Tag Archives: stem toy

Osmo Little Genius Starter Kit Ubah iPad Menjadi Alat Bantu Tangible Learning buat Anak Balita

Masih ingat dengan Osmo, startup yang memanfaatkan kecanggihan teknologi computer vision untuk menciptakan permainan-permainan edukatif menarik macam Osmo Pizza Co. maupun Osmo MindRacers? Selama ini permainan bikinan mereka banyak ditujukan untuk anak-anak berusia 5 – 12 tahun, namun sekarang Osmo juga punya penawaran buat anak-anak di bawah 5 tahun.

Namanya Osmo Little Genius Starter Kit, dan permainan ini masih mengandalkan komponen terpenting dalam portofolio produk Osmo, yakni sebuah cermin kecil yang dapat dipasangkan ke bagian atas iPad supaya kameranya bisa melihat apa saja yang ada di hadapannya. Yang berbeda, jenis kontennya dimaksudkan untuk membantu perkembangan kognitif sekaligus motorik anak usia 3 – 5 tahun.

Aspek edukasinya mencakup pembelajaran mengenai alfabet, kosa kata, pemahaman emosi, pemecahan masalah maupun pengasahan kreativitas. Dalam mengajarkan alfabet dan kosa kata misalnya, anak-anak diajak untuk menyusun balok-balok kecil warna-warni menjadi huruf atau objek tertentu, menyesuaikan dengan apa yang sedang ditampilkan di layar.

Osmo Little Genius Starter Kit

Di saat yang sama, aktivitas menyusun objek ini tentu dapat berkontribusi dalam mengasah kreativitas anak, sekaligus mematangkan kemampuan motorik halusnya. Di dunia pendidikan, metode pembelajaran seperti ini dikenal dengan istilah tangible learning, dan ini banyak didasari oleh teori-teori para cendekiawan, macam Friedrich Froebel maupun Maria Montessori.

Selain susun-menyusun balok, anak-anak juga diajak untuk bereksperimen seputar busana. Mereka dapat mengombinasikan beragam jenis pakaian, lalu melihat reaksi karakternya pada layar. Di saat yang sama, aktivitas ini juga bakal mengajak anak-anak belajar memecahkan masalah; memilih kostum yang tepat supaya karakternya dapat menghadapi tantangan yang diberikan.

Rencananya, Osmo Little Genius Starter Kit bakal segera dipasarkan seharga $79. Paket penjualannya sudah mencakup aksesori iPad yang dibutuhkan, yakni sebuah penyangga dan cermin kecil itu tadi.

Sumber: Business Wire.

Bukan Sebatas Mobil R/C, Sphero RVR Adalah Robot yang Dapat Dikustomisasi Sepenuhnya

Desember lalu, Sphero mengumumkan bahwa mereka sudah berhenti memproduksi robot-robot mainannya hasil kemitraannya bersama Disney. Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya Sphero untuk memaksimalkan sumber dayanya di ranah STEM, di samping merilis robot baru bernama Bolt.

Belum ada setahun berselang pasca peluncuran Bolt, Sphero sudah siap dengan robot edukatif lain. Namanya RVR, diambil dari kata rover yang menggambarkan wujud beserta fungsinya. RVR bukan sebatas mobil R/C biasa yang bisa dikendalikan via smartphone, ia benar-benar merupakan sebuah robot yang dapat dikustomisasi sepenuhnya.

Sphero RVR

Di balik sasis semi-transparannya, bernaung sederet sensor: sensor warna, sensor cahaya, infra-merah, magnetometer, accelerometer, gyroscope, dan sensor inersia 9-poros yang memungkinkannya untuk saling bertukar sinyal sekaligus berinteraksi dengan robot Sphero lain.

Sensor-sensor tersebut turut didampingi 10 buah LED yang bisa dikustomisasi secara individu, magnetic encoder beresolusi tinggi, serta gear super-presisi dengan peredam suara dan getaran. Secara keseluruhan, RVR sangatlah kompleks terlepas dari kulit luarnya yang kelihatan simpel.

Sphero RVR

RVR juga mengemas karakter sebuah rover yang kental. Berkat gardan berlapis bajanya, permukaan terjal maupun jalan menanjak pun siap ia lewati. Sphero bahkan telah melengkapinya dengan roll cage untuk melindungi komponen-komponen sensitif di dalam RVR, semisal baterainya yang dapat dilepas-pasang, serta di-charge via USB-C.

RVR turut dibekali expansion port universal yang kompatibel dengan beragam development board populer, macam Raspberry Pi, Arduino dan Micro:Bit, sehingga para geek dapat memaksimalkan potensinya dengan leluasa. Juga tidak ketinggalan adalah kompatibilitas dengan platform Sphero Edu, dan Sphero pun sudah menyiapkan kurikulum pembelajaran khusus untuk RVR.

Sphero RVR

Satu hal yang tidak biasa bagi Sphero adalah pemasaran RVR. Di sini Sphero memilih memanfaatkan platform crowdfunding Kickstarter sebagai mediumnya, dengan maksud agar lebih mudah menerima masukan dari para backer yang kebagian jatah lebih dulu. Harga termurah yang bisa ditebus adalah $199, lebih murah $50 dari estimasi harga ritelnya.

Sumber: VentureBeat.

Kano Computer Kit Touch Ajak Anak-Anak Belajar Merakit Komputer Sekaligus Coding

Maraknya tren STEM toy (Science, Technology, Engineering, Math) memicu kemunculan berbagai jenis permainan edukatif dari sejumlah startup. Jenis permainan seperti ini umumnya dirancang untuk merangsang ketertarikan anak-anak, membuka pintu gerbang pembelajaran yang berkaitan dengan ilmu komputer bagi mereka.

Salah satu permainan STEM baru yang cukup menarik datang dari Kano, startup yang sudah cukup lama menggeluti bidang ini, dan yang sempat memperoleh pendanaan dari pemodal ventura (VC) grup Sesame Street. Produk terbaru mereka adalah Computer Kit Touch, set komputer DIY (do-it-yourself) yang ditujukan untuk anak-anak berusia 6 tahun ke atas.

Kano Computer Kit Touch

Computer Kit Touch sejatinya merupakan penyempurnaan dari Computer Kit Complete yang dirilis tahun lalu. Embel-embel “Touch” menandakan bahwa ia datang bersama sebuah layar sentuh, dan karena konsepnya DIY, komputernya harus dirakit terlebih dulu sebelum bisa digunakan.

Dipandu oleh buku manual yang penuh gambar, anak-anak bisa mulai merakit komponen-komponennya, yang mencakup sebuah komputer papan tunggal Raspberry Pi. Kabel warna-warni diperlukan untuk menghubungkan satu komponen dengan yang lain, dan warnanya sengaja disamakan dengan tiap-tiap komponen; contohnya, kabel biru adalah untuk menyambungkan modul speaker yang juga berwarna sama.

Kano Computer Kit Touch

Yang tidak perlu dirakit hanyalah layar sentuh dan keyboard beserta touchpad-nya. Begitu jeroannya selesai dirakit, anak-anak tinggal menambatkan layar beserta rangka plastik transparannya ke atasnya, dan komputer pun siap digunakan. Layarnya sendiri memiliki bentang diagonal 10,1 inci dengan resolusi HD.

Usai komputer dinyalakan, anak-anak akan langsung disambut oleh sistem operasi Kano OS. Sejumlah aplikasi seperti YouTube, Google Maps atau Wikipedia bisa mereka akses, tapi bukan itu yang dicari dari permainan ini. Yang dicari adalah sederet tantangan coding yang memadukan bahasa pemrograman berbasis teks sekaligus blok.

Kano Computer Kit Touch

Anak-anak akan diajari cara membuat game sederhana macam Pong atau Snake – game jadul yang kita kenal lewat ponsel-ponsel Nokia lawas – serta cara menciptakan mod untuk Minecraft. Eksperimen dengan seni juga dapat mereka lakukan lewat program seperti Chrome Music Lab, dan masih banyak lagi tantangan interaktif lainnya.

Singkat cerita, Kano Computer Kit Touch menawarkan pengalaman bermain dan belajar dasar-dasar ilmu komputer yang cukup menyeluruh, mulai dari proses perakitan hardware sampai ke proses pembuatan software-nya (coding). Di Amerika Serikat, perangkat ini sudah dipasarkan seharga $280.

Sumber: VentureBeat dan Kano.

Robot Sphero Bolt Dirancang untuk Memberikan Pengalaman Belajar dan Bermain yang Amat Bervariasi

Produsen robot mainan Sphero kembali membuktikan bahwa fokus utama mereka adalah menciptakan produk yang mendidik, bukan sebatas untuk keren-kerenan saja seperti miniatur BB–8 maupun Spider-Man. Usai meluncurkan Sphero Mini tahun lalu, tahun ini mereka memperkenalkan Sphero Bolt yang bahkan mengemas filosofi STEM (science, technology, engineering, math) yang lebih mendalam lagi.

Bolt masih berwujud bola, sama seperti Sphero orisinil. Perbedaan yang langsung kelihatan adalah sebuah LED matrix dengan layout 8 x 8 yang dapat diprogram untuk beragam kebutuhan, mulai dari sesederhana menampilkan emoticon senyum, sampai menampilkan data secara real-time.

Sphero Bolt

Komponen baru lain yang diusung Bolt adalah empat buah sensor infra-merah, yang memungkinkannya untuk berinteraksi dengan unit Bolt lain. Sphero bilang bahwa hingga lima unit Bolt sekaligus dapat berbicara satu sama lain dalam radius lima meter, dan ini merupakan pertama kalinya ada robot Sphero yang dapat saling berkomunikasi.

Sensor ambient light turut disematkan agar Bolt bisa diprogram berdasarkan kondisi pencahayaan di sekitarnya. Semua tahap coding ini berlangsung melalui aplikasi Sphero Edu yang memadukan bahasa pemrograman JavaScript dengan Scratch Blocks yang lebih visual.

Sphero Bolt

Ekosistem Apple turut didukung melalui kompatibilitas dengan Swift Playgrounds, dan kalau memang sudah bosan coding, Bolt tetap bisa dipakai untuk sekadar bersenang-senang dengan bantuan aplikasi Sphero Play. Juga telah disempurnakan adalah baterainya, yang kini bisa tahan sampai sekitar dua jam pemakaian.

Saat ini Sphero Bolt sudah dipasarkan dengan harga $150. Ia memang tidak seekonomis Sphero Mini (yang memang dirancang untuk menjangkau lebih banyak kalangan konsumen), akan tetapi kapabilitasnya memang jauh lebih banyak berkat kehadiran sederet sensor barunya.

Sumber: TechCrunch dan The Verge.

Lewat Coding Express, Lego Ingin Ajarkan Konsep Dasar Coding ke Anak-Anak Sedini Mungkin

Sedini apa anak-anak bisa diajari coding? Untuk anak yang masih duduk di bangku preschool misalnya, rasanya terlalu berat kalau mereka dituntut untuk memahami barisan kode. Yang lebih masuk akal adalah mengajari mereka konsepnya terlebih dulu, mulai dari konsep urutan, pengulangan sampai sebab-akibat.

Anggapan ini diamini oleh Lego. Melalui divisi pendidikannya, mereka memperkenalkan Lego Coding Express, set permainan STEM (Science, Technology, Engineering, Math) yang dirancang untuk mengajarkan dasar-dasar pemrograman kepada anak-anak sedini mungkin. Biji Lego yang digunakan pun berasal dari seri Duplo yang lebih besar ukurannya dari Lego standar.

Coding Express dapat dimainkan tanpa bantuan komputer ataupun tablet, melainkan lewat sesi hands-on secara fisik. Usai dirakit, keretanya bisa berjalan di atas rel berkat sebuah motor kecilnya, dan dari situ anak-anak diminta untuk menentukan gerak-gerik sang kereta menggunakan biji oval warna-warni khusus yang dapat diselipkan ke tengah-tengah rel.

Lego Coding Express

Setiap warna mewakili aksi kereta yang berbeda: merah untuk berhenti, biru untuk membunyikan klakson, dan lain seterusnya. Total ada lima warna yang tersedia, dan sang kereta dapat mengenalinya menggunakan kamera yang tersemat pada bagian bawah motor kecilnya itu tadi. Anak-anak pun dituntut untuk memikirkan pergerakan kereta sebelum keretanya bergerak, dan ini kurang lebih sama saja seperti membuat program sederhana.

Satu hal yang disayangkan, Coding Express rupanya hanya akan ditawarkan ke sekolah-sekolah melalui portal Lego Education. Itulah mengapa paket penjualannya yang dihargai $200 turut mencakup sejumlah lesson plan yang bisa dimanfaatkan tenaga pengajar. Pemasarannya sendiri akan dimulai pada bulan Oktober untuk wilayah AS dan Tiongkok, lalu menyusul di musim semi untuk pasar global.

Sumber: Engadget dan Business Wire.

LittleBits Avengers Hero Inventor Kit Ajak Anak-Anak Belajar Sekaligus Bermain Menjadi Superhero

LittleBits, produsen permainan STEM (Science, Technology, Engineering, Math) asal New York yang sempat mencuat namanya beberapa waktu lalu lewat produk bernama Droid Inventor Kit, kini kembali mencuri perhatian seiring peluncuran film Avengers: Infinity War versi digital dan Blu-ray. Mereka baru saja memperkenalkan STEM toy istimewa bernama Avengers Hero Inventor Kit.

Kalau di Droid Inventor Kit anak-anak diajak untuk merakit dan memprogram robot R2-D2, di sini mereka diajak untuk menjadi ‘superhero’ penuh trik canggih ala Iron Man maupun Shuri. Caranya adalah dengan merakit dan memprogram superhero gauntlet (sarung tangan) miliknya masing-masing.

LittleBits Avengers Hero Inventor Kit

Seperti yang bisa kita lihat, sarung tangannya banyak terinspirasi Iron Man saat selesai dirakit. Namun kalau Anda perhatikan di bagian lengannya yang transparan, Anda bisa melihat komponen-komponen kecil berwarna-warni. Itulah yang disebut Bits, semacam modul atau papan sirkuit yang masing-masing memiliki fungsi berbeda dan dapat menyambung secara magnetik.

Total ada sembilan Bits yang didapat dalam Avengers Hero Inventor Kit ini, dan tiga di antaranya baru kali ini dipakai oleh LittleBits: accelerometer, LED matrix, dan Bit untuk sound effect. Seperti yang saya bilang, masing-masing punya fungsi tersendiri, akan tetapi anak-anak tak perlu khawatir sebab mereka bisa mempelajari semuanya lewat aplikasi ponsel yang LittleBits sediakan.

LittleBits Avengers Hero Inventor Kit

Elemen belajar ini dibuat semenarik mungkin oleh LittleBits, dan mereka telah membagi kontennya secara tematik berdasarkan tiap-tiap superhero dari film Avengers. Di segmen pembuka misalnya, ada Iron Man yang menjelaskan konsep dasar Bits, serta membantu anak-anak memahami tentang koneksi Bluetooth Low Energy (BLE).

Selanjutnya, giliran Ant Man & The Wasp yang menjelaskan soal accelerometer dan LED matrix, serta mengajari anak-anak cara menggunakan gesture untuk mengontrolnya. Untuk Bit sound effect, giliran Hulk yang ditugaskan menjadi mentor, sebab mungkin ia memang anggota Avengers yang paling berisik. Secara total ada 18 aktivitas yang bisa diselesaikan pada aplikasinya.

Sesi coding-nya sendiri juga dilakukan di aplikasi lewat block interface yang mudah sekali dioperasikan dengan fungsi drag-and-drop. Di sini anak-anak juga akan belajar mengeksekusi fungsi-fungsi programming yang lebih kompleks.

LittleBits Avengers Hero Inventor Kit

Semua Bits-nya menerima suplai daya dari baterai 9 volt, yang diestimasikan bisa bertahan sampai sekitar 16 jam. Komponen non-elektroniknya terbagi menjadi 7 bagian, dan bebas dihias usai dirakit guna menciptakan kesan yang lebih unik, atau dengan kata lain, mewakili identitas superhero masing-masing anak yang bermain.

LittleBits Avengers Hero Inventor Kit ditujukan untuk anak-anak berusia 8 tahun ke atas, namun saya kira konsumen dewasa pun pasti juga banyak yang tertarik. Harganya memang cukup mahal, $150, tapi toh masih banyak action figure yang dihargai jauh lebih mahal, padahal elemen belajar yang disajikan termasuk minim atau nyaris tidak ada.

Sumber: VentureBeat dan LittleBits.