Tag Archives: steven suliawan

Ekrut memanfaatkan teknologi "data science system" agar proses rekrutmen menjadi semakin efektif dan efisien

Lima Tahun Ekrut, Pertajam Solusi “Headhunting” untuk Talenta Digital

Permintaan dan ketersediaan talenta digital memang masih terjadi kesenjangan di Indonesia. Mencari dan memasang iklan lowongan kerja di job portal masih dianggap kurang efektif dan efisien.

Metode headhunting menjadi pendekatan yang lebih baik bagi perusahaan, hanya saja proses ini masih dilakukan dengan cara manual yang membutuhkan tenaga manusia. Alhasil sulit mengukur dan membatasi potensi proses wawancara dan waktu yang dibutuhkan. Peluang tersebut digarap Ekrut yang memosisikan dirinya sebagai headhunter untuk talenta digital sejak 2016 dengan pemanfaatan teknologi.

Co-Founder dan CEO Ekrut Steven Suliawan mengatakan, pangsa pasar portal lowongan kerja saat ini banyak yang menjalankan bisnisnya dengan memiliki banyak spesialisasi, mulai dari chef untuk restoran, operator excavator untuk perusahaan tambang, hingga software engineer untuk startup. Ekrut mengambil posisi yang berbeda karena fokus pada talenta digital.

“Dengan fokus yang lebih mengerucut, kami dapat lebih detail dalam mengelolah data data, sehingga kami dapat memudahkan tech talent dalam menemukan pekerjaan dengan skill-set yang lebih sesuai untuk kandidat tersebut,” ujarnya kepada DailySocial.

Ekrut sendiri mulai beroperasi sejak akhir 2016 sebagai job portal untuk talenta digital dengan solusi headhunting. Solusi tersebut kembali dipertajam perusahaan sejak 2018 hingga sekarang dengan alasan karena tiga hal, yakni keahlian, pangsa pasar, dan teknologi.

Dari sisi keahlian, tim Ekrut didukung oleh pengalaman para founder yang bergerak di VC, headhunting, dan startup, sangat relevan untuk fokus di ekosistem startup teknologi. Berikutnya dari sisi pangsa pasar, pertumbuhan talenta digital dan permintaan dari perusahaan terhadap talenta tersebut kian meningkat, mengingat tumbuhnya perusahaan yang mulai menerapkan layanannya secara digital.

“Terakhir, dari sisi teknologi, dengan resource kami yang sangat limited, kami juga harus berhati-hati dalam memilih produk, agar teknologi kami bisa benar-benar di-utilize. Salah satunya adalah sistem data science kami dapat menghasilkan output lebih bagus (kasus kita akurat) apabila kita memasukkan input yang detail.”

Ekrut berinovasi mengembangkan teknologi data science system agar proses rekrutmen menjadi semakin efektif. Solusi tersebut makin dibutuhkan perusahaan karena dalam mendapatkan talenta digital dalam waktu singkat masih sulit untuk dicapai.

Untuk mendukung layanan headhunting-nya, disebutkan bahwa saat ini perusahaan telah merilis Talent Search Service. Produk tersebut memungkinkan sebuah perusahaan dapat langsung sourcing dan mengajak wawancara dengan talenta yang sudah disaring Ekrut. Langkah ini sekaligus menjadi nilai tambah yang membedakan Ekrut dengan kompetitor karena memiliki konsep instant sourcing dan pre-screened talent.

Selain itu, pihaknya juga memberikan konsultasi kepada kedua belah pihak, yakni perusahaan dan kandidat. Beda dengan pemain lainnya, yang kebanyakan hanya fokus pada perusahaan dan seringkali pihak kandidat terlewati atau tidak dibantu.

“Kami memastikan kandidat-kandidat kami aktif mencari kerja dan sudah melewati proses screening kami. Perusahaan pun dapat dengan mudah sourcing kandidat dan langsung mengajak interview dengan kandidat yang sudah Ekrut filter.”

Solusi Ekrut sudah dimanfaatkan beragam perusahaan. Beberapa di antaranya adalah LinkAja, Tokopedia, BCA Finance, Garena, Generali, RedDoorz, Bluebird, Gojek, dan OVO.

Menurut Steven, profesi yang paling banyak dicari perusahaan melalui Ekrut adalah Backend Engineer, Java Developer, Mobile Engineer, Product Manager, Software Engineer, Frontend Engineer, dan Android Developer.

“Kebanyakan lowongan pekerjaan yang tersedia di Ekrut adalah kategori PDEM (Product, Data, Engineer, Marketing). Banyak perusahaan mencari tech talents di bidang software engineering, product management, data science, serta digital marketing & communications.”

Di luar kategori PDEM, sambungnya, masih banyak lowongan pekerjaan non-tech yang masih relevan dan tetap dibutuhkan perusahaan teknologi. Misalnya, Business Operations, Finance Officer, Human Resources, Business Development, General Affairs, dan Account Executive.

Dengan bisnis B2B seperti ini, mampu membuat Ekrut tumbuh secara positif. Meski tidak dirinci lebih jauh oleh Steven, Ekrut kini sudah hampir mencapai titik profitabilitas.

“Relatif berbeda dengan tahun 2020, di tahun 2020 ini burn rate kita turun empat kali lipat. Sedangkan revenue kita tetap meningkat hingga tiga kali lipat dibandingkan tahun lalu.”

Kondisi tersebut membuat perusahaan tidak tergesa-gesa untuk melakukan penggalangan pendanaan baru. Ekrut terakhir kali mengumumkan pendanaan Pra-Seri A dengan nominal dirahasiakan dipimpin Venturra Capital pada April 2019. “Walaupun sementara ini Ekrut tidak aktif mencari funding, kami selalu ‘open’ untuk fundraising options.”

Dampak kehadiran startup unicorn

Menurutnya, dalam lima tahun Ekrut beroperasi, ekosistem startup sudah jauh lebih matang. Dulu perusahaan benar-benar harus “memohon” kepada para talenta digital agar mau bekerja di perusahaan mereka. Kondisi tersebut sudah berubah karena suplai sudah meningkat secara signifikan. Perusahaan pun mulai mencoba lebih fokus pada profitabilitas.

“Kami melihat keseimbangan yang lebih sehat antara supply dan demand. Sekarang menemukan engineer dengan pengalaman lima tahun sudah relatif lebih mudah daripada lima tahun lalu, di mana mayoritas engineer masih hanya memiliki pengalaman kerja 1-2 tahun.”

“Terima kasih juga dengan decacorn dan unicorn, lewat mereka kualitas tech talents kita juga meningkat,” sambung Steven.

Kebutuhan talenta digital kian meningkat semenjak pandemi karena banyak perusahaan yang dituntut untuk melakukan transformasi digital. Dalam data internal Ekrut, permintaan perusahaan pada talenta profesional tumbuh hingga puncaknya pada kuartal II 2021 sebesar 40,62%.

Lowongan pekerjaan yang paling banyak terjadi sepanjang paruh pertama tahun ini adalah finance and insurance. “Menurut saya, di masa pandemi sekarang ini semakin banyak startup yang lebih hati-hati dengan burn rate, permintaan software engineer masih terus tumbuh perlahan, walaupun tidak seagresif seperti di 2015.”

Supply untuk tech talent juga terus meningkat seiring dengan demand yang ada, hal ini membawa keseimbangan yang lebih sehat dalam supply dan demand,” tutupnya.

Di Indonesia, pemain job portal lainnya yang spesifik juga menyediakan pencarian talenta digital untuk pekerja kerah putih cukup beragam. Beberapa pemainnya adalah Kalibrr, UrbanHire, Glints, hingga LinkedIn.

Sembilan juta talenta digital di 2030

Seperti diketahui, kebutuhan talenta digital terus digenjot oleh pemerintah karena menjadi salah satu kunci transformasi digital. Pemerintah menargetkan jumlah talenta digital terampil dapat mencapai sembilan juta orang pada 2030 mendatang. Agar dapat mencapai angka tersebut, dibutuhkan kerja sama antara lembaga pemerintah dengan pihak swasta.

Di level pemerintah, Kemendikbud Ristek berkontribusi melalui Ditjen Dikti memperkenalkan kebijakan Kampus Merdeka, khusus untuk kegiatan kewirausahaan atau startup digital. Sementara dari swasta, Tokopedia misalnya, mengadakan program magang bersertifikat untuk bidang Software Engineeering, Marketing dan Business Development untuk mendukung Kampus Merdeka.

Berdasarkan The Global Startup Ecosystem 2020, Jakarta dinobatkan sebagai ekosistem perusahaan rintisan terbaik kedua pada Top 100 Emerging Ecosystem setelah Mumbai, India. Indikator yang digunakan dalam penilaian tersebut adalah performa startup, pendanaan, jangkauan pasar, dan talenta digital. Dari empat indikator, talenta digital memiliki nilai yang paling rendah.

Oleh karenanya, data ini menunjukkan kebutuhan talenta digital di Indonesia akan semakin meningkat ke depannya, maka ada urgensi kolaborasi antar pemerintah, platform digital maupun akademisi dalam mengembangkan talenta digital dan mencapai target 9 juta talenta digital terampil pada 2030.

The Performance of Job Listing Players Amid Pandemic

Pandemic “hit” all kinds of businesses. Millions of people in Indonesia have lost their jobs. This risk applied not only to blue-collar workers but also to the white-collars.

It is obvious from several global and local scale companies with massive efficiency in order to have a longer runway. All of the workers are quite affected and ended up exploring various job portals to survive.

Previously, DailySocial mentioned how blue-collar job portal players play a role in keeping the law of supply and demand in place. The conditions are not much different for the white-collar workers.

While many are looking for work, some companies freeze recruitment. The current condition is reflected on JobStreet Indonesia’s post, one of the biggest job vacancies site players in Indonesia, on their social media accounts uploaded on August 3rd. They wrote:

“Before the pandemic there could be 30k more vacancies. During the pandemic, there were only about 15k vacancies. Before the pandemic, one position (job vacancies) was usually 400-600 applicants. During a pandemic, one position can have 2k-3k applicants.”

The number is quite unique and Urbanhire is willing to provide its internal data. Urbanhire’s Founder and CEO, Benson Kawengian explained to DailySocial that generally in the third quarter is the peak time to start recruiting.

However, the company’s internal data as of the second quarter showed the ratio (see graphic) of shifting in the number of job seekers above the number of jobs available.

Data internal Urbanhire / Urbanhire
Urbanhire internal data / Urbanhire

“Five months since the pandemic started, new job vacancies entering the Urbanhire platform are still quite in the past few months. It is very different from earlier this year, where the number of vacancies per month could reach 500,” Benson said.

The opposite condition occurs in the number of job applicants. The number can reach 60 thousand per month. He concluded that the pandemic caused an imbalance in the supply of workers and the demand for jobs circulating in society.

New Recruitment

The employment ratio of workers with the vacancies is becoming more intense. Looking at the SEAcosystem.com spreadsheet document and local versions of similar documents, every day the list of laid-off startup workers continues to grow, although not all of them are displayed voluntarily here. From our observation, the majority of the divisions affected were marketing and engineering/product/IT.

Based on Urbanhire data, Benson showed one of the industries still recruiting and involved in the “green” industry during the pandemic was an e-commerce player.

“The government’s social distancing policy forces companies to apply WHF rules for their employees. As a result, there has been an increase in the use of digital-based technology and services. This results in an increasing need for companies for IT talent, as well as for remote workers. ”

The same condition was explained by Ekrut’s Co-Founder and CEO Steven Suliawan. IT-related talents and digital marketing are the most wanted job vacancies these days. From the type of industry, companies engaged in financial services, telecommunications, FMCG, and healthcare are active in recruiting and are not significantly affected by the pandemic.

“In terms of job roles in general, there has been a significant decrease, especially in some business-related matters. Surprisingly, although there has been a decline, the demand for tech-roles is not significantly dropped, such as the position of software engineering, product development, data analysis, and digital marketing position.”

Sumber: Unsplash
Source: Unsplash

Plays an important role

The role of Urbanhire and Ekrut is quite important in connecting information about job vacancies to prospective candidates. Benson said the pandemic has drastically affected the way companies recruit employees by running the recruitment process virtually remotely.

One of the technologies that can support this process is the Applicant Tracking System (ATS), which is increasingly being used by recruiters. Urbanhire issued a free subscription package and the unlimited resume search feature.

This free subscription package can be used by recruiters to post job vacancies and distribute them to various job vacancy portals and universities in Indonesia. Meanwhile, the next feature allows you to access millions of high-quality candidate profiles at no additional cost.

“We hope that companies in Indonesia will be better prepared to face changes due to the pandemic going forward. This readiness is in the form of a change in the way candidates are recruited, where many companies are already recruiting online ”

The previous graph, Benson continued, also indicates another insight that some companies are focusing on rightsizing, looking for the most appropriate number of headcount points (employees) in the midst of a pandemic.

Urbanhire alone does not position itself as a job portal only, but as HR technology and talent solutions, thanks to its strategic partnership with Mercer.

“We have some features to help companies during assessment and data analysis for rightsizing; and remote hiring to help companies which starting to ramp up activity hiring. ”

“We are sure that recruitment will rebound and return to pre-pandemic times after the vaccine came out. But even before the vaccine, digital talents will remain the hot candidates for at least the next five years regardless of the economic situation, “added Steven.

Ekrut has always been focused on fulfilling talents in the information technology field with job-roles ranging from software engineering, product management, data science/analysis, marketing and communications, and operations. The features they have developed include a talent marketplace and a marketplace curation algorithm (MCA).

Sumber: Unsplash
Source: Unsplash

Increasing opportunities

The initiation of the SEAcosystem.com spreadsheet and local versions of similar documents is another form of a simplified version of the job portal that connects them with companies that still hiring, not only a database of who and how many workers are affected.

Increasing job vacancies information will reduce the gap in the ratio of workers to companies looking for the best candidates. This method can be implemented in collaboration between the government and the private sector. In Indonesia alone, there were more than 20 job vacancy site players attending, both local and global, such as Indeed, JobsDB, and JobStreet.

In Singapore, the local Fintech Association has released a job and grant site that lists more than 500 vacancies in six categories, namely information technology, business development, data analytics, management and business, accounting and finance, and marketing and public relations.

The portal also highlights available grants and relevant training opportunities in the fintech sector.

Next, a collaboration between Indeed’s global job site and local governments in one of the U.S. states, Connecticut. Indeed created a customized job portal so that people or employers can open the portal to find or post job advertisements.

The types of jobs that are in high demand there, according to Indeed, are retail sales associates, pharmacy technicians, logistics couriers, customer service representatives, and jobs in the restaurant industry.

Indeed is also working with its competitor, Glassdoor, to provide Americans with the opportunity to return to work as there are more people there.

Both cross-promote their brands and the job listings available on both sites. Even recruiters who use the Indeed platform can reach their potential candidates through Glassdoor, and vice versa. With this kind of partnership, they claim to be able to reach around 80% of online job seekers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Digitalisasi di bidang HR bakal dibutuhkan, tidak bisa menjadi sekadar pemain portal lowongan kerja

Bagaimana Pemain “Job Listing” Memainkan Peran di Tengah Pandemi

Pandemi “berhasil” meluluhlantakkan berbagai bisnis. Jutaan orang di Indonesia kehilangan pekerjaan. Risiko tersebut mendera tak hanya pekerja kerah biru saja, tapi juga kerah putih.

Hal ini terlihat dari beberapa perusahaan skala global dan lokal yang melakukan efisiensi besar-besaran agar punya runway yang lebih panjang. Seluruh pekerja yang terdampak ini akhirnya menyerbu beragam portal lowongan kerja (job listing) untuk meneruskan hidup.

Sebelumnya DailySocial pernah membahas bagaimana pemain portal lowongan kerja di kerah biru memainkan peran untuk mempertahankan hukum supply dan demand tetap ada. Kondisi tidak jauh berbeda diambil pemain untuk pekerja kerah putih.

Banyak yang mencari kerja, sementara perusahaan menahan penambahan orang baru. Kondisi tersebut cukup tercermin dari data JobStreet Indonesia, salah satu pemain situs lowongan kerja terbesar di Indonesia, dalam akun media sosialnya yang diunggah pada 3 Agustus kemarin. Mereka menyebut:

“Sebelum pandemi bisa ada 30k lowongan lebih. Saat pandemi, lowongan cuma ada sekitar 15k. Sebelum pandemi, satu loker (lowongan pekerjaan) biasanya 400-600 pelamar. Saat pandemi, satu loker bisa ada 2k-3k pelamar.”

Angka ini menarik didalami lebih jauh dan Urbanhire bersedia memberikan data internal mereka. Kepada DailySocial, Founder dan CEO Urbanhire Benson Kawengian menerangkan umumnya pada kuartal ketiga adalah peak time untuk mulai merekrut.

Akan tetapi, dari data internal perusahaan per kuartal dua kemarin memperlihatkan rasio (lihat grafik) terjadi pergeseran jumlah pencari kerja di atas dari jumlah pekerjaan yang tersedia.

Data internal Urbanhire / Urbanhire
Data internal Urbanhire / Urbanhire

“Lima bulan sejak dimulainya pandemi, lowongan pekerjaan baru yang masuk ke platform Urbanhire setiap bulannya masih berada di angka yang cukup rendah. Berbeda jauh dari awal tahun ini, di mana jumlah lowongan per bulannya bisa mencapai 500,” papar Benson.

Kondisi sebaliknya terjadi di jumlah pelamar kerja yang mendaftar. Angkanya bisa menembus 60 ribu per bulannya. Ia menyimpulkan bahwa pandemi menyebabkan tidak seimbangnya jumlah supply pekerja dan demand pekerjaan yang beredar di masyarakat.

Perekrutan baru

Rasio diterimanya para pekerja dengan pekerjaan yang diincar menjadi lebih sengit. Menengok dokumen spreadsheet SEAcosystem.com dan dokumen sejenis versi lokal, setiap harinya daftar pekerja startup yang di-PHK terus bertambah, meski tidak semuanya ditampilkan secara sukarela di sini. Dari sekian banyak nama-nama di sana, mayoritas divisi yang terdampak adalah pemasaran dan engineering/product/IT.

Menurut data Urbanhire, Benson memperlihatkan salah satu industri yang masih melakukan perekrutan karena masuk industri “hijau” selama pandemi adalah pemain e-commerce.

“Adanya kebijakan social distancing dari pemerintah memaksa perusahaan untuk menerapkan aturan WHF bagi karyawannya. Akibatnya terjadi peningkatan penggunaan teknologi dan servis yang berbasis digital. Hal ini berakibat pada meningkatknya kebutuhan perusahaan akan talenta IT, juga pekerja remote.”

Kondisi yang sama dipaparkan Co-Founder dan CEO Ekrut Steven Suliawan. Talenta digital yang berkaitan dengan IT dan digital marketing adalah lowongan pekerjaan yang paling banyak dicari belakangan ini. Dari jenis industrinya, perusahaan yang bergerak di jasa keuangan, telekomunikasi, FMCG, dan healthcare termasuk aktif merekrut dan tidak begitu terefek oleh pandemi.

“Kalau dari job roles, secara umum ada penurunan yang cukup signifikan khususnya di beberapa yang berkaitan dengan bisnis. Surprisingly, demand untuk tech-roles meski ada penurunan tapi tidak terlalu drastis, seperti posisi software engineering, product development, data analysis, dan posisi digital marketing.”

Sumber: Unsplash
Sumber: Unsplash

Mainkan peran penting

Peran Urbanhire dan Ekrut cukup penting menyambungkan informasi mengenai lowongan pekerjaan kepada para calon kandidat. Benson menuturkan, pandemi secara drastis memengaruhi cara perusahaan merekrut karyawannya dengan menjalankan proses rekrutmen secara virtual dari jarak jauh.

Teknologi yang dapat mendukung proses tersebut salah satunya adalah Applicant Tracking System (ATS) yang semakin marak digunakan para rekruter. Urbanhire mengeluarkan paket berlangganan gratis dan fitur unlimited resume search.

Paket berlangganan gratis ini dapat dimanfaatkan rekruter untuk memasang lowongan pekerjaan dan mendistribusikannya ke berbagai portal lowongan kerja dan universitas-universitas di Indonesia. Sedangkan fitur berikutnya berguna untuk mengakses jutaan profil kandidat berkualitas tinggi tanpa biaya tambahan.

“Kami berharap perusahaan-perusahaan di Indonesia menjadi lebih siap menghadapi perubahan akibat pandemi ke depannya. Kesiapan tersebut berupa perubahan cara perekrutan kandidat, di mana banyak perusahaan yang sudah melakukan perekrutan secara online.”

Grafik sebelumnya, lanjut Benson, juga mengindikasikan adanya insight lain bahwa banyak perusahaan yang sedang fokus pada rightsizing, yaitu mencari titik jumlah headcount (pegawai) paling tepat di tengah masa pandemi.

Urbanhire sendiri tidak memosisikan diri sebagai portal lowongan pekerjaan saja, tetapi HR technology dan talent solutions, berkat kemitraan strategisnya dengan Mercer.

“Kami memiliki sejumlah fitur untuk membantu perusahan saat assessment dan data analysis untuk rightsizing; dan remote hiring untuk bantu perusahaan yang mulai ramp up activity hiring lagi.”

“Kami yakin kalau rekrutmen akan rebound dan kembali ke masa sebelum pandemi setelah vaksin keluar. Tapi bahkan sebelum adanya vaksin, digital talents akan tetap menjadi kandidat-kandidat seksi yang sangat diminati setidaknya hingga lima tahun ke depan bagaimanapun keadaan ekonominya,” tambah Steven.

Ekrut dari awal berfokus pada pemenuhan talenta di bidang teknologi informasi dengan job-roles dari software engineering, product management, data science/analysis, marketing and communications, dan operations. Fitur yang mereka kembangkan di antaranya talent marketplace dan marketplace curation algorithm (MCA).

Sumber: Unsplash
Sumber: Unsplash

Perbanyak jalur informasi

Inisiasi dari spreadsheet SEAcosystem.com dan dokumen sejenis versi lokal adalah bentuk lain dari portal lowongan kerja versi sederhana yang menghubungkan mereka dengan perusahaan yang masih membuka perekrutan, tak hanya mendata siapa saja dan berapa banyak pekerja yang terdampak.

Memperbanyak informasi lowongan pekerjaan akan memperkecil gap rasio para pekerja dengan perusahaan yang mencari kandidat terbaik. Cara tersebut bisa diimplementasikan dengan kolaborasi antara pemerintah dengan swasta. Di Indonesia sendiri, ada lebih dari 20 pemain situs lowongan pekerjaan yang hadir, baik dari lokal maupun global seperti Indeed, JobsDB, dan JobStreet.

Di Singapura, Asosiasi Fintech setempat merilis situs lowongan dan hibah yang mencantumkan lebih dari 500 lowongan di enam kategori, yaitu teknologi informasi, business development, data analytics, manajemen dan bisnis, akuntansi dan keuangan, serta pemasaran dan hubungan masyarakat.

Portal tersebut juga menyoroti dana hibah yang tersedia dan peluang pelatihan yang relevan di sektor fintech.

Berikutnya, kolaborasi antara situs lowongan kerja global Indeed dengan pemerintah lokal di salah satu negara bagian A.S, yakni Connecticut. Indeed membuat portal pekerjaan yang sudah dikustomisasi, sehingga masyarakat atau pemberi kerja dapat membuka portal untuk menemukan atau memasang iklan kerja.

Jenis pekerjaan yang paling banyak diminati di sana, menurut pihak Indeed, adalah retail sales associates, teknisi apotek, kurir logistik, perwakilan layanan pelanggan, dan pekerjaan di industri restoran.

Indeed juga bekerja sama dengan kompetitornya, Glassdoor, untuk memberikan kesempatan ke orang Amerika Serikat untuk kembali bekerja karena di sana makin banyak penduduk yang menganggur.

Keduanya mempromosikan secara silang merek mereka dan daftar pekerjaan yang tersedia di kedua situs tersebut. Pun para rekruter yang menggunakan platform Indeed dapat menjangkau calon kandidat mereka melalui Glassdoor, begitupun sebaliknya. Dengan kemitraan seperti ini, mereka mengklaim dapat menjangkau sekitar 80% pencari kerja online.

Ekrut Secures Pre-Series A Funding

Ekrut recruitment platform has announced to secure Pre-Series A funding with undisclosed value. It was led by Venturra Discovery, Venturra Capital’s investment arm. Bizreach Inc also participated in this round, including all the previous ones, such as East Ventures, Prasetia Dwidharma, and SkyStar Capital.

This funding will be used to speed up Ekrut’s business growth, including to improve product quality and data science by making efficient recruitment. It applies also to the recommendation system of talent platform.

Using the current funding, Ekrut has plan to improve talent and entrepreneur network in Indonesia to build stronger value with lower cost.

“In the last decade, we’ve seen how technology has helped the multi-industry and disrupt the usual way. It’s ironic how the highly skilled process of recruiting middle-high level managers is still manual, with specific mechanism and difficult way to sort the best candidates. It requires unique and special solution to provide classified candidates based on technology skill identification, which we believe exist in Ekrut,” Venturra Discovery’s Managing Partner, Raditya Pramana said.

Ekrut was founded by Steven Suliawan and Ardo Gozal which premise is hard to acquire talents with relevant experience, particularly in technology. The company is said to have 2,700 network companies with 120,000 skilled talents.

“We finally identify the market issues and decided to solve it.” Suliawan said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pendanaan Pra-Seri A Ekrut akan difokuskan untuk menggenjot pertumbuhan bisnis, termasuk meningkatkan kualitas produk dan data science

Ekrut Amankan Pendanaan Pra-Seri A

Platform perekrutan Ekrut mengumumkan telah berhasil mengamankan pendanaan Pra-Seri A dengan nominal yang tidak disebutkan. Pendanaan kali ini dipimpin Venturra Discovery, seed investment arm dari Venturra Capital. Bizreach Inc juga terlibat dalam pendanaan kali ini, termasuk seluruh investor yang terlibat di putaran sebelumnya, seperti East Ventures, Prasetia Dwidharma, dan Skystar Capital.

Investasi kali ini rencananya akan digunakan untuk menggenjot pertumbuhan bisnis Ekrut, termasuk meningkatkan kualitas produk dan data science dengan melakukan perekrutan yang efisien. Peningkatan juga dilakuan untuk sistem rekomendasi pada talenta platform.

Dengan pendanaan yang didapat, Ekrut juga berencana meningkatkan jaringan pengusaha dan talenta di Indonesia untuk membangun value yang lebih kuat dengan biaya operasi yang lebih rendah.

“Dalam dekade terakhir kami melihat bagaimana teknologi telah membantu mendorong pertumbuhan multi industri dan mengganggu cara melakukan sesuatu. Sangat ironis bahwa proses perekrutan manajer tingkat menengah ke atas yang sangat terampil masih sangat manual, dengan secara khusus melalui mekanisme penyortiranyang yang sangat sulit untuk menyoroti kandidat yang baik. Ini membutuhkan solusi unik dan spesial untuk meneydiakan klasifikasi kandidat berdasarkan pengidentifikasi kemampuan teknologi, yang kami percaya Ekrut miliki,” ujar Managing Partner Venturra Discovery Raditya Pramana menanggapi pendanaan ini.

Ekrut dibangun oleh Steven Suliawan dan Ardo Gozal dengan premis sulitnya startup mencari talenta dengan relevansi pengalaman yang sesuai, khususnya di bidang teknologi. Perusahaan mengklaim sudah memiliki 2.700 jaringan perusahaan dengan 120.000 kandidat yang terampil.

 

“Kami akhirnya mengidentifikasi masalah di pasar dan memutuskan untuk menyelesaikannya. ” terang Steven.

Ekrut adalah layanan talent marketplace yang coba menghubungkan talenta dengan perusahaan yang tengah mencari kandidat pegawai.

Layanan Ekrut Usung Sistem “Talent Marketplace”, Konsepnya Perusahaan yang Menemukan Talenta

Di tengah persaingan layanan platform perekrutan, inovasi tetap menjadi kunci untuk memenangkan pasar. Setidaknya hal tersebut diyakini Ekrut, platform lokal yang menghubungkan talenta potensial dengan kebutuhan bisnis. Sepanjang tahun 2018, startup yang didirikan Anthony Kusuma dan Steven Suliawan tersebut telah merilis beberapa fitur baru, di antaranya talent marketplace dan marketplace curation algorithm (MCA).

Marketing Manager Ekrut Aldo Imanuel menjelaskan, konsep talent marketplace yang diusung ialah berbasis data science, diklaim menjadi yang pertama di Indonesia. Sementara MCA merupakan data engine yang menjadi “otak” utama dari proses pencocokan antara talenta dengan kebutuhan perusahaan.

“Layanan lain kebanyakan masih menggunakan konsep job portal, perusahaan mengunggah lowongan, dengan harapan mendapatkan talenta yang sesuai. Sedangkan di Ekrut kami menggunakan konsep sebaliknya, talenta mendaftar dan perusahaan yang akan mencari kandidat sesuai preferensi,” jelas Aldo.

Dengan konsep tersebut, Ekrut menilai akan mempermudah dan mempercepat proses perekrutan, dari yang biasanya butuh waktu 2-4 minggu, kini hanya dalam hitungan menit. Ekrut dari awal berfokus pada pemenuhan talenta di bidang teknologi informasi.

“Semua teknologi yang dibangun berpusat pada bagaimana kami bisa menghubungkan ribuan perusahaan ini dengan talenta yang mereka butuhkan dengan cepat dan relevan,” lanjut Aldo.

Didukung mantan engineer Tesla untuk pengembangan produk

Tim Ekrut
Jajaran manajemen Ekrut; Yediva Kovara (VP of Engineer), Jesse Lybianto (Chief of Data), Steve Suliawan (Co-founder, CEO), Ardo Gozal (Co-founder, COO), Suharsono Hartono (CTO) / Ekrut

Sekitar bulan Desember 2018, Ekrut dikabarkan mendapatkan pendanaan seri A dari Venturra Capital dan Prasetia Dwidharma. Di sesi wawancara kami mencoba mengkonfirmasi hal ini, namun pihak Ekrut belum bisa menginfokan lebih lanjut. Sebelumnya Ekrut memperoleh pendanaan awal dari East Ventures.

Banyak agenda yang akan dilaksanakan Ekrut di tahun 2019. Menurut pemaparan Aldo, salah satu yang menjadi fokus padalah pengembangan produk. Misinya masih tetap sama, berusaha menghasilkan teknologi dan layanan paling efisien untuk proses perekrutan, baik dari sisi HR di perusahaan maupun pelamar.

Product roadmap kami sangat padat di tahun ini terlebih sejak kedatangan mantan senior engineer Tesla yang menjadi Chief of Product kami pada awal Q4 kemarin,” terang Aldo.

Sejak konsep talent marketplace diluncurkan di awal tahun 2018, total pencari kerja yang tergabung melonjak, dari berjumlah ratusan kini mendekati seratus ribu orang. Pun demikian statistik lowongan, proses wawancara, dan perekrutan, meningkat pesat di banding tahun sebelumnya.

Menurut Aldo, hal ini didorong karena penggunaan data science dan algoritma yang membuat perusahaan-perusahaan di Ekrut mendapatkan rekomendasi terbaik untuk memenuhi kebutuhannya.

Application Information Will Show Up Here

Marketplace Rekrutmen Ekrut Umumkan Perolehan Pendanaan Awal dari East Ventures

Marketplace rekrutmen berbasis kurasi Ekrut mengumumkan perolehan pendanaan awal dari East Ventures dengan nilai yang tidak disebutkan. Ini merupakan pengumuman pendanaan perdana East Ventures pasca penggalangan dana baru 365 miliar Rupiah ($27.5 juta). Ekrut berharap ke depannya bisa “mengganggu” industri headhunting di kawasan Asia Tenggara.

Ekrut adalah layanan HR yang fokus pada perekrutan, menawarkan proses headhunting yang lebih efisien, dari yang biasanya 8 minggu menjadi 4 minggu. Ekrut didirikan oleh mantan Entrepreneur-In-Residence East Ventures Steven Suliawan bersama Ardo Gozal dan Anthony Kusuma. Steven sebelumnya juga pernah membangun startup jebolan program Ideabox, Loyalbox.

Sebelum Ekrut, East Ventures juga telah berinvestasi di platform pembantu rekrutmen lain, Rekruta. Rekruta lebih fokus sebagai SaaS rekrutmen untuk perusahaan.

Co-Founder dan CEO Ekrut Steven Suliawan kepada DailySocial mengatakan, “Pendanaan difokuskan untuk membangun tim, mendapatkan traksi, dan mengembangan produk inti.”

Sejak peluncurannya bulan September 2016, Ekrut mengklaim telah membantu lebih dari 30 perusahaan berbasis teknologi, termasuk Tokopedia dan Go-Jek. Saat ini disebutkan mereka memiliki lebih dari 1000 talenta dalam basisdatanya.

Sepanjang tahun 2016 bermunculan startup-startup baru yang fokus di sektor HR, khususnya rekrutmen. Mereka mencoba menjangkau pasar yang mungkin belum menjadi fokus perusahaan headhunting tradisional atau layanan marketplace pekerjaan besar.

“Ada banyak engineer di Indonesia, tapi yang sangat baik jumlahnya terbatas. Hal ini mendorong terjadinya kompetisi ketat untuk [perekrutan] engineer berkemampuan tinggi. Hal ini merupakan alasan kami mengkurasi talent pool di Ekrut, untuk membantu klien menemukan kandidat berkualitas,” ujar Co-Founder dan COO Ekrut Ardo Gozal.

Loyalbox Mengadopsi Strategi “Hyperlocal Marketing”

Loyalbox memudahkan semua loyalti program / Shutterstock

Loyalbox adalah aplikasi layanan yang mendukung usaha ritel menjalankan program loyalti dengan singkat sekaligus efektif. Pihaknya berhasil mengklaim gross merchandise volume (GMV) hingga sebesar Rp 100 juta dari keseluruhan 15 merchant pertamanya dalam satu bulan saja. CEO Loyalbox Steven Suliawan mengatakan pada kami bahwa salah satu strateginya ialah menerapkan hyperlocal marketing yang kini dijalaninya.

Continue reading Loyalbox Mengadopsi Strategi “Hyperlocal Marketing”

Tur “Geeks on a Bus” Perluas Insight Alumni Ideabox Batch Kedua

Geek on The Bus Tour dari Ideabox / Ideabox

Sebagai bentuk komitmen Ideabox untuk terus mendongkrak percepatan bisnis startup asuhannya, pihak Ideabox menggelar sebuah “perayaan kelulusan” yakni dengan melakukan tur dalam tajuk “Geeks on a Bus” ke kantor-kantor dari perusahaan startup senior di Indonesia seperti GrabTaxi, Foodpanda, Zalora, Lazada, dan Kaskus. Selain mempertemukan rekan-rekan startup dari para lulusan Ideabox batch kedua, skema ini dimanfaatkan sebagai ajang networking, pertukaran insight, dan berbagi pengalaman.

Continue reading Tur “Geeks on a Bus” Perluas Insight Alumni Ideabox Batch Kedua