Tag Archives: Starting Up

Pahami Tiga Prinsip Ini Sebelum Mendirikan Startup

Ketika Anda menjalankan bisnis, saran terbaik yang perlu Anda lakukan sebagai pemilik, pendiri, eksekutif dari perusahaan startup adalah mendengar masukan sebanyak mungkin dan mengimplementasikan usulan yang paling relevan dengan skenario Anda.

Kesalahan umum seperti mengabaikan kebutuhan pelanggan, hanya merekrut talenta berdasarkan resume yang impresif saja, dan fokus pada mencari keuntungan merupakan beberapa yang harus Anda hindari sebelum mendirikan startup.

Artikel ini akan fokus membahas tiga prinsip yang perlu Anda perhatikan sebelum mendirikan startup. Berikut rangkumannya:

Tentukan identitas perusahaan Anda

Saat pertama kali memulai, Anda mungkin tergoda untuk mendasarkan diri pada produk yang dimiliki, apa adanya, dan peduli pada penampilannya. Anda beranggapan hal tersebut bakal membuat perusahaan jadi menonjol. Atau bisa jadi, Anda menemukan diri setelah mendefinisikan perusahaan berdasarkan pesaing Anda. Ini adalah sebuah kesalahan, sebab lambat laun akan memaksa Anda untuk bersikap reaktif, bukan proaktif.

Sebaiknya Anda pusatkan perhatian pada pelanggan terlebih dahulu. Pahami dan hargai pengaruh mereka terhadap kesuksesan perusahaan. Dengan memperhatikan apa yang dikatakan pelanggan tentang produk Anda di online, email, atau media sosial, membuat Anda jadi lebih siapa memenuhi permintaan mereka.

Sebelum Anda dapat menentukan atau mendefinisikan ulang tentang startup Anda, sebaiknya Anda harus tahu siapa pelanggan dan apa yang mereka inginkan. Jika tidak, Anda akan selalu bereaksi terhadap tren pasar, bukan menciptakan tren.

Media sosial adalah salah satu cara terbaik untuk terlibat dengan pelanggan lewat percakapan dua arah. Setelah Anda membangun basis pelanggan, pastikan untuk rajin meninjaunya secara berkala. Beri kesempatan pada pelanggan untuk meninjau produk dan saran yang perlu Anda lakukan untuk masa depannya.

Pilih karakter dan kepribadian talenta

Jangan remehkan dampak dari budaya perusahaan. Seberapa baik talenta baru bergaul dengan teman sebayanya sama pentingnya dengan keahlian mereka, tidak peduli seberapa mengesankan resume yang dimilikinya. Keterampilan itu bisa diajarkan dan dipelajari, namun tidak bagi karakter dan kepribadian.

Selagi talenta masih muda, sangat penting untuk membentuk karakter dan kepribadian karena saat mereka sudah capai di tingkat profesional, kepribadian dan karakternya telah terbentuk dengan baik.

Seseorang yang cocok dengan perusahaan tapi kurang memiliki keterampilan yang kurang mumpuni, pada bagaimanapun juga dapat diajarkan untuk memperbaiki wilayah tersebut.

Saat Anda merekrut talenta baru, perhatikan hal tersebut. Ada sisi positif dan negatifnya ketika Anda memutuskan untuk merekrut talenta lewat bantuan agensi. Di satu sisi, Anda akan menghemat lebih banyak waktu dan tenaga, tapi daya kontrol terhadap talenta yang diinginkan jadi kurang maksimal.

Fokus pada tim, bukan uang

Sebagai pemilik bisnis, secara alami Anda akan fokus pada keuangan perusahaan. Ini cukup dimaklumi, sebab tanpa uang, Anda tidak dapat membuat produk atau merekrut talenta untuk menjual produk tersebut. Namun bila hanya terfokus pada uang saja, perusahaan akan gagal.

Anda harus memprioritaskan dua hal daripada uang, yakni pelanggan dan talenta. Bangun produk yang memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan daripada menjual produk laris yang sudah dahulu laku di pasar niche lainnya. Fokuslah pada produk yang diminta konsumen, sebab hal ini adalah cara terbaik mendapatkan penjualan dan meningkatkan margin keuntungan.

Kemudian, fokuskan diri Anda untuk talenta/karyawan. Tanpa bantuan tim, bisnis Anda mungkin tidak akan berjalan. Dengan mendengarkan tim, Anda memastikan bahwa Anda selalu memiliki orang baik di belakang untuk memproduksi, mengemas, memasarkan, dan mengirimkan produk yang memberi keuntungan dan membayar tagihan.

Uang mungkin ada di depan baris dari dasar pemikiran Anda, tapi sebelumnya harus pastikan bahwa Anda juga menjaga posisi orang-orang di belakang tetap berada di nomor satu. Tanpa pelanggan dan karyawan, bisnis hanya sebatas mimpi.

Memaknai Kegagalan dalam Sebuah Langkah Awal

Seorang penggiat startup Hampus Jakobsson menuliskan tentang beberapa pengalamannya dengan dua startup yang pernah didirikan. Dalam perjalanannya bersama bisnis rintisannya tersebut, terdapat beberapa hal yang menurutnya baik untuk dipahami para calon pendiri maupun pendiri startup. Dua startup yang didirikan  Hampus memiliki dua hasil yang berbeda, startup pertama berhasil mendapatkan akuisisi dengan baik yang menakjubkan, sedangkan startup kedua yang didirikan baginya sebagai sumber pengetahuan dan kebijaksanaan sebagai seorang pendiri.

Apa yang diceritakan Hampus lekat kaitannya dengan bagaimana korelasi pendiri perusahaan dengan kesuksesan bisnis perusahaan. Ia mendefinisikan kedua poin tersebut sebagai sesuatu yang berbeda. Keberhasilan perusahaan dapat dilihat dengan bagaimana traksi konsumen yang terus meningkat. Sedangkan keberhasilan atau kegagalan lebih dilihat dari apa yang terjadi kepada orang-orang yang terlibat di dalam bisnis tersebut, terutama pendiri.

Dari berbagai sumber analisis bisnis banyak dikemukakan alasan mengapa startup tidak dapat survive, di antaranya karena pendiri tidak memiliki skill-set dalam inti bisnis, ada juga yang menyebutkan bahwa punggawa startup justru tidak mengerti masalah atau konsumen mereka, atau yang paling umum karena kurang bekerja keras dan pengambilan keputusan yang tidak tepat. Namun bagi Hampus semua itu tidak menjamin, nyatanya bumbu rahasia kesuksesan startup adalah keberuntungan dan waktu yang tepat. Terutama saat sudah berbicara sampai di level investor.

Untuk itu Hampus sedikit mendefinisikan berbeda tentang sebuah kegagalan. Baginya kegagalan bukan hanya tentang keadaan saat perusahaan tidak mencapai traksi yang diinginkan. Namun kegagalan adalah proses ketika perusahaan memiliki dampak negatif pada orang-orang yang terlibat di bawahnya, terutama sang pendiri sebagai motor utama bisnis. Beberapa indikasinya adalah sebagai berikut:

(1) Terganggunya finansial pribadi; Tak sedikit pendiri startup rela mengeluarkan banyak uang pribadinya untuk investasi awal. Namun kadang saat keberuntungan tak berpihak, perusahaan kesulitan untuk mengembalikan apa yang sudah diinvestasikan tersebut.

(2) Terganggunya kesehatan; Baik fisik ataupun mental dapat terserang, seiring pikiran yang carut-marut dan rasa frustrasi yang berlebihan. Jika tak piawai dalam mengendalikan, sering kali ini justru akan menjadi hambatan untuk bangkit dan meniti semua dari awal.

(3) Menyalahkan orang lain; Tak sedikit juga untuk orang yang gagal cenderung selalu mencari kambing hitam. Mencoba menyalahkan orang lain atas kegagalan yang diderita. Namun kadang kenyataannya semua itu memang dikarenakan manajerial yang kurang tertata, sehingga berdampak kepada inefisiensi kinerja tim.

(4) Tidak mau belajar; Menjadi salah satu yang paling berbahaya saat seseorang tidak bisa mengambil hikmah dari apa yang telah terjadi. Kendati saat startup bubar dan tidak memberikan valuasi, setidaknya pendiri bisa belajar lebih jauh tentang diri sendiri, dinamika kelompok dan penyiapan masa depan yang lebih baik.

(5) Menjadi lebih buruk lagi; Sayangnya, beberapa pendiri berpikir mereka selalu lebih baik daripada orang lain. Mereka tidak pernah membutuhkan bantuan dan tidak pernah membantu orang lain. Ingat bahwa keberuntungan, kerja keras dan beberapa keterampilan dapat membawa kesuksesan, tetapi tidak pernah menjamin itu.

Dari cerita tersebut disimpulkan bahwa startup membutuhkan kerja keras, dan kegagalan seharusnya dapat dikendalikan. Bahkan tidak ada salahnya untuk selalu siap sedia mengantisipasi hal yang akan menyandung dan membuat kegagalan tersebut menjadi nyata.

Ekosistem Startup Indonesia Harus Tetap Tanamkan Semangat “Starting Up”

Keberadaan startup digital di lanskap industri Indonesia saat ini sudah semakin diperhitungkan, baik dari sisi kompetisi bisnis ataupun kehadirannya dalam akuisisi konsumen. Jika kita menilik lima sampai delapan tahun lalu, saat masih sangat sedikit yang mengetahui tentang apa itu startup, istilah entrepreneur masih lebih mendominasi, karena produk yang dikembangkan sangat sedikit yang melibatkan unsur digital.

Perkembangan yang terjadi hingga saat ini telah menciptakan kompetisi yang sangat dahsyat. Inovasi startup yang sering “mengganggu” tatanan industri yang sudah ada harus dihadapkan apple-to-apple dengan pemain bisnis yang sudah matang sebelumnya. “Kekisruhan” ini turut menghadirkan persaingan yang sangat sengit, baik persaingan langsung dengan kompetitor ataupun persaingan tak langsung di kategori lain.

Tak hanya dalam kompetisi industri, regulasi pun ikut bergejolak, karena semakin banyak kepentingan yang menyenggol di dalamnya. Di sisi lain pemerintah terus mendorong generasi muda untuk terus berinovasi, sehingga pro kontra untuk merevisi dan menambahkan kebijakan terus menjadi perbincangan hingga saat ini.

Terlepas dari kekisruhan yang ada, spirit startup tetap harus terus berkembang di Indonesia, seperti beberapa tahun lalu, saat setiap peluang dijadikan kesempatan untuk starting up ke dalam sebuah solusi digital.

Penggiat startup harus terus memulai atau menciptakan sesuatu hal yang baru. Ekosistem ini masih harus terus digalakkan. Ke depannya, semakin banyak layanan digital baru, dari on-demand sampai fintech, yang akan menimbulkan polemik persaingan bisnis dan regulasi baru. Tapi bukahkah semua itu akan kembali kepada penerimaan konsumen akan sebuah layanan?

Startup Indonesia tetap harus memfokuskan pada inovasi. Bukankah masih ada banyak yang belum “digantikan” dan menjadi kesempatan startup lain untuk masuk di dalamnya? Atau bahkan menciptakan peluang baru yang lebih baik dari startup yang telah menggantikan sistem tradisional yang ada sebelumnya dengan inovasi yang lebih atraktif.

Lupakan kerisauan akan regulasi. Startup tetap harus menempatkan diri pada kodratnya, yakni berinovasi dan memulai hal baru. Mengutip kata-kata Menkominfo Rudiantara saat mencoba mengakomodasi Uber dan GrabCar:

Aplikasi berbasis online adalah suatu keniscayaan dalam era digital seperti saat ini.