Twitch baru saja mendapatkan hak siar eksklusif atas sejumlah turnamen yang diadakan oleh ESL dan DreamHack. Perjanjian ini berlangsung selama tiga tahun. Pada 2020, Twitch mendapatkan hak siar non-eksklusif, sementara pada 2021 dan 2022, mereka akan mendapatkan hak siar eksklusif atas konten berbahasa Inggris.
Perjanjian antara Twitch dengan ESL dan DreamHack ini mencakup turnamen-turnamen terbesar dari tiga game, yaitu Counter-Strike: Global Offensive, StarCraft II, dan Warcraft III. Jadi, Twitch akan mendapatkan hak siar atas ESL Pro League, ESL One, Intel Extreme Masters, DreamHack Masters, DreamHack Open, dan ESL National Championship. Meskipun Twitch mendapatkan hak siar eksklusif, ESL dan DreamHack menetapkan pengecualian untuk beberapa kawasan dimana mereka juga memiliki channel televisi sebagai rekan siaran mereka.
“Kerja sama kami dengan Twitch sudah dimulai sejak 2009, ketika Twitch masih bernama Justin.tv,” kata Co-CEO DreamHack, Roger Lodewick, seperti dikutip dari The Esports Observer. “Perjanjian kerja sama baru ini memperkuat hubungan kami yang terjalin berkat kolaborasi kami selama bertahun-tahun. Perjanjian ini juga membuktikan pentingnya Twitch bagi komunitas kami serta menunjukkan nilai yang diberikan oleh konten esports ESL/DreamHack pada audiens Twitch.”
Sebelum ini, ESL sempat menjalin kerja sama eksklusif dengan platform streaming game lain. Misalnya, pada 2017, ESL Pro League hanya disiarkan secara live di YouTube. Sementara pada 2018, Facebook mendapatkan hak siar atas EPL dan ESL One dalam bahasa Inggris dan Portugis. Namun, pada 2019, semua siaran ESL dan DreamHack tersedia di seluruh platform. Sementara itu, Twitch pernah menjalin kerja sama eksklusif dengan Activision Blizzard. Sayangnya, pada tahun ini, Activision Blizzard lebih memilih untuk bekerja sama dengan YouTube Gaming daripada memperpanjang kontraknya dengan Twitch.
“Dalam beberapa tahun belakangan, Twitch mendominasi dunia live streaming esports,” kata Frank Uddo, Senior Vice President for Global media, ESL, menurut laporan SportsPro. “Kami akan terus menyelenggarakan turnamen-turnamen esports terbesar di dunia. Jadi, masuk akal bagi kami untuk menjalin kerja sama dengan Twitch agar kami bisa memberikan pengalaman terbaik bagi para fans serta menjamin masa depan industri esports.”
Seiring dengan semakin canggihnya teknologi artificial intelligence, semakin banyak juga cara untuk mengaplikasikan AI dalam bisnis, seperti penggunaan chatbot sebagai bagian dari customer service. Di industri game dan esports, AI juga memiliki berbagai kegunaan, misalnya untuk membuat strategi dan melatih para pemain. Tak berhenti sampai di situ, AI kini juga dapat bertanding di level yang sama dengan gamer profesional. DeepMind baru saja mengumumkan bahwa AI buatan mereka, AlphaStar, berhasil mencapai ranking Grandmaster dalam StarCraft II. Itu artinya, AI ini dapat mengalahkan 99,8 persen pemain game buatan Blizzard tersebut.
Ada tiga ras yang bisa Anda mainkan di StarCraft II, yaitu Terran, Protoss, dan Zerg. Karena itu, DeepMind melatih tiga jaringan syaraf yang berbeda untuk menguasai permainan tiga ras tersebut. Untuk melatih AlphaStar, DeepMind menggunakan database yang disediakan oleh Blizzard. Dari sini, sang AI belajar untuk mengambil keputusan dari para pemain terbaik. Setelah itu, DeepMind membuat AI tiruan dan mengadunya dengan satu sama lain. DeepMind juga membuat “exploiter agent” yang berfungsi untuk menemukan celah dalam strategi yang digunakan oleh AlphaStar. Pada Januari 2019, DeepMind mengumumkan, AlphaStar dapat mengalahkan pemain-pemain profesional terbaik dalam 10 pertandingan. Ketika itu, AI buatan DeepMind itu hanya kalah dari Grzegorz “MaNa” Komincz dalam pertandingan terakhir.
Satu hal yang menarik, DeepMind membatasi AlphaStar sehingga ia hanya bisa melihat bagian dari game yang memang bisa dilihat oleh gamer manusia. Tak hanya itu, AI ini juga dibatasi sehingga ia hanya dapat melakukan 22 action dalam lima detik, sama seperti yang dapat dilakukan manusia. AlphaStar adalah AI pertama yang bisa mencapai level Grandmaster, level tertinggi di StarCraft II. Sebelum ini, DeepMind — yang ada di bawah naungan Alphabet, perusahaan induk Google — juga membuat AI untuk bermain go. AI yang dinamai AlphaGo itu berhasil mengalahkan pemain Go profesional. Namun, StarCraft II memiliki kompleksitas yang lebih tinggi dari board game seperti go. Dalam StarCraft II, yang menggunakan sistem real-time dan bukannya turn-based, seorang pemain harus mengumpulkan mineral untuk membangun markas, membuat unit pekerja, dan melakukan upgrade. Setiap saat, pemain memiliki 100 triliun triliun (10^26) keputusan yang bisa mereka ambil. Dampak dari keputusan yang mereka ambil juga tidak langsung terlihat, yang membuat game ini menjadi semakin rumit.
“Sepanjang sejarah, pencapaian pengembangan AI selalu ditandai dengan pencapaian dalam game. Sejak komputer bisa memahami go, catur, dan poker, StarCraft dianggap sebagai tantangan berikutnya,” kata David Silver, DeepMind Principle Research Scientist, seperti disebutkan oleh The Verge. “Game ini jauh lebih kompleks daripada catur, karena pemain mengendalikan ratusan unit sekaligus; lebih rumit dari go, karena ada 10^26 opsi dalam setiap gerakan; dan pemain memiliki informasi yang lebih sedikit daripada ketika bermain poker.”
Silver mengatakan, mereka mengembangkan AlphaStar bukan untuk menggantikan pemain esports profesional, tapi untuk membuat AI belajar untuk menyelesaikan permasalahan di dunia nyata. “Satu hal penting yang membuat kami tertarik dengan StarCraft adalah karena game ini memiliki masalah yang merepresentasikan masalah di dunia nyata,” kata Silver, dikutip dari BBC. “Kami melihat StarCraft sebagai benchmark untuk memahami cara kerja AI dan membuat AI yang lebih baik.” Dia mengatakan, teknologi yang mereka dapatkan dari pengembangan AlphaStar dapat digunakan dalam teknologi yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari asisten virtual, robot, sampai mobil otonom, karena ketiga kegiatan ini memaksa AI untuk mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tak lengkap.
Apa pendapat pemain profesional?
Menurut Raza “RazerBlader” Sekha, salah satu pemain StarCraft II terbaik di Inggris Raya, mengakui bahwa performa AlphaStar memang mengagumkan. Namun, dia melihat AI itu masih memiliki beberapa kelemahan. Opininya terbentuk setelah dia bertanding melawan AlphaStar sebagai Terran dan melihat permainan antara sang AI dengan pemain lain. “Ada satu game ketika seorang pemain menggunakan komposisi pasukan yang aneh, dia hanya menggunakan pasukan udara — dan AlphaStar tidak tahu cara mengatasi hal ini,” kata Sekha, dikutip dari BBC. “Sang AI gagal beradaptasi dan akhirnya harus menyerah kalah. Ini menarik karena pemain yang baik biasanya memiliki gaya bermain standar, sementara pemain yang lebih lemah justru memiliki gaya permainan yang tidak biasa.”
Sementara Joshua “RiSky” Hayward, pemain terbaik di Inggris Raya, tidak mendapatkan kesempatan untuk melawan AlphaStar. Namun, dia memerhatikan pertandingan sang AI sebagai Zerg. Dia mengatakan, AlphaStar memiliki gaya bertarung yang unik sebagai seorang Grandmaster. “Ia tak membuat keputusan yang paling efisien,” ujarnya. “Tapi, ia dapat mengeksekusi strateginya dan melakukan beberapa hal dalam satu waktu, sehingga ia bisa mendapatkan ranking cukup tinggi.”
Akhir pekan lalu, (28-29 September 2019) menjadi konklusi dari kualifikasi Indonesia untuk gelaran World Electronic Sports Gaming (WESG) 2019. Berbagai tim saling bertanding memperebutkan kesempatan untuk bertanding di regional SEA, dan tentunya mewakili Indonesia dalam babak final dari kompetisi esports yang diselenggarakan dengan gaya Olimpiade ini.
Kualifikasi Indonesia untuk WESG 2019 mempertandingkan 4 cabang, yaitu Dota 2, Starcraft 2, CS:GO, dan CS:GO Ladies. Berlangsung di Ligagame Arena, Daan Mogot, siapa saja yang berhasil menjadi juara dan mewakili Indonesia di WESG SEA 2019? Berikut daftarnya
Dota 2 – Garuda Muda vs Para Pencari Tuhan
Pada cabang Dota 2, empat tim yang menjadi finalis kurang lebih masih mirip-mirip dengan ESL Indonesia Champinoship, namun tanpa kehadiran tim BOOM Esports. Selain dari itu, terselip juga tim Garuda Muda, yang merupakan tim PG.Barracx yang menjadi kontingen Indonesia untuk SEA Games 2019 cabang esports.
Masuk ke babak final, Garuda Muda bertemu dengan tim Para Pencari Tuhan, yang berisikan roster EVOS Esports yaitu Aville, FACEHUGGER, dan Whitemon. Menariknya, walau Aville dan kawan-kawan terbilang cukup mudah mengalahkan PG.Barrackx (Garuda Muda) pada Grand Final ESL Indonesia Championship S2, keadaan malah berbalik di WESG Indonesia Finals.
Garuda Muda yang juga diperkuat Jhocam ternyata berhasil membuat Para Pencari Tuhan jadi kewalahan. Garuda Muda akhirnya berhasil menangkan pertandingan 2-1.
StarCraft 2 – Quantel vs Deruziel
Selanjutnya ada StarCraft 2. Pada cabang ini, dua pemain yang bertemu adalah dua pemain untuk timnas StarCraft SEA Games 2019 cabang esports. Dua pemain tersebut adalah Deruzieldan juga Quantel. Bertanding dalam format best of 5, Quantel yang memainkan ras Protos ternyata berhasil mendominasi permainan. Alhasil Deruziel dengan ras Terran tak dapat memberi banyak perlawanan, ia lalu kalah 3-0 melawan Quantel.
Counter Strike: Global Offensive – BOOM Esports vs Big Time Regal Gaming
WESG Indonesia Finals untuk cabang CS:GO tak hanya jadi pertarungan antara BOOM Esports melawan Big Time Regal Gaming (BTRG) saja, tapi juga jadi pertarungan gengsi kakak beradik Jason “f0rsaken” Susanto (BOOM Esports) dengan Kevin “Xccurate” Susanto (BTRG).
BOOM Esports dengan dua amunisi terbarunya sudah siap menantang siapapun yang ada di hadapannya. Namun sepertinya kawan-kawan BTRG masih terlalu kuat, sehingga BOOM Esports cukup keteteran menghadap Xccurate dan kawan-kawan. Tim BTRG akhirnya berhasil memenangkan pertandingan tersebut dengan skor 2-0.
CS:GO Ladies – CELESTE vs NEST Clan Ladies
Pada cabang ini, tim CELESTE kembali muncul ke permukaan, bertanding melawan NEST Clan Ladies. Tim CELESTE yang dipimpin oleh Aulia “Aphrolyn” Brilian ini memang terbilang masih jadi yang terkuat di antara tim CS:GO perempuan. Mereka bahkan masih cukup mendominasi di NEST Pro Series DIVINA Women CS:GO Pro League.
Lalu di WESG Indonesia Finals ini mereka juga kembali menunjukkan dominasinya di dalam pertandingan. Mereka berhasil memenangkan pertandingan 2-0 dari seri best of 3 melawan NEST Clan Ladies.
—
Dengan ini masing-masing pemenang akan mewakili Indonesia dan bertanding ke tingkat selanjutnya, WESG SEA 2019. Berikut daftar juara WESG Indonesia Finals dari masing-masing cabang.
Garuda Muda (Dota 2)
Quantel (StarCraft 2)
Big Time Regal Gaming (CS:GO)
CELESTE (CS:GO Ladies)
Bertanding di tingkat yang lebih tinggi, mari kita doakan agar para pemain bisa mendapatkan hasil terbaik dan membanggakan nama Indonesia di tingkat regional ataupun internasional.
Selain Bethesda dan Valve, Blizzard merupakan developer game favorit komunitas modder. Mod untuk salah satu game-nya terbukti telah berevolusi menjadi salah satu game yang paling banyak dimainkan di seluruh dunia. Apalagi kalau bukan Dota, yang awalnya hanya berupa mod custom map untuk Warcraft III.
Sekarang, Blizzard ingin mencoba mengulang cerita sukses itu dengan StarCraft 2. Sejak dirilis di tahun 2010, StarCraft 2 memang sudah punya fitur map editor, di mana pemain bebas menciptakan custom map dengan gameplay yang bervariasi (pada dasarnya modding). Namun baru hari ini mereka bisa mendapat untung dari hasil karyanya tersebut.
Mod berbayar ini bisa dibeli oleh pemain lewat seksi Arcade. Pada perilisan awalnya, akan ada dua mod premium dari dua kreator yang berbeda: ARK Star bikinan Daniel “Pirate” Altman dan Direct Strike bikinan Tya. Keduanya sama-sama dibanderol $5, dan sebagian dari hasil penjualannya akan masuk ke kantong masing-masing modder.
Di antara keduanya, Direct Strike mungkin bakal lebih populer karena merupakan versi lebih sempurna dari Direct Strike HotS, yang merupakan salah satu custom map terpopuler StarCraft 2. Kendati demikian, ARK Star jauh lebih menarik di mata saya pribadi.
Pasalnya, dalam ARK Star kita tak lagi bermain game RTS, melainkan turn-based RPG ala dua seri Fallout yang pertama. Leveling tentu saja menjadi elemen gameplay yang utama, begitu juga dengan skill tree dan equipment, termasuk halnya crafting.
Kalau melihat cuplikan videonya, ARK Star terasa seperti game yang benar-benar baru, hanya saja kebetulan berada dalam dunia StarCraft. Mod inovatif semacam ini pada dasarnya bisa menarik perhatian pemain StarCraft yang sudah lama meninggalkan game tersebut, entah karena bosan atau kepincut game lain.
Blizzard sebenarnya sudah punya rencana untuk menerapkan sistem mod berbayar untuk StarCraft 2 bahkan sebelum game-nya dirilis. Sekarang semuanya sudah bisa dinikmati lewat Patch 4.3.0.