Tag Archives: Stéphane Becquart

Jajaran tim Jagofon / Jagofon

Jagofon Raih Pendanaan Tambahan 3,3 Miliar Rupiah

Setelah mengumumkan perolehan pendanaan awal sebesar $150 ribu (2,3 miliar Rupiah) pada Maret lalu, platform marketplace ponsel bekas Jagofon kembali memperoleh pendanaan tambahan senilai USD$223 ribu atau lebih dari Rp3,3 miliar.

Founder & CEO Jagofon Stéphane Becquart menuliskan di unggahan LinkedIn-nya bahwa pendanaan ini berasal dari investor baru dan yang terdahulu. Tidak dijelaskan secara rinci siapa saja investor baru yang terlibat dalam pendanaan terbaru ini.

“Pendanaan ini akan digunakan untuk mengembangkan inisiatif pertumbuhan bbaru dan memperluas kemitraan strategis, serta memperkuat tim operasional Jagofon saat ini,” ungkap Stéphane kepada tim DailySocial.id.

Pendanaan terakhir mereka diperoleh dari Orbit Startups dan program pengembangan startup tahap awal dari pemodal ventura AS, SOSV.

Jagofon sendiri diklaim sebagai platform marketplace pertama di Indonesia yang berfokus pada smartphone bekas. Perusahaan memiliki misi untuk membangun kembali kepercayaan di pasar smartphone bekas (preloved), menyediakan ponsel berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau.

Dalam wawancara bersama DailySocial.id tahun lalu, Stéphane juga mengungkapkan akan terus menambah kategori produk di luar smartphone, seperti tablet, PC, smartwatch, dan aksesorisnya. “Kami juga akan mempercepat SEO dan mendorong keberadaan Jagofon di berbagai channel, termasuk di media sosial, sembari enhance platform kami dengan berbagai fitur baru dan kapabilitas,” tegasnya.

Marketplace ponsel bekas di Indonesia

Pada tahun 2022 lalu, Ken Research mengeluarkan laporan terkait pasar smartphone bekas di Indonesia yang disebut bertumbuh pada CAGR 8% dalam periode 2016-2021. Hal ini didorong oleh meningkatnya harga smartphone baru dan pola pembelian konsumen.

Dalam laporan ini juga disebutkan bahwa pasar smartphone Indonesia terbilang masih sangat terfragmentasi dengan banyaknya pemain offline. Namun, selama pandemi COVID terdapat penurunan angka penjualan karena masyarakat enggan keluar rumah dan semua toko offline tutup. Selama periode itu, banyak orang yang melakukan pembelian smartphone bekas melalui platform online.

Platform online ini mengadopsi model penyimpanan inventaris atau model berbasis konsinyasi. Para pemain bersaing satu sama lain berdasarkan model bisnis, layanan bernilai tambah, dan nilai merek. Sementara itu, pemain offline semakin memperkuat kehadiran di media sosial, terutama di Facebook dan Instagram.

Pasca COVID, peningkatan jumlah transaksi melalui platform online telah terlihat. Kemudahan mendapatkan smartphone bekas di depan pintu dari penjual bersertifikat dan marketplace terpercaya, telah menghasilkan peningkatan pangsa platform online dalam ukuran pasar industri smartphone bekas di Indonesia.

Menurut laporan Ken Research, pasar smarphone bekas Indonesia diperkirakan akan tumbuh pada CAGR 9% antara tahun 2022-2026. Pasar online (daring) mendominasi pasar ini dengan pangsa pasar yang besar. Perusahaan yang memiliki kehadiran offline yang kuat, melakukan pemasaran mereka melalui platform media sosial atau situs web mereka sendiri.

Selain Jagofon, beberapa pemain e-commerce seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, dan Bukalapak juga memfasilitasi penjualan ponsel bekas di platform mereka. Untuk pemain luring (offline). seperti erafone, Point 2000, dan Sentra Ponsel juga sudah memiliki pasar sendiri, dan semakin memperkuat kehadiran di ranah online.

Pendanaan Jagofon

Jagofon Konfirmasi Perolehan Pendanaan dari Orbit Startups

Platform marketplace ponsel bekas Jagofon dilaporkan menerima pendanaan awal sebesar $150 ribu atau sekitar 2,3 miliar Rupiah dari Orbit Startups, program pengembangan startup tahap awal dari pemodal ventura AS, SOSV.

Dikabarkan pertama kali dalam rangkuman SEA Digest di laman DealStreetAsia beberapa waktu lalu, Jagofon tertulis menerima initial funding diikuti dengan program insentif untuk mendukung pertumbuhan dan penggalangan dana di luar kegiatan demo day.

Founder & CEO Jagofon Stéphane Becquart mengonfirmasi laporan ini, dan mengungkap bahwa perolehan pendanaan tersebut untuk mendorong pertumbuban bisnis dan memperkuat tim Jagofon, baik di sourcing dan operasional.

“Kami akan terus menambah produk kategori produk di luar smartphone, seperti tablet, PC, smartwatch, dan aksesoris produk terkait. Kami juga akan mempercepat SEO dan mendorong keberadaan Jagofon di berbagai channel, termasuk di media sosial, sembari enhance platform kami dengan berbagai fitur baru dan kapabilitas,” paparnya dihubungi oleh DailySocial.id.

Tahun lalu, Jagofon tercatat telah mengumpulkan pendanaan awal sebesar $549 ribu atau setara Rp8 miliar. Pendanaan ini dikucurkan oleh sejumlah investor individu di antaranya Antoine de Carbonnel (CMO Gojek), Gregoire Dumoulin (CEO Bak2 Group), dan Pascal Viguie. Sebelumnya, Jagofon telah memperoleh pendanaan pra-awal senilai $254 ribu.

Tingginya permintaan smartphone bekas di Indonesia mendorong Becquart untuk meluncurkan Jagofon pada 2020 lalu. Dalam pengembangannya, Jagofon mengaplikasikan teknologi machine learning dan AI untuk menghasilkan rekomendasi berbasis data dan prediksi penjualan ponsel bekas kepada para mitra.

Pasar ponsel bekas

Lembaga riset International Data Corporation (IDC) melaporkan penjualan ponsel bekas dan rekondisi global mencapai 282 juta unit di 2022 atau naik 11,5 persen dari tahun sebelumnya dengan total penjualan perangkat 253,4 juta unit.

Menurut Manajer riset IDC Anthony Scarsella, situasi ekonomi global mendorong mayoritas konsumen untuk menghemat pengeluaran. Ini membuat ponsel rekondisi masih diminati karena harganya lebih terjangkau. “Perangkat bekas lebih kuat menghadapi hambatan pasar dibanding ponsel baru karena di banyak wilayah selera konsumen tetap tinggi,” ujarnya dikutip dari Kompas.com.

Sebagai tambahan, baru-baru ini Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) merilis survei penetrasi terbaru. Survei ini dilakukan pada periode 10 Januari-27 Januari 2023 yang mencakup 38 provinsi dengan total responden sebanyak 8.510 responden.

Disebutkan, penetrasi internet Indonesia kini menembus 78,19% di 2023 atau sebesar 215,6 juta dari total 275,7 juta jiwa. Survei juga menemukan tingkat penetrasi urban sebesar 77,36 persen dari jumlah populasi di daerah urban. Sementara, penetrasi internet di daerah rural mencapai 79,79 persen dari total jumlah penduduk di daerah rural.

“Peningkatan penetrasi sebesar 1,17% ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap penggunaan internet, khususnya semenjak pandemi Covid-19 di 2020,” tutut Ketua Umum APJII Muhammad Arif, Rabu (8/3) lalu.

Sejumlah Rencana Strategis Jagofon Setelah Kumpulkan Investasi Lanjutan dari Angel Investor

Jagofon, platform marketplace gadget bekas (preloved) berhasil mengumpulkan pendanaan awal senilai $549 ribu atau setara 8 miliar Rupiah. Putaran investasi ini diikuti sejumlah investor individu, meliputi Antoine de Carbonnel (CMO Gojek), Gregoire Dumoulin (CEO Bak2 Group), dan Pascal Viguie. Sebelumnya perusahaan telah mengantongi pendanaan pre-seed senilai $254 ribu dari investor individu lainnya.

Tahun 2022 ini Jagofon tengah menjajaki putaran pendanaan selanjutnya ke pemodal ventura. Ditargetkan hingga akhir tahun ini bisa mengumpulkan dana hingga $2 juta.

“Dengan dana segar tersebut, kami ingin melakukan ekspansi di kota-kota lainnya di Indonesia. Meskipun saat ini Jakarta masih menjadi fokus utama dan mulai merambah ke Bandung, namun target kami adalah bisa menjangkau di seluruh Indonesia,” kata Founder & CEO Jagofon Stéphane Becquart kepada DailySocial.id.

Meluncur pada masa awal pandemi 2020 lalu, Jagofon sempat mengalami hambatan pertumbuhan, akibat sulitnya untuk menemukan distributor dan mitra terkait lainnya. Namun demikian kondisinya sudah membaik, sejumlah rencana pun telah disiapkan untuk mengakelerasi pertumbuhan bisnis.

“Dalam hal teknologi kami juga ingin mengaplikasikan machine learning dan artificial intelligence. Harapannya dengan memanfaatkan data yang kami kumpulkan, bisa memberikan rekomendasi yang tepat kepada pengguna dan prediksi penjualan gadget second hand dan preloved kepada para mitra,” kata Stéphane.

Kembangkan solusi logistik terintegrasi

Saat ini Jagofon mengklaim telah memiliki sekitar 45 mitra dan lebih dari 50 ribu pengguna. Untuk bisa memberikan layanan yang menyeluruh, mereka juga telah menempatkan tim customer support selama tujuh hari dalam seminggu. Selain melalui situs web yang dikembangkan, Jagofon juga hadir di beberapa platform marketplace ternama.

“Saat awal banyak pengguna kami yang melakukan pembelian produk Jagofon di official store kami di marketplace seperti Shopee hingga Tokopedia. Namun saat ini karena makin besarnya kepercayaan di antara mereka sekitar 95% trafik datang dari mobile web kami,” kata Stéphane.

Untuk memberikan layanan lebih baik lagi, Jagofon tengah melakukan integrasi dengan beberapa platform logistik di Indonesia.

“Kami bermitra dengan solusi logistik Indonesia, nantinya akan dilakukan proses agregator dengan beberapa perusahaan. Misalnya Gojek dan Grab untuk wilayah Jakarta dan JNE di luar kota. Semua akan terkoneksi dengan backend. Kami juga akan memberikan notifikasi kepada pengguna terkait dengan lokasi pengiriman barang,” kata Stéphane.

Di sisi pembayaran, Jagofon juga mulai menghadirkan pilihan paylater berkolaborasi dengan Kredivo, Akulaku, dan Cicil.co.id. Selain itu mereka juga memberikan pilihan pembayaran split payment, pembeli bisa menggabungkan pilihan pembayaran uang tunai, cicilan, dan lainnya.

“Sebagai platform kami memiliki proses quality control yang ketat. Semua produk yang sudah melalui proses tersebut kami berikan sertifikasi Jagofon. Dengan demikian bisa dipastikan kualitas dan jaminan semua smartphone hingga tablet yang kami hadirkan kepada pengguna,” kata Stéphane.

Ke depannya Jagofon juga ingin bertransformasi menjadi marketplace produk elektronik untuk konsumen. Bukan hanya menyediakan smartphone preloved, namun juga pilihan seperti PC, gaming console, dan perangkat lainnya.

“Untuk memberikan opsi lebih kepada pengguna, asuransi juga sudah menjadi bagian dari pipeline kami dalam waktu dekat,” tutup Stéphane.

Jajaran tim Jagofon / Jagofon

Jagofon Hadirkan Platform E-commerce Ponsel Bekas, Fasilitasi Pengujian Kualitas

Besarnya permintaan produk smartphone bekas di Indonesia, memberikan inspirasi kepada Stéphane Becquart untuk meluncurkan platform e-commerce Jagofon. Nilai unik dari layanan ini, setiap barang tangan kedua yang mereka suguhkan telah melalui uji kualitas dan orisinalitasnya — verifikasi tersebut diharapkan dapat memberikan keyakinan lebih kepada calon pembeli.

Prosesnya meliputi dua aspek utama, yakni pemeriksaan IMEI untuk memastikan barang tersebut legal. Dan yang kedua pemeriksaan fungsionalitas dari perangkat, termasuk kamera, mikrofon, baterai, sensor, layar dll. Harga jual akan disesuaikan dengan hasil penilaian akhir.

Mereka memiliki 4 jenis penilaian terhadap produk yang dijual, dari yang paling rendah ke paling tinggi, meliputi Fair, Good, Very Good, dan Mint. Status tersebut akan melekat ke produk dan berpengaruh pada persentase depresiasi atau penurunan dari harga awal.

“Indonesia adalah pasar yang ideal untuk smartphone bekas, yang hingga saat ini masih menjadi pasar yang besar, terfragmentasi, dan disfungsional. Setidaknya 20% ponsel diimpor, dicuri, atau dipalsukan secara ilegal, menurut sebuah studi oleh Kementerian Perindustrian & Qualcomm. Oleh karena itu, ada peluang besar untuk memberikan nilai yang lebih baik kepada konsumen Indonesia,” ujar Stéphane.

Melalui layanan iklan digital ala OLX atau Kaskus, sebenarnya proses jual-beli ponsel bekas sudah cukup ramai dipraktikkan di Indonesia. Namun sejauh ini faktor “kepercayaan” masih menjadi variabel utama dalam transaksi, alih-alih penilaian sistematis terhadap kondisi barang.

“Secara umum kebanyakan pasar tidak melakukan kontrol kualitas. Kami mencatat 40% smartphone di pasar pada umumnya tidak lulus pengujian dari kami, karena itu kurang baik kondisinya,” imbuh Stéphane.

Lebih lanjut ia mengatakan, “Secara khusus kami menerapkan strategi monetisasi berdasarkan komisi dari setiap transaksi. Kami juga menambahkan jaminan untuk perangkat di platform kami.”

Rencana penggalangan dana

Saat ini Jagofon memiliki sekitar 35 ribu pengguna aktif dan telah menjual 3 merek smartphone premium terpopuler di Indonesia, yakni Apple, Samsung dan Oppo. Ke depannya mereka secara bertahap akan menambah tipe dan merek barang yang dapat dijual dalam platform.

Meskipun hanya menjual dalam situs milik mereka sendiri, Jagofon juga saat ini tengah melakukan uji coba untuk mengintegrasikan dengan layanan onliine marketplace ternama di Indonesia, sebagai opsi kepada pelanggan untuk mengakses semua produk yang mereka jual.

“Sejak diluncurkan bulan Oktober 2020 lalu hingga saat ini kami masih fokus kepada wilayah Jabodetabek. Rencana ke depannya kami juga ingin memperluas area layanan,” kata Stéphane.

Jagofon telah mengantongi pendanaan pre-seed senilai $254.000 dari angel investor. Selanjutnya perusahaan juga memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana tambahan hingga $500.000 dalam waktu dekat. Rencananya dana segar tersebut akan digunakan Jagofon untuk memperluas area layanan. Startup ini juga sebelumnya merupakan peserta program akselerasi GK-Plug and Play di batch ke-8.

“Kami ingin bekerja sama dengan Plug & Play Corporate Partners di bidang pembiayaan (untuk menawarkan solusi angsuran yang lebih baik kepada pelanggan kami), pemasaran (promosi lintas-pemasaran misalnya), dan sourcing (bagi mereka yang memiliki akses ke inventaris barang bekas ),” kata Stéphane.