Tag Archives: STARTUP ROOKIE

All you need to know before getting started with your startup

Harus memastikan produk tetap "on track" dan terus diperbarui berdasarkan feedback

Tindak Lanjut Startup Setelah Meluncurkan Produk Pertama

Peluncuran produk pertama bukanlah sebuah akhir. Jika semua tim bisa bernafas lega setelah persiapan yang menguras tenaga, justru mereka dihadapkan dalam permasalahan yang lebih kompleks. Memastikan produk bekerja dan diterima masyarakat. Post launch bukan hanya soal feedback, tapi bagaimana produk tetap di dalam track dan tetap “meluncur”.

Memulai iterasi dari feedback

Setelah peluncuran, penting untuk tetap menjaga semangat dan ritme kerja tim. Dengan diperkenalkan secara umum tim produk dan pengembangan bisa lebih banyak mendapat masukan dari pengguna yang mencoba ada yang mulai penggunakan produk atau layanannya.

Iterasi bisa dimulai dari sini, setelah MVP pengembangan fitur-fitur yang sangat mungkin didasarkan dari permintaan pengguna. Baik itu perbaikan fitur hingga penambahan fitur lain yang dibutuhkan.

Email, media sosial, atau kanal-kanal lain yang disiapkan untuk menampung keluhan dan kritikan pengguna harus mulai dipantau. Dari kanal-kanal tersebut bisa didapatkan wawasan yang bisa dikonversi menjadi fitur selanjutnya untuk semakin melengkapi produk.

Selain kanal pelaporan kritik atau saran perhatian juga harus diberikan pada analisis. Soal jumlah unduhan, pengguna terdaftar hingga turn back pengguna bisa menjadi bahan penting evaluasi untuk kampanye-kampanye pemasaran di kemudian hari.

Di tahap ini pengembangan tetap harus dilakukan. Harus sudah ada target yang ingin dicapai dan sudah ada timeline apa saja yang akan ditambahkan atau dihapus di rilis atau update selanjutnya.

Memastikan pengguna mendapatkan yang dijanjikan

Melunasi janji. Ini yang harus dilakukan tepat setelah peluncuran. Jika memutuskan untuk menggunakan penawaran atau diskon untuk mendongkrak pengguna awal pastikan mereka mendapatkan diskon mereka. Jika menjanjikan kemudahan fitur maka pastikan juga mereka mendapatkan kemudahan itu.

Intinya ada pada sinkoronisasi apa yang dijanjikan pada saat kampanye pemasaran dengan kenyataannya. Memenuhi ekspektasi pengguna ketika pertama kali memutuskan untuk menggunakan produk atau layanan baru. Hal ini penting tidak hanya untuk kepuasan pelanggan tetapi juga citra baik perusahaan soal konsistensi dan komitmen. Bisa jadi faktor ini bisa berpengaruh pada keberlangsungan bisnis secara menyeluruh.

Ada banyak untuk mengetahui hal ini. Bisa memanfaatkan kanal pelaporan seperti media sosial atau bahkan bisa “menjemput bola” dengan mengirimkan email marketing yang dikirim ke semua pengguna baru untuk meminta tanggapan soal kepuasandan kelengkapan fitur. Sederhana tetapi penting.

Pemantauan dan dukungan

Monitoring atau pemantauan adalah hal wajib yang dilakukan setelah peluncuran. Melihat bagaiman pengguna menggunakan produk yang diluncurkan, bagaimana kebiasaan mereka, kapan waktu paling sering mereka menggunakan produk dan variabel-variabel penting lainnya.

Di samping itu, sebagai tindak lanjut dari peluncuran di laman resmi bisa ditambahkan FAQ (Frequently Asked Question) untuk informasi pengguna-pengguna yang kebingungan dengan fitur, fungsi atau istilah yang ada di layanan atau aplikasi.

Bagi startup, tahapan krusial pertama dan utama adalah peluncuran produk pertama. Mempersiapkan peluncuran ini harus diawali dua hal: produk dan acara rilis

Mempersiapkan Peluncuran Produk Pertama

Bagi startup, setiap produk pertama itu penting. Nama-nama seperti Go-Jek, Tokopedia dan Bukalapak pasti pernah berada di fase di mana mereka meluncurkan aplikasi atau layanan mereka.

Setiap peluncuran produk pertama adalah awal yang mendebarkan bagi setiap founder dan seluruh anggota tim. Optimisme jelas ada, tapi hasil usaha merupakan dampak proses persiapan. Kadang produk pertama berhasil dan memacu untuk menyempurnakan dengan fitur-fitur lanjutan atau kebalikannya sama sekali tidak bekerja atau gagal.

Persiapan yang matang adalah kunci. Apa saja yang dipersiapkan adalah hal yang paling utama. Terlalu fokus ke bentuk pemasaran tidaklah baik, pun dengan terlalu fokus pada produk. Harus berimbang. Membagi porsi apa saja yang perlu dipersiapkan di masing-masing nilai dengan skala prioritas.

Produk dan desain

Menyiapkan produk sebelum meluncurkannya adalah sebuah keharusan. Ada beberapa hal yang berkaitan dengan produk harus dipersiapkan, seperti:

  • Memahami solusi yang dibawa produk, lengkap dengan permasalahan yang disasar. Ini adalah bagian memahami produk secara utuh sehingga bisa memberikan value yang sesuai ke khalayak ramai.
  • Memahami mekanisme pembayaran. Ini tentang merencanakan bagaimana pelanggan membayar untuk sebuah produk atau layanan. Tentang bagaimana mereka tertarik dan faktor apa saja yang membuat mereka yakin mengeluarkan uang untuk membayar.
  • Menyiapkan dokumen persetujuan dan mekanisme keamanan identitas. Bagi sebagian orang produk baru dari startup baru belum tentu bisa dipercaya, apalagi jika data-data pribadi yang diminta untuk keperluan pendaftaran. Untuk meningkatkan kepercayaan pengguna ada banyak cara, salah satunya adalah menyiapkan dokumen persetujuan pengguna yang menjelaskan data apa saja yang diambil dan akan digunakan untuk apa. Termasuk di dalamnya adalah membangun sistem keamanan yang baik.
  • Membuka periode uji coba. Cara terbaik untuk bisa meningkatkan kepercayaan adalah memberikan kesempatan pengguna menggunakan akun demo, atau membuka periode uji coba yang menampilkan fitur-fitur apa yang nantinya ada ketika produk tersebut dirilis.
  • Mengetahui peta persaingan dan posisi di pasar. Sebagai startup baru dengan produk baru, penting untuk paham “kondisi sekitar” seperti siapa pimpinan pasar, siapa yang menjadi persaingan terdekat, hingga apa yang membedakan dengan produk sejenis.

Sama seperti produk, perkara desain juga harus disiapkan, meliputi logo, warna hingga UI/UX. Jangan sampai banyak pengguna pergi bahkan sebelum mencoba fitur karena tombol yang tidak berfungsi atau tampilan yang kurang menarik.

Acara peluncuran dan pemasaran

Acara rilis dan kampanye pemasaran juga memegang peran penting atas kesuksesan peluncuran produk pertama. Bagaimana masyarakat bisa tertarik jika informasi mengenai rilis produk minim. Berikut daftar persiapan terkait acara rilis dan pemasaran yang bisa disiapkan sebelum meluncurkan produk untuk pertama kali.

  • Acara peluncuran atau launching. Meski statusnya startup baru acara peluncuran setidaknya harus diadakan atau minimal dikabarkan ke publik. Tujuannya untuk memberitahukan bahwa ada produk baru yang dihasilkan dan mengajak orang-orang untuk mencoba. Tetapkan tanggal dan momen yang tepat.
  • Jika memang ada acara peluncuran buat daftar undangan. Mulai dari jurnalis hingga komunitas bisa menjadi undangan yang diperhitungkan.
  • Rilis pers. Setelah mengadakan acara peluncuran, tindak lanjutnya adalah dengan membuat press release, bisa disebar ke rekan media atau blogger, atau bisa disematkan di laman resmi.
  • Membuat kanal komunikasi dua arah untuk keluhan, umpan balik atau kritik tentang produk. Media sosial bisa sangat berguna untuk hal satu ini, tapi akan lebih lengkap jika ditambah dengan nomor telpon kantor atau customer service.


Sumber: EntrepeneurForbes

Keuntungan Mengikuti Inkubator Startup

Tips Mengikuti Inkubator dan Akselerator Startup Bagian 2: Memahami Program

Ada banyak keuntungan bagi startup saat mengikuti program inkubator atau akselerator. Pertama, startup mendapatkan pengetahuan komprehensif seputar bisnis dan kepemimpinan yang spesifik. Kedua, membukakan jalan kepada startup untuk bertemu dengan rekanan strategis, termasuk mitra bisnis dan investor. Yang ketiga, membantu startup menguji ulang berbagai asumsi produk dan pangsa pasar yang telah didefinisikan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, setelah mematangkan persiapan pra-inkubasi/akselerasi, startup perlu mengoptimalkan keikutsertaannya dalam program. Demi mendapatkan kiat-kiatnya, kami menghubungi beberapa penyelenggara atau mentor kegiatan tersebut. Salah satunya Donni Prabowo, General Manager AMIKOM Business Park (ABP), sebuah inkubator startup berbasis di Yogyakarta.

Menurut Donni, hal mendasar yang harus benar-benar diserap founder saat mengikuti program inkubator adalah membangun entrepreneur mindset. Baru setelah itu masuk ke tahap selanjutnya, yakni validasi yang mencakup problem validation, product validation, hingga business model validation.

“Menurut kami yang paling mendasar adalah berkaitan dengan entrepreneur mindset. Kami harus menempa startup founder agar memiliki sikap mental positif, open mind, dan pantang menyerah. Integritas yang tinggi serta komitmen yang kuat sangat dibutuhkan dalam membangun sebuah bisnis,” ujar Donni.

Pengembangan mentalitas juga menjadi salah satu misi yang ditekankan Hari Sungkari dalam menyusun kurikulum pra-inkubasi di BEKUP (BEKRAF for Pre-Startup). Pada akhirnya saat startup benar-benar terjun di pangsa pasar, karakter founder akan banyak menentukan arah startup. Menurut Hari, bisnis digital saat ini harus dihadapi dengan kejelian dan pola pikir terbuka, oleh karena itu ia menekankan kepada founder didikannya untuk selalu siap berubah.

“Kurikulum BEKUP mengacu pada Lean Startup, kesiapan untuk pivot sangat ditekankan di sini. Founder harus mau berubah, ketika ide yang telah divalidasi tidak menghasilkan respons di konsumen. Ini yang mau kita tekankan, karena BEKUP hadir menciptakan mentalitas founder startup yang tangkas,” jelas Hari.

Fokus pada product-market fit dan kemitraan

Dalam sebuah kesempatan wawancara, SEA Regional Manager Fenox Venture Capital, Jeff Quigley, pengusung program GnB Accelerator di Indonesia, mengatakan bahwa fokus utama program akselerator membantu startup menemukan product-market fit, bukan lagi sekadar memvalidasi ide. Salah satunya dilakukan dengan mengundang mentor dari ekosistem startup untuk membahas penguatan internal startup sampai strategi ekspansi. Penguatan tim akan berdampak pada kinerja yang semakin kencang, sementara itu strategi ekspansi membawa startup pada potensi bisnis baru.

“Tujuan akselerator memastikan startup yang lulus dari program siap untuk melakukan scale-up dan memberikan dampak di ekosistem startup. Kami memiliki prioritas untuk memastikan setiap startup memenuhi kriteria untuk penggalangan dana di tahap berikutnya,” ujar Jeff.

Managing Director Plug and Play Indonesia Wesley Harjono mengutarakan, salah satu tujuan program akselerasi juga menghubungkan startup dengan mitra korporasi dan organisasi besar lainnya, termasuk pemerintahan. Kemitraan dengan bisnis besar dinilai akan membuka peluang bagi startup binaan melakukan banyak penyesuaian bisnis, belajar dari pengalaman korporasi menghadapi pangsa pasar.

Masalah umum

Di Yogyakarta, program ABP hampir selalu berhadapan dengan startup di tahap awal (early-stage). Dari pengalaman yang ada, Donni menyimpulkan ada tantangan mendasar yang sering dihadapi startup dan dapat Dibenahi dalam program inkubator atau akselerator. Permasalahan tersebut seputar fokus bisnis, permodalan, dan akses ke pasar. Sepertinya masalah tersebut memang menjadi fenomena umum di mana-mana.

“Banyak startup gagal karena kehilangan fokus, disebabkan oleh banyak hal, salah satunya karena mereka sering menjadikan startup hanya untuk mengisi waktu luang saja, belum menjadi prioritas utama,” ujar Donni.

Berdasarkan pengalaman beberapa startup, gagal fokus tersebut juga disebabkan karena faktor permodalan. Mereka merasa harus menghidupi operasional startup dengan bekerja. Modal yang minim ini juga membuat startup merekrut anggota tim sekenanya, bukan didasarkan pada keahlian. Oleh sebab itu, program inkubator atau akselerator biasanya membantu startup dengan memberikan pendanaan tahap awal. Harapannya para founder dapat benar-benar fokus mengembangkan bisnisnya.

Terakhir adalah seputar akses ke pasar. Program inkubator atau akselerator umumnya didirikan oleh perusahaan investasi atau korporasi. Selain dengan kurikulum pendidikan dan permodalan, mereka juga hadir membawakan jalur koneksi startup kepada mitra strategis. Harapannya dapat mempercepat startup untuk mematangkan debut di pasar pasca produknya tervalidasi dengan baik.

Inkubator Startup Indonesia

Tips Mengikuti Inkubator dan Akselerator Startup Bagian 1: Persiapan

Mengikuti program inkubator atau akselerator menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan startup untuk memantapkan bisnisnya. Program inkubator umumnya diikuti oleh startup di tahap awal (early-stage). Biasanya mereka masih butuh memvalidasi relevansi ide/produk dengan pangsa pasar. Sedangkan program akselerator diikuti oleh startup yang beranjak ke tahap lanjut (growth). Di tahap ini yang mereka lakukan ialah mengembangkan proses bisnis –melalui monetisasi atau pendanaan lanjutan.

Di Indonesia sudah cukup banyak program inkubator atau akselerator yang diselenggarakan untuk startup. Kebanyakan program tersebut terafiliasi langsung dengan pemodal ventura, sebagai unit yang membantu startup dalam urusan pendanaan. Masing-masing program juga biasanya memiliki spesialisasi sendiri, terkait dengan lanskap bisnis atau tahapan startup yang dibina. Masing-masing program juga memiliki program unggulan dan penawaran khusus kepada startup yang tergabung di dalamnya.

Namun sebelum memutuskan untuk mengikuti dan memilih program inkubator atau akselerator, ada beberapa hal yang perlu disiapkan oleh founder.

Siapkan mentalitas belajar

Founder startup tahap awal lahir dengan idealismenya. Membawa asumsi tentang kesempurnaan ide bisnis yang dibawa. Isunya di program inkubator ide tersebut akan diuji ulang dengan berbagai metodologi untuk memastikan ketika dijalankan ada konsumen yang tertarik menggunakan. Pemikiran terbuka (open-minded) perlu menjadi bekal seorang founder ketika menginjak pintu inkubasi.  Di program inkubasi atau akselerasi, biasanya dihadirkan mentor dari kalangan pakar, komunitas, hingga investor.

Fokuskan pikiran untuk belajar dari mereka, bersama-sama mereka melakukan validasi dan pematangan konsep produk/model bisnis. Di program ini bahkan founder perlu meluangkan waktu penuh untuk belajar. Karena selain belajar, dalam keigiatan inkubasi biasanya founder juga diberi kesempatan untuk mebangun mitra stratgeis dan orang-orang yang akan mendukung bisnis secara langsung, misalnya untuk menjadi advisor.

Sempurnakan pitch deck startup

Banyak program inkubator dan akselerator melakukan seleksi awal startup berdasarkan kecakapan pitch deck yang dibuat. Tujuan utama dari sebuah pitch-deck ialah memberikan gambaran besar tentang startup, produk, dan model bisnis yang dikembangkan. Di tahap selanjutnya, pitch-deck harus dipresentasikan, menjelaskan lebih detail tentang poin-poin yang ingin dicapai oleh founder. Tidak ada cara lain untuk menyempurnakan pitch-deck dan cara penyampaiannya selain berlatih.

pitch-deck startup
Poin-poin dalam sebuah pitch-deck

Saat membuat pitch-deck, founder perlu menanamkan pola pikir bahwa dirinya sedang meyakinkan orang lain tentang konsep bisnis yang akan benar-benar memberikan keuntungan besar. Saat presentasi, founder harus memberikan energi optimis tentang visi keberhasilan bisnis. Tunjukan bahwa dengan startup berafiliasi dengan program inkubator/akselerator akan mempercepat mencapai garis sukses tersebut.

Temukan kecocokan program

Sebelum menentukan untuk mengikuti program inkubator/akselerator yang mana, founder harus terlebih dulu melakukan riset. Ada beberapa hal yang wajib dipertimbangkan. Selain pertimbangan teknis terkait bidang startup yang dibina, terdapat pertimbangan lain cukup normatif, misalnya dengan melihat benefit apa yang mereka tawarkan? Siapa saja startup sukses yang berhasil dibina? Adakah startup yang gagal, dan apa yang terjadi dengan mereka? Informasi ini tidak bisa hanya ditemukan melalui laman web, melainkan harus berinteraksi langsung dengan penyelenggara program ataupun startup yang pernah terlibat.

Tunjukkan komitmen

Penyelenggara program inkubator atau akselerator berinvestasi pada founder/tim startup, berterima kasihlah dengan menunjukkan komitmen untuk fokus pada hasil keberhasilan. Komitmen tersebut dapat ditunjukkan oleh founder dengan memberikan dorongan dan motivasi kepada tim untuk dapat bekerja lebih maksimal. Karena dedikasi orang-orang di dalam tim startup tersebut yang akan berkorelasi langsung pada kesuksesan startup.


Tulisan ini diambil dari beberapa nasihat founder startup yang pernah mengikuti program inkubator/akselerator.

Ilustrasi kegiatan konferensi pers / Pixabay

Tips Relasi Media untuk Startup (Bagian 3): Menyelenggarakan Konferensi Pers

Konferensi pers yang dilakukan startup biasanya ditujukan untuk beberapa hal, misalnya peluncuran produk, pengenalan tokoh penting baru, re-branding atau perubahan model bisnis (pivot). Beberapa acara penting seperti pengumuman perolehan pendanaan pun sering dijadikan agenda startup dalam sebuah konferensi pers. Selain untuk mendapatkan ulasan, kegiatan tersebut juga dimaksudkan untuk menjaga hubungan baik antara startup dengan media.

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan startup ketika hendak mengadakan konferensi pers. Persiapan matang dari sisi penyelenggaraan dan substantif konten dapat membuat tujuan yang diharapkan dari acara bisa tercapai.

Persiapan sebelum acara

Tempat pelaksanaan menjadi salah satu persiapan yang perlu dipikirkan baik-baik. Terdapat beberapa pertimbangan dalam melakukan pemilihan lokasi. Pertama ialah letak yang strategis, misalnya di pusat kota atau daerah yang mudah dijangkau dengan transportasi. Jika pelaksanaannya di kota padat seperti Jakarta, bisa dipilih tempat dengan akses yang dapat menghindarkan peserta dari kemacetan parah.

Sebagai pertimbangan lain, ketimbang memilih tempat luar seperti di hotel, cafe, dan-lain-lain, jika startup sudah memiliki kantor sendiri dan cukup luas, bisa juga digunakan sebagai tempat acara. Nilai plusnya, branding tentang startup akan lebih mendapatkan exposure.

Persiapan lain ialah terkait dengan rencana pelaksanaan acara. Sebisa mungkin membuat susunan acara secara efisien. Jangan masukkan agenda yang dirasa tidak perlu. Jurnalis adalah orang dengan mobilitas yang cukup padat, bisa saja dalam satu hari mereka hadir di lebih dari satu acara. Susunan acara yang padat juga harus diimbangi dengan disiplin waktu, sehingga pastikan panitia sudah mengkomunikasikan dengan baik bersama pihak-pihak yang akan terlibat, terutama pengisi acara.

Pasca persiapan tempat dan susunan acara terdefinisikan dengan baik, berikutnya ialah mengundang jurnalis. Beberapa hal “sia-sia” yang sering dilakukan, startup mengirimkan email ke seluruh kanal media yang ditemui di internet. Padahal idealnya startup hanya perlu mengundang media dengan coverage yang relevan, misalnya kepada media yang membahas seputar bisnis dan teknologi saja. Untuk menemukan kontak email, kunjungi media tersebut. Di laman “About” atau “Tentang Kami” umumnya ada email yang disematkan untuk keperluan dengan redaksi, termasuk untuk pengiriman undangan.

Idealnya di dalam undangan yang dikirim juga disampaikan poin-poin penting yang akan didapat jurnalis. Misalnya topik apa yang akan dibahas, siapa saja pemateri yang akan dihadirkan, juga adakah kesempatan untuk melakukan one-on-one interview. Sehingga dari sisi jurnalis juga dapat mempersiapkan diri.

Persiapan konten

Untuk memastikan pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik, maka konten perlu disiapkan secara khusus. Konten juga akan berhubungan langsung dengan keterlibatan orang-orang tertentu sebagai pemateri dan durasi acara. Untuk acara konferensi pers startup, konten inti idealnya disampaikan oleh Founder atau CEO startup. Jika ada konten sekunder, dapat disesuaikan dengan tema. Jika temanya ialah perolehan investasi, maka dapat disampaikan oleh perwakilan investor. Jika temanya kerja sama, maka bisa disampaikan oleh mitra terkait.

Dalam penyusunan konten presentasi juga harus menyesuaikan dengan durasi waktu yang dialokasikan. Lalu, untuk memastikan fokus jurnalis pada saat sesi presentasi, ada baiknya panitia memberikan lembar rilis pers atau salinan dari presentasi.

Pelaksanaan acara

Biasanya acara dimulai dengan registrasi, dilanjutkan dengan pembukaan, acara inti, dan ramah-tamah (networking). Poin penting yang perlu menjadi perhatian, upayakan acara dilakukan secara disiplin, mengikuti susunan yang sudah disampaikan. Dalam pembukaan, sampaikan beberapa petunjuk dalam acara, misalnya terkait sesi tanya jawab. Umumkan juga jika di acara akhir memungkinkan jurnalis untuk melakukan sesi obrolan dengan narasumber, serta beritahu siapa saja narasumber relevan yang bisa mereka temui seusai acara.

Jika konferensi pers ditujukan untuk peluncuran produk, bisa juga dipersiapkan perangkat khusus untuk demo di lokasi, selain mendorong jurnalis untuk mengunduh aplikasinya jika dipublikasikan di marketplace. Walau bagaimanapun, pengalaman langsung dengan produk akan memberikan pemahaman mendalam tentang fungsionalitasnya.

Banyak media juga membutuhkan foto yang baik untuk mendukung artikel pemberitaan. Ada dua hal yang dapat dilakukan, pertama ialah menyusun kursi jurnalis dengan angle yang baik untuk mengambil foto sesi di panggung. Atau yang kedua, tambahkan sesi foto narasumber di atas panggung di akhir acara, dengan mempersilakan jurnalis untuk mengambil gambar.

Itu tadi beberapa persiapan mendasar yang dapat dilakukan oleh startup ketika hendak mengadakan acara konferensi pers. Beberapa hal di atas untuk mematikan coverage yang sesuai oleh media, sehingga tujuan utama dari kegiatan didapat baik oleh startup.

Pameran menjadi salah satu kegiatan dari media yang dapat diikuti startup / DailySocial

Tips Relasi Media untuk Startup (Bagian 2): Menemukan Kesempatan Belajar

Selain membantu startup mempublikasikan informasi pembaruan inovasi, media bisa juga dimanfaatkan sebagai bagian dari pengembangan startup — khususnya media yang secara spesifik membahas bisnis dan teknologi. Jika diamati, saat ini media teknologi tidak hanya berfokus pada produksi tulisan saja, melainkan mencakup komponen pendukung lain, mulai dari menyajikan riset, mengadakan acara, menjadi kanal pekerjaan dan lain-lain.

Tulisan kali ini akan membedah beberapa kegiatan relasi media yang dapat dijadikan ajang peningkatan kapabilitas startup.

Mendapatkan sumber daya pembelajaran

Banyak media startup yang menyajikan ragam tulisan komprehensif mengenai tips pengembangan startup. Mulai yang bersifat teknis seperti pengembangan produk, bersifat pribadi seperti tentang kepemimpinan, hingga seputar bisnis seperti pemasaran. Di DailySocial sendiri, kami menempatkan tips tersebut ke dalam tiga kategori akses, yakni Start, Scale, dan Steer. Di kanal Start, berisi tips sederhana seputar pengembangan startup di tahap awal, berisi berbagai cara untuk mengembangkan tim, melakukan uji coba MVP, dan lain-lain.

Selanjutnya di kanal Scale, berisi kiat-kiat tentang pengembangan startup yang sudah memiliki kematangan produk. Di sini dibahas tentang pendanaan hingga membangun kerja sama dengan unsur eksternal. Terakhir adalah kanal Steer, berisi kiat-kiat untuk pengembangan startup di level lebih lanjut. Misal tentang pengembangan bisnis hingga otomasi pemasaran. Tulisan yang ada biasanya menyadur dari kisah sukses startup yang sudah ada atau mengutip ide dari para pakar di berbagai bidang.

Membuka kesempatan berkembang

Media juga dapat dimanfaatkan startup untuk menemukan berbagai kesempatan baru, mulai dari bertemu komunitas, investor, hingga mentor. Salah satunya dengan mengikuti kegiatan-kegiatan berbasis meet-up yang sering diadakan. Biasanya kegiatan tersebut terbagi menjadi dua jenis, yakni gathering dan workshop. Kegiatan gathering cocok diikuti manakala tujuannya ialah membangun relasi publik, bertemu orang-orang baru, dan menemukan inspirasi. Sementara kegiatan workshop dapat diikuti untuk menambah pengetahuan secara langsung.

Beberapa media juga rutin mengadakan pameran yang dapat diikuti oleh startup, misalnya e27 setiap tahun mengadakan ajang Echelon yang berisi kompetisi startup, sesi keynote, hingga networking. Sedangkan untuk workshop, secara rutin DailySocial mengadakan kegiatan bertajuk #SelasaStartup, yakni kegiatan singkat yang diisi langsung oleh para pakar dari kalangan startup. Membahas dari urusan teknis hingga urusan bisnis.

Memperlihatkan kondisi industri

Ulasan mendalam tentang vertikal industri juga kerap disajikan oleh media. Misalnya baru-baru ini hangat dibahas regulasi yang tengah disusun pemerintah untuk fintech, dan masih banyak lagi. Hal seperti ini sering terlewat oleh founder saat membangun startup, yakni upaya untuk comply dengan regulasi – terutama untuk startup yang menangani proses bisnis kritis, seperti di bidang finansial atau layanan publik.

Lanskap persaingan juga acap kali disampaikan dalam rangkaian tulisan analisis dan riset oleh media. Sebagai contoh untuk lanskap on-demand pasca Uber diakuisisi, DailySocial mengadakan survei mengenai transisi konsumen untuk mengetahui ke mana mereka berlabuh dan tren kecenderungan pasar dalam menghadapi penghentian layanan. Membaca laporan riset seperti ini juga penting untuk memahami pangsa pasar secara umum, melihat kesempatan dari ujung ke ujung.

Picture1

Kiat menulis siaran pers untuk startup / Pexels

Tips Relasi Media untuk Startup (Bagian 1): Menulis Siaran Pers

Ada banyak cara yang dapat dilakukan startup untuk memperkenalkan produknya ke masyarakat luas, salah satunya melalui relasi media. Selain memiliki basis pembaca, media umumnya akan memberikan ulasan komprehensif seputar layanan yang diusung startup, dengan nada yang memudahkan kalangan konsumen untuk memahami visi produk tersebut. Untuk mencapai sana, salah satu yang bisa dilakukan startup ialah dengan mengirimkan siaran pers.

Siaran pers (press release) yang dikirimkan ke media harus memuat informasi yang padat dan berisi, sehingga diperlukan kiat khusus hingga melahirkan dokumen rilis yang baik. Berikut ini adalah tips yang dapat diikuti ketika hendak menyusun sebuah siaran pers terkait peluncuran atau pembaruan produk.

Menyusun kerangka materi

Tahap ini perlu dilakukan untuk menghasilkan rancangan dari struktur dokumen rilis yang akan dibuat. Struktur sebuah rilis bisa saja berbeda, bergantung pada tujuan akhir yang diharapkan. Misalnya untuk pengenalan startup baru, struktur rilis dapat terdiri dari beberapa poin berikut ini:

  1. Memberikan gambaran singkat startup atau produk yang diusung.
  2. Memaparkan masalah apa yang ingin coba diselesaikan, lebih baik lagi disertai dengan data relevan.
  3. Menceritakan latar belakang startup, mulai dari founder, tahun berdiri, hingga status pendanaan/investor.
  4. Mendeskripsikan secara detail fitur masing-masing produk.
  5. Menuliskan sambutan dari founder terkait visi dan harapan dengan adanya produk tersebut.

Berbeda lagi ketika materi yang diumumkan adalah sebuah pengumuman, misalnya perolehan pendanaan, maka strukturnya dapat berupa:

  1. Memberikan gambaran singkat tentang pendanaan tersebut, diperoleh dari siapa, dalam tahapan apa, dan berapa jumlah nilainya.
  2. Memaparkan rencana alokasi pendanaan tersebut akan digunakan untuk apa.
  3. Menuliskan sambutan dari founder dan perwakilan investor.
  4. Menceritakan capaian startup yang telah diraih dari awal sampai pendanaan ini didapat.
  5. Mendeskripsikan target capaian yang akan dikejar pasca pendanaan.

Masing-masing adalah poin yang harus ada, jika terdapat hal lain bisa disertakan dalam paragraf berikutnya sebagai informasi sekunder. Penyusunan kerangka juga dimaksudkan agar rilis tersebut memiliki alur cerita yang runut, sehingga memastikan perspektif yang dipahami jurnalis sesuai dengan visi yang ingin disampaikan oleh startup.

Menulis draf siaran pers

Salah satu teknik penulisan siaran pers yang baik adalah dengan metode “segitiga terbalik”, terdiri dari informasi primer, informasi sekunder, dan lain-lain. Pada informasi sekunder tuliskan inti materi yang ingin disampaikan, paragraf ini idealnya dapat mendefinisikan secara detail apa yang dituliskan dalam judul. Misalnya untuk informasi re-branding web dan aplikasi startup, maka di sini dapat diceritakan konsep, tujuan, dan harapannya.

Kemudian informasi sekunder dapat berisi hal-hal lain yang mendukung uraian di paragraf sebelumnya. Jika menggunakan studi kasus yang sama, di sini dapat dimasukkan sambutan dari founder, capaian startup, hingga rencana ke depan. Jika masih ada hal-hal lain yang ingin disampaikan, tuliskan di bagian akhir.

Untitled 2

Model draf tulisan seperti ini selain untuk memastikan tulisan fokus pada permasalahan utama yang diangkat, juga akan memudahkan jurnalis dalam menuliskannya – sebagai informasi hampir setiap rilis yang dikirimkan akan ditulis dan disunting ulang.

“Kriteria yang paling utama adalah sebuah siaran pers harus bisa membantu jurnalis memenuhi ‘the 15 minute rule’ — sebuah ‘peraturan’ dalam dunia jurnalistik bahwa sebuah berita harus dipublikasikan dalam 15 menit sejak peristiwa terjadi. Oleh karena itu, harus singkat, padat, dan jelas,” ujar Anisa Menur selaku Senior Writer e27.

Setelah draf disusun, pastikan sudah mengkomunikasikan dengan pihak terkait. Misalnya jika startup punya investor, alangkah baiknya jika diberitahu terlebih dulu draf tersebut. Gejolak pasar teknologi cukup dinamis, bisa jadi ada pertimbangan lain untuk angle informasi yang ingin disampaikan.

Melengkapi aset untuk penyiaran

Setelah draf disetujui dan siap kirim, masukkan ke dalam dokumen yang sudah terformat baik. Terkait dengan format, bisa disesuaikan dengan branding masing-masing startup. Di dalam dokumen susunan isinya dapat berupa:

  1. Judul pemberitaan.
  2. Sub-judul pemberitaan jika ingin memberikan penekanan poin pada judul.
  3. Poin-poin berita yang ingin disampaikan.
  4. Uraian informasi yang telah disusun dalam paragraf.
  5. Uraian singkat tentang startup.
  6. Kontak yang dapat dihubungi.

Pengiriman dokumen dapat menggunakan format standar, yakni *.docx atau *.pdf. Untuk melengkapi pemberitaan dan membuat publikasi menjadi lebih indah, sertakan juga gambar pendukung dengan resolusi yang baik. Gambar tersebut bisa berupa foto anggota tim, ilustrasi/promo produk, foto brand startup, atau lainnya yang merepresentasikan judul.

Picture1

Mengirimkan siaran pers melalui email

Kirimkan siaran pers tersebut melalui email. Untuk mendapatkan email media, kunjungi laman media mana yang ingin dituju. Umumnya di halaman “Tentang Kami” media mencantumkan email redaksi yang dapat dihubungi ketika ingin menyampaikan pemberitaan. Dalam penulisan email juga ada hal-hal yang perlu diperhatikan. Pertama ialah tentang struktur pembuatan konten email, sebagai berikut:

  1. Tuliskan subjek/judul email yang padat, singkat, dan jelas. Menggambarkan isi secara keseluruhan. Contoh: “Siaran Pers: Startup X Mendapatkan Pendanaan dari ABC senilai 10 miliar Rupiah”, “Startup X Hadirkan Aplikasi untuk Penyewaan Alat Pancing”, dll.
  2. Di badan email awali dengan perkenalan singkat dan menyampaikan ringkasan dari berita yang terdapat dalam dokumen. Karena sudah dilampirkan, tidak perlu meletakkan isi dokumen di dalam email.
  3. Jika aset tulisan banyak, dapat meletakkannya ke dalam media penyimpanan awan (misal Dropbox atau Google Drive), namun pastikan akses untuk guest juga diberikan.
  4. Tutup dengan mempersilakan jika terdapat pertanyaan lebih lanjut atau diskusi terkait materi rilis yang dikirimkan.

Jika pengiriman dilakukan secara satu per satu atau dengan metode mail merge, alamat email media dapat dimasukkan ke kolom “To”. Namun jika dikirimkan secara masal, disarankan untuk menempatkan alamat-alamat email ke dalam kolom “BCC”. Kolom “CC” dapat diisi dengan email rekan di startup yang relevan, misalnya kepada CEO atau investor.

Pertimbangan lain

Saat ini memang sudah banyak media yang memberitakan tentang layanan digital dan startup – mereka memiliki basis pembaca orang-orang yang memang menikmati perkembangan dunia startup. Namun kadang startup juga ingin mengabarkan kepada media lain yang tidak berbau teknologi. Misalnya sebuah startup yang menyediakan layanan marketplace kecantikan, mereka ingin mengirimkan siaran rilis ke media yang membahas tentang perempuan dan gaya hidupnya. Maka pembahasan teknis menjadi kurang relevan, bahkan tidak diminati. Sehingga bisa saja startup memutuskan untuk membuat draf rilis lebih dari satu dengan penekanan angle yang berbeda.

Sebagai contoh untuk media teknologi dan startup (termasuk media yang memiliki kanal tekno), siaran pers tersebut memfokuskan pada fitur-fitur dan capaian bisnis yang sudah diraih. Tapi ketika mengirimkan rilis ke media yang fokus ke gaya hidup perempuan, maka yang ditekankan adalah tentang permasalahan dan solusi digital yang memudahkan mereka menemukan jasa kecantikan. Di sini dipahami bahwa masing-masing media memiliki pandangan relevansi berbeda terhadap rilis yang diterima.

Untitled

Pengembangan bisnis untuk startup / Pixabay

Pengembangan Bisnis untuk Startup (Bagian 4 – Penutup)

Menjadi tulisan seri penutup tentang pengembangan bisnis untuk startup, artikel kali ini akan mencoba merangkum dan mengulas kembali apa yang sejatinya dibutuhkan startup ketika membangun fondasi bisnisnya. Pada bagian pertama disampaikan bahwa cakupan pengembangan bisnis (business development) tidak hanya berkutat pada penjualan (sales). Lebih dari itu di sana ada peran krusial untuk memastikan produk dan merek startup diminati pangsa pasar.

Di tahapan tersebut ada beberapa hal yang harus dilakukan seorang yang bertanggung jawab pada pengembangan bisnis. Pertama ialah memahami pangsa pasar atau dalam istilah teknisnya disebut “Know Your Customer”, alokasikan waktu khusus untuk melakukan riset tentang itu. Pergi ke luar, tanya kepada orang-orang yang akan menjadi basis pengguna dari layanan. Tampung masukan sebanyak-banyaknya sebelum proses bisnis benar-benar dimulai.

Kedua, lakukan analisis terhadap pesaing. Ini penting, pasalnya dengan produk yang dikembangkan startup sering kali merasa “unik” dan tidak punya pesaing. Padahal pesaing itu bisa saja merupakan pesaing langsung dan pesaing tidak langsung. Pesaing langsung adalah mereka yang menyajikan produk atau layanan serupa. Sedangkan pesaing tidak langsung adalah mereka yang menyediakan produk atau layanan alternatif sebagai pengganti.

Kemudian sebagai founder startup harus memiliki pola pikir yang terbuka. Permasalahannya tidak sedikit founder yang merasa sudah berada di pasar yang niche, artinya tidak banyak pemain di sana dan pangsa konsumennya adalah kalangan khusus. Justru harus berpikir sebaliknya, ceruk pasar khusus itu pada akhirnya akan ditemukan secara alami ketika startup berhasil menelusuri pangsa pasar yang luas, membandingkan satu dengan yang lainnya.

Sebelum berjalan keluar atau go-to-market, pastikan pekerjaan rumah di internal startup sudah selesai. Misalnya tentang pembagian peran dalam pengembangan bisnis. Sehingga masing-masing orang tahu ke mana harus melaporkan dan ke mana harus menghubungkan. Buat ide bisnis berjalan efektif dengan mendefinisikan secara jelas porsi pekerjaan dan target yang harus dicapai dalam periode waktu tertentu.

Infografik Tips untuk Startup

Memulai pengembangan bisnis

Pengembangan bisnis juga dapat didefinisikan sebagai sebuah proses penyampaian solusi pada orang yang tengah mengalami masalah tertentu. Sehingga ini menjadi faktor penting dalam pemilihan pendekatan yang dilakukan. Hadirkan merek startup sebagai solusi atas sebuah masalah. Hal lain yang perlu untuk selalu diingat, dalam pengembangan bisnis tidak selalu mematok tujuan akhir pada penjualan, ada komponen lain yang bisa dibawa untuk memperkuat startup, misalnya relasi bisnis, kerja sama strategis, hingga jalan untuk perluasan pangsa pasar.

Menjalankan sebuah pengembangan bisnis juga tidak bisa dilakukan sendiri. Rekrut orang yang tepat, dalam waktu yang tepat, untuk menyelesaikan beberapa pekerjaan terkait pengembangan bisnis. Misalnya bagian penjualan, relasi publik, hingga representatif untuk membantu konsumen. Orang-orang tersebut penting, pasalnya tugas pengembangan bisnis tidak hanya berhenti sampai deal terjadi, melainkan ada post-deal management yang juga menjadi faktor krusial. Bayangkan jika produk yang dikembangkan startup direkomendasikan oleh konsumennya kepada orang lain.

Di tulisan bagian kedua telah dibahas bagaimana tim pengembangan bisnis melakukan perencanaan pemasaran. Perencanaan ini sangat penting, untuk memastikan setiap tujuan menjadi lebih jelas dengan capaian yang dapat diukur. Beberapa pendekatan dapat dilakukan, terlebih untuk startup dengan produk digital. Namun setiap pangsa pasar unik, misalnya startup menggarap model bisnis B2B, kalangan bisnis membutuhkan waktu untuk penentuan keputusan pembelian. Bantu mereka dengan menyajikan sumber daya yang memberikan pengetahuan tentang penyelesaian masalah tertentu, misalnya dengan mengirimkan newsletter berupa whitepaper atau market research.

Beruntung saat ini startup disajikan dengan berbagai macam alat digital untuk pemasaran. Melalui situs online, media sosial, atau email bisa dilakukan apa yang disebut dengan otomasi pemasaran. Bagian ini dibahas dalam tulisan ketiga. Otomasi pemasaran adalah sebuah mekanisme yang dapat dilakukan pemasar untuk menghadirkan traksi melalui pendekatan yang lebih “halus”. Model tersebut berusaha memberikan pemahaman tentang permasalahan dan solusi yang diberikan kepada konsumen.

Kesimpulannya pengembangan bisnis adalah serangkaian proses terpadu, tujuan akhirnya ialah mendorong startup mendapatkan berbagai komponen untuk membuat bisnis dapat berkembang – tidak hanya target penjualan. Karena untuk berkembang bisnis memang membutuhkan banyak hal, pemasukan agar operasional berjalan, mitra untuk melancarkan ekspansi, hingga konsumen loyal yang selalu merekomendasikan solusi dengan testimoni terbaik mereka.

Tentang validasi ide / Pixabay

Proses Memvalidasi Ide

Memvalidasi selalu menjadi pembahasan menarik bagi para pebisnis. Karena pada dasarnya ide selalu menjadi penghambat untuk mengambil keputusan. Entah ragu-ragu karena belum yakin dengan ide atau gagal karena ide terlalu dini dieksekusi tanpa perhitungan yang matang. Banyak cerita sukses mengenai bagaimana menggali potensi ide dan juga tips-tips yang dibagikan para penggiat bisnis mengenai validasi.

Dalam seri validasi kali ini, saya coba menuliskan tips Eric Ries, penulis buku The Lean Startup yang juga penggiat bisnis startup.

Memanfaatkan pandangan tentang user experience

Sebagai seorang pebisnis, wawasan dan pengalaman di bidang yang akan digeluti bisa menjadi modal yang sangat kuat. Dengan pengalaman, wawasan dan sudut pandang bayangan produk atau layanan yang ingin dikembangkan bisa didesain sejak awal.

Misalnya jika Anda ingin membuat sebuah layanan teknologi finansial tentang pinjaman, menyuguhkan pengalaman pengguna yang sempurna (mulai dari mendaftar menjadi anggota hingga mengajukan pinjaman) adalah hal wajib. Atau jika yang sedang dikembangkan adalah produk yang berada di industri pendidikan, maka melakukan rancangan dari sudut pandang siswa, guru atau orang tua murid bisa sangat membantu memberi gambaran seperti apa produk akan dikembangkan.

Ini lebih seperti menuangkan apa yang terbaik bagi pengguna ke dalam rancangan produk yang ingin dicapai. Dengan memiliki pengalaman personal tentu menjadi sebuah keuntungan.

Mengidentifikasi Critical Assumptions

Critical assumptions sederhananya merupakan fakta atau karakteristik tentang gambaran bisnis yang sedang dibangun. Semakin banyak asumsi kritikal yang diidentifikasi semakin sedikit risiko yang dihadapi. Asumsi-asumsi ini yang akan menguatkan apakah produk layak dikembangkan atau berhenti sebagai ide semata.

Contoh sederhananya, ketika kita mencoba menangkap peluang sebagai penyedia layanan pendidikan yang menghubungkan orang tua dengan murid untuk memantau kegiatan pemebelajaran anaknya asumsi yang harus diidentifikasi harus lebih lengkap. Tidak sebatas ada kebutuhan untuk membangun itu.

Identifikasi juga kebutuhan-kebutuhan terkait fitur, platform yang digunakan dan yang paling penting apakah orang tua atau guru bekenan merogoh koceknya untuk berlangganan layanan dibangun. Jangan-jangan mereka hanya mengutarakan sesuatu yang mereka harap mendapat gratis. Karena mencari cara mendapatkan keuntungan dari produk atau layanan juga merupakan hal yang krusial.

Membangun versi awal untuk memvalidasi critical assumption

Setelah berhasil mengidentifikasi critical asusumption langkah selanjutnya yang bisa ditempuh adalah dengan membangun versi awal dari produk. Versi awal ini digunakan untuk memvalidasi apakah identifikasi di tahap sebelumnya valid atau hanya sebatas asumsi.

Versi awal produk ini juga menjadi langkah awal untuk memisahkan apa-apa yang bisa divalidasi dan apa yang hanya sebatas asumsi atau pemikiran-pemikiran yang nyatanya tidak tervalidasi di lapangan. Jika berada di tahap ini dan Anda bukan seorang yang memiliki kemampuan coding, bersiaplah untuk mencari tim atau mengajak kenalan untuk bergabung.

Luncurkan dan ukur

Setalah berhasil membangun produk awal atau biasa disebut dengan MVP (minimun viable product), Anda bisa memperkenalkan produk ke khalayak ramai dan melihat reaksi mereka. Tentunya tidak lupa membuka diri terhadap segala bentuk kritik dan masukan, dari target potensial atau calon pengguna Anda. Mulai cari tahu di mana letak kebutuhan yang perlu diperbarui dan juga kemungkinan menentukan harga. Selalu ukur capaian seperti angka pendaftar baru, kunjungan halaman, mereka yang kembali setelah menginstalasi hingga mereka yang memutuskan untuk tidak kembali.

Berdasarkan angka-angka itu dan segala pengukuran yang dilakukan, segera ambil tindakan, baik mengubah arah haluan dan target pengguna atau terus melanjutkan dengan penyempurnaan.

Memvalidasi ide dan gagasan awal untuk startup

Langkah Awal Memvalidasi Ide Startup

Ide yang baik adalah awal untuk startup besar. Facebook, Google dan bahkan Go-Jek lahir dari ide dasar yang matang dan tentu dieksekusi dengan baik. Ada banyak ide yang bisa dihasilkan untuk sebuah bisnis startup, tapi hanya beberapa ide yang berhasil dan membuahkan hasil. Keberhasilan tentu bukan perkara ide saja, tapi ide yang valid dan ketepatan eksekusi adalah hal dasar yang paling utama.

Tips kali ini akan membahas mengenai bagaimana startup seharus mengelola ide. Sekali lagi, ide mungkin banyak, tetapi hanya beberapa yang pantas untuk dieksekusi segera. Lainnya mungkin menunggu waktu atau hanya sebuah ambisi yang eksekusinya masih harus masuk daftar tunggu.

Tulis terlebih dahulu

Sebagian besar orang kreatif memiliki cara tersendiri untuk mendapatkan ide. Ada yang keluar ruangan berjalan-jalan untuk menenangkan pikiran, ada juga yang mengurung diri di kamar sambil membaca setumpuk buku sambil menganalisis peluang apa yang bisa diciptakan. Yang paling beruntung, dalam proses melamun tiba-tiba mendapatkan ide atau gagasan awal mengenai problem yang ingin diselesaikan Intinya ide bisa datang dari mana saja.

Untuk membantu mengkurasi ide-ide terebut biasakanlah membuat catatan. Bawalah buku seukuran saku dan pena untuk berjaga-jaga barangkali ada gagasan yang muncul ketika di perjalanan. Atau jika ingin lebih sederhana aplikasi catatan di smartphone bisa jadi jalan keluar. Bentuk dan format catatan bisa menyesuaikan, tergantung kenyamanan masing-masing, bisa berupa tulisan atau rekaman suara. Catatan-catatan ini nantinya bisa jadi semacam gudang ide atau gagasan untuk bisa dibaca atau didengarkan ulang di hari-hari mendatang.

Cara paling sederhana adalah, mencatat masalah-masalah yang berpotensi untuk diselesaikan. Usahakan untuk tidak berangkat dari solusi yang spesifik, lengkap dengan fitur-fitur yang sudah disiapkan. Bisa jadi itu asumsi yang terlalu dini.

Mengevaluasi gagasan yang ada

Ketika ada waktu untuk me-review ulang gagasan-gagasan yang sudah dicatat, coba jawab pertanyaan-pertanyaan berikut untuk mengevaluasi mengenai ide dasar bisnis yang ingin dikembangkan:

  • Siapa target penggunanya? Pertanyaan ini harus dijawab dengan target yang lebih spesifik. Jangan biarkan pertanyaan ini mengambang dengan jawaban “semua orang”.
  • Masalah apa yang ingin diselesaikan? Tujuan menjawab pertanyaan ini adalah untuk membatasi asumsi berjalan terlalu jauh. Sebelum sibuk memikirkan fitur atau teknologi yang akan digunakan identifikasikan dengan pasti masalah apa yang sebernarnya ingin diselesaikan.
  • Bagaimana produk yang akan dikembangkan bisa memecahkan masalah? Setelah berhasil memahami masalah, pertanyaan ini menempatkan ide atau produk di posisi sejauh mana produk yang akan dikembangkan memberikan manfaat dan mampu menyelesaikan masalah.
  • Apa yang menjadi pembeda dan keunggulan? Di tengah industri startup yang mulai naik seperti sekarang akan sangat sulit menemukan ide yang benar-benar baru. Evaluasi selanjutnya apakah yang menjadi pembeda dibanding produk-produk yang sudah ada.

Mendalami gagasan dengan terjun langsung ke lapangan

Ada banyak cara untuk memvalidasi ide, seperti validasi menggunakan framework atau model canvas, ada juga validasi yang dilakukan dengan langsung terjun ke lapangan. Bisa merasakan langsung sebagai target pengguna atau sekedar wawancara dengan target pengguna.

Dalam wawancara tentu akan ada jawaban-jawaban yang menjadi bias. Yang perlu digarisbawahi adalah menyukai ide belum tentu menyukai produk. Terus gali jawaban dengan pertanyaan yang bernada “mengapa” untuk bisa membedakan, mana yang menyukai ide dan mana yang berharap bisa mendapatkan produk yang dikembangkan.


Sumber: Product Plan, Startupgrind