Tag Archives: Startup HQ

Beberapa Hal Yang Akan Ditemui Ketika Bekerja di Startup

Realitas sering kali tidak sejalan dengan apa yang diharapkan dalam ekspektasi. Pun demikian realitas bekerja di startup, kendati merupakan sebuah startup populer, seperti yang diceritakan oleh Andrew Ettinger dalam tulisannya. Setidaknya ada empat hal yang diperkirakan, terkait dengan etos kerja di startup, yakni (1) seseorang akan bekerja keras, didukung dengan banyak hal di dalamnya, (2) ide keren menjadi kunci semuanya, (3) prioritas kerja yang mudah diatur, dan (4) komunikasi yang lebih terbuka.

Sayangnya pemikiran tersebut semakin lama ia berada di startup semakin terkikis. Lantas ada hal baru yang ia rasakan. Dan hal tersebut tampaknya juga umum terjadi kepada para pekerja (khususnya millennial) yang berada dalam sebuah lingkungan startup.

(1) Bekerja di startup tidak mudah, menantang, namun menyenangkan

Banyak hal yang akan dilakukan, setidaknya dicoba. Berpindah divisi menjadi hal yang tak sulit seperti korporasi. Kadang role yang digenggam tidak sama dengan kompetensi yang didapat semasa studi. Itu akan menjadi hal yang tidak mudah, bahkan sangat berat, lantaran harus mempelajari dari awal. Setiap hari akan selalu ada tantangan. Bagi beberapa orang yang memiliki “passion” di sana, bisa jadi hal ini akan menjadi hal yang sangat menyenangkan.

(2) Budaya startup berbeda, mampu beradaptasi adalah kuncinya

Menjadi sesuatu yang harus diperhatikan, bahwa kehidupan bekerja di startup erat kaitannya dengan anomali kultur di dalamnya. Semua akan bergerak begitu dinamis seperti bisnis digital itu sendiri. Kuncinya adalah mampu menyesuaikan dengan ragam perubahan yang akan sering terjadi, yang kadang juga berisiko. Saat sudah mampu beradaptasi, maka di situlah “jiwa berjuang dalam startup” mulai tertanam.

(3) Malu-malu akan membunuhmu

Ya, keterbukaan memang menjadi salah satu bagian dalam startup. Itupun akan sangat bergantung bagaimana tiap anggotanya menyikapi. Ide kreatif terkadang datang secara individual, oleh karenanya penting untuk tidak malu berbicara menyampaikan apa yang menjadi gagasan dalam benaknya, khususnya dalam inovasi produk dan strategi bisnis. Begitu juga sebaliknya, penerimaan terhadap gagasan orang lain juga perlu diterapkan dalam diri (open mind).

(4) Semua harus serba transparan

Memiliki tim yang kecil, produk yang spesifik hingga kompetisi yang sengit membawakan binsis harus bisa menjadi transparan. Membagikan apa yang ada dalam tubuh bisnis bukan berarti menyampaikan aib, justru menghadirkan banyak umpan balik yang baik untuk bisnis itu sendiri. Itu cakupan secara umum. Lebih spesifiknya transparansi juga penting diterapkan dalam manjerial dan komunikasi antar tim. Itulah startup, ketika semua harus tahu agar bisa berperan.

(5) Memiliki banyak rencana dan tanggung jawab

Ide yang muncul akan selalu menghadirkan to-do list baru, di luar penyempurnaan produk itu sendiri. Sikap tanggung jawab penting untuk dimiliki, sehingga semua dapat berjalan mulus. Keutuhan tim dalam startup juga bergantung pada masing-masing individu di dalamnya. Saat semua berjalan dengan baik, maka semua rencana akan mulus melaju, demikian sebaliknya.

Pemerintah DKI Kembali Tegaskan Berikan Izin Penggunaan Virtual Office

Beberapa bulan lalu tersiar kabar Kementrian Perdagangan (Kemendag) memastikan virtual office dapat digunakan sebagai alamat kontak perusahaan, sebuah aturan yang menjadi angin segar mengingat sebelumnya melalui Surat Edaran Kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPTSP) Jakarta No. 41/SE/Tahun 2015 tanggal 2 November 2015, tentang Surat Keterangan Domisili Badan Usaha yang Berkantor Virtual penggunaan virtual office dilarang.

Kabar tersebut akhirnya kembali ditegaskan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. Gubernur yang akrab disapa Ahok menegaskan bahwa para pelaku bisnis diberikan kemudahan dengan diperbolehkan menggunakan alamat virtual office sebagai alamat usaha mereka.

Hal ini disampaikan Dirjen Kemenkumham Bidang Administrasi Hukum Umum (AHU), Freddy Haris dalam acara “Mudahnya Berbisnis di Indonesia”, yang diselenggarakan oleh World Bank, Dirjen AHU dan BPTSP DKI beberapa waktu lalu.

“Menanggapi permasalahan regulasi mengenai izin tempat usaha, Pemprov DKI telah memberi solusi bagi pelaku usaha yakni, memperbolehkan pelaku usaha menggunakan alamat virtual office sebagai alamat tempat usaha. Jadi di balik semua regulasi yang dibuat oleh pemerintah, pemerintah tetap memberi solusi yang terbaik bagi para pelaku usaha” ujar Freddy.

Akan tetapi  dalam menyelenggarakan usaha harus tetap mengikuti aturan zonasi yang telah ditetapkan daerah. Seperti tidak boleh berada di zona perumahan atau zona pendidikan. Domisili perusahaan diharuskan berada di zona perkantoran atau komersial.

Terlepas dari kekhawatiran penggunaan virtual office untuk usaha fiktif, UKM dan startup sebenarnya sangat terbantu dengan adanya virtual office ini. Termasuk para pengusaha virtual office itu sendiri.

Beban biaya yang dikeluarkan UKM atau startup untuk menyewa gedung untuk kantor bisa dipangkas dan bisa dialokasikan untuk keperluan lain. Sehingga mereka bisa memberikan fokus lebih untuk meningkatkan produk dan layanan mereka sehingga bisa bersaing dan bertahan di industri.

Regulasi ini juga bisa menjadi satu dari beberapa aturan yang bisa melancarkan jalan pemerintah untuk melahirkan 1000 startup. Karena sebagai sebuah ekosistem bisnis yang belum sepenuhnya matang, startup masih butuh banyak regulasi untuk mendorong pertumbuhannya.