Tag Archives: startup lokal

Startup Studio Indonesia Genjot Kompetensi Startup Lokal Lewat Pendekatan “Product Market Fit”

Startup Studio Indonesia Genjot Kompetensi Startup Lokal Lewat Pendekatan “Product Market Fit”

Prediksi nilai ekonomi digital Indonesia yang bakal terus bertumbuh pesat hingga senilai ratusan miliar dolar, nyatanya selaras dengan upaya menggenjot pertumbuhan industri startup digital tanah air. Di tengah pangsa pasar internet yang mencapai hampir lebih dari 200 juta pengguna, industri startup Indonesia punya potensi besar.

Di samping telah melahirkan beberapa startup bervaluasi “unicorn”, industri startup Indonesia juga  telah memiliki 43 startup bervaluasi “centaur” (perusahaan dengan valuasi di atas USD 100 juta), yang tentu berpotensi pula menjadi startup unicorn selanjutnya. Meski demikian, di balik potensi yang gemilang, tentu ada tantangan yang perlu kita hadapi bersama, salah satunya terkait dengan kemampuan daya saing startup lokal. Hal ini patut jadi perhatian, sebab, dalam laporan yang dirilis oleh Startup Genome Report, 70 persen kegagalan startup disebabkan oleh rencana penskalaan bisnis yang prematur, dengan salah satu faktornya yakni ketidaksiapan startup dalam meramu produk dan kegagalan menjawab kebutuhan pasar.

Lalu bagaimana semestinya industri menyikapi tantangan tersebut? Metode penguatan produk dan model bisnis melalui pendekatan “product market fit” bisa menjadi metode yang diadaptasi oleh para pelaku startup. Marc Andreessen, seorang investor kawakan dari ventura kapital ternama Silicon Valley, Andreessen Horowitz mendefinisikan, product market fit adalah sebuah skenario (situasi) di mana bisnis (startup) berada di posisi pasar yang baik, dengan produk yang dapat memuaskan pasar tersebut. Product market fit dianggap tidak berjalan dengan baik apabila respon pasar terhadap jasa atau produk yang ditawarkan tidak memberikan value, tidak adanya promosi organik dari mulut ke mulut, hingga nihilnya ulasan dari konsumen. Bagi calon pendiri startup yang sukses, hal ini tentu jadi pekerjaan rumah yang mesti ditanggulangi sejak dini – atau setidaknya sejak startup berada di fase early-stage (awal).

Tantangan itu yang menjadi latar belakang bagi banyak entitas di dalam lingkup ekosistem teknologi dan ekonomi, untuk menggerakkan inisiatif program inkubasi yang menargetkan lahirnya startup-startup lokal berdaya saing global. Seperti yang dihadirkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dalam meluncurkan Startup Studio Indonesia, sebuah program inkubasi intensif yang berfokus pada pembangunan kompetensi startup yang berada di fase early-stage

Diinisiasi untuk menjawab berbagai tantangan di atas, program inkubasi Startup Studio Indonesia membuka akses yang lebih besar bagi startup yang berada di fase awal tersebut, untuk mengembangkan dan memperkuat bisnis, sehingga mampu berkompetisi baik di kancah lokal maupun global.

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Semuel Abrijani Pangerapan, B.Sc mengatakan  “Kominfo secara konsisten berkomitmen untuk terus memajukan ekosistem startup Indonesia. Melalui program Startup Studio Indonesia, Kominfo menyediakan fasilitas akses bagi early-stage startup mengembangkan potensi bisnisnya yang menitikberatkan pada penguatan produk (product market fit) dan akses jejaring bisnis.”

Mengusung konsep “More Brainstorming, Less Classes” program inkubasi Startup Studio Indonesia fokus memberikan pembekalan ilmu dan wawasan praktis. Di antara lain; pendalaman kompetensi akan metode product market fit, pengembangan talenta, hingga menyediakan dukungan bimbingan dan konsultasi oleh mentor dan coaching yang datang dari lebih 60 pendiri dan praktisi startup aktif dan terkemuka di Indonesia seperti dari; Sayurbox, Gojek, Xendit, Moka, Halodoc, Sociolla hingga partner dari East Ventures, serta perusahaan terkemuka lainnya yang berkomitmen memajukan industri startup tanah air.

Di samping itu, Startup Studio Indonesia juga senantiasa berperan aktif dalam menjalin semangat kolaborasi antar pemain startup, dalam membangun ekosistem ekonomi digital yang tangguh melalui transfer pengetahuan.

Italo Gani, Dewan Kurator Startup Studio Indonesia, dan Managing Partner Impactto mengapresiasi dukungan Kominfo terhadap komunitas early-stage startup. Menurut Italo, industri startup di Indonesia membutuhkan lebih banyak pendiri yang memiliki kemampuan menciptakan inovasi produk yang menjawab permasalahan yang ada di masyarakat, dan mengeksekusi ide tersebut dengan sangat baik. “Indonesia masih kekurangan product person yang dapat memetakan kebutuhan pasar lokal dan mengembangkan customer traction secara konsisten. Padahal kekuatan produk sangat penting dalam memastikan keberlangsungan bisnis. Startup Studio Indonesia diharapkan dapat mencetak para pendiri startup yang kuat dalam aspek ini.”  

Dalam program inkubasi tiga bulan tersebut para pendiri early-stage startup akan mengikuti serangkaian kegiatan mentoring dan coaching dalam program bernama Founder’s Camp dan 1-on-1 Coaching oleh lebih dari 60 pendiri dan praktisi startup aktif dan terkemuka dari berbagai sektor bisnis. 

Startup yang hadir bisa berkonsultasi, berdiskusi, juga brainstorming guna menemukan solusi dari masalah yang dihadapi oleh para startup. Di akhir program, tiap startup yang bergabung akan diberikan kesempatan mempresentasikan bisnis startupnya kepada para stakeholders yang menghadiri acara Milestone Day, yakni dari lembaga pemerintah, pemodal ventura, korporasi dan media, sehingga dapat memberikan kesempatan menjalin koneksi kedepannya pada setiap pemangku kepentingan yang hadir.

Startup Studio Indonesia terbuka untuk semua early-stage startup yang saat ini dalam tahap pendanaan Bootstrap, Angel, Pre-seed, hingga seed, maupun yang sedang mencari pendanaan Seed, Pre-Series A, hingga Series A. Adapun sejumlah syarat dan ketentuan yang patut diperhatikan bagi calon peserta, antara lain startup yang dimiliki telah memiliki traksi selama 3 hingga 6 bulan, telah berbadan hukum, memiliki tim pendiri (founder) secara penuh waktu, dan yang tak kalah penting, calon peserta juga mampu menunjukan potensi menuju product market fit dan market scale-up.

Program dari Kominfo ini tak perlu diragukan, Startup Studio Indonesia mampu membawa 2 startup lulusannya mendapatkan investasi dari Venture Capital yaitu Justika dan Feedloop. Pun alumni batch pertama, Verihubs, sebuah startup platform verifikasi untuk fintech terpilih sebagai salah satu startup dari Indonesia yang mendapat kesempatan diakselerasi oleh salah satu akselerator terbaik di dunia asal Amerika, Y Combinator. Bahkan, sekitar 40% lulusan Startup Studio Indonesia memiliki lebih dari 20% month-to-month traction growth, di atas rata-rata industri.

Setelah sukses membantu 20 perusahaan rintisan mengembangkan bisnis mereka pada batch 1 dan 15 perusahaan rintisan pada batch 2. Startup Studio Indonesia hadir kembali membuka pendaftaran batch 3 untuk memberikan akses pemerataan pengetahuan, kompetensi, dan koneksi bagi early-stage startup di Indonesia. Pendaftaran dibuka 15 Juli – 15 Agustus 2021 dan gratis tanpa memungut biaya dari peserta. Temukan solusi bagi permasalahan bisnismu sekarang. Daftar segera di https://startupstudio.id/.

Tak Sanggup Bersaing, Startup On-Demand Lokal di Pontianak Tumbang

Sejak Go-Jek merambah ke Pontianak sekitar Mei 2017 lalu, diikuti Grab dan Uber, ternyata berdampak negatif terhadap beberapa startup on-demand lokal di Kota Khatulistiwa ini. Terbukti, beberapa startup lokal seperti Tripy, Ponjek, Travella, dan Hay Trans kini sudah tidak beroperasi lagi. Hal ini diakui oleh Ibrahim, salah seorang pendiri Tripy.

Ibrahim mengatakan kepada DailySocial, startup lokal Pontianak seperti Tripy, tak mampu menyaingi startup nasional karena mereka tidak punya modal finansial yang besar. Saat Go-Jek masuk sebulan sebelum Ramadan 2017, transaksi Tripy masih bagus. Lalu Uber masuk Pontianak sebulan kemudian dengan promo gila-gilaan, dengan tarif 15.000 rupiah ke bandara, tidak lama setelah itu, Go-Car beroperasi. Transaksi Tripy hanya bertahan sebulan, lalu manajemen Tripy memutuskan mundur karena beban operasional dan beban server yang besar.

“Mau perang sama perusahaan yang biasa “bakar duit”, kami tak sanggup,” ujar Ibrahim.

Namun, ada juga beberapa startup lokal yang masih sanggup bertahan, seperti Angkuts, Hello Kapten, Delifairy, dan Bujang Kurir. Saat ditemui DailySocial, Riszky Ramadhan selaku owner Bujang Kurir mengatakan, hingga detik ini Bujang Kurir masih bisa bertahan karena banyaknya pelanggan setia mereka, meski terasa ada penurunan order sebesar 10-15%. Hingga detik ini, tercatat 100 order per hari. Startup lokal yang berdiri pada 18 Juni 2015 ini telah diunduh 10.000 kali.

Adanya monopoli dari perusahaan nasional dalam hal delivery order mematikan usaha lokal. Riszky mengatakan tidak pernah menolak adanya startup nasional di Pontianak. Dia  cuma meminta adanya regulasi yang jelas dari pemerintah daerah mengenai tarif, zona, dan perekrutan tenaga driver.

“Saya minta perhatian pemerintah daerah berupa perwa dan perda untuk melindungi startup lokal agar mampu bersaing dengan startup nasional. Kita tidak bisa menolak kemajuan teknologi, tapi itu bisa dikontrol,” tegasnya.

LocalStartupFest 2.0 Akan Kembali Hadir, Janjikan Pengalaman Dua Kali Lebih Besar

Setelah sukses dengan acara pertamanya yang diselenggarakan pada akhir bulan Februari lalu dengan total pengunjung lebih dari 2.500, kini Local.co.id bersama Komunitas StartupLokal kembali menghadirkan acara LocalStartupFest 2.0. LocalStartupFest adalah sebuah festival yang menghadirkan kepada para penggiat startup wawasan terkini dari seminar dengan pakar startup dan menemukan teknologi terbaru dari startup pendatang baru.

Acara kedua ini akan diselenggarakan pada 18-19 Oktober 2017 di Ballroom Kuningan City. Diprediksikan akan dua kali lebih besar dari acara sebelumnya, karena akan dihadirkan 70 lebih pemateri c-Level dari korporasi dan startup untuk tiga stage yang berbeda. Selain itu pada LocalStartupFest 2.0 akan ada aktivitas lainnya seperti hardware zone, startup exhibitor, dan startup pitch battle.

Adapun puluhan pembicara yang akan dihadirkan di antaranya Willix Halim (COO Bukalapak), Daniel Tumiwa (Supervisory Board Member idEA & Founder ADSvokat), Henky Prihatna (Country Industry Head Google Indonesia), Seon Yong Park (Amazon Web Services), Ken Ly (Cloud Architect Alibaba), Andy Zain (Managing Director Kejora Ventures), Abhishek Shah (Director & CFO IBM), Natali Ardianto (Founder & CTO Tiket.com), Revie Sylviana (Business Development Director LINE Corp Indonesia), Kenneth Shaw (CTO Brank.as), Rama Mamuaya (Founder & CEO DailySocial), Doni Hanafi (Co-founder & CTO Bridestory), dan masih banyak lainnya.

Selain mendapat inspirasi dan pengetahuan baru dari para pembicara yang sudah berpengalaman, di LocalStartupFest 2.0 ini peserta juga dapat mencoba produk secara langsung dari puluhan startup yang bergabung, mendapatkan berbagai macam promo-promo menarik, dan pengalaman untuk mengeksplorasi kreativitas dan teknologi.

Saat ini proses pendaftaran masih dibuka. Untuk info lebih lanjut dan pendaftaran, kunjungi situs resmi LocalStartupFest 2.0 di www.localstartupfest.id. Diharapkan dengan menjadi bagian dari LocalStartupFest 2.0, para pengunjung yang datang akan mendapatkan banyak keuntungan mulai dari pengetahuan dan pengalaman baru, inspirasi dalam membangun sebuah usaha.

LSF_Poster_07_A5_1

––

Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara LocalStartupFest 2.0

Berkenalan dengan Octagon Studio, Startup AR dan VR Pemenang Penghargaan Internasional

Bicara soal augmented reality (AR) dan virtual reality (VR), nama-nama yang tebersit di benak kita mungkin adalah Microsoft HoloLens, Oculus Rift, Google Cardboard, dan lain sebagainya. Namun siapa yang menyangka kalau di Indonesia, tepatnya di kota Bandung, berdiri sebuah startup yang bergerak di kedua bidang tersebut, dengan prestasi di kancah internasional?

Mereka adalah Octagon Studio, dan belum lama ini, mereka berhasil membawa pulang trofi Best App dan Rising Star Awards dari event Wearable Technology Show (WTS) 2016 yang dihelat di kota London pada tanggal 15 – 16 Maret lalu.

Kemenangan ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Octagon. Dalam kesempatan pertama mereka mengikuti ajang WTS 2015 tahun lalu, Octagon hanya terpilih sebagai nominator untuk kategori Best App, Rising Star dan Best AR/VR Company.

Lalu apa sebenarnya yang membuat Octagon Studio begitu istimewa, hingga akhirnya mereka bisa bersaing dengan perusahaan-perusahaan luar? Well, portofolio produk mereka begitu luas, mencakup ranah edukasi hingga industri.

Octagon Studio Animal 4D+ AR Flashcards

Salah satu produknya yang paling populer adalah seri kartu pengingat (flashcard) edukatif berbasis AR. Produk ini dirancang untuk mengajarkan alfabet, bahasa Inggris, serta pengetahuan tentang dunia satwa, profesi, angkasa luar hingga makhluk-makhluk prasejarah. Berdasarkan keterangan yang diberikan CMO Octagon, Stella Setyiadi, sejauh ini mereka telah menjual lebih dari 200.000 unit AR flashcard ini baik di dalam maupun luar negeri.

Luar negeri? Ya benar, meski berbasis di tanah air, produk-produk besutan Octagon Studio rupanya telah dikenal cukup luas di mancanegara. Reseller produk-produknya sejauh ini sudah tersebar di negara-negara seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, Hong Kong, Australia, Perancis, Irlandia, Inggris Raya, Amerika Serikat hingga Kanada.

Bagaimana sebenarnya cara kerja produk AR flashcard ini? Well, sepintas mereka hanyalah kartu biasa bergambar binatang, dinosaurus, planet dan lain sebagainya. Namun ketika dikombinasikan dengan aplikasi mobile, gambar-gambar tersebut akan ‘hidup’ dalam wujud tiga dimensi yang mendetail. Tak hanya itu, interaksinya pun beragam. Saat kartu bergambar sapi Anda dekatkan dengan kartu bergambar rumput misalnya, maka dari aplikasinya akan tampak seekor sapi yang tengah merumput.

Beralih ke VR, Octagon memiliki produk headset yang mereka juluki VR Luna. Headset ini dirancang dengan basis Google Cardboard, namun mengemas sejumlah penyempurnaan, di antaranya material yang lebih kokoh serta desain terbuka yang tidak mengisolasi kamera smartphone di dalam headset.

Octagon VR Luna

Dengan demikian, VR Luna sebenarnya juga bisa disinergikan dengan produk-produk AR flashcard tadi untuk menyajikan pengalaman mixed reality. Ketimbang hanya menyaksikan hewan-hewan tadi ‘hidup’ di layar smartphone, pengguna VR Luna bisa menikmatinya secara lebih immersive.

Ajang WTS 2016 kemarin turut dimanfaatkan Octagon untuk memperkenalkan produk terbaru mereka, yakni seri AR T-Shirt. Konsep AR flashcard mereka yang populer tersebut kini diusung ke pakaian kasual yang biasa dikenakan sehari-harinya.

Sama seperti AR flashcard, kaus-kaus ini sepintas tak terlihat berbeda dari kaus pada umumnya. Namun saat dilihat menggunakan aplikasi smartphone yang tersedia secara cuma-cuma, gambar hewan maupun makhluk prasejarah yang terpatri pada kaus tersebut akan ‘hidup’ seketika, seperti yang bisa Anda lihat pada video unggahan salah satu pengunjung acara berikut ini.

Kendati sudah bisa dibilang cukup sukses, perjalanan yang harus dilalui Octagon Studio sebenarnya masih panjang. Hal ini banyak dipengaruhi oleh tren AR dan VR yang masih tergolong baru di tanah air. Pun begitu, Octagon optimis bahwa konsumen tanah air tak butuh waktu lama untuk menjadi familier dengan AR dan VR.

Untuk itu, mereka akan terus meningkatkan brand awareness dengan aktif mengikuti berbagai pameran, konferensi maupun melalui media sosial. Di saat yang sama, Stella juga menuturkan bahwa Octagon tak akan berhenti melakukan ekspansi, baik dari segi produk maupun jangkauan pasar.

Berbagai ide kreatif dari timnya akan terus digodok hingga menjadi produk final yang inovatif. Stella bahkan sempat menyebutkan bahwa timnya sudah mulai menggarap VR headset untuk PC ala Oculus Rift, meskipun masih dalam tahap pengembangan awal.

Soal jangkauan pasar, Octagon saat ini tengah melangsungkan diskusi bersama sejumlah lembaga pendidikan yang tertarik untuk menerapkan sejumlah produk Octagon dalam kurikulum belajar-mengajar mereka.

Octagon Studio Octaland 4D+ AR Flashcards

Dilihat dari kacamata konsumen, prestasi yang dicapai Octagon sejauh ini memang sangat fenomenal. Mereka dikenal di kancah internasional, padahal tren AR dan VR di negara asalnya masih belum begitu meluas.

Fokusnya yang berawal di bidang pendidikan juga menjadi bukti bahwa mereka tidak hanya mengejar keuntungan saja di ranah yang masih baru ini, tetapi juga untuk memberikan sarana belajar alternatif yang lebih menarik dan sesuai dengan kemajuan teknologi.

Update: Sedikit tentang profil perusahaan, Octagon Studio didirikan pada tahun 2013 oleh pria berkebangsaan Irlandia, Michael Healy, yang kini bertindak sebagai CEO. Beliau ditemani oleh sepasang co-founder yaitu Aurelia Vina (COO) dan Hasbi Asyadiq (CTO). Saat ini Octagon Studio beroperasi di bawah PT Transport System Solutions. Markas besarnya sendiri berada di Irlandia, akan tetapi semua sumber dayanya ditempatkan di kantor mereka di kota Bandung.

Daftar Startup Penyedia Aneka Jasa On Demand Asli Indonesia

Sektor transportasi dan makanan terbukti bukan satu-satunya lahan “basah” yang bisa digarap oleh para startup lokal Indonesia. Sektor jasa pun tak kalah menyilaukan untuk kemudian dipoles dalam rupa layanan on demand.

Nyatanya kini bermunculan startup-startup asal Indonesia yang melibatkan diri dalam persaingan bisnis jasa dengan pilihannya masing-masing. Ada yang berkecimpung di jasa pembersihan, ada yang berupa marketplace, dan ada yang merangkul semua jenis jasa dan lain-lain. Nah, di pertemuan ini redaksi akan hadirkan kumpulan startup marketplace penyedia jasa on demand yang bisa jadi solusi cepat di waktu yang tepat untuk berbagai permasalahan Anda.

Seekmi

Seekmi siap menjadi pemain utama marketplace jasa / Dailysocial

Seekmi menjadi salah satu startup lokal Indonesia yang meramaikan pentas marketplace jasa, di mana ia mempertemukan antara penyedia jasa dan pencari jasa dalam sebuah platform yang canggih dan mudah.

Cakupan jasa yang disuguhkan meliputi, arsitek, jasa pindahan, desain grafis, pelatih pribadi, fotografer, pelatih musik, guru yoga hingga yang berkaitan dengan hama. Untuk memudahkan pengguna, Seekmi membenamkan teknologi matchmaking engine guna memberikan rekomendasi kebutuhan jasa kepada pelanggan tanpa harus mencari satu per satu.

Application Information Will Show Up Here

 

AhliJasa

Perolehan pendanaan Ahlijasa akan mendorong booming service marketplace di Indonesia? / DailySocial

Selain menawarkan layanan on demand di sektor laundry, Ahlijasa juga mempunyai mitra yang menerima pesanan jasa pembersih AC dan rumah. Ratusan mitra Ahlijasa telah tersebar ke berbagai kota, meliputi Jakarta, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Harga yang dipatok pun terbilang terjangkau dan beragam. Untuk Laundry berkisar dari Rp30.000, Servis AC dari Rp70.000, dan Home Cleaning Rp60.000.

Application Information Will Show Up Here

 

Tulungin

tulungin

Jangan perdebatkan namanya, yang terpenting Tulungin bisa menjawab apa yang menjadi kebutuhan Anda. Tulungin adalah sebuah startup on demand yang berfokus pada marketplace jasa, di mana ia menawarkan berbagai pilihan penyedia jasa seperti servis dan cuci AC, Kulkas, Televisi, Mesin Cuci, hingga perbaikan kecil atau besar pada rumah seperti atap atau pipa yang bocor.

Application Information Will Show Up Here

 

Tolongin

Tolongin

Kendati bermakna sama, Tolongin versus tulungin. Kedua startup sejatinya adalah dua intitusi yang berbeda, tapi keduanya memang bergerak di bidang yang sama, yaitu bidang marketplace jasa. Seperti Tulingin, Tolongin menawarkan pasar yang berisikan aneka jasa di mana pelanggan dapat mencari dan menemukan penyedia jasa terdekat dengan lokasi mereka. Cakupan jasanya meliputi jasa pencucian, tambal ban, pesan antar makanan, dan akan terus bertambah.

Tolongin berencana mempersiapkan dua aplikasi mobile, iOS dan Android yang dalam waktu dekat akan segera diluncurkan.

Monolia

Monolia

Di Monolia, konsumen dapat menjumpai berbagai jasa yang ditawarkan oleh vendor yang diklasifikasikan dalam 50 kategori berbeda. Mencakup jasa perbaikan rumah, tukang, pengisi acara, pembersih rumah, cucian, fotografer hingga jasa pelatihan pribadi. Untuk mempermudah layanan, Monolia menyediakan aplikasi mobile untuk Android dan juga iOS.

Application Information Will Show Up Here

 

Tukang

Tukang

Diawali dari rasa frustasi karena sulitnya mencari tukang, Danile Rannu kemudian bertekad memulai proyek startup ini dengan harapan menjadi alat bantu bagi pemilik rumah untuk menemukan jasa tukang sesuai kebutuhan. Ada empat kategori jasa yang menjadi keahlian Tukang, yaitu jasa air mineral dan gas LPG, servis AC, tukang bersih-bersih dan tukang bangunan.

Sumber gambar header Pixabay.

4 Startup Asal Indonesia Penyedia Layanan On Demand di Bidang Laundry

Sebelumnya, Dailysocial Lifestyle telah menghadirkan sejumlah pilihan layanan on demand khusus di bidang logistik yang ditawarkan oleh startup-startup asal Indonesia. Hari ini, melengkapi ulasan tersebut, redaksi kembali hadirkan alternatif layanan on demand khusus di bidang laundry.

Bagi Anda yang butuh jasa laundry, empat layanan on demand lokal ini siap membantu menemukan yang terbaik.

Waz8

Startup asal kota Medan ini ingin menawarkan kemudahan konsumen layanan laundry untuk memesan jasa tanpa harus repot keluar rumah dan mendatangi konter. Waz8 menyediakan semua kebutuhan dalam satu portal, mulai dari pemesanan, penjemputan sampai mengantar cucian ke rumah, tentunya sudah dalam kondisi bersih dan wangi.

Pelanggan yang ingin menggunakan layanan Waz8, cukup mengakses situsnya di sini, kemudian melakukan pendaftaran dan memesan layanan. Ketika pesanan sudah dilakukan knsumen akan memperoleh informasi total biaya yang dikenakan melalui email.

Menyesuaikan waktu penjemputan yang telah ditentukan nantinya pihak WAZ8 akan melakukan penjemputan pakaian ke rumah, kantor, atau tempat lain sesuai perjanjian.

Taptopick

Taptopick bermitra dengan tempat laundry dan kurir di Jakarta / Taptopick

Taptopick yang mengklaim sebagai startup layanan laundry pertama di Indonesia yang menawarkan jasa mereka lewat aplikasi. Secara konsep, apa yang ditawarkan hampir serupa dengan Waz8. Namun, Taptopick tampaknya punya fasilitas yang lebih lengkap, di mana tidak hanya dari desktop, mereka juga menyediakan aplikasi mobile yang bisa diunduh dari perangkat iOS.

Taptopic yang beroperasi di Jakarta menerapkan 3 langkah dalam layanannya, pengguna memesan atau order layanan Taptopick di aplikasi, kemudian petugas Taptopick akan menjemput pakaian langsung ke rumah dan setelah 3 hari pakaian akan diantar kembali ke rumah pelanggan.

Download: Taptopick

AhliJasa

https://www.youtube.com/watch?v=pB90OIx3XwM

Berangkat dari kesulitan mendapatkan jasa laundry, lahirlah AhliJasa yang diprakarsai oleh Jay Jayawijaningtias dan Made Dimas Astra Wijaya. Dalam perjalannya, AhliJasa tidak hanya mengurusi cucian kotor, tapi juga layanan pembersihan dan perbaikan AC serta pembersihan rumah. Selain dari web, AhliJasa juga bisa diakses dari aplikasi Android.

Application Information Will Show Up Here

 

Crazy Clean

crazy clean

Berdiri sejak Januari tahun lalu, Crazy Cleaning menjadi salah satu startup di Indonesia yang menawarkan layanan on demand dalam bidang cleaning service dan laundry online. Cakupan konsumennya tidak hanya perorangan, tapi juga menyentuh ranah perkantoran. Crazy Clean juga memberikan kemudahan pemesanan melalui aplikasi versi Android.

Application Information Will Show Up Here

 

Sumber gambar header Pixabay.

Pendaftaran Festival StartUpLokal Medan 2016 Telah Dibuka

Tren berkembangnya startup digital di Indonesia belum banyak terasa di luar kota-kota besar di Jawa, termasuk di Medan yang dikenal dengan jiwa kewirausahaannya. Kendati demikian, banyak potensi yang sebenarnya bisa dikembangkan ke arah bisnis digital di Medan, baik dari sisi sumber daya manusia (SDM) maupun pangsa pasar. Untuk itu Clapham Collective bersama Komunitas StartupLokal berinisiatif untuk mengadakan “Festival StartupLokal Medan 2016”.

Pagelaran tersebut akan berlangsung selama dua hari, pada tanggal 12-13 Februari 2016 di Clapham Collective Co-Working Space Medan. Beberapa pemateri akan dihadirkan dalam acara ini, di antaranya:

  • Darwis Taniwan – Aplaus
  • Andy Zain – Kejora
  • David Soukhasing – ANGIN
  • Herry Budiman – Gorry Gourmet
  • Melisa Irene – East Venture
  • Lily Suriani – BerryBenka
  • Anwar Yunus – Deal Medan
  • Chris Angkasa – Clapham Collective

Para pematri akan membawakan diskusi seputar ekosistem startup, m-commerce, tren dan kultur startup masa kini, layanan on-demand, serta mengulas tuntas berbagai kesempatan startup digital untuk berkembang di Kota Medan.

Poster Clapham Print File_A3_result

Selain mendengarkan dan berdiskusi mengenai paparan dari pemateri, para pelaku startup yang hadir juga diberikan kesempatan untuk melakukan pitching serta berinteraksi langsung dengan para investor yang didatangkan dalam acara tersebut, melalui sesi Community Presentation dan Investor Speed Dating. Ini akan menjadi peluang yang baik juga bagi startup untuk memperkenalkan bisnisnya dan bertemu pelanggan, komunitas, hingga co-founder jika dibutuhkan.

Beberapa nama investor yang akan meramaikan acara ini di antaranya ANGIN Indonesia, Crystal Horse Investments, East Ventures, GEPI, Ideosource, dan Little Lights Capital. Sedangkan komunitas startup yang akan berpartisipasi termasuk BerryBenka, Brodo, Coniolabs, Deal Medan, Dilo dan beberapa nama lainnya.

Pendaftaran saat ini telah dibuka melalui formulir online berikut. Disarankan pelaku startup di Medan yang hendak hadir di acara ini bisa menggunakan atribut startup yang dimiliki (misalnya t-shirt dengan logo startup).

Menjadi kesempatan emas karena ini menjadi kesempatan terbaik bagi startup lokal di Medan untuk memulai basis bisnis dengan persaingan yang masih cenderung lengang.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Festival StartUp Lokal Medan 2016

Doktermana Usung Konsep Marketplace Saat Tawarkan Fasilitas Kesehatan Online

Doktermana adalah sebuah situs yang mengusung konsep marketplace khususnya dalam bidang kesehatan. Mereka menyuguhkan layanan yang mampu menghubungkan pasien dengan dokter, rumah sakit, klinik, farmasi serta layanan asuransi sehingga memungkinkan proses pelayanan kesehatan yang transparan dan bisa dilakukan secara online. Saat ini Doktermana masih beroperasi di kawasan ibukota, tetapi berencana melebarkan operasi ke kota-kota besar lain di Indonesia.

Berangkat dari rasa frustrasi ketika mencari informasi terkait dokter spesialis yang memakan waktu, proses antrian di rumah sakit yang lama, kekhawatiran mengenai biaya, dan kepastian diterima atau tidaknya asuransi, Firman Siahaan dan rekan-rekannya mencoba menghadirkan solusi pelayanan kesehatan yang menawarkan banyak kemudahan.

Doktermana mencoba mengusung segala kemudahan yang ada pada konsep e-commerce ke dalam pelayanan kesehatan, sehingga pasien dapat merasakan kenyamanan saat mereka berobat ke rumah sakit atau dokter. Hal ini menurut Firman akan berimbas baik pada citra dan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di Indonesia.

Layanan Doktermana sejauh ini telah memiliki lebih dari 10.244 member dan menyediakan 948 dokter yang siap melayani pasien sesuai dengan spesialisasinya masing-masing. Doktermana yang sementara baru berfokus di Jakarta dan sekitarnya ini juga telah menjalin kerja sama dengan 4 jaringan rumah sakit besar.

“Melalui layanan dari Doktermana konsumen bisa mengecek apakah asuransinya akan meng-cover layanan yang diinginkan, baik dari layanan konsultasi biasa dengan dokter umum atau spesialis, atau sampai hal-hal yang spesifik, seperti breast implant, capsule endoscopy, botox dan lain-lain,” jelas Firman.

Melalui Doktermana konsumen juga bisa melakukan pembelian secara online menggunakan kartu kredit untuk layanan-layanan yang sudah tertera, semisal promo untuk pasang kawat gigi, paket sunat, dan paket-paket lainnya.

Doktermana juga menyediakan fasilitas bagi konsumen yang meminta penawaran harga penyedia layanan, seperti perawatan masa kehamilan atau perawatan paliatif untuk pasien yang terkena kanker stadium 4. Hal ini memudahkan konsumen mengukur harga layanan sesuai dengan kemampuan ekonominya. Doktermana juga menyediakan layanan medical assistance priority service, sehingga pasien tidak perlu antri, dan memberikan fasilitas pengantaran obat.

Pengembangan di tahun 2015

Tahun ini Doktermana mengupayakan untuk menjalin kerja sama dengan berbagai macam perusahaan asuransi, salah satunya BPJS. Firman berharap kerja sama Doktermana dan BPJS akan membantu pemerintah dengan memberikan layanan yang prima bagi konsumen BPJS.

“Di tahun 2015 ini kita fokus untuk memperluas basis pelanggan atau anggota, kerjasama dengan beberapa perusahaan asuransi besar dan mudah-mudahan bisa dengan BPJS, sehingga konsumen BPJS akan mendapat layanan  yang lebih baik,” tutur Firman.

Setelah Jakarta, Firman juga berencana untuk melebarkan operasi Doktermana di kota-kota besar lainnya di Indonesia. Ia juga berharap suatu saat nanti layanan Doktermana bisa mencakup kawasan Asia Tenggara.

Artikel sindikasi ini pertama kali dimuat di DailySocial dan ditulis oleh Prayogo Ryza. 

Plintut Hadirkan Integrasi Media Sosial dan Layanan Marketplace yang Masih Belum Optimal

Plintut hadir dengan menggabungkan layanan sosial media advertising serta jual beli online. Konsep yang cukup menarik meski harus benar-benar digarap serius agar menarik minat masyarakat untuk menggunakannya sekaligus bersaing dengan layanan serupa. Sejauh ini kami masih kecewa dengan kualitas Plintut dengan banyaknya fitur yang belum optimal dan adanya halaman yang tidak ditemukan.

Continue reading Plintut Hadirkan Integrasi Media Sosial dan Layanan Marketplace yang Masih Belum Optimal

Inkubator PoC Resmi Dibuka, Bidik Tiga Startup Dalam Langkah Awal Bisnisnya

Paa hari Jumat (25/4) inkubator terbaru asal Bandung, Proof of Concept (PoC), resmi dibuka seraya memperkenalkan sejumlah infrastruktur dan berbagai fasilitas yang akan menunjang banyak startup yang akan diinkubasinya di waktu mendatang. Mengaku masuk ke industri yang baru dijajakinya, PoC memproyeksikan untuk turut andil dalam menumbuhkan iklim yang baik pada industri startup lokal. Continue reading Inkubator PoC Resmi Dibuka, Bidik Tiga Startup Dalam Langkah Awal Bisnisnya