Tag Archives: stok foto

7-tips-shutterstock-contributor-dan-bahas-kondisi-stok-foto

7 Tips Shutterstock Contributor dan Bahas Kondisi Stok Foto

Fotografi itu hobi mahal, terutama bagi mereka yang gampang keracunan gear kamera baru. Bagaimanapun harga kamera digital, lensa, dan aksesori lainnya tidak murah. Lantas, apakah ada jalan tengah (baca solusi) terkhusus bagi pemula yang serius ingin membangun karir di bidang fotografi?

Jawabannya stok foto bisa menjadi salah satu opsi sebagai langkah awal, banyak yang bilang seperti membuat celengan. Shutterstock Contributor adalah salah satu agensi microstock atau tempat jual beli foto terbesar.

Namanya juga celengan, sedikit demi sedikit upload secara rutin membangun portofolio dan butuh waktu buat jadi banyak. Saya bergabung sebagai Shutterstock Contributor pada bulan Juni 2018 atau jalan 35 bulan dan menghasilkan US$2.097 atau sekitar Rp30 jutaan.

Terlihat besar bukan? Namun bila dihitung rata-rata dibagi 35 bulan, hanya sekitar Rp850.000 per bulan. Belum lagi ada perubahan sistem pembayaran pada pertengahan tahun 2020 lalu akibat dari dampak pandemi covid-19 yang menyebabkan penurunan penghasilan hingga lebih 50%.

Pertanyaannya, apakah menekuni stok foto di tahun 2021 masih memiliki prospek bisnis yang bagus? Berikut sederet tips menjual foto di Shutterstock Contributor dan mari bahas kondisi stok foto saat ini.

1. Definisi Stok Foto

Mari mulai dari definisinya, secara sederhana stok foto dapat diartikan sebagai koleksi foto-foto berkualitas yang tersedia untuk disewakan hak publikasinya. Artinya kita tidak menjual foto sebagai barang, melainkan hanya menyewakan hak publikasinya dan hak cipta dari karya foto yang Anda upload tetap menjadi milik sang fotografer.

Di Shutterstock Contributor istilahnya ‘royalty free license’ dan di sana kita akan bergabung sebagai kontributor non eksklusif. Dengan demikian, foto yang sudah kita upload ke Shutterstock Contributor, bisa kita upload ke agensi microstock lain. Namun kelemahannya adalah harga per download-nya sangat kecil.

2. Sistem Pembayaran Baru Shutterstock

Bergabung pada tahun 2018, saya termasuk telat memasuki dunia stok foto dan mungkin melewatkan masa keemasannya. Setelah setengah tahun konsisten membangun portofolio, setidaknya pada tahun 2019 sampai pertengahan 2020, saya menikmati hasil jerih payah tersebut dan dipakai untuk upgrade kamera dan beli lensa baru.

Pada bulan Mei, Shutterstock mengirim sepucuk surat cinta yang menginformasikan sistem pembayaran baru yang berlaku mulai 1 Juni 2020. Di sistem lama, para kontributor yang memiliki jumlah portofolio besar dan volume download yang tinggi sangat diuntungkan karena harga per download-nya cukup tinggi. Pada sistem yang baru, level para kontributor di-reset setiap tahunnya dan akibatnya pendapatan yang diperoleh merosot drastis setelah di-reset.

3. Gear yang Tepat

Kamera apa yang cocok untuk stok foto? Sebaiknya pilihlah paket gear yang sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing. Optimalkan kamera yang Anda miliki saat ini, bahkan tak masalah bila masih lensa kit. Kesalahan saya dulu pas awal belajar fotografi adalah alih-alih rajin menambah jam terbang, saya sibuk mencari kamera yang sempurna dan terburu-buru upgrade yang bila dihitung-hitung berubah jadi hobi mahal.

Dalam kasus saya, yang mengasah skill fotografi dengan cara domentasi acara peliputan teknologi, hunting, dan kadang blusukan foto keliling. Kamera yang nyaman harus ringkas dan tak masalah pakai lensa fix, harga kamera juga tidak perlu mahal-mahal agar tidak sayang mengeluarkannya saat mengeksplorasi tempat-tempat baru.

Lain cerita bila yang digemari adalah food photography, still life, macro, dan foto portrait misalnya. Kombinasi gear kamera yang cocok tentu saja berbeda, jadi sesuaikan dengan genre fotografi yang digemari.

4. Jenis Foto

Ada dua jenis foto yang diterima oleh Shutterstock Contributor yaitu commercial dan editorial. Untuk foto komersial, kualitas biasanya menjadi perhatian utama, baik dari segi teknik dan komposisi, serta harus bebas dari logo brand dan perlu release dari model atau properti yang ditampilkan.

Banyak yang bilang, foto komersial berpeluang lebih besar daripada editorial. Contoh penggunaannya bisa dipakai oleh biro iklan, perusahaan pemasaran, dan lainnya untuk materi promosi mereka. Sementara, untuk editorial seperti namanya digunakan untuk kepentingan yang bersifat editorial saja.

5. Celengan Fotografer

Seperti yang saya bilang di awal, stok foto bisa menjadi celengan fotografer. Meski yang didapat tiap bulannya relatif kecil, apalagi yang baru mulai tetapi bila diakumulasi dan dibobok dalam satu tahun lamanya maka mungkin cukup untuk melengkapi peralatan gear Anda.

Selain itu, Shutterstock Contributor terdapat empat tipe download, mulai dari subscription yang nilainya paling kecil, on demand, enhanced, serta single & other. Bila mendapatkan download dari yang saya sebutkan tiga terakhir, bila beruntung satu foto bisa dihargai tinggi. Sebelum sistem pembayaran baru berlaku, saya sering mendapatkan kejutan US$25 per foto.

5. Alur Kerja

Sebagai gambaran, saya biasanya menghasilkan ratusan foto dalam satu minggu. Kebanyakan foto diambil pakai format Raw, setelah memfilter, saya akan edit ringan sebelum upload. Edit ringan ini berfokus pada exposure untuk memastikan foto cerah, highlight dan shadow untuk memulihkan detail pada area yang terang dan gelap, serta saturation untuk menebalkan sedikit warnanya.

Usai diedit, selanjutnya upload ke Shutterstock Contributor dan tugas besar yang menanti adalah kita harus mengisi deskripsi dan keyword yang sesuai. Jujur ini membosankan dan menyita waktu, tetapi sangat penting untuk memastikan foto kita terdistribusi dan ditemukan dengan mudah.

6. Konsisten dan Kreatif

Kunci usaha stok foto adalah konsisten dan kreatif. Di Shutterstock Contributor, menurut saya kualitas dan kuantitas harus secara seimbang. Jangan terlalu mengeluarkan effort yang luar biasa dan untuk kuantitas bisa dicapai dengan variasi sudut pengambilan gambar dan komposisi yang berbeda.

Untuk meningkatkan jumlah download, riset juga diperlukan untuk membuat konten yang fresh. Shutterstock sendiri merilis ‘the shot list’ setiap bulannya, yakni rekomendasi tema-tema foto yang dibutuhkan pasar. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap stok foto, tonton juga video workshop di channel YouTube Shutterstock Tutorial dan membaca artikel di contributor blog-nya.

7. Prospek Bisnis Stok Foto

Saat ini pertumbuhan persediaan stok foto sudah jauh melebihi kebutuhan pasar. Imbasnya menyebabkan persaingan harga yang ketat, dengan paket berlangganan yang bervariasi, dan cenderung menjadi persaingan yang tidak sehat.

Sebagai informasi, pada bulan Desember 2020, Shutterstock sudah memiliki 360 juta gambar. Karya foto yang kita upload seketika akan tenggelam begitu saja, oleh sebab itu deskripsi dan keyword menjadi amat penting. Belum lagi ancaman nyata perkembangan kamera smartphone yang semakin canggih dan dapat menghasilkan foto yang layak untuk membuat ilustrasi.

Begitu lah kondisi stok foto, saat ini justru permintaan video yang sedang meningkat. Namun peralatan untuk membuat video berkualitas tidak murah dan secara teknis tingkat kesulitannya juga cukup tinggi. Sebagai pengingat, stok foto adalah satu dari banyak cara yang dapat Anda lakukan dalam upaya membangun karir di bidang fotografi. Melihat kondisi stok foto saat ini, sebaiknya jangan hanya berfokus pada stok foto saja. Sebaliknya, Anda bisa merintis sebagai digital creator di Instagram dan YouTube dan membangun audiens Anda sendiri.

Photo Stock Marketplace Pixerf Launches in Indonesia

Photo stock marketplace, Pixerf, is officially launched in Indonesia. The startup offers original content from Asia that used to have a gap between supply and demand from brands to advertise.

The SIngapore-based startup has arrived since 2015, but recently launched in June 2018 with seed funding worth of $2 million (almost 28 billion Rupiah) from the unpublished investor.

Pixerf’s Founder and CEO, Sa’at Ismail said, Indonesia becomes a target market because the country has been the second biggest contributor in terms of users (photographer) for 27% of a total exceeding 80 thousand people.

He has a big commitment to rub business in Indonesia. Within the next 5 months, they will set an office in Jakarta, followed by Bali and Jogja, also to recruit marketing team for further development.

“It’s almost two years we run business in Indonesia after the beta version. However, our photographers aren’t very active. We want to be more reactive, therefore, an office will be set as our physical existence,” Ismail said on Thursday (9/12).

Business Model

Ismail said on Pixerf’s business, not only the marketplace, but they also run custom commissions and crowdsourced mission. These two are said to differ them from others. They only provide Asia-related content.

Custom commissions is a business model for brands looking for content related to their project, either for ads or others. There’s also a platform for brands to publish their project to Pixerf’s photographer community. Next, Pixerf is to identify photographers with the best portfolio to use for brands.

Pixerf's site / Pixerf
Pixerf’s site / Pixerf

Meanwhile, Crowdsourced mission is a simple way to improve brand awareness by making quizzes to encourage people in producing segmented content. Pixerf is to curate all contents submitted and decide the winner.

“Custom commission is the most interesting part. The brand is to have the requested content by our community and choose certain photographers. Therefore, brand and photographer shouldn’t have come from the same country.”

Each business model has different commission rates for photographers. Custom commission sets 20%-35% fee for photographers of the total project worth. While crowdsourced mission will give the whole commission to the winner (photographer).

Pixerf doesn’t take any commission from these two business models. They only monetize the photo stock marketplace, around 30%-50% of the total sales. The other 50%-70% will be given to the photographer.

The rate on Pixerf starts from $10, it’s automatically displayed when the photo uploaded. The rate is calculated based on image quality and resolution.

Stock photo marketplace has been the most contributing business line in Pixerf. It’s because the business tends to have direct sales channels.

“Many other players are selling their photo cheaper because they have a membership. We, with different approach, want Pixerf to have authentic content as a reward to photographers.”

Since the launching last year, Pixerf has received over 250 thousand curated visual content for editorial and commercial license.

In terms of crowdsourced mission, there are more than 50 missions sponsored by brands and more than 5 thousand photos are received. In Indonesia, Pixerf has its first partner to promote the current campaign, #Cerdikiawan.

They have over 80 thousand photographers in total. Five most contributed countries are India (39%), Indonesia (27%), Malaysia (13%), Singapore (6%), and Thailand (2%).

Further plan

Ismail expected Pixarf can acquire more photographers in Indonesia. In fact, they have no specific requirements. Either a beginner or just an enthusiast, anyone can join the platform. They only have to upload the images.

Pixerf team is to curate the content originality before published for sale, also the copyrights. “Anyone can join because we want to connect the underexposed content creator to brands. We didn’t take any royalty.”

In terms of technology, the team plans to develop advanced AI on its platform. It’s to facilitate brands and buyers of related contents, also to learn user behavior.

“We want all the process to be fully automatic, brands to find photographer easier from the information displayed on the calendar. Usually, the most difficult process is to sort the photographer’s schedules, and we’re to create the solution.”

Regarding expansion, Indonesia won’t be the last destination. Within the next 18 months, Pixers is to expand to Malaysia, Thailand, India, Hong Kong, and the Philippines. After the SEA, the next destination is Korea and Japan.

The CEO said on a different occasion to DailySocial that the company is in progress for pre Series A funding. It’s expected to be finalized at the end of this year.

“We’re now focused on developing AI technology, for all the processes to be automatic. Along the way, we’re also on progress to the pre Series A funding to support the whole Pixerf’s business plan on its aim to top Asia’s market,” he added.

Currently, Pixerf is available through the website and app. Soon, the app will be available in Bahasa Indonesia.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Marketplace stok foto asal Singapura, Pixerf, mengumumkan kehadiran di Indonesia menggarap potensi bisnis fotografi digital yang belum maksimal

Marketplace Stok Foto Pixerf Umumkan Kehadiran di Indonesia

Marketplace stok foto Pixerf mengumumkan kehadirannya di Indonesia. Startup ini mengedepankan posisinya sebagai konten asli Asia yang selama ini ada gap antara supply dan demand dari para brand untuk beriklan.

Startup asal Singapura ini sebenarnya sudah hadir sejak 2015, namun baru diresmikan pada Juni 2018 bertepatan dengan diperolehnya pendanaan tahap awal sebesar $2 juta (hampir 28 miliar Rupiah) dari investor yang tidak disebutkan namanya.

Founder dan CEO Pixerf Sa’at Ismail menerangkan, Pixerf masuk ke Indonesia karena negara ini adalah kontributor terbesar kedua untuk angka pengguna (fotografer) sebesar 27% dari total lebih dari 80 ribu orang.

Keseriusannya untuk menggarap Indonesia cukup kuat. Dalam lima bulan mendatang, pihaknya akan buka kantor di Jakarta, kemudian menyebar ke Bali dan Jogja, dan merekrut tim pemasaran untuk pengembangan bisnis lebih lanjut.

“Sudah hampir dua tahun kami melayani di Indonesia, pasca perilisan versi beta. Akan tetapi, fotografer yang bergabung kurang aktif. Kami ingin reaktif lagi, makanya nanti akan kantor resmi sebagai bentuk fisiknya,” terang Sa’at, Kamis (12/9).

Model bisnis Pixerf

Sa’at menjelaskan, Pixerf tidak hanya memiliki bisnis marketplace stok foto, tapi juga ada custom commissions (penugasan khusus) dan crowdsourced mission (misi urunsumber). Dua model bisnis ini diklaim membuat Pixerf berbeda dari pemain lain. Konten yang dihadirkan juga fokus berbau Asia saja.

Custom commissions ini adalah model bisnis untuk brand yang sedang mencari konten sesuai dengan kebutuhan mereka, entah untuk iklan atau sebagainya. Terdapat platform yang dapat brand pakai untuk mempublikasikan rencana mereka ke komunitas fotografer Pixerf. Berikutnya, Pixerf akan mengidentifikasi fotografer mana saja yang paling memenuhi syarat untuk memenuhi kebutuhan brand.

Tampilan situs Pixerf / Pixerf
Tampilan situs Pixerf / Pixerf

Sedangkan, Crowdsourced mission merupakan cara sederhana untuk brand dalam meningkatkan brand awareness mereka dengan membuat sayembara berhadiah agar mendorong orang-orang menghasilkan konten yang brand bidik. Pixerf akan mengkurasi seluruh konten yang masuk dalam menentukan pemenangnya.

Custom commission ini yang paling menarik. Brand bisa mendapatkan konten sesuai kebutuhan yang dihasilkan komunitas kami dan memilih fotografer untuk diajak kerja sama. Jadi brand bisa ada di negara mana, fotografer juga bisa dari negara lain.”

Masing-masing model bisnis di atas, punya komisi yang berbeda untuk fotografer. Apabila custom commission, fotografer akan menerima sekitar 20%-35% dari total proyek dari brand. Sementara, untuk crowdsourced mission sepenuhnya untuk fotografer yang terpilih sebagai pemenang.

Dari dua model bisnis ini, Pixerf tidak mengambil komisi sama sekali. Jadi hanya mengambil dari marketplace stok foto saja, sekitar 30%-50% dari penjualan yang berhasil. Sisanya, 50%-70% untuk fotografer.

Foto yang dijual di marketplace Pixerf dimulai dari $10, harga ini terpasang secara otomatis dari sistem ketika diunggah fotografer. Pertimbangan harga ini dilihat berdasarkan kualitas foto dan resolusinya.

Marketplace stok foto menjadi lini bisnis utama yang paling banyak memberikan kontribusi kepada Pixerf. Lantaran, bisnis ini cenderung lebih langsung channel penjualannya.

“Pemain lain banyak yang jual foto dengan harga murah karena mereka jual keanggotaan. Sementara kita berbeda, kita inginnya konten di Pixerf itu otentik sebagai bentuk penghargaan kita ke fotografer.”

Sejak diresmikan pada tahun lalu, marketplace stok foto di Pixerf telah menampung lebih dari 250 ribu konten visual yang terkurasi untuk lisensi editorial dan komersial.

Adapun, untuk crowdsourced mission, lebih dari 50 misi foto disponsori oleh brand dan lebih dari 5 ribu foto dikirimkan. Di Indonesia, mitra pertama Pixerf untuk model bisnis ini adalah Gojek untuk kampanye #Cerdikiawan yang saat ini sedang digalakkan.

Total fotografer yang bergabung ada lebih dari 80 ribu orang. Lima negara terbesar adalah India (39%), Indonesia (27%), Malaysia (13%), Singapura (6%), dan Thailand (2%).

Rencana berikutnya

Sa’at berharap kehadirannya di Indonesia, bisa mendorong lebih banyak fotografer untuk bergabung. Pasalnya, Pixerf tidak memberikan persyaratan khusus. Fotografer pemula atau sekadar enthusiast pun bisa bergabung. Mereka cukup mengunggah konten mereka ke platform Pixerf.

Tim Pixerf akan mengkurasi keaslian konten sebelum dipublikasikan untuk dijual ke publik, juga akan dicek hak cipta (IP). “Siapapun bisa bergabung karena kami ingin jembatani pembuat konten yang under exposed, bisa ditemukan oleh brand. Kami sama sekali tidak mengambil royalti.”

Untuk teknologi, sebagai startup, Sa’at berencana untuk mengembangkan kecerdasan buatan (AI) di dalam platform-nya. Fungsinya, untuk permudah brand dan pembeli dalam menemukan konten yang mereka cari, serta mempelajari kebiasaan pengguna.

“Kami mau nantinya semua proses bisa otomatis, brand bisa lebih mudah menemukan fotografer yang diincar berdasarkan informasi di kalender. Biasanya ini yang paling susah di dunia fotografi, menemukan fotografer untuk atur jadwal, kami mau sediakan solusinya.”

Dari segi ekspansi, Pixerf tidak akan berhenti di Indonesia saja. Dalam 18 bulan mendatang akan merambah ke Malaysia, Thailand, India, Hong Kong, dan Filipina. Setelah menguasai Asia Tenggara, ekspansi akan lanjut ke Korea dan Jepang.

Secara terpisah, kepada DailySocial, Sa’at menjelaskan saat ini perusahaan sedang dalam proses pendanaan pra Seri A. Diharapkan pada akhir tahun ini bisa segera diumumkan.

“Sekarang kami fokus mengembangkan teknologi AI agar semua proses bisa otomatis. Sambil jalan, kami sedang proses pendanaan pra Seri A untuk dukung seluruh rencana bisnis Pixerf yang berambisi jadi terdepan di Asia,” tutupnya.

Saat ini Pixerf sudah bisa diakses lewat situs maupun aplikasi. Dalam waktu dekat, aplikasi Pixerf dapat mendukung penggunaan dalam Bahasa Indonesia.

Application Information Will Show Up Here