Tag Archives: Startup Business

Pejaran yang dapat dipetik startup dari kiprah Amazon sebagai raksasa teknologi dunia / Pixabay

Tips Menanamkan Budaya Inovasi yang Berpusat pada Pelanggan dalam Bisnis Startup

Seperti diketahui, inovasi menjadi salah satu yang menggerakkan bisnis startup. Dalam upaya menciptakan inovasi dalam sebuah organisasi, ada yang disebut dengan budaya inovasi atau culture innovation. Diambil dari beberapa sumber, dapat disimpulkan bahwa budaya inovasi ini merupakan lingkungan yang mendukung pemikiran kreatif untuk menghasilkan produk, layanan, atau proses baru atau lebih baik.

Dalam pembahasan lebih dalam mengenai budaya inovasi, DailySocial.id mengadakan webinar Super Mentor yang adalah bagian dari DSLaunchPad 3.0 bekerja sama dengan Amazon Web Service (AWS). Pada kesempatan kali ini, Jaspal Johl selaku Head of Marketing Amazon Web Service ASEAN memaparkan sejumlah insight terkait penerapan budaya inovasi dalam perusahaannya.

Berpusat pada pelanggan

Sebelum masuk ke urusan yang lebih teknis seperti penjualan atau penetrasi pasar, Amazon mengawali langkah inovasi dengan satu pertanyaan fundamental, “Bagaimana bisnis ini bisa meningkatkan taraf kehidupan pelanggan?”. Ketika perusahaan berhasil menciptakan produk terbaik, semua hal teknis akan mengikuti dengan sendirinya, seperti penetrasi pasar yang mendorong ekspansi, operasional yang efisien, berikut konversi pelanggan.

Sebuah kutipan dari Jeff Bezos mengatakan, “Ada banyak keuntungan dari pendekatan yang berpusat pada pelanggan, tetapi inilah keuntungan besarnya: Pelanggan selalu sangat senang, sangat tidak puas, bahkan ketika mereka mengaku senang dan bisnisnya bagus. Bahkan ketika mereka belum mengetahuinya, pelanggan menginginkan sesuatu yang lebih baik, dan keinginan untuk menyenangkan pelanggan akan mendorong Anda untuk menciptakan sesuatu dari sudut pandang mereka.”

Hal ini mengharuskan perusahaan untuk observasi semua data terkait tingkat kepuasan dan berusaha mengerti keinginan konsumen, bahkan sebelum mereka mengetahuinya. Maka dari itu, sebaiknya fokus pada apa yang dilakukan konsumen daripada apa yang dilakukan kompetitor.

Selama 27 tahun berdiri, Amazon dikenal sebagian besar karena bisnis e-commerce. Di luar itu, perusahaan juga memiliki layanan seperti solusi teknologi, produk elektronik, konten streaming, groceries, juga retail. Hingga saat ini, terdapat lebih dari 60 unit bisnis yang tersebar di berbagai belahan dunia.

Dalam mewujudkan budaya inovasi di tubuh perusahaan, ada 4 faktor kunci yang diterapkan oleh AWS, yaitu:

1. Kultur

Amazon memiliki satu landasan penting yang menjadi acuan dalam menjalankan budaya inovasi, yaitu Leadership Principles atau prinsip kepemimpinan. Dimulai dari membangun antusiasme terhadap pelanggan (customer obsession), melalui berbagai proses inovatif dan berakhir pada pencapaian hasil, menjadi karyawan terbaik.

Prinsip kepemimpinan inilah yang juga digunakan sebagai landasan rekrutmen. Prosedur ini dijalankan dengan sangat ketat, kandidat yang terpilih tidak hanya harus memenuhi standar, melainkan harus bisa menaikkan standar. Bahkan ketika sudah bergabung, kandidat masih akan dievaluasi oleh rekannya. Amazon percaya bahwa indikator sukses sebuah perusahaan adalah kesatuan budaya (kerja).

Terkait peran dalam pekerjaan, Jaspal mengungkapkan, “Kita merekrut orang-orang pintar bukan untuk memberi tahu apa yang harus mereka lakukan, melainkan mereka datang ke perusahaan membawa daftar apa saja yang ingin mereka lakukan. Keseimbangan akan ditemukan ketika masing-masing sudah memahami perannya.”

2. Mekanisme

Amazon sebagai perusahaan global memiliki banyak proses, salah satu yang terkenal adalah working backwards. Mekanisme ini merupakan perilaku yang dikaitkan dengan pemikiran inovatif. Dalam artian, mulai dari pain point pelanggan, di mana kita menciptakan ide untuk menyelesaikan masalah pelanggan bukan masalah dalam organisasi. Yang selama ini dilakukan perusahaan adalah membuat proses yang berinovasi dari sisi pelanggan.

Untuk menjalankan mekanisme ini, ada lima pertanyaan yang harus terjawab (1) Siapa pelanggannya?; (2) Apa masalah pelanggan atau kesempatan?; (3) Apakah keuntungan bagi pelanggan jelas?; (4) Bagaimana mengetahui kebutuhan atau keinginan pelanggan?; (5) Seperti apa pengalaman pelanggan yang disajikan?

Jawaban dari pertanyaan tersebut akan dihadirkan melalui 3 keluaran. Press Release, yang menyediakan segala informasi terkait produk untuk pelanggan. Perusahaan harus bisa membuat pelanggan mengerti apa yang ingin disajikan melalui produk ini. Lalu, FAQs yang berisi pertanyaan yang paling sering ditanyakan pelanggan, terkait harga, ekspansi. Sementara itu, secara paralel membangun Visuals untuk melihat dari sisi pengalaman pelanggan.

Mengapa pertanyaan dan jawaban ini menjadi penting? Karena ketika idenya baru di tahap press release, akan sangat mudah dan murah untuk diubah. Ceritanya akan berbeda ketika Anda telah menginvestasikan jutaan dolar dan menghabiskan waktu untuk riset dan pengembangan. Ketika itu, sudah terlambat untuk menyadari bahwa produk tidak sesuai dengan keinginan pelanggan atau berpikir untuk membuat produk yang lebih baik.

3. Arsitektur

Dari sisi teknologi, perusahaan mulai beralih ke microservices. “Kami memisahkan proses yang memiliki layanan satu tujuan. Karena ketika semua layanan menjadi satu kesatuan, hal itu dapat menghambat inovasi,” ujar Jaspal.

Dengan microservices, setiap tim bisa bergerak lebih leluasa dengan dinamikanya masing-masing. Di sisi lain, hal ini membuat anggota tim bisa bekerja lebih cepat, agile dan inovatif. Satu hal yang perlu digarisbawahi, Amazon tidak memulai perjalanan dengan memikirkan teknologi, melainkan pengalaman pengguna terlebih dahulu.

4. Organisasi

Sebagai startup, sama halnya dengan Amazon dulu, selalu ada perusahaan yang mau membayar lebih dan menawarkan lebih. Namun Jaspal menekankan bahwa yang penting adalah bagaimana bisa menarik builders, orang-orang kreatif yang suka mengeksekusi, ke perusahaan. Mereka berpikir jauh ke depan dari sisi pelanggan serta punya rasa memiliki terhadap produk atau layanan yang mereka jalankan.

Ada satu skema yang digunakan Amazon untuk meramu tim, yaitu two pizza teams. Dua loyang pizza adalah porsi yang pas untuk 6-8 orang. Menurut sudut pandang perusahaan, 6-8 orang adalah jumlah ideal dalam sebuah tim. Sebuah angka yang bisa memenuhi semua kebutuhan tanpa harus ada penyesuaian yang terlalu banyak atau pembagian sesi meeting. Hal ini memungkinkan desentralisasi tim serta otonomi yang akan mendorong percepatan dalam inovasi.

“Dalam upaya melakukan inovasi, sesungguhnya yang dilakukan adalah membuat sesuatu yang baru. Untuk memulai sesuatu yang baru kita harus berani mengambil risiko. Sekalipun sudah dilakukan dengan benar, hal baru akan tetap memiliki potensi risiko yang besar, salah satu yang bisa dilakukan untuk menekan hal itu adalah memastikan bahwa ide tersebut benar-benar matang,” ujar Jaspal

Dinamika menjadi kunci dalam berbisnis, ada banyak keputusan dan aksi yang reversible atau bisa diubah dan tidak membutuhkan studi mendalam. Namun, perusahaan mengedepankan pengambilan risiko yang diperhitungkan. Ketika skala perusahaan bertambah, hal itu akan mempengaruhi risk apetite-nya. “Hal ini yang membuat kami berhenti menua dalam organisasi untuk memberi ruang bagi inovasi,” tambahnya.

Memahami konsep kegagalan

Kutipan lain dari Jeff Bezos bercerita tentang, “Kegagalan dan penemuan adalah kembar yang tak terpisahkan. Untuk menciptakan Anda harus bereksperimen, dan jika Anda tahu sebelumnya bahwa itu akan berhasil, itu bukan eksperimen.”

Kegagalan bisa saja terjadi dalam proses menemukan sesuatu yang baru. Jika tidak ada yang baru, apakah hal tersebut bisa dibilang inovasi? Dalam kasus ini, skenario terbaik adalah sebagai fast followers. Selain itu, ini juga sebagai salah satu cara untuk menekan risiko dan mengetahui  sebuah produk/layanan dapat berjalan atau tidak.

Layaknya Amazon memiliki leadership principle, perusahaan harus memiliki landasan serta mengupayakan orang-orang yang selaras dengan hal tersebut. Ketika sudah menemukan apa yang menjadi mendasar dan esensial terhadap perkembangan perusahaan, maka budaya inovasi bisa mulai dijalankan terhadap semua karyawan dalam organisasi.

Strategi diferensiasi (Growth Flywheel)

Terdapat sebuah siklus yang juga disebut growth flywheel saat perusahaan mencoba menciptakan pengalaman pelanggan terbaik. Ketika berhasil menyajikan pengalaman pengguna yang baik, semakin banyak pengguna yang datang, traffic semakin tinggi, lalu angka penjualan akan naik, dan menarik semakin banyak penjual yang akan menambah seleksi barang. Siklus ini akan kembali lagi dan menciptakan pengalaman pengguna yang terbaik.

Di Amazon, perusahaan mengambil skala ekonomi dengan menurunkan struktur biaya, lalu memperbanyak seleksi produk untuk menciptakan pengalaman pengguna yang semakin baik. Hal ini bisa diimplementasikan oleh perusahaan lain dengan menentukan seperti apa growth flywheel dalam organisasi mereka. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan sentralitas pelanggan serta inovasi dan bisnis yang berkelanjutan

Dalam upaya penetrasi pasar, Amazon sebagai perusahaan global memiliki pendekatan yang sama, hanya saja eksekusinya berbeda. Kuncinya adalah observasi, lalu temukan pain points pelanggan, contohnya dengan mengajukan pertanyaan terkait kebutuhan mereka. Dalam memberikan layanan berbasis pelanggan, feedback merupakan salah satu hal yang paling esensial.

Catatan Menjelang Akhir Tahun 2016, Dinamika Lanskap Startup Indonesia

Startup Indonesia kini bukan lagi berada di tahap awal, berbagai komponen pendukungnya sudah mulai berbenah dan mapan. Tak sedikit pula memandang startup digital di Indonesia menjadi prospek industri yang menjanjikan untuk masa depan. Tak heran jika para perusahaan (baik yang bergerak memberikan investasi ataupun malah turut terjun) membidik visi besar pola bisnis startup digital.

Di Indonesia sendiri tren startup sudah jauh berubah jika dibandingkan dengan awal industri ini berkembang, misal jika dibandingkan dengan apa yang terjadi tahun 2010 ke bawah. Kala itu bisnis digital masih berproses secara konvensional, karena memang belum banyak menemukan konsep dan tatanan yang pas. Beda halnya dengan saat ini, semua berlomba menyajikan pemecahan masalah dengan pendekatan digital yang dikonversi menjadi proses bisnis startup.

Membicarakan seputar landskap startup Indonesia, setiap tahunnya ada berbagai hal unik, terkait dengan berbagai hal, baik itu berkaitan dengan tren, persaingan, bisnis hingga regulasi. Kami mencoba memetakan beberapa hal yang terjadi di tahun 2016 dalam dinamika lanskap startup Indonesia.

Dinamika bisnis e-commerce

Digadang-gadang menjadi yang paling menjanjikan, dengan dalih populasi konsumen prospektif yang sangat besar di Indonesia, secara kasat mata pun mudah dianalisis bahwa bisnis e-commerce menjadi yang paling pesat di kategori startup Indonesia. Dinamika bisnis e-commerce sendiri diwarnai dengan banyak hal, mulai dari makin terbukanya persaingan pemain asing, pemain lokal yang digadang-gadang menjadi unicorn, model bisnis baru hingga kembang kempis layanan e-commerce bertahan di tengah pertempuran.

Penetapan regulasi turut menjadi bagian dari hiruk-pikuk konsep jualan online di Indonesia. Dinilai penting, karena bisnis e-commerce telah melibatkan banyak entitas dan memiliki perputaran uang yang besar di konsumen Indonesia. Sehingga pemerintah merasa perlu untuk memastikan adanya keseimbangan antara bisnis dan kemaslahatan bangsa.

Tahun ini, ketika membicarakan e-commerce sudah bukan lagi mengabarkan layanan baru yang muncul. Semua pandangan tertuju kepada bagaimana strategi bisnis e-commerce berperang di tengah banyaknya pemain sama kuat yang ada, baik dari lokal ataupun asing. Tren ini mengindikasikan bahwa tahun depan industri ini tetap akan menjadi perhatian banyak pihak, namun tak menutup kemungkinan adanya suksesi yang akan diusung.

Dinamika layanan on-demand, Go-Jek pecahkan telur unicorn pertama

Sempat menjadi “isu nasional” saat pemain transportasi konvensional mulai agresif memprotes pergerakan layanan transportasi online, kini perseteruan tersebut tampak lengang. Berbagai kolaborasi justru dijalin, bahkan pemain konvensional berniat mulai berbenah mengikuti transformasi teknologi yang ada saat ini. Kabar istimewa justru hadir dari startup “karya anak bangsa”, telur unicorn berhasil dipecahkan pasca putaran pendanaan yang membawa Go-Jek pada valuasi $1,2 miliar.

Dinamika layanan on-demand tak beda dengan bisnis e-commerce, sekarang perbincangan terkait layanan transportasi berbasis aplikasi tak sekedar bagaimana mereka menggantikan cara manual, melainkan strategi antar bisnis yang berkembang. Go-Jek, Grab dan Uber menjadi yang paling dominan di pasar, kini semua berbincang pada bagaimana layanan tersebut berekspansi dan menyusun pola bisnis menciptakan kultur baru dalam masyarakat. Terakhir layanan on-demand banyak disandingkan dengan transformasi digital payment.

Dinamika startup dalam roda bisnis

Layaknya perusahaan besar, startup kini mulai menerapkan sistem bisnis yang lebih terstruktur. Hal ini disebabkan oleh perubahan pasar yang dinamis, berdampak pada gerak cepat bisnis startup untuk berkembang. Salah satu tantangannya adalah bagaimana bisnis menyediakan sumber daya yang mampu membantu bisnis bermanuver. Salah satu yang banyak menjadi perhatian terkait dengan kebutuhan tersebut adalah mulai maraknya tren akuisisi talenta antar startup. Sempat memanas namun justru menjadi sebuah budaya yang wajar di tengah bisnis tersebut.

Model pivot atau pencaplokan usaha juga menjadi salah satu strategi bisnis yang berkembang. Beberapa mengubah bisnisnya lantaran mulai menemukan jati diri, misalnya di awal mencoba fokus pada B2C namun ternyata pasar di sana kurang menjamu, sehingga mengubah visi untuk merangkul kalangan B2B. Di sisi pandangan bisnis, startup di Indonesia juga sudah mulai open-minded, tidak lagi terlalu silicon valley-centric. Karena mulai disadari, bahwa pergerakan berbeda perlu dilakukan menyesuaikan dengan pasar yang ada di hadapannya.

Dinamika bisnis tak berhenti pada uji coba model baru. Perbincangan naik turunnya startup dari tangga puncak juga turut mewarnai pemberitaan startup di tahun 2016. Layoff puluhan hingga ratusan karyawan salah satunya, yang menyeret beberapa nama startup unggulan di Indonesia. Hal ini terjadi lantaran kompetisi yang semakin sengit di masing-masing kategori startup.

Masih sangat dinamis polanya jika membicarakan proses bisnis yang diadopsi startup di Indonesia. Hanya saja arahnya sama, menjadi besar memenuhi permintaan dari potensi konsumen digital yang besar di pasar lokal.

Dinamika teknologi dan perkembangan startup

Namanya startup digital, kurang lengkap jika tidak berbicara tentang bagaimana teknologi yang menjadi DNA startup tersebut berkembang. Jika berbicara tentang tren, kemajuan yang ada di dunia nyatanya bisa diadopsi baik oleh talenta dalam negeri. Sebut saja revolusi baru layanan chatbot, atau chat commerce yang mulai digemari karena memudahkan pengguna dalam bernavigasi belanja. Semua ingin menyajikan layanan berplatform sistem cerdas.

Perbincangan tentang Machine Learning, Natural Language Processing dan Artificial Intelligence sudah masuk di tataran implementasi, bukan lagi teori. Pun demikian dengan perangkat, model Augmented Reallity atau Virtual Reallity juga bakal dikonsepkan ke dalam bentuk bisnis. Semua berjalan begitu mulus. Menariknya konsumen juga mampu beradaptasi dengan baik dengan semua perkembangan tersebut, perkembangan yang sangat cepat.

Dinamika penumbuhan startup lokal

Berpegang dari visi Presiden, untuk mendayakan Indonesia menjadi pemimpin digital Asia Tenggara pada tahun 2020, berbagai elemen berlomba-lomba mencetuskan gerakan yang melahirkan digital-preneur di Indonesia. Secara khusus lembaga setingkat kementerian BEKRAF juga mulai serius untuk membangun ekosistem startup di Indonesia. Di lain sisi, Kemenkominfo juga menjadi regulator yang merasa perlu untuk menjadi bagian dalam penumbuhan tersebut, dengan gerakan 1000 startup salah satunya.

Menjadi pemandangan positif saat mulai banyak pihak yang berlomba-lomba untuk menjadi bagian dalam transformasi digital tanah air. Selain inkubator dan akselerator yang sudah mulai meluas, ada satu tren terbangun di tahun ini yakni hackathon teknologi. Semua mulai sadar betul tentang visi digital. Perusahaan di berbagai bidang, instansi, hingga komponen militer mulai mengarah ke sana, melibatkan inovator digital lokal untuk melakukan elaborasi.

Keterlibatan para pelaku startup pun juga sangat luar biasa. Contoh realistis dengan visi yang jelas dipaparkan untuk menginspirasi muda-mudi di Indonesia untuk tidak melewatkan kesempatan berharga berkarya dalam lanskap digital nasional.

Dinamika regulasi

Pesatnya kemajuan bisnis digital memaksa pemerintah turut mengambil bagian. Regulasi baru bermunculan, mengatur bisnis yang sedang berkembang. Mulai dari e-commerce, teknologi finansial, hingga on-demand mulai memiliki aturan yang spesifik. Tidak hanya mengatur tentang unsur bisnis dalam kaitannya dengan regulasi, seperti perpajakan, namun sudah mulai mengarah sampai kepada sendi bisnis. Misalnya melibatkan OJK dalam pengaturan konsep digital payment dan sebagainya.

Semua dinamika yang ada di atas adalah sebuah keniscayaan, yang membawa startup Indonesia melangkah maju mendominasi permainan di negeri sendiri. Dinamika ini masih akan terus berlanjut, tak ada pengharapan lain selain perkembangan bisnis digital nasional itu sendiri. Saat semua sudah tertuju pada visi yang jelas, maka sudah selayaknya berbagai komponen yang ada di dalamnya bersatu padu, membawa mimpi Indonesia sebagai negara maju. Digitalisasi menjadi kunci, saat cara lama tak lagi bernyali.