Tag Archives: Startup Kesehatan

Startup Kesehatan SehatQ

Mengenal SehatQ, Platform Pengelola Kesehatan yang Menyasar Keluarga Muda

Indonesia merupakan salah satu pasar strategis untuk industri kesehatan. Mengutip dari data Bappenas, jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia pada 2021 diproyeksi mencapai 45 juta penduduk. Angka ini diperkirakan naik dua kali lipat jadi 85 juta di 2022 dan meningkat jadi 145 juta pada 2030.

Artinya, sekarang adalah momentum yang tepat untuk menyeriusinya karena makin tinggi kemampuan ekonomi seseorang, semakin tinggi pula kesadaran untuk memperbaiki gaya hidupnya. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh SehatQ. Startup ini ikut meramaikan di ranah startup kesehatan di Indonesia sejak November 2018.

Head of Communications SehatQ Aniela Maria menjelaskan, perusahaan datang dari pengalaman pribadi founder-nya itu sendiri, yakni Linda Wijaya. Ketika Linda sudah berkeluarga, dia menyadari kesehatan itu penting dalam keseharian. Selalu ada bagian dari unsur kesehatan yang bisa terus dimaksimalkan. Kesempatan tersebut direalisasikan dengan mendirikan SehatQ.

“Secara bertahap kami akan mengembangkan fitur dengan tujuan akhirnya menjadikan SehatQ sebagai asisten untuk bantu orang mengelola kesehatan pribadi dan keluarga muda. Golongan tersebut adalah target pengguna kita,” terang Aniela kepada DailySocial.

Selaras dengan misinya tersebut, menarik minat Latitude Venture Partners (LVP) untuk gaet SehatQ sebagai proyek binaan pertama. Di luar investasi eksternal yang dilakukan LVP untuk startup yang sudah beroperasi. Linda sendiri merupakan Managing Partner LVP.

Di bawah binaan LVP, SehatQ secara langsung dipantau perkembangannya dan mendapat jaringan yang bisa dimanfaatkan baik dari LVP maupun Grup Sinar Mas. LVP adalah VC yang disiapkan Sinar Mas dengan struktur pendanaan yang berbeda dengan SMDV. LVP bertindak sebagai venture builder dan venture capital.

Penambahan fitur kesehatan secara bertahap

Tim SehatQ / SehatQ
Tim SehatQ / SehatQ

Untuk tahap awal, lanjutnya, SehatQ fokus perbanyak konten kesehatan. Mulai dari artikel kesehatan berbagai topik, ensiklopedia penyakit dan obat-obatan. Secara total ada 1514 direktori artikel, 1115 ensiklopedia penyakit dan obat yang telah diterbitkan.

“Tim konten kami tergolong cukup kuat. Setiap minggunya kami produksi konten hingga 200 artikel lengkap dengan infografis dan data pendukungnya. Ada tim dokter yang bantu kami melihat akurasi konten apakah sudah sesuai atau belum sebelum dipublikasi.”

Berikutnya, perusahaan menambah fitur direktori fasilitas kesehatan berdasarkan lokasi terdekat pengguna. Serta, booking dokter demi permudah pasien membuat janji temu. Untuk masuk ke dalam direktori, perusahaan melakukan sejumlah pengecekan agar dokter yang hadir di SehatQ benar-benar sesuai dengan ketentuan.

Terhitung, SehatQ sudah menampilkan direktori lebih dari 2 ribu dokter dari berbagai spesialisasi di seluruh Indonesia. Diklaim sejak pertama kali situs SehatQ dirilis, telah dikunjungi hingga 1 juta kali per bulannya.

Untuk menuju platform kesehatan yang menyeluruh, rencananya sebelum akhir tahun ini SehatQ akan merilis aplikasi yang sudah dilengkapi dengan fitur telekonsultasi dengan live chat. Menariknya, kata Aniela, fitur ini dapat dimanfaatkan untuk membantu pengguna yang lebih tertarik mengobati diri sendiri dengan obat-obatan yang tersedia di pasaran.

Menurutnya, pangsa pasar orang-orang di kalangan tersebut cukup besar dan ini bisa dimanfaatkan dengan baik oleh SehatQ. Alhasil, dokter tidak dianjurkan untuk membuat resep setiap kali pengguna melakukan live chat. Dia memastikan pangsa pasar ini tidak akan menggantikan lahan dokter yang bertugas di rumah sakit.

“Ada orang yang cenderung berobat dengan herbal, generik, sebelum harus di bawa ke dokter. Namun mereka itu ingin dapat bimbingan dari profesional sebelum mengonsumsinya, agar lebih mendapat kepastian. Itu yang akan kami sasar lewat fitur live chat.”

Seluruh data hasil live chat akan secara otomatis terekam dalam sistem SehatQ dan menjadi catatan medis berbentuk digital. Apabila nantinya dibutuhkan oleh pengguna, mereka dapat langsung memeriksa langsung dari aplikasi.

“Kami akan latih para dokter untuk standarisasi layanannya saat fitur live chat sudah resmi hadir.”

Tak hanya itu perusahaan juga berencana untuk mengintegrasikan sistemnya dengan fasilitas kesehatan dan penyedia jasa kesehatan agar seluruh pengalamannya bisa jauh lebih seamless.

Dia mencontohkan, dari fitur booking dokter yang sudah tersedia sekarang, nantinya ketika sistem terintegrasi antara SehatQ dengan rumah sakit. Pasien bisa mendapat jadwal janji temu yang lebih pasti karena sudah terhubung langsung dengan rumah sakit tempat dokter tersebut praktek. Begitupun dengan penyedia jasa kesehatan, semisal asuransi, proses klaimnya akan lebih seamless.

“Di saat yang bersamaan kami akan mengadakan grand launching, setelah itu kami mulai agresif memasarkan SehatQ untuk menarik banyak pengguna baru,” pungkasnya.

Di Indonesia, selain SehatQ, pemain startup kesehatan lainnya yang sudah lebih dahulu hadir seperti Halodoc, Alodokter, Klikdokter, DokterSehat, Konsula, dan sebagainya.

Startup kesehatan Sehati TeleCTG memiliki tiga produk, alat TeleCTG, aplikasi Ibu Sehati, dan Bidan Sehati demi mengurangi potensi kematian bayi sejak dini

Sasar Daerah Terpencil, Startup Sehati TeleCTG Kembangkan Alat Monitor Janin Portabel

Startup kesehatan Sehati TeleCTG mengembangkan alat pendeteksi jantung untuk monitor pergerakan janin untuk mengurangi potensi kematian bayi sejak dini. Alat ini telah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan sejak akhir November 2018 dan tengah diuji coba ke 14 kecamatan di Kupang.

Alat yang merupakan versi portabel dari cardiotocography (CTG) ini membantu ibu untuk mengecek keadaan kandungan dengan dokter secara jarak jauh sehingga pelayanan kesehatan dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja. TeleCTG berfungsi untuk mengetahui detak jantung bayi, pergerakan bayi, dan kontraksi ibu hamil.

CEO dan Founder Sehati TeleCTG Ari Waluyo menerangkan alat ini dikembangkan karena timbulnya kekhawatiran tingginya angka kematian ibu di Indonesia. Di Kabupaten Kupang misalnya, angka kematian ibu di tahun 2015 mencapai 1 hingga 2 kejadian kematian ibu saat hamil, saat kelahiran, dan pada masa nifas. Sedangkan angka kematian bayi di kabupaten tersebut mencapai 33/1000 kelahiran hidup.

“Kami ingin menyediakan akses terhadap pelayanan kesehatan dan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak, khususnya selama 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). Pemeriksaan kehamilan yang lebih baik, dengan tujuan terjadinya deteksi dini faktor risiko pada ibu hamil sebagai salah satu upaya menurunkan angka kematian ibu,” katanya.

Perangkat TeleCTG beserta aplikasi Bidan Sehati dan Ibu Sehati / Sehati TeleCTG
Perangkat TeleCTG beserta aplikasi Bidan Sehati dan Ibu Sehati / Sehati TeleCTG

Perangkat TeleCTG yang dikembangkan Sehati dinilai lebih terjangkau baik dari segi harga dengan CTG konvensional yang harganya di atas Rp100 juta. TeleCTG lebih portable sehingga mudah dibawa ke daerah terpencil dan cara pengoperasiannya relatif lebih mudah.

Untuk penerapannya TeleCTG dilakukan secara simultan dengan pemberian informasi dan edukasi serta pendampingan ibu melalui aplikasi Bidan Sehati yang dapat difungsikan sebagai buku KIA (Kartu Identitas Anak) elektronik. Data ibu hamil bisa terekam secara digital dalam palikasi tersebut, sehingga memudahkan kerja bidan dalam upaya pencegahan sakit dan kematian ibu dan bayi.

Data-data yang dimasukkan bidan terhubung langsung dengan alat TeleCTG, kemudian dikirim ke pusat konsultasi yang saat ini ada di Jakarta dan Bandung. Di sana, dokter kandungan yang bertugas akan menganalisa data ibu hamil yang diberikan bidan dan memberikan rekomendasi secara real time kepada bidan.

Aplikasi lainnya yakni Ibu Sehati bakal difungsikan untuk panduan umum dan informasi terkait kehamilan yang perlu diketahui para ibu. Informasi lainnya seperti tips kehamilan mingguan, jadwal kunjungan ke dokter dan laboratorium, serta jurnal elektronik.

“Kami berkolaborasi dengan regulator, dokter spesialis untuk consultation centre, dan membangun komunitas bidan serta ibu yang diperkuat dengan aplikasi Bidan Sehati, Ibu Sehati, dan alat kesehatan TeleCTG. Semuanya saling terhubung dalam satu platform untuk permudah usaha penelusuran, pengawasan perawatan kehamilan, dan proses pengelolaan persalinan lebih baik.”

Rencana berikutnya

Setelah mengantongi izin edar, Ari mengungkapkan pihaknya akan mendistribusikan alat tersebut ke Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur sampai pertengahan tahun ini. Saat ini uji coba baru dilakukan di 14 kecamatan di Kupang sejak 9 Desember 2018.

Perusahaan bakal menggandeng dinas kesehatan setempat, bekerja sama dengan bidan-bidan di Puskesmas di tiap desa. Tak sampai di situ, perusahaan berencana untuk ekspor produk ke Vietnam dan Filipina pada akhir tahun. Dua negara ini dilirik karena punya karakteristik dan isu yang sama dengan Indonesia.

Rencana masif ini dilakukan Sehati pasca memperoleh investasi tahap awal dengan nilai yang tidak disebutkan pada Agustus 2018. Dari investasi ini, Sehati dan TeleCTG melakukan merger dan mengubah model bisnis.

Application Information Will Show Up Here

Menerka Potensi Perkembangan Startup di Bidang Kesehatan

Tahun 2017 digadang-gadang menjadi awal bagi healthtech atau layanan kesehatan berbasis teknologi di Indonesia. Secara kasat mata pun, mudah ditemui beberapa celah yang dapat dioptimalkan menggunakan teknologi, misalnya sistem antrean, layanan konsultasi dan sebagainya. Dan sedikit demi sedikit, inovasi tersebut kini tampak di tengah-tengah riuhnya perkembangan startup nasional.

Melihat tren tersebut, dalam sesi diskusi mingguan DailySocial #SelasaStartup diundang Co-Founder & CIO Halodoc Doddy Lukito. Dalam pemaparannya ia menceritakan beberapa hal terkait inovasi teknologi yang dapat membantu masyarakat Indonesia untuk mudah mengakses layanan kesehatan.

Dari survei internal yang dilakukan Halodoc, saat ini persebaran dokter yang aktif bertugas masih kurang berimbang dengan kebutuhan masyarakat –terlebih di daerah dengan lingkungan geografis yang sulit diakses. Contohnya, di Indonesia hanya ada sekitar 600 dokter spesialis jantung, untuk menangani seluruh pasien di Indonesia. Melihat fakta tersebut, sangat sulit mendambakan pelayanan kesehatan yang berjalan baik.

Saat mencetak dokter sebanyak-banyaknya dalam waktu dekat bukan menjadi solusi efektif, maka pendekatan digital bisa didesain untuk membantu. Contohnya seperti apa yang dilakukan oleh Halodoc. Dengan inovasi aplikasi smartphone, layanan tersebut mencoba menghubungkan masyarakat dengan dokter. Proses bisnis di dalamnya memungkinkan dokter bekerja seperti saat ia praktik, hanya saja tidak langsung bertemu dengan pasiennya.

Cara seperti ini yang dinilai akan terus menyajikan terobosan di lanskap kesehatan, dengan berbagai macam keterbatasan yang ada. Selain dapat komunikasi langsung dengan dokter yang menangani keluhan masyarakat, Halodoc pun mengintegrasikan layanan konsultasi dengan sistem pemesanan obat yang dapat dilakukan juga secara virtual. Sederhananya, proses bisnis yang biasanya ada di klinik dan apotek disederhanakan dalam sebuah layanan tunggal di aplikasi.

Resep pun disajikan oleh perusahaan farmasi yang menjadi mitra. Di sini sudah mulai terlihat, tentang perlunya sinergi yang harus dijalin oleh inovator di bidang healtech dengan berbagai pihak yang berkepentingan –tidak hanya dokter, melainkan apoteker hingga perusahaan obat.

“Oleh karena itu, sebagai pengembang layanan kesehatan berbasis teknologi harus bisa mencapai keselarasan dengan pihak-pihak yang terkait dengan ekosistem kesehatan, guna mencapai hasil yang maksimal,” ungkap Doddy.

Doddy juga menegaskan, bahwa layanan kesehatan yang dipadukan dengan teknologi dalam berkembang lebih cepat, dalam kaitannya dengan inovasi layanan. Misalnya untuk pengantaran obat, sekarang Halodoc mulai bekerja sama dengan layanan on-demand di seluruh basis wilayahnya.

Application Information Will Show Up Here

HaloDoc Gandeng Watsons Indonesia untuk Ketersediaan Produk Kesehatan di ApotikAntar

Salah satu startup yang bergerak di sektor kesehatan HaloDoc belum lama ini mengumumkan kerja samanya dengan Watsons Indonesia untuk melengkapi fitur ApotikAntar dengan jaringan produk milik Watsons Indonesia. HaloDoc yang berperan sebagai platform komunikasi untuk pengguna dan dokter kini semakin lengkap dengan hadirnya produk-produk dari Watsons Indonesia yang bisa didapatkan lewat HaloDoc pada fitur ApotikAntar.

Kerja sama keduanya ini diharapkan mampu untuk melayani masyarakat Indonesia mendapatkan produk kesehatan dan kecantikan dengan cara yang mudah dan sederhana, melalui aplikasi HaloDoc. Dijelaskan CEO MHealth Tech Jonathan Sudharta kerja sama ini juga menjadi wujud komitmen dari HaloDoc untuk memberikan keuntungan lebih bagi masyarakat untuk masalah kesehatan.

“Sebagai komitmen kami dalam memberikan keuntungan yang lebih untuk masyarakat di bidang kesehatan, kami resmikan kemitraan baru bersama Watsons Indonesia. Mulai saat ini, Anda bisa belanja produk-produk yang tersedia di Watsons secara praktis lewat HaloDoc pada Fitur ApotikAntar,” terang Jonathan.

Fitur ApotikAntar sendiri merupakan sebuah layanan terintegrasi untuk pembelian obat sebagai platform yang memfasilitasi pengguna dengan apotek resmi. Sehingga pembelian obat dapat dilakukan secara mudah dan dijamin keasliannya. Untuk saat ini kurang lebih terdapat 1500 apotek di kota-kota besar yang telah bergabung dengan ApotikAntar, seperti apotek yang terdapat di kota Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Medan, Denpasar dan masih banyak lagi.

Melalui fitur ini pengguna dapat memesan berbagai macam obat bebas dan obat resep, vitamin, suplemen, peralatan medis dan produk lain yang berkaitan dengan kesehatan. Selanjutnya setelah menyelesaikan pemesanan ApotikAntar akan mengirimkan pesanan kepada pengguna dari apotek resmi yang terdekat dari titik antar.

Sementara itu menanggapi kerja sama ini Presiden Direktur PT Duta Intidaya – Watsons Indonesia Lilis Mulyawati menjelaskan bahwa pihaknya sebagai jaringan ritel produk kesehatan dan kecantikan terbesar di kawasan Asia dan Eropa merasa cukup bangga karena bisa lebih dekat dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Dengan HaloDoc Watsons akan bisa lebih dijangkau masyarakat karena aksesnya bisa lebih sederhana.

Application Information Will Show Up Here

Survei DailySocial: Informasi Kesehatan Adalah Konten Paling Dicari dari Startup Teknologi Kesehatan

Salah satu sektor yang kini tengah menjadi perhatian beriringan dengan pertumbuhan startup yang makin menjamur adalah sektor kesehatan. Pun begitu, dalam survei DailySocial dengan tajuk “Indonesia’s Digital Healthcare Services Penetration Survey” kami menemukan bahwa penetrasi startup teknologi kesehatan masih rendah karena hanya 36,92 persen responden yang menyatakan tahu mengenai keberadaannya. Selain itu, kami juga menemukan bahwa di tahap awal ini informasi seputar kesehatan adalah konten yang paling dari startup teknologi kesehatan.

Konten informasi yang paling banyak dicari dalam layanan startup teknologi di sektor kesehatan / Survei DailySocial
Konten informasi yang paling banyak dicari dalam layanan startup teknologi di sektor kesehatan / Survei DailySocial

Berdasarkan data survei, ada tiga konten informasi yang paling dicari dari layanan startup teknologi di sektor kesehatan saat ini yang secara berurutan adalah Informasi Gejala Penyakit (29,38%), Tips Kesehatan (25,61%), dan Berita seputar kesehatan (17,79%). Sedangkan layanan seperti konsultasi online dan informasi obat hanya mendapat persentase sebesar 11,05 persen dan 7,01 persen. Belum begitu populer.

[Baca juga: Survei DailySocial: Layanan Streaming Belum Jadi Metode Utama Saat Mendengarkan Musik]

Hal tersebut sedikit banyak berdampak kepada popularitas startup teknologi di sektor kesehatan yang ada di Indonesia. Dokter.id, KlikDokter, dan Alokdokter pun menjadi tiga startup teknologi di sektor kesehatan paling populer yang digunakan oleh responden dalam survei. Selain memulai lebih awal, ketiganya juga memang menyajikan konten informasi seputar kesehatan yang paling dicari oleh responden survei.

Populartitas startup teknologi di sektor kesehatan / Survei DailySocial Populartitas startup teknologi di sektor kesehatan / Survei DailySocial

Data menarik lainnya yang kami temukan yaitu mengenai sumber informasi keberadaan startup teknologi kesehatan. Dari 36,92 persen yang mengetahui keberadaan startup teknologi kesehatan, 42,59 persen responden menyebutkan bahwa media sosial seperti Facebook dan Twitter adalah sumber informasi utama mereka mengetahui startup kesehatan di Indonesia. Ini adalah hal yang wajar mengingat Indonesia sendiri adalah salah satu negara dengan pengguna Facebook terbanyak di dunai.

Meski di tahap awal ini penetrasi startup teknologi di bidang kesehatan masih rendah, namun bila dilihat dari sudut pandang lain artinya ruang untuk tumbuh masih terbuka lebar. Toh pasar industri kesehatan sendiri secara umum diramalkan akan menyentuh $21 miliar (sekitar Rp273 triliun) di tahun 2019 nanti.

Hal paling esensial saat ini bagi startup teknologi di sektor kesehatan adalah keterlibatan pihak yang mengerti dan memahami bagaimana industri kesehatan bekerja agar komunikasi antara pelaku dan lembaga kesehatan yang sudah ada bisa berjalan lancar.

[Baca juga: Survei DailySocial: Mayoritas Responden Optimis Alat Pembayaran Non-Tunai Bisa Menggantikan Tunai di Masa Depan]

Laporan “Indonesia’s Digital Healthcare Services Penetration Survey” yang diterbitkan oleh DailySocial pada Agustus silam ini merupakan hasil kerja sama DailySocial dengan JakPat. Harapannya, melalui hasil survei ini para pelaku bisnis bisa mendapatkan gambaran makro mengenai penetrasi layanan startup teknologi di sektor kesehatan hingga alasan apa saja yang membuat responden menggunakan layanan tersebut.

Bila Anda tertarik untuk mengetahui lebih jauh, Anda bisa mengunduh laporan lengkapnya setelah menjadi member DailySocial melalui tautan ini.

Survei: Penetrasi Layanan Startup Digital di Sektor Kesehatan Masih Rendah

Hari ini DailySocial meluncurkan hasil survei yang menyoroti layanan startup digital di sektor kesehatan melalui “Indonesia’s Digital Healthcare Services Penetration Survey”. Lewat survei ini kami mencoba mencari tahu tingkat kesadaran responden terhadap layanan startup digital di sektor kesehatan. Survei ini merupakan hasil kolaborasi DailySocial dan Jakpat untuk memberikan gambaran besar mengenai penetrasi layanan startup digital di sektor kesehatan, hingga alasan apa saja yang membuat responden menggunakan layanan tersebut.

[Baca juga: Laporan: Mayoritas “Online Shopper” Puas dengan Layanan E-Commerce di Indonesia]

Beberapa hal menarik yang dapat ditemukan dalam survei startup kesehatan yang melibatkan 1000 responden ini adalah:

  • Penetrasi layanan startup digital yang fokus di sektor kesehatan masih rendah dengan hanya 36,92% responden yang menyatakan tahu mengenai keberadaannya dan hanya 21,56% yang saat ini menggunakannya.
  • Social media adalah sumber utama responden yang tahu tentang keberadaan startup kesehatan.
  • Dokter.id, KlikDokter, dan AloDokter adalah startup yang memiliki tingkat popularitas tertinggi saat ini.
  • 69,54% responden menyebutkan bahwa mereka mengakses layanan startup kesehatan hanya pada saat tertentu saja seperti ketika sedang sakit atau dalam program diet dan konten yang paling sering diakses adalah informasi gejala penyakit, tips kesehatan, dan konsultasi online.
  • Alasan utama mereka mengakses layanan startup kesehatan yaitu terkait dengan informasi yang lengkap dan detail (64,15%), keberadaan fitur chat/forum untuk konsultasi online secara langsung (14,02%), dan kredibilitas dokter yang berkontribusi (8,36%).

[Baca juga: DailySocial.id Luncurkan Laporan Perilaku Konsumen Digital Indonesia 2016]

Hasil “Indonesia’s Digital Healthcare Services Penetration Survey” yang terdiri dari 23 halaman dapat diakses secara cuma-cuma setelah Anda menjadi member DailySocial.

PesanLab dan Peluang Startup Teknologi di Industri Kesehatan

Startup berbasis teknologi di Indonesia yang tengah bergairah telah berhasil membuka berbagai peluang baru di berbagai sektor industri, termasuk di dunia kesehatan. Salah satu pemain yang mencoba mencicipi peluangnya lewat pemanfaatan teknologi adalah PesanLab yang berupaya menjadi penghubung antara laboratorium dengan pasien yang ingin melakukan pemeriksaan. PesanLab sendiri punya visi untuk bisa menjadi one stop solution platform di sektor kesehatan.

CEO PesanLab Dimas Prasetyo menjelaskan bahwa PesanLab adalah perusahaan teknologi yang menghubungkan lab-lab di Indonesia dengan para pasien yang ingin melakukan pemeriksaan kesehatan atau medical check up.

PesanLab sebenarnya sudah hadir sejak tahun 2014 lalu, namun dengan nama yang berbeda yaitu LabConX. Startup yang diawali dari sebuah diskusi di forum terbesar Indonesia ini pun akhirnya memutuskan berganti nama di awal tahun 2016 agar lebih familiar. Di samping itu, pada Januari 2016 PesanLab juga membukukan pendanaan awal dari perusahaan yang sama yang mendukung HaloDoc dan meresmikan berdirinya PT Mitra Digital Laboratorindo sebagai payung usaha legal.

Dimas mengatakan, “Pergantian nama itu sebenarnya agar lebih tersurat karena spelling LabConX [baca: Lab Connnect] itu masih sulit [bagi masyarakat Indonesia]. Banyak kesalahan terjadi ketika mengetik URL [dan] rekan bisnis juga sering mengalami kesalahan, baik itu ketika mendengar atau mengucapkan. Intinya kami rasa [lingkungan bisnis] belum siap kalau diberi nama yang aneh-aneh, jadi yang tersurat saja agar konsumen bisa langsung tahu kalau mau pesan [pemeriksaan] lab ke mana.”

Operasional PesanLab saat ini

Secara singkat, pengguna terdaftar bisa langsung masuk ke sistem PesanLab dan memilih jenis pemeriksaan lab apa yang dia inginkan. Pilihannya beragam, mulai dari pemeriksaan gula darah, kolesterol, hingga TORCH. Menariknya, PesanLab juga memberikan pilihan Home Service bagi pasien yang ingin melakukan pemeriksaan di rumah.

Mengenai monetisasi, Dimas menjelaskan bahwa pihaknya memperoleh fee dari setiap transaksi yang terjadi antara pasien dengan lab. Saat ini PesanLab sendiri sudah bekerja sama dengan beberapa lab besar di Indonesia seperti Prodia, Biotest, CITO, Parahita Diagnostic Center, Lab Gunung Sahari, Primadina, dan Laboratorium Amerin Bio-Clinic (ABC Lab). Sedangkan metode pembayaran yang didukung adalah melalui kartu kredit, internet banking, dan juga Doku.

“Kami ingin memangkas alur-alur yang tidak perlu dalam pemeriksaan Lab. Misi kami adalah supaya akses terhadap kesehatan, terutama yang berhubungan dengan diagnostik, itu menjadi lebih mudah lebih praktis, dan transparan [hasilnya bisa dilihat online],” ujar Dimas.

Di sisi lain, pendanaan awal yang diperoleh PesanLab di awal tahun membuat PesanLab kini bekerja sama dengan HaloDoc dan juga ApotikAntar. PesanLab pun kini dapat diakses melalui aplikasi mobile HaloDoc. Selain itu, pendanaan juga akan dialokasikan untuk terus mengembangkan produk dan merekrut talenta-talenta lebih banyak lagi.

Ke depannya, menurut Dimas, PesanLab akan fokus dulu di ranah diagnostik namun tetap menambah kerja sama dengan para dokter. Kemudian tak menutup kemungkinan juga untuk merambah ranah kerja sama dengan perusahaan dan juga menyediakan layanan medical tourism. Lebih jauh, ia ingin PesanLab dapat menjadi one stop solution platform yang memungkinkan penggunanya berkonsultasi dengan dokter dan juga memesan obat secara langsung di PesanLab.

Dimas juga menambahkan bahwa saat ini pihaknya (PT Mitra Digital Laboratorindo) tengah mengembangkan platform bernama HomeCare. Platform tersebut memungkinkan penggunanya untuk memesan perawat untuk melakukan perawatan di rumah berdasarkan paket yang tersedia. Perawat yang bergabung pun hanya perawat yang sudah memiliki sertifikasi keperawatan.

Peluang startup teknologi di sektor kesehatan

Ranah di mana PesanLab bermain dalam industri kesehatan berbasis teknologi memang ranah yang baru. Dimas sendiri menyampaikan bahwa tantangan yang paling dirasa ketika membangun PesanLab ada di partnership dan juga edukasi. Pun begitu, ia optimis bahwa peluang di sektor kesehatan untuk pasar Indonesia masih besar.

Dimas mengatakan, “Market di Indonesia untuk diagnostik saja itu hampir Rp 10 triliun setahun. Data ini sebenarnya data closed, tetapi ada yang bisa dijadikan acuan. Contohnya Prodia yang mau IPO akhir tahun ini dan market dia itu sudah Rp 1 triliun lebih setahun. Prodia juga kira-kira memegang pangsa pasar di atas 10 persen.”

“Healthcare di Indonesia itu masih jarang. Ok, konsultasi dokter sudah ada, pemesanan obat sudah ada, tetapi itu baru pra saja terhadap dunia kesehatan. 70 persen keputusan tentang kesehatan ini ada di diagnostik, di sini kuncinya yang menghubungkan antara konsultasi dokter dan obat. Di luar negeri itu sebenarnya sudah banyak, tetapi karena di Indonesia pasarnya luas dan knowledge base-nya sedikit maka entry barrier-nya juga jadi tinggi,” lanjutnya.

Selain potensi di segmen diagnostik, Dimas juga mengungkap bahwa sektor terapi masa pengobatan masih bisa optimalkan lagi lewat teknologi.

“Menyesuaikan kultur dunia kesehatan dengan teknologi itu memang ‘lumayan’ karena selama ini para lab atau rumah sakit selalu nyaman dengan cara yang sudah ada. Ketika ada teknologi yang menyentuh ke arah sana dan mempunyai effort lebih, mereka biasanya cenderung tertutup. Maka dari itu perlu ada orang yang khusus di bidang tersebut agar komunikasinya bisa lancar,” tandas Dimas.

Konsula Hadirkan e-Store, Marketplace Paket Kesehatan dan Kecantikan

Startup layanan kesehatan Konsula menghadirkan fitur terbaru bernama e-Store. Fitur e-Store Konsula yang bisa dinikmati di aplikasi Konsula ini mengusung konsep marketplace untuk menjual ragam paket kesehatan dan kecantikan. Sebelumnya, Konsula juga sudah memiliki beberapa inovasi seperti Chat dengan dokter, Telemedis atau telepon dengan dokter, dan Cari Dokter.

Co-founder dan CEO Konsula Shinta Nurfauzia saat acara temu media di Jakarta mengatakan, “e-Store kami hadirkan setelah menerima beberapa request dari pengguna yang ternyata saat ini masih membutuhkan layanan perawatan kesehatan dan kecantikan dengan harga yang terjangkau.”

Shinta juga menambahkan bahwa kalangan vendor, dalam hal ini pihak yang menyediakan layanan kesehatan, juga melihat Konsula sebagai platform yang tepat untuk mulai memanfaatkan teknologi dan memindahkan layanan offline mereka ke online.

Layanan perawatan kesehatan yang bisa dinikmati melalui e-Store Konsula di antaranya adalah paket kesehatan dan kecantikan yang ditawarkan berbagai klinik, laboratorium, hingga rumah sakit yang telah menjalin kemitraan dengan Konsula. Saat ini Konsula sendiri mengklaim telah memiliki sekitar 300 layanan kesehatan.

“Pengguna bisa langsung melakukan pembelian paket kesehatan dan kecantikan di aplikasi Konsula. Setelah melakukan transaksi nantinya akan diberikan voucher yang berfungsi sebagai pembayaran di muka dengan harga yang terjangkau,” kata Shinta.

Produk beragam dengan harga istimewa

Fitur e-Store Konsula memilki kemiripan dengan layanan Groupon, yaitu menawarkan voucher ddan diskon / DailySocial
Fitur e-Store Konsula memilki kemiripan dengan layanan Groupon, yaitu menawarkan voucher ddan diskon / DailySocial

Sekilas layanan e-Store Konsula hampir serupa dengan layanan yang ditawarkan oleh Groupon, yaitu berupa voucher diskon untuk layanan kesehatan dan kecantikan. Menanggapi hal tersebut Shinta menegaskan bahwa layanannya memang serupa, namun semua produk kesehatan dan kecantikan di konsula bersifat tetap. Artinya, akan selalu ada paket-paket istimewa dari mitra terkait dan bukan hanya saat promosi atau penawaran istimewa saja.

“Saat ini memang kami masih menawarkan deals atau harga istimewa sebagai promosi diluncurkannya e-Store. Namun, untuk ke depannya semua paket kesehatan yang ada di Konsula akan terus ada dan bertambah jumlahnya,” kata Shinta.

Setelah mendapatkan pendanaan dari East Ventures tahun 2015 silam, Konsula kini juga telah mengantongi pendanaan terbaru dari dua investor asing dan lokal. Pun demikian, Shinta enggan untuk menyebutkan siapa investor dan angel investor tersebut serta angka investasi yang diberikan.

“Pendanaan tersebut nantinya akan kami gunakan untuk pengembangan produk dan kebutuhan oprasional dari Konsula, kami juga masih berencana untuk menghadirkan inovasi-inovasi terkini untuk pelanggan Konsula,” kata Shinta.

Rencana monetisasi  Konsula

Saat ini layanan telemedis yang dihadirkan oleh Konsula masih bisa dinikmati secara gratis oleh semua pengguna. Tapi, dalam waktu dekat Shinta berencana untuk meluncurkan layanan premium di sini. Konsula sendiri telah menjalin kemitraan dengan 20 dokter yang secara khusus mendedikasikan waktunya untuk melayani pertanyaan dari pengguna melalui chat dan telepon yang dikoordinasikan oleh tim Konsula.

“Untuk saat ini kami masih memberikan subsidi kepada para dokter karena itu kepada pengguna yang ingin memanfaatkan telemedis belum kami kenakan biaya. Namun, dalam waktu dekat kami berencana untuk meluncurkan layanan premium kepada pengguna,” ujar Shinta.

Aplikasi Konsula yang telah diluncurkan pada April 2016 lalu saat ini telah digunakan oleh lebih dari 2.371 pengguna melalui aplikasi di Android dan iOS (yang segera hadir). Selain telemedis, pengguna yang memanfaatkan layanan di aplikasi Konsula juga banyak yang memanfaatkan fitur cari dan buat janji dokter. Hingga kini Konsula mencatat telah menjalin kemitraan dengan 800 dokter dan 940 klinik di Indonesia.

“Konsultasi kesehatan itu sifatnya adalah preventif dan baiknya dilakukan saat tubuh sehat agar tubuh terhindar dari penyakit. Dengan adanya Konsula, konsultasi bisa dilakukan kapanpun […] lewat chat atau telepon,” tuntas Shinta.

Application Information Will Show Up Here

Kumpulan Startup Lokal Indonesia yang Memudahkan Akses Kesehatan via Online

Sektor kesehatan tak luput dari bidikan para pelaku startup lokal Indonesia, lewat kemasan yang beragam mereka hadir menawarkan banyak kemudahan untuk mengakses layanan dan produk-produk kesehatan, seperti obat-obatan dan tenaga perawat.

Berikut adalah daftar startup lokal Indonesia yang memberikan layanan on demand di bidang kesehatan yang berhasil dirangkum oleh redaksi.

Insan Medika

Insan Medika melihat potensi layanan on-demand di bidang keperawatan / Insan Medika

Startup asli Indonesia ini memudahkan masyarakat untuk memperoleh jasa perawat melalui perangkat mobile. Layanan ini sekaligus didesain sebagai kanal untuk menghubungkan lulusan bidang studi keperawatan dengan kebutuhan masyarakat.

Pengguna cukup memilih layanan yang dibutuhkan sesuai klasifikasinya, kemudian Insan Medika akan menghadirkan jasa perawat tersebut ke rumah. Selain kunjungan, jasa perawat yang bekerjasama dengan Insan Medika juga melayani perawat yang tinggal bersama pelanggan.

Application Information Will Show Up Here

 

ApotikAntar

Cara kerja aplikasi mobile Apotikantar / Apotikantar

Startup yang satu ini menawarkan layanan pesan antara obat-obatan tanpa dan dengan resep dokter hingga produk kesehatan, kecantikan dan susu. Pemesanan dapat dilakukan melalui desktop dan aplikasi di smartphone Android, di mana sistem mereka akan memanfaatkan GPS untuk menentukan posisi apotek terdekat konsumen.

ApotikAntar pun sudah bekerja sama dengan Go-Jek untuk menjangkau pelanggannya. Hanya saja, cakupan layanannya baru menjangkau kawasan Jabodetabek.

Application Information Will Show Up Here

 

ProSehat

prosehat

Startup kesehatan besutan Gregorius Bimantoro ini lebih berbentuk sebagai marketplace yang menawarkan berbagai obat, suplemen dan vaksin. Selain melalui desktop, pemesanan  resep di ProSehat juga bisa dilakukan melalui perangkat Android. ProSehat juga membuka layanan vaksinasi yang bisa dilakukan di rumah pelanggan.

Application Information Will Show Up Here

LabConX

Antre tampaknya menjadi musuh utama bagi banyak orang terutama mereka yang tinggal di perkotaan. Selain itu, tuntutan pekerjaan membuat mereka tak mempunyai banyak waktu, bahkan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Karena itulah LabConX hadir, ia menawarkan pemesanan pemeriksaan laboratorium dan medical check up.

Prosedur layanannya pun sangat mudah, pengguna cukup memesan tes lab secara online, kemudan tim LabConX akan melakukan kunjungan atau pelanggan dapat mengunjungi lab terdekat yang direkomendasikan, sisanya mereka tinggal menunggu hasil lab secara online. Adapun jaringan lab yang sudah terhubung ke layanan ini antara lain Lab Prodia, Biotest, CITO, Parahita Diagnostic Center, Lab Gunung Sahari, Primadina, dan Laboratorium Amerin Bio-Clinic (ABC Lab).

Obat24

logo

Layanan Obat24 berada di bawah bendera PT K-24 Indonesia yang juga merupakan jaringan ritel apotek 24 jam yang sudah tersebar di banyak wilayah di Indonesia. Retail apoteknya mungkin sudah tidak bisa disebut startup namun aplikasinya termasuk baru.

Lewat layanan situs dan aplikasi Android-nya, Obat24 ingin memberikan kemudahan memperoleh obat tanpa antre. Di situs dan aplikasinya, Obat24 menyediakan fitur-fitur seperti pengiriman resep, permintaan obat, konfirmasi pembayaran dan melacak pesanan.

Application Information Will Show Up Here

 

Sumber gambar header Pixabay.

Mengenal haiDokter, Portal Kesehatan Untuk Generasi Muda

Startup teknologi Indonesia yang bergerak di bidang kesehatan secara perlahan namun pasti kini mulai menjamur di Indonesia. Dari yang berperan sebagai portal informasi kesehatan hingga yang terjun ke dunia e-commerce sebagai portal jual beli obat sesuai resep dokter. Dan baru-baru ini hadir satu lagi pemain baru bernama haiDokter yang memposisikan diri sebagai portal informasi kesehatan untuk generasi muda.

Cerita di balik lahirnya haiDokter

Startup Indonesia dengan fokus sebagai portal informasi kesehatan haiDokter beroperasi di bawah payung AMPlified Digital Media Production bersama dengan AppsCo dan juga Labbaik. Sebenarnya haiDokter sendiri sudah diinisiasi pada Februari 2015 sebagai portal informasi kesehatan dengan gaya penyampaian dewasa. Namun pada Oktober 2015 haiDokter memutuskan untuk pivot dan lahir sebagai portal kesehatan yang membidik generasi muda lewat gaya penyampaian yang lebih ringan.

Dari sini Adji Dara Vania (Dara) yang telah bergabung dengan haiDokter sejak Maret 2015 dipercaya sebagai CEO. Dara menyebutkan, lewat konsep barunya ini haiDokter coba membidik kalangan muda di usia 15-35 tahun.

Kepada DailySocial Dara mengatakan:

“Konten yang kami angkat di sini, walaupun bentuknya fun, tapi tetap dapat dipercaya. Kami ingin ‘mendangkalkan’ yang dalam, [seperti] konten-konten kesehatan sehari-hari dari dokter kami ubah menjadi konten yang menyenangkan dan [diterima] anak muda.”

Dengan konsep barunya ini, haiDokter juga melakukan penyebaran konten melalui berbagai saluran media sosial yang secara garis besar dihuni oleh generasi muda, seperti Facebook, Twitter, Intagram, Youtube, dan SoundCloud. Selain itu, masih ada juga layanan live streaming.

Operasional haiDokter

Saat ini portal haiDokter sendiri sebenarnya belum benar-benar meluncur meski konten-kontennya sudah banyak tersebar di media sosial yang bersangkutan. Dara menjelaskan bahwa situs yang saat ini bisa diakses oleh pengguna sebenarnya masih berupa landing page saja. Untuk portalnya sendiri masih dalam tahap pengembangan  dan rencananya akan diluncurkan pada akhir Maret 2016 ini.

Landing page sudah ada, […] di landing page itu [juga] sudah ada attachment [konten] seperti podcast juga video-video kami di YouTube. Tapi, itu semua nantinya kami masukan dalam portal haiDokter yang lebih rapi [dan] Itu masih di develop,” ujar Dara.

Dara juga menjelaskan bahwa konsep kerja haiDokter dapat dibagi menjadi tiga hal, yaitu media, teknologi, dan services. Media adalah pada dasarnya adalah sisi yang dilihat oleh masyarakat, teknologi adalah pengembangan perangkat lunak untuk haiDokter, dan terakhir services yang berkaitan erat dengan marketing dan partnership.

Di sisi media, haiDokter akan bekerja sama dengan dokter-dokter untuk mengisi konten kesehatan dalam bentuk artikel, podcast, hingga video. Di sisi teknologi, Dara mengungkap bahwa ada rencana untuk mengembangkan aplikasi kesehatan untuk konsultasi. Sedangkan di sisi services haiDokter akan bekerja sama dengan merek-merek yang ingin beriklan atau memberi info terkait kesehatan melalui portal haiDokter.

Fokus dan rencana-rencana haiDokter

Dara masih muda, dan mimpinya untuk membangun haiDokter sebagai portal untuk menjembatani informasi kesehatan ke anak muda pun masih banyak. Namun untuk saat ini fokus utamanya adalah merampungkan portal haiDokter yang direncanakan meluncur pada akhir Maret 2016. Selain itu juga mengupayakan agar haiDokter lebih dikenal oleh masyarakat.

“Kami ini new born. […] Di 2016 setelah portalnya kami launch, kami ingin ada exposure yang tinggi untuk haiDokter itu sendiri. Kami mau fokus di konten-kontennya, mau diisi lebih banyak, partnership dengan lebih banyak dokter juga, muda atau spesialis, untuk bisa berkontribusi di sini dalam bentuk artikel, podcast, dan video. Dokter-dokter yang sudah berkontribusi di sini akan kami buat digital asset, ada profilnya,” jelas Dara.

Dalam jangka panjang, Dara ingin haiDokter dapat menjadi one stop portal for health yang dapat dipercaya untuk anak muda. Dara juga bermimpi ke depannya haiDokter dapat mengarah pada integrasi IoT dalam pengembangan aplikasi. Tak menutup kemungkinan juga untuk berkolaborasi dengan startup lain di bidang kesehatan seperti yang memberikan layanan jual beli obat secara online.

Sebelum haiDokter, ranah portal informasi kesehatan di Indonesia sendiri telah lebih dahulu diramaikan oleh AloDokter, DokterSehat, dan juga UDokter dari Telkom.