Saya juga penasaran mengapa Knights of the Old Republic sama sekali tidak disebutkan oleh narasumber…

EA Kabarnya Tengah Mengembangkan Game Star Wars: Knights of the Old Republic Baru

Banyak orang mungkin tidak puas dengan konklusi dari The Rise of Skywalker, namun fans sebetulnya bisa mengalihkan perhatiannya ke medium lain untuk memuaskan dagaha mereka terhadap Star Wars. Ada serial The Mandalorian di layanan Disney+, novel-novel brilian ‘canon‘ seperti Lost Stars dan trilogi Thrawn, serta tentu saja permainan video dengan Jedi: Fallen Order sebagai ujung tombaknya.

Setelah perkara lootbox yang menodai peluncuran Battlefront II, Jedi: Fallen Order menjadi satu-satunya harapan bagi franchise Star Wars untuk kembali bangkit di segmen video game. Berita baiknya, Jedi: Fallen Order berhasil memuaskan banyak pemain, bahkan sukses secara komersial. Dan kini gamer berharap elemen-elemen positif di sana turut diadopsi ke permainan Star Wars selanjutnya: bebas dari lootbox, DLC berbayar dan season pass.

Terkait game Star Wars, info terkini menyebutkan bahwa Electronic Arts berencana untuk menggarap penerus seri Knights of the Old Republic. Star Wars: KotOR ialah game role-playing buatan BioWare yang dirilis LucasArts di tahun 2003. Permainan melahirkan satu sekuel dan menjadi landasan bagi pengembangan MMORPG Star Wars: The Old Republic. Knights of the Old Republic awalnya disiapkan sebagai trilogi, namun proyek game ketiganya tak pernah lepas landas.

Keberadaan permainan Knights of the Old Republic anyar dilaporkan oleh Cinelinx lewat artikel eksklusifnya. Setidaknya ada tiga narasumber independen yang membocorkan informasi ini – satu informan bilang bahwa ini merupakan proyek remake dan satu lagi mengklaimnya sebagai sekuel. Arahan remake sendiri sepertinya lebih tepat untuk game Star Wars baru tersebut terkait retcon (revisi) terhadap konten non-film (Expanded Universe, kini disebut Legends) yang dilakukan Disney di tahun 2014.

Mengembangkan Knights of the Old Republic baru sebagai remake sebetulnya memudahkan tim developer karena mereka tidak perlu menggarapnya dari nol, cukup mengadopsi dan melakukan pengembangan dari konten yang ada di dua permainan sebelumnya. Sejauh ini, ada banyak elemen di Star Wars yang tadinya tak resmi (dianggap Legends) tetapi akhirnya diangkat ke film layar lebar serta serial televisi.

Soal keabsahan info ini, salah seorang narasumber Cinelinx adalah individu yang melaporkan keterlibatan aktor Ewan McGregor dalam film serial Obi-Wan Kenobi di Disney+. Pihak Disney telah mengonfirmasi kebenaran kabar tersebut di bulan Agustus 2019 kemarin.

Sebagai perusahaan yang memegang hak publikasi game Star Wars (sampai tahun 2023), saya penasaran studio apa yang Electronic Arts percayakan buat menggarap sekuel/remake Knights of the Old Republic. Apakah BioWare yang merupakan developer aslinya atau nama lain seperti Respawn atau DICE?

Via GamesRadar.

Botol Coca-Cola Edisi Star Wars Ini Andalkan Teknologi OLED Agar Labelnya Bisa Menyala

Pemutaran Star Wars: The Rise of Skywalker di bioskop hanya tinggal hitungan hari, dan seperti biasa, bersamanya datang sederet merchandise tematik yang unik sekaligus menarik. Salah satu yang paling unik bisa kita jumpai di Singapura, tepatnya dalam wujud sebotol minuman Coca-Cola.

Seperti yang bisa kita lihat, ini bukan sembarang botol, melainkan yang labelnya dilengkapi panel OLED. Ketika botol digenggam, panel OLED-nya akan menyala dan ‘menghidupkan’ Lightsaber milik Rey maupun Kylo Ren. Bukan, ini bukan sihir, melainkan hasil karya sebuah perusahaan asal Jerman bernama Inuru.

Spesialisasi Inuru adalah menciptakan label dan kemasan dengan sirkuit elektronik terintegrasi. OLED, seperti yang kita tahu, tidak membutuhkan bantuan backlight untuk bisa menyala. Sentuhan tangan tadi melengkapi rangkaian elektroniknya, yang lalu mengirimkan energi yang cukup agar deretan diodanya dapat menyala sampai sekitar 500 kali.

Sesuai dugaan, kemasan Coca-Cola ini merupakan edisi terbatas, dan Coca-Cola Singapore berniat merilis hanya 8.000 botol saja. Untuk bisa mendapatkannya, konsumen pun diharuskan untuk memecahkan sejumlah teka-teki terlebih dulu, dan jawabannya ini akan memandu konsumen menuju ke lokasi penyedia kupon khusus untuk ditukarkan dengan botol spesialnya.

Ini bukan pertama kalinya Inuru bekerja sama dengan Coca-Cola. Setahun lalu, mereka sudah lebih dulu menyuplai Coca-Cola dengan label yang tulisannya bisa menyala. Tahun ini konsep yang sama kembali diangkat sekaligus dikawinkan dengan aset brand lain yang super-populer.

Sumber: CNET dan Inuru.

Peran Unreal Engine Dalam Serial Star Wars: The Mandalorian

The Rise of Skywalker rencananya akan jadi film Star Wars ‘terakhir’ sebelum Disney mengistirahatkan sementara franchise sci-fi raksasa ini. Sayang sekali, banyak fans skeptis pada Episode IX setelah dikecewakan oleh arahan sutradara Rian Johnson di The Last Jedi. Namun kabar baiknya, masih ada harapan bagi Star Wars. Perhatian para penggemar kini tertuju pada serial The Mandalorian yang tayang di layanan Disney+.

Jika Anda mengikuti The Mandalorian, mungkin Anda melihat sesuatu yang menarik ketika film ini usai dan bagian credit ditampilkan. Di sana, Lucasfilm/Disney mencantumkan nama yang tidak biasa di ranah perfilman: Epic Games, yaitu studio di belakang permainan Fortnite dan Unreal Tournament. Alasannya? Ternyata Jon Favreau selaku penulis sekaligus pencipta seri ini memanfaatkan teknologi Unreal Engine dalam pembuatan The Mandalorian.

Unreal sendiri ialah engine yang menjadi basis banyak permainan, baik blockbuster maupun independen: The Outer Worlds, We Happy Few, Street Fighter V, Sea of Thieves, hingga Star Wars Jedi: Fallen Order – ada deretan panjang game yang mengusungnya. Engine ini menjadi salah satu pilihan favorit developer karena ‘tingginya portabilitas tinggi’, fleksibilitas, serta kemudahan modifikasi. Pertanyaannya, apa yang dilakukan Unreal di film The Mandalorian?

Di sesi diskusi di konferensi SIGGRAPH 2019, Favreau menjelaskan bagaimana Unreal Engine betul-betul membantu proses previsualisasi. Mereka menggunakan sistem V-cam untuk membuat film dalam bentuk VR, mengirimkannya pada editor dan membiarkan mereka melakukan penyuntingan. Selain itu, kombinasi Unreal Engine serta sejumlah teknologi juga sangat berguna memuluskan alur produksi.

Satu contohnya: Unreal Engine bisa dimanfaatkan untuk membangun lingkungan virtual (computer-generated), kemudian pemandangan tersebut diproyeksikan ke dinding LED. Berdasarkan posisi kamera dan jenis lensa yang digunakan, perspektif pada hasil proyeksi dapat berubah secara natural dan otomatis. Dengan begini, teknologi Unreal dapat memberikan informasi visual langsung untuk para aktor, serta menyediakan sistem pencahayaan akurat bagi tim VFX.

Cara kerjanya seperti ini:

Pada pengambilan adegan tertentu, bergantung dari setting dan jenis lensa, kru dapat melihat jelas letak kamera, seperti apa pencahayaannya, interaksi cahaya terhadap objek/aktor, layout, latar belakang serta horizon. Mereka tidak perlu menyatukan bagian-bagian tersebut lagi karena engine sudah me-render lingkungan/pemandangan secara real-time.

Salah satu keuntungan utama dari metode visualisasi on-set berkat dukungan Unreal adalah, para aktor tak lagi mesti menebak-nebak. Seorang aktor mungkin dapat mendeteksi anomali saat melihat layar LED dari dekat, tapi dalam berakting ia bisa mengetahui jelas kondisi set, letak horison serta pencahayaan berkat pemakaian dinding LED – memastikan proses akting jadi lebih simpel.

Di luar akting, dukungan teknologi Unreal Engine menciptakan situasi yang memperkenankan lebih banyak kru di set memahami adegan yang sedang atau akan diambil. Itu berarti, tiap orang bisa lebih mudah berbagi ide dan saling memberikan masukan.

Peran Unreal Engine di serial The Mandalorian bisa Anda simak lebih lengkap di artikel Venturebeat ini.

Gambar header: StarWars.com.

Fokus ke Apex Legends dan Jedi: Fallen Order, Respawn Tunda Pengembangan Game Titanfall Baru

Apex Legends adalah game terbesar Respawn saat ini, meski setelah dilangsungkannya Star Wars Celebration Chicago kemarin, perhatiaan khalayak mulai tertuju pada Jedi: Fallen Order. Selain dua judul itu, fans juga tengah menanti kabar terbaru terkait sekuel kedua Titanfall yang sempat disinggung oleh CEO Vince Zampella sembari mengungkap Agenda pengembangan Apex Legends di bulan Februari kemarin.

Tapi jangan terlalu berharap banyak Anda akan mendengar lebih banyak soal proyek Titanfall baru dalam waktu dekat – atau di E3 2019 nanti. Lewat blog resmi, executive producer Drew McCoy menyampaikan bahwa Respawn mengerahkan dua tim untuk fokus pada Apex Legends dan Star Wars Jedi: Fallen Order. Dan dengan berat hati, mereka memutuskan menunda rencana yang sebelumnya ditetapkan buat franchise Titanfall.

Agar maksimal, kedua tim betul-betul dikhususkan pada judul yang telah ditentukan. Tim pengembang Apex Legends tidak bisa meminjam aset atau sumber daya tim Jedi: Fallen Order, dan begitu pula sebaliknya. Langkah ini sepertinya diambil sebagai bentuk persiapan peluncuran Apex Legends Season 2, kemungkinan jatuh di akhir Juni atau awal Juli, serta pelepasan Jedi: Fallen Order pada tanggal 15 November 2019 nanti.

Meski sedikit mengecewakan, pergeseran agenda Respawn ini memang bisa dipahami. Untuk sebuah game yang dirilis secara tiba-tiba, Apex Legends merupakan kejutan menggembirakan bahkan bagi pihak developer sendiri. Mereka tidak menyangka sebuah IP baru yang digarap oleh tim kecil mampu menghimpun 50 juta pemain hanya dalam waktu satu bulan.

Developer juga mengaku minimnya pengalaman dalam meramu permainan free-to-play menyebabkan munculnya sejumlah masalah: keliru menghidangkan update, tidak memberikan pemain gambaran jelas mengenai penambahan konten di masa depan, serta belum menetapkan rencana dukungan secara konkret. Respawn bilang, mereka berkomitmen sepenuhnya buat pengembangan jangka panjang.

Ada tujuh aspek yang menjadi perhatian Respawn:

  • Peningkatan performa kecepatan server. Banyak pemain merasakan lambatnya loading di awal pertandingan.
  • Perang melawan cheater terus berlanjut. Respawn menerapkan strategi rahasia, namun berjanji akan mengungkap hasilnya minggu depan.
  • Perbaikan kendala audio.
  • Perbaikan masalah hit registration. Terkadang, peluru yang mengenai lawan tidak terbaca dengan benar oleh game. Sebagai solusinya, developer menyiapkan fitur baru di engine untuk melacak hit registration secara akurat dan melakukan koreksi jika diperlukan.
  • Update ke depan – semisal berisi perbaikan bug, modifikasi pada gameplay, serta penambahan fitur baru – akan disertai oleh informasi yang lebih transparan.
  • Penyempurnaan pada aspek komunikasi.
  • Peluncuran season selanjutnya akan dilakukan secara besar-besaran, ditunjang oleh Battle Pass baru, update pada meta, serta dimeriahkan oleh karakter anyar. Detail mengenai Season 2 akan diungkap di acara EA Play di bulan Juni besok.

Anda bisa menyimak opini soal mengapa kami bersemangat menyambut Star Wars Jedi: Fallen Order lewat tautan ini. Jika Anda sangat menikmati Apex Legends, saya sangat menyarankan Anda untuk juga mencicipi Titanfall 2. Ia merupakan salah satu shooter terbaik yang dilepas dalam kurun waktu satu dekade, dan belakangan populasi pemainnya kembali meningkat berkat kepopuleran Apex.

[Opini] Mengapa Saya Sangat Bersemangat Menyambut Star Wars Jedi: Fallen Order

Sesuai rencana, detail baru mengenai Star Wars Jedi Fallen Order diungkap di acara Star Wars Celebration Chicago 2019 minggu kemarin, tak lama selepas penayangan trailer perdana The Rise of Skywalker. Dan di sana, tersibak banyak informasi menarik mengenai permainan baru racikan Respawn Entertainment itu – studio yang turut bertanggung jawab dalam pengembangan seri Titanfall dan Apex Legends.

Setelah beberapa game Star Wars Electronic Arts yang mengecewakan, publik melihat Jedi: Fallen Order dengan sinis sekaligus penuh harap. Reboot dua game Battlefront oleh EA DICE terbilang minim konten dan dinodai masalah microtransaction, tapi di sisi lain, karya-karya Respawn terkenal akan tingginya kualitas konten. Lihat saja mode campaign Titanfall 2 yang menurut beberapa gamer veteran menyerupai petualangan di Half-Life 2 – dan saya bahkan belum membahas betapa adiktif aspek multiplayer-nya.

Hal paling mengejutkan dari penyingkapan lebih jauh Jedi: Fallen Orders adalah Respawn mengembangkannya sebagai permainan single-player murni yang difokuskan pada aspek narasi dan cerita. Game tidak mempunyai mode multiplayer, lalu CEO Vince Zampella menjamin absennya microtransaction. Langkah ini sangat tidak biasa. Respawn telah jadi bagian dari EA sejak akhir 2017, namun apa yang mereka lakukan itu tampak bertolak belakang dengan strategi publisher dalam menyajikan ‘game sebagai layanan’.

Konsep pengembangan secara ‘lebih tradisional’ ini memang membuat Jedi: Fallen Order terlihat unik, tetapi ada sederatan lagi aspek yang menjadikannya sangat menarik. Satu contoh kecilnya: Jedi: Fallen Order dibangun menggunakan Unreal Engine 4 (milik Epic Games) ketika game-game EA lain mengusung engine Frostbite – yang secara teknis kurang populer di kalangan developer karena kerumitan pemakaiannya.

 

Esensi single-player

Ada deretan panjang permainan LucasArts yang menemani saya tumbuh dewasa, dan sebagian besar dari mereka adalah Star Wars. Dan berdasarkan pengalaman saya, game-game Star Wars terbaik ialah judul-judul yang difokuskan pada single-player, di antaranya seri Dark Forces, Jedi Knight, TIE Fighter dan X-Wing, Rogue Squadron, Star Wars Episode I: Racer, hingga Knights of the Old Republic.

Sejak pertengahan 1990-an sampai 2000-an, sejumlah developer di bawah pengawasan LucasArts memang mulai mencantumkan mode multiplayer, bahkan menggarap beberapa game secara khusus agar bisa dinikmati bersama-sama, misalnya X-Wing versus TIE Fighter atau Battlefront. Namun sekali lagi, studio-studio ini sama sekali tidak melupakan esensialnya single-player. Sebagai buktinya, Anda tetap bisa bermain seorang diri di kedua judul itu.

Hanya ada sejumput game eksklusif multiplayer Star Wars yang berumur panjang, walaupun tak jarang developer harus mengubah model bisnis serta struktur permainan demi mempertahankan ekosistem pemain. The Old Republic masih mempunyai pemain setia hingga hari ini, tetapi jika Anda ingat, server Star Wars Galaxies sudah ditutup delapan tahun silam.

Kuantitas game Star Wars merosot cukup jauh semenjak Disney membeli Lucasfilm di tahun 2012 dan memberikan hak eksklusif pengembangan permainan pada EA. Salah satu alasannya saya duga adalah retcon yang dilakukan Disney terhadap Expanded Universe (mengubahnya jadi ‘Legends’) demi memberikan ruang ekspansi pada film-film berikutnya. Tak seperti dulu, kini sang pemegang franchise menjaga canon cerita secara lebih ketat. Tidak cuma game, bahkan penulisan novel Star Wars harus menunggu keputusan dari Disney.

Jedi Fallen Order 2

Di E3 2018, Zampella menyampaikan bahwa tokoh utama Jedi: Fallen Order ialah seorang Padawan (ksatria Jedi yang masih dalam pelatihan) dan permainan akan menyuguhkan pertarungan berbasis lightsaber. Premis ini membuat saya berharap agar Jedi: Fallen Order menyajikan pertempuran jarak dekat seru sekelas seri Jedi Knight. Ada banyak game Star Wars lebih anyar yang juga menghidangkan aksi lightsaber (Revenge of the Sith, The Force Unleashed), namun kompleksitas dan kualitasnya belum mampu menyamai Jedi Knight.

Alasannya sederhana: tak seperti di game lain, lightsaber di seri Jedi Knight bersifat aktif. Ia mampu memotong objek serta meninggalkan bekas di tembok tanpa perlu Anda ayunkan, dan akan selalu berbahaya ketika dinyalakan. Dipadu sistem pertarungan tiga dimensi penuh manuver-manuver lincah, setiap duel terasa menegangkan dan sulit diprediksi. Via standalone expansion pack Jedi Academy, developer Raven Software mengekspansi pertarungan lightsaber dengan gaya dua pedang (Jar’Kai) serta opsi saberstaff ala Darth Maul.

Belum ada info apapun dari Respawn soal sistem tempur di Jedi: Fallen Order. Namun melihat video teaser motion capture, saya membayangkan betapa luar biasanya jika game memanfaatkan lagi sistem ini.

Jedi Fallen Order 1

 

Talenta di belakang Fallen Order

Faktor lain yang membuat Jedi: Fallen Order jadi sangat menjanjikan adalah individu-individu di belakang pengerjaannya. Di 2014, mantan staf senior SCE Santa Monica Studio Stig Asmussen bergabung bersama Respawn, dan dua tahun kemudian, ia membenarkan sudah diberi kepercayaan untuk jadi game director permainan action-adventure third-person Star Wars baru. Asmussen ialah sosok yang berjasa dalam pembuatan seri God of War, berpengalaman menjadi lead environment artist sampai art director.

Tentu saja Asmussen bukan satu-satunya andalan sosok Respawn. Pembuatan ceritanya saja dilakukan secara kolaboratif oleh enam penulis sekaligus: ada Chris Avellone yang punya begitu banyak pengalaman menulis cerita video game (termasuk Knights of the Old Republic 2: The Sith Lords) dan writer Mafia III, Aaron Contreras. Dalam diskusi panel di SWCC 2019, Asmussen sempat menyampaikan bahwa penulis serial Rebels dan Clone Wars turut ambil bagian pada peracikan narasi Jedi: Fallen Order.

Jedi Fallen Order 3

Jedi: Fallen Order memperkenalkan karakter protagonis bernama Cal Kestis. Game menantang kita untuk memandunya bertahan hidup di masa-masa gelap, tak lama setelah Kaisar Palpatine mengeksekusi Order 66 demi menghabisi seluruh Jedi, dengan latar belakang antara Episode III dan IV. Respawn memilih aktor Cameron Monaghan buat memerankan Kestis, baik di sisi pengisian suara ataupun motion capture. Sebelumnya, aktor berusia 25 tahun ini bermain di serial Gotham (sebagai Joker) dan Shameless. Jedi: Fallen Order merupakan proyek video game pertamanya.

Untuk memastikan game terasa menyegarkan walaupun di-setting di jagat Star Wars, Respawn berkolaobrasi langsung bersama Lucasfilm buat menciptakan karakter-karakter serta lokasi-lokasi baru. Di petualangannya, Kestis bukan hanya harus bersembunyi dari kejaran Stormtrooper, tapi ia juga dipaksa berhadapan dengan para Sith Inquisitor yang mematikan. Trailer-nya sendiri belum benar-benar menunjukkan adegan pertarungan lightsaber – sepertinya Respawn menyiapkan bagian ini sebagai kejutan.

Jedi Fallen Order.

 

Langkah Anti-EA oleh studio milik EA?

Seperti yang saya bilang tadi, absennya microtransaction dan mode multiplayer merupakan hal terunik dari Jedi: Fallen Order. Dengan mengedepankan konsep games as a service, Electronic Arts tentu saja ingin menyodorkan penawaran-penawaran in-app sebanyak mungkin sesudah game dirilis. Dan cara ini paling efektif diaplikasikan pada judul-judul multiplayer (walaupun Ubisoft cukup sukses melakukannya via penjualan item-item kosmetik di Assassin’s Creed Origins dan Odyssey).

Penyuguhan Jedi: Fallen Order sebagai permainan eksklusif single-player terasa seperti antitesis dari apa yang selama ini EA lakukan. Boleh jadi, alasan mengapa penyajian Jedi: Fallen Order tidak seperti permainan EA lain adalah, Respawn menuntut kebebasan pengembangan game saat mendiskusikan syarat dan ketentuan akuisisi bersama sang publisher. Kita tahu, pengerjaan game dimulai jauh sebelum kesepakatan tersebut, kemungkinan besar tak lama sesudah proyek Titanfall pertama rampung.

Jedi Fallen Order 4

Semua ini terdengar sebagai kabar gembira bagi kita yang merindukan permainan-permainan single-player bermutu. Dan jika Jedi: Fallen Order laris terjual dan memperoleh pujian dari media, ada kemungkinan EA punya satu IP lagi yang dapat disandingkan dengan franchise-franchise raksasa lain di genre action. Dan siapa tahu, kesuksesan game nantinya mendorong EA untuk mengubah strategi bisnisnya sehingga lebih bersahabat bagi konsumen.

Di Star Wars Celebration Chicago 2019, Respawn mengonfirmasi bahwa Jedi: Fallen Orders akan tersedia di platform Windows (via EA Origin), PlayStation 4 dan Xbox One. Game dijadwalkan buat dilepas tepat sebulan sebelum penayangan perdana film Star Wars: The Rise of Skywalker, yaitu pada tanggal 15 November 2019. Saat ini, status gerbang pre-order juga telah dibuka.

Saya baru saja menyelesaikan sekuel novel Thrawn karya Timothy Zahn (singkat kata: sangat brilian), dan saya cukup percaya diri untuk bilang bahwa tahun ini terasa sangat menjanjikan bagi para penggemar Star Wars…

Penulis Kawakan Chris Avellone Turut Menggarap Star Wars: Jedi Fallen Order

Disney terlihat berusaha agar film Star Wars tayang setidaknya setahun sekali, namun sejak akuisisi perusahaan hiburan itu terhadap Lucasfilm, kita belum mendapatkan permainan Star Wars yang betul-betul memuaskan. Gamer mengeluhkan reboot Battlefront karena kurangnya konten, lalu sekuelnya dikritisi akibat praktek loot box yang merusak keseimbangan gameplay.

Setelah pembatalan pengembangan Star Wars 1313, kini harapan berada di pundak Respawn Entertainment. Tim pencipta Titanfall dan Apex Legends itu saat ini tengah fokus menggarap permainan petualang third-person berjudul Star Wars Jedi: Fallen Order. Sejak resmi diumumkan oleh CEO Vince Zampella di E3 2018, detail mengenai permainan pelan-pelan terkuak. Rangkuman segala informasi terkait Fallen Order bisa Anda simak di artikel ini.

Mungkin Anda sudah tahu, pembuatan Star Wars Jedi: Fallen Order dipimpin oleh Stig Asmussen, mantan staf Sony Santa Monica yang turut bertanggung jawab menggarap trilogi God of War. Asmussen ialah seorang developer papan atas – pernah jadi lead environment artist, art director, hingga game director. Menariknya, Asmussen bukan satu-satunya talenta berpengalaman yang ikut mengembangkan Fallen Order. Via Twitter-nya, Chris Avellone membenarkan keikut-sertaan dirinya dalam proyek tersebut.

Chris Avellone adalah seorang desainer sekaligus penulis kawakan. Ia masuk ke industri ini lebih dari dua dekade silam, dan telah berpartisipasi dalam pengerjaan lusinan permainan dalam beragam genre – dari mulai shooter, action adventure sampai role-playing. Kreasi-kreasinya meliputi Star Trek: Starfleet Academy (1997), Fallout 2, seri Icewind Dale, Neverwinter Nights, hingga sejumlah game baru semisal Pillars of Eternity, Torment: Tides of Numenera, Prey (versi reboot), serta Divinity: Original Sin 2.

Avellone belum menjelaskan apa perannya di Fallen Order karena ada NDA yang harus dipenuhi. Namun melihat dari keterlibatannya di sejumlah permainan baru dan bagaimana ia bilang ‘telah merampungkan Fallen order’, ada dugaan kuat Avellone dipekerjakan Respawn sebagai penulis lepas. Sejak tahun 2015, ia memang sudah tak lagi bekerja untuk Obsidian Entertainment.

Game-game kreasi Avellone terkenal dengan cerita yang sulit diduga dan sering kali menggelitik nalar. Jedi: Fallen Order sendiri bukanlah proyek Star Wars pertama sang penulis. Sebelumnya, ia sempat menjadi lead designer serta writer Knights of the Old Republic II: The Sith Lords. Banyak orang setuju, dari sisi twist serta alur, The Sith Lords lebih superior dibandingkan game pertamanya.

Via GameSpot.