Tag Archives: SteamOS

Dukungan Software Anti-Cheat Tiba, Steam Deck Akhirnya Terbebaskan dari Isu Kompatibilitas

Dengan banderol mulai $399 dan spesifikasi jauh di atas Nintendo Switch, tidak heran apabila Valve Steam Deck berhasil mencuri perhatian banyak gamer. Kalau ditanya kenapa bisa murah, salah satu alasannya adalah karena Valve tidak membebani konsumen dengan biaya lisensi Windows. Sebagai gantinya, Steam Deck menggunakan sistem operasi rancangan sendiri yang berbasis Linux.

Berhubung memakai Linux, Steam Deck harus mengandalkan bantuan compatibility layer bernama Proton agar mampu menjalankan gamegame yang dikembangkan untuk Windows. Proton masih belum sempurna. Bahkan untuk beberapa judul game, Proton sama sekali tidak bisa menanganinya akibat ‘intervensi’ dari software anti-cheat yang digunakan di gamegame tersebut.

Untung tidak selamanya harus seperti itu. Belum lama ini, Epic Games mengumumkan bahwa software anti-cheat populernya, Easy Anti-Cheat (EAC), kini sudah sepenuhnya mendukung sistem operasi Linux dan macOS. Lebih spesifik lagi, EAC kini dipastikan tidak akan lagi mengganggu compatibility layer macam Wine atau Proton itu tadi.

Dengan kata lain, Steam Deck jadi bisa menjalankan deretan game yang menggunakan EAC macam Apex Legends, Black Desert Online, Fall Guys, dan masih banyak lagi. Syaratnya, developer masing-masing game harus mengaktifkan dukungan atas Proton lebih dulu. Namun kalau memang tujuannya adalah menjangkau lebih banyak pemain (para pengguna Steam Deck), saya yakin developer rela mengambil langkah ekstra tersebut, terutama jika prosesnya semudah yang diklaim oleh Epic.

EAC bukan satu-satunya software anti-cheat yang eksis di industri video game saat ini. Software lain yang tak kalah populer adalah BattlEye, yang digunakan di gamegame seperti PUBG dan Destiny 2. Game kebanggaan Epic, Fortnite, bahkan menggunakan kombinasi EAC dan BattlEye.

Kabar baiknya, BattlEye pun juga dipastikan bakal kompatibel dengan Steam Deck, berdasarkan pernyataan langsung CEO BattlEye, Bastian Suter, kepada The Verge. Namun kembali lagi, keputusan finalnya — apakah game akan di-update supaya kompatibel dengan Proton dan Steam Deck — ada di tangan masing-masing developer.

Andai pengguna Steam Deck nantinya benar-benar tidak mau dihadapkan dengan problem seputar kompatibilitas, mereka masih punya satu solusi pamungkas: install sendiri Windows ke Steam Deck, sebab konsol genggam tersebut memang sepenuhnya bisa diperlakukan layaknya sebuah PC konvensional.

Sumber: The Verge.

Semua yang Perlu Diketahui dari Steam Deck, Handheld PC Besutan Valve

Tidak bisa dipungkiri, Nintendo Switch berhasil membuat tren handheld console jadi populer kembali. Satu demi satu handheld console yang banyak terinspirasi Switch terus bermunculan — GPD Win 3, Aya Neo, One Xplayer — dan puncaknya adalah ketika perangkat dengan konsep serupa datang dari perusahaan sekelas Valve.

Bagi yang ketinggalan berita, Valve baru saja menyingkap Steam Deck, sebuah perangkat portabel yang diproyeksikan sebagai sebuah handheld gaming PC. Anggap saja ini Switch, tapi yang controller-nya tidak bisa dilepas-pasang, dan yang siap menjalankan segudang game PC.

Steam Deck pada dasarnya merupakan opsi yang masuk akal buat para gamer PC. Kalau Anda punya 100+ game di library Steam Anda sekarang, maka semua itu juga bisa Anda mainkan di Steam Deck tanpa perlu membayar apa-apa lagi.

Valve bahkan berbaik hati dan tidak ingin mengunci pengguna Steam Deck dalam ekosistem mereka. Kalau mau, Anda bahkan bisa meng-install Epic Games Store maupun deretan game launcher lainnya di Steam Deck. Anda bahkan bisa menghapus sistem operasi bawaannya dan meng-install Windows jika memang perlu.

Valve memang merancang Steam Deck sebagai sebuah PC tulen. Perangkat menjalankan versi terbaru SteamOS, sistem operasi berbasis Linux yang dapat berfungsi layaknya sebuah sistem operasi komputer tradisional. Dengan begitu, Steam Deck pun bisa dipakai untuk keperluan-keperluan umum seperti browsing atau streaming video.

Valve memastikan bahwa semua game yang tersedia di katalog Steam dapat berjalan secara optimal di Steam Deck. Untuk mewujudkannya, Valve membekalinya dengan custom AMD APU (4-core/8-thread) yang ditenagai arsitektur CPU Zen 2 dan GPU RDNA 2, plus RAM berkapasitas 16 GB.

Di atas kertas, performanya jelas jauh melampaui Nintendo Switch, tapi masih terkesan cupu untuk ukuran gaming PC. Namun itu bukan masalah besar mengingat layarnya cuma memiliki resolusi 1280 x 800; cukup tajam untuk ukuran 7 inci, dan di saat yang sama tidak terlalu menuntut performa GPU. Berdasarkan pengalaman hands-on IGN, Steam Deck cukup kapabel untuk menjalankan sejumlah game berat macam Star Wars: Jedi Fallen Order maupun Death Stranding.

Untuk storage-nya, Steam Deck bakal hadir dalam tiga varian: 64 GB, 256 GB, dan 512 GB. Khusus untuk varian 64 GB, jenis storage yang digunakan adalah eMMC, sedangkan varian 256 GB dan 512 GB mengandalkan SSD NVMe yang punya kecepatan baca dan tulis jauh lebih kencang. Masing-masing varian juga dilengkapi slot kartu microSD untuk keperluan ekspansi storage.

Controller yang lengkap dan mode docked

Posisi stik analog yang sejajar dengan tombol D-Pad dan tombol action mungkin terkesan tidak umum bagi konsumen yang sudah terbiasa dengan layout controller milik PlayStation maupun Xbox, namun ini sengaja dilakukan supaya Steam Deck punya cukup ruang untuk sepasang trackpad. Ingat, Steam Deck dirancang untuk memainkan game PC, dan sejumlah judul memang bakal lebih nyaman dimainkan menggunakan mouse atau trackpad.

Alternatifnya, layar LCD milik Steam Deck merupakan sebuah touchscreen, dan ini bakal sangat cocok untuk judul-judul game kasual maupun yang memanfaatkan sistem point-and-click. Di sisi atas, kita bisa menemukan empat tombol trigger, dan di punggungnya pun masih ada empat tombol trigger ekstra yang configurable. Namun kalau memang tidak bisa lepas dari mouse dan keyboard (ataupun periferal-periferal lainnya), Anda bisa menyambungkan semua itu via Bluetooth, atau via USB dengan bantuan USB hub atau dock.

Dock? Ya, seperti halnya Nintendo Switch, Steam Deck juga dapat dihubungkan ke monitor atau TV via sebuah unit dock. Yang berbeda, unit dock-nya ini harus dibeli secara terpisah. Dalam posisi docked, resolusi display-nya rupanya tidak terbatasi di 720p saja, akan tetapi performanya jelas bakal terdampak kalau pengguna mencoba menaikkan resolusinya.

Harga dan ketersediaan

Rencananya, Valve bakal menjual Steam Deck mulai Desember 2021. Di Amerika Serikat, Valve mematok harga $399 untuk varian 64 GB, $529 untuk varian 256 GB, dan $649 untuk varian 512 GB.

Banderol $399 tentu terdengar sangat menarik karena hanya terpaut $50 dari Nintendo Switch OLED yang diluncurkan baru-baru ini. Berdasarkan pernyataan Gabe Newell sendiri selaku bos Valve, Valve sepertinya memang tidak mengambil untung terlalu banyak (atau malah merugi?) dengan menetapkan harga yang sangat agresif untuk Steam Deck. Kemungkinan yang mereka kejar adalah keuntungan dari penjualan game di Steam, kurang lebih sama seperti strategi yang Microsoft terapkan untuk Xbox.

Kepada IGN, perwakilan Valve menjelaskan bahwa seandainya Steam Deck terbukti berhasil menuai respon positif dan laris terjual, mereka pun siap untuk meluncurkan iterasi-iterasi berikutnya. Tidak menutup kemungkinan juga bakal ada produsen hardware lain yang meluncurkan perangkat handheld serupa, terutama mengingat SteamOS memang dapat digunakan secara cuma-cuma.

Hal ini semakin memperkuat asumsi bahwa Valve memang tidak mencari untung dari penjualan hardware Steam Deck itu sendiri. Semakin banyak perangkat serupa yang tersedia di pasaran, berarti semakin banyak pula konsumen yang terekspos oleh dagangan Steam, dan pada akhirnya yang diuntungkan juga Valve sendiri.

Sumber: IGN.

Valve Umumkan Update Steam Controller, Juga Perlihatkan Proses Perakitannya

Dalam pembuatannya, Steam Controller telah melewati bebeberapa kali revisi. Ia merupakan komponen inti di proyek Steam Machines, dan Valve tidak mau mengambil jalan pintas. Sang developer berambisi supaya gamepad dapat menangani seluruh jenis permainan. Dan di bulan November kemarin, Valve resmi meluncurkan Steam Controller beserta batch pertama ‘Mesin Uap’ mereka.

Meskipun premisnya terdengar menjanjikan, Steam Machines beserta platform SteamOS ternyata belum mencapai harapan banyak orang. Performa permainan masih berada di bawah Windows 10. Namun bagi Valve, momen pelepasan itu hanyalah permulaan. Mereka tidak berhenti berusaha meningkatkan pengalaman pengguna, dan salah satu update pertama ditujukan pada Steam Controller.

Memang tersedia banyak sekali pilihan gamepad, tapi gamer PC lebih memilih pasangan keyboard dan mouse karena mereka hampir tidak tergantikan dalam hal presisi dan kecepatan. Dengan mendengarkan masukan dari user, Valve menyempurnakan sistem emulasi gerakan kamera di mode Mouse-Like Joystick, sehingga sekarang ia betul-betul terasa seperti menggunakan mouse di game first-person maupun third-person.

Steam Controller Update 02

Para gamer juga menemukan bahwa sistem gyroscope plus trackpad ternyata sangat esensial dalam aspek keakuratan. Berkatnya, periferal bisa lebih diandalkan untuk menemani kita menikmati judul-judul kompetitif: trackpad buat mengarahkan karakter secara garis besar, kemudian gyro berfungsi mengendalikan gerakan kecil yang spesifik. Kata hanya perlu mengangkat atau memiringkan Steam Controller saja.

Lalu solusi Valve supaya gamepad lebih bersahabat bagi permainan-permainan RTS dan RPG yang umumnya dipenuhi UI kompleks ialah menambahkan Mouse Regions. Ia menyajikan metode untuk mengonfigurasi trackpad ke satu wilayah di layar. Contohnya di Dota 2, dengan menekan tombol grip, Anda bisa mengakses minimap lewat trackpad – sehingga kita tidak kesulitan menavigasi peta permainan.

Steam Controller Update 03

Sejumlah permainan juga memiliki hotkey yang jarang digunakan. Valve tidak menghilangkan fungsinya, menempatkan mereka di Touch Menu: sebuah user interface customizable berisi 16 tombol. Setting tersebut juga bisa disimpan dan dibawa, memungkinkan kita menggunakan setup familier ketika bermain game di PC berbeda.

Penggunaan Steam Controller tentu memerlukan adaptasi, maka dari itu Valve turut melengkapinya dengan HUD untuk memberi tahu arah gerakan kita.

Di pengumuman update tersebut, Valve juga menampilkan video proses pembutan Steam Controller. Simak di bawah.

Sumber: Steam.

Steam Machine Maingear Drift Sanggup Bawa Anda Ber-Gaming di 4K

Sesuai agenda, terhitung mulai tanggal 10 November kemarin, Valve resmi meluncurkan gelombang pertama Steam Machines sebagai upaya menyerbu ruang keluarga. Di periode awal ini, Valve mengandalkan brand Alienware, Zotac dan Cyberpower. Nama-nama tersebut memang merefleksikan reputasi, tapi boleh jadi mereka bukanlah pilihan tepat buat Anda.

Maingear hanyalah satu dari belasan produsen yang dikonfirmasi turut berpartisipasi dalam proyek ambisius tersebut. Demi menggarap Steam Machines, produsen umumnya mencoba menyeimbangkan desain minimalis ala home console dengan susunan hardware optimal. Tentu keterbatasan ruang berdampak pada performa. Namun melalui Drift, Maingear percaya diri karyanya ini tak cuma handal, namun mampu menyuguhkan gaming di resolusi 4K.

Maingear Drift 02

Maingear Drift menjanjikan level kinerja PC desktop, dibungkus dalam tubuh minmalis berdimensi hanya 10,7x35x37,6-sentimeter dan berat 4,6-kilogram. Wujudnya mirip komputer small form factor, dipadu desain unibody industrial. Anda bisa menaruhnya secara berdiri atau berbaring, dan tidak sulit buat menemukan port-port konektivitas fisik. Maingear sangat peduli akan penampilan, menawarkan warna custom dengan cat berstandard produk otomotif.

Mengulik hardware lebih detail, Drift memberikan dua opsi chipset dan dua kartu grafis high-end. Tersedia prosesor Intel berbasis arsitektur Haswell i7 5960X atau Intel Core Skylake i7 6700K. Di segmen olah grafis, Maingear tidak condong ke satu kubu saja. Anda tinggal menentukan pilihan antara Nvidia, kompatibel hingga GeForce Titan X; atau AMD, mendukung Radeon R9 390X.

Maingear Drift 03

Layaknya PC sejati, komponen lain bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Anda dapat mengonfigurasi RAM di 8GB atau 16GB, dan Drift mampu menampung dua drive 2,5-inci dan sebuah drive 3,5-inci. Terdapat pula ruang optical drive, 6x Blu-ray Burner atau 8x Super Multi Combo. Kemudian PSU Silverstone SX500-LG bertugas memasok listrik, dibantu Maingear Epic 120 Supercooler demi menjaga temperatur tetap sejuk.

Komposisi perangkat keras di atas memastikan Drift fleksibel untuk segala macam kegunaan, ditambah lagi sisi software serta periferal. Karena masuk dalam keluarga besar Steam Machines, Maingear Drift ditopang ekosistem Steam, meliputi SteamOS, Family Sharing (termasuk fitur parental control), Steam Controller, serta akses ke 6.000 lebih judul permainan. Masih ragu dengan platform ini? Silakan manfaatkan Windows 7 atau Windows 10.

Maingear Drift 04

Tidak salah jika kita menyebut Drift sebagai Steam Machines paling luwes dan adaptif. Tapi keunggulan tersebut menuntut harga cukup tinggi. Produk ini sudah dipasarkan, versi Skylake dijajakan seharga mulai dari US$ 1.100, lalu varian Superstock X99 dibanderol US$ 1.250. Kedua model dibundel bersama Steam Controller.

Sumber: Maingear.com.

Ini Dia Info Harga dan Waktu Rilis Smach Zero alias ‘SteamBoy’

Ketika perangkat hybrid PC dan console handheld SteamBoy dikonfirmasi berubah nama jadi Smach Zero pada bulan Juni kemarin, tersingkap pula-lah detail lebih lanjut dan informasi terkait spesifikasi hardware. Tapi masih ada pertanyaan belum terjawab: apakah Smach Zero jadi diluncurkan tahun ini, dan kira-kira berapa harga yang ditawarkan untuk satu unitnya? Continue reading Ini Dia Info Harga dan Waktu Rilis Smach Zero alias ‘SteamBoy’

Kabarnya Sekuel Game Project CARS Sedang Digarap

Karena Sony belum memberikan waktu jelas ketersediaan Gran Turismo 7, cuma Forza Motorsport 6 yang berpotensi menyaingi Project CARS di tahun ini. CARS mendapatkan respon positif dari pers dan gamer, terjual satu juta kopi sampai awal bulan Juni 2015. Namun mengejutkannya, hal tersebut tidak menghentikan developer menyiapkan judul penerusnya. Continue reading Kabarnya Sekuel Game Project CARS Sedang Digarap

Ganti Nama Jadi SMACH Zero, Spesifikasi Hardware ‘SteamBoy’ Diungkap

Steam Machines dan SteamVR boleh dibilang merupakan proyek ambisius ekspansi layanan Steam ke ranah berbeda. Tapi ada satu hal yang tidak boleh dilupakan: di E3 2014, Valve turut mengumumkan SteamBoy – hybrid canggih antara PC dan console handheld. Apa kabarnya ia sekarang? Bukankah dari info terakhir, Valve berniat merilisnya di tahun ini? Continue reading Ganti Nama Jadi SMACH Zero, Spesifikasi Hardware ‘SteamBoy’ Diungkap

Steam Machines Valve Diprediksi Akan Gagal?

Munculnya 15 model Steam Machines seusai GDC 2015 menandakan bahwa tak kurang dari 15 produsen hardware raksasa melihat kesempatan serta potensi besar dalam konsep perangkat hiburan all-in-one di ruang keluarga tersebut. Tapi jika dilihat lebih jauh, ternyata rasa skepstis mengenai kesuksesan Steam Machines di waktu ke depan belum mampu disingkirkan. Continue reading Steam Machines Valve Diprediksi Akan Gagal?

15 Steam Machines Valve Siap Menginvasi Ruang Keluarga Anda

Game Developers Conference minggu lalu adalah momentum penting buat Valve. Alasannya, mereka mengorbankan Steam Developer Days untuk fokus ke ajang tersebut. Valve memang tak mau mengecewakan kita. Setelah penyingkapan Steam Link dan Source 2, kali ini Valve membeberkan rincian terpadu tentang Steam Machine, lengkap dengan harga dan spesifikasi. Continue reading 15 Steam Machines Valve Siap Menginvasi Ruang Keluarga Anda

Desain Final Steam Controller Menampakkan Diri di GDC 2015

Semenjak pengumuman Valve di bulan September 2013, tak ada software maupun hardware buatan mereka yang berevolusi secepat Steam Controller. Bagi Valve, ia tak sekedar seonggok periferal input, tapi juga berperan sebagai identitas dari proyek Steam Machines. Sesudah bocoran ilustrasi mock-up, akhirnya diperlihatkanlah wujud final Steam Controller. Continue reading Desain Final Steam Controller Menampakkan Diri di GDC 2015