Tag Archives: Strategy

Kesalahan Umum yang Sering Dilakukan Founder Startup Tahap Awal

Ada sebuah diskusi menarik dari situs forum tanya-jawab Reddit. Seseorang membuat thread menanyakan pertanyaan: “sebagai orang yang pernah mendirikan startup, apa kesalahan terbesar yang pernah dilakukan?”. Jawaban pun bermunculan dan cukup beragam dari para responden yang mengaku pernah atau sedang mendirikan startup.

Berikut kami coba simpulkan hal-hal yang paling sering dilakukan oleh pendiri startup dan dinilai menjadi sebuah tindakan yang kurang tepat untuk dilakukan.

Perencanaan yang buruk

Ini adalah sebuah kesalahan yang sering terjadi di tahap awal. Perencanaan yang buruk disebabkan karena berbagai hal, termasuk terlalu euforia pada temuan ide di awal. Perencanaan untuk sebuah startup sendiri idealnya memang tidak mudah, karena perlu mendefinisikan secara cermat berbagai unsur detail, termasuk produk, bisnis, pendanaan, hingga pengembangan tim.

Dampak terburuk dari sebuah perencanaan yang tidak optimal adalah founder berisiko kehilangan arah ketika sudah berada di tengah perjalanan. Tidak tahu persis milestone apa yang harus dikejar, karena setiap langkah dilakukan tidak secara teratur. Padahal untuk sebuah kesuksesan startup dibutuhkan kedisiplinan dalam mengeksekusi rencana –sedangkan rencana tersebut merupakan penjabaran dari ide bisnis dan produk yang ditemukan di awal.

Lupa meminta umpan balik dan riset

Beberapa pengembang kadang berjalan pragmatis –artinya berprinsip yang penting produk berjalan dengan baik. Padahal mereka harus menyadari, hasil akhir dari produk yang dikembangkan ialah untuk digunakan oleh pengguna, lalu selanjutnya dikonversi menjadi bisnis. Ketika dalam proses pengembangan, sering merasa bahwa produknya sudah sesuai untuk pemecahan masalah. Sementara dalam sebuah aplikasi, tidak hanya fungsionalitas yang perlu divalidasi, melainkan juga termasuk User Interface (UI) dan User Experiences (UX).

Pengembangan produk terbaik juga harus didasarkan riset kepada pengguna –bisa dilakukan dengan berbagai cara, melibatkan langsung pengguna atau mengulik data-data yang ada. Adanya angka-angka yang ditemukan pada riset akan memberikan proposisi terbaik pada fitur, sehingga aplikasi yang disuguhkan nantinya akan mampu memenuhi kebutuhan pengguna secara sistematis.

Klien besar memakan perusahaan

Beberapa startup di tahap awal sangat rentan dengan isu ini. Klien besar memberikan banyak masukan (income) sehingga sering membuat terlena. Terlenanya, klien tersebut bisa saja menghardik startup untuk menyesuaikan kebutuhannya secara custom, padahal apa yang dijual adalah produk bukan pesanan khusus. Di sini ketegasan founder diuji. Jika cakupannya pada improvisasi produk, bisa saja menjadi masukan yang baik. Namun jika sampai mengubah DNA dari produk, terlebih proses bisnis di dalamnya, maka bisa saja merusak tatanan yang sudah dibangun sebagai startup.

Sangat tergantung pada founder

Founder memang sangat bergantung untuk kepemimpinan sebuah bisnis, akan tetapi founder juga harus menciptakan sebuah kultur yang memungkinkan setiap anggota untuk berani berkreasi. Inovasi yang baik tidak pernah terpusat di satu orang saja, melainkan pada solusi atas permasalahan yang ditemui oleh masing-masing orang. Ketergantungan yang dimaksud di sini seperti apa-apa harus menunggu ide atau arahan dari founder, sementara untuk startup lingkungan yang lebih terbuka dinilai akan banyak membangun.

Strategi Startup Ikuti Rekam Jejak Unicorn Memperoleh Valuasi Tinggi

Untuk menjadi startup unicorn, membutuhkan perhitungan yang matang sesuai kondisi pasar saat ini. Menjadi founder atau pemilik bisnis startup harus lebih aktif mengembangkan pelayanan bisnisnya agar mendapatkan tempat di hati pengguna. Dengan begitu, akan membawa ekspektasi investor mendukung kemajuan bisnis Anda.

Bila perlu trik ini bisa digunakan pelaku startup unicorn untuk memiliki valuasi senilai 1 miliar dolar.

Menemukan model bisnis yang menguntungkan

Untuk bersaing dalam startup unicorn, harus ada pendekatan tahap awal yang lebih unik dan menguntungkan dari sebelumnya. Sebab, investasi akan datang dari suatu ide baru yang muncul di industri bisnis startup nantinya.

Seperti status unicorn pertama di Indonesia yang terjadi pada pertengahan Agustus tahun lalu. Kala itu Go-Jek sebagai layanan pendatang baru dalam pengelolaan transportasi berbasis online. Mereka mendapatkan investasi besar dengan jumlah yang tak terbayangkan sebelumnya dari KKR, Warburg Pincus, Farallon Capital serta Capital Group Private Markets.

Perhitungan kondisi dan waktu yang tepat

Meluncurkan startup dapat menjanjikan sebagai industri bisnis yang besar biasanya memanfaatkan momen yang tepat untuk meluncurkan layanan muktahir.

Dengan begitu gagasan dalam membentuk sebuah startup besar harus menemukan waktu kala mendistribusikan bisnisnya menjadi unicorn. Dengan kata lain, terciptanya pangsa pasar yang tepat sasaran dibantu pendanaan yang matang. Sama seperti unicorn lain, bisa meroket seperti sekarang ini membutuhkan timing yang baik.

Bisnis startup sesuai ekspektasi investor

Startup unicorn masih sangat menikmati struktur transaksi business-to-consumer (B2C), karena transaksi itu tidak memerlukan saham atau penyimpanan benda fisik apa pun. Namun, kondisi ini bisa saja menjadi pressure bila tak sesuai ekspektasi investor untuk menaungi bisnis startup.

Oleh karena itu adanya fase negosiasi dengan investor, dapat kita pahami dengan dua frase kunci, yaitu valuasi pra-investasi dan pasca investasi. Dengan adanya fase ini investor dapat  menentukan harga yang bersedia mereka bayar untuk sebuah investasi.

Dengan trik startup ini bisa jadi jawaban mengenai kondisi unicorn menjadi kenyataan, dengan pendanaan yang besar dan tujuan yang tepat, bisnis Anda jadi mudah di aplikasikan.

4 Hal Penting dalam Menghindari Perilaku Buruk Startup di Tahap Awal

Dalam melakukan sesuatu usaha, tak jarang ada yang menemukan hambatan, rintangan, bahkan kegagalan. Biasanya pelaku bisnis yang pernah mengalami hal seperti itu akan mengerti masalahnya dan mencoba bangkit kembali. Setelah mengetahui indikasi kegagalan, idealnya pelaku startup dapat menghasilkan bisnis yang lebih efektif.

Banyak kemungkinan yang terjadi dalam dinamika startup. Apalagi menyangkut karier atau impian Anda. Namun, tidak semua cara bisnis startup menjanjikan, ada beberapa cara yang salah dari startup yang harus dihindari, sehingga berpotensi gagal.

Terlalu dini memfokuskan pada peluang investasi besar

Dari sini Anda harus menggarisbawahi bahwa pendanaan besar terjadi karena ada peluang pasar yang besar. Padahal tidak semua bisnis startup identik dengan pasar yang tinggi. Melihat kondisi seperti ini bukan tidak mungkin beberapa startup harus mengubur impian dengan saingan bisnis yang lebih dulu besar.

Sering kali pengusaha yang percaya, bahwa mendapat investasi besar terfokus mengejar pangsa pasar yang lebih besar. Padahal, banyak startup besar tumbuh berkembang dari hal terkecil dengan tujuan mencapai keuntungan besar.

Sebagai alternatif, pangsa pasar yang dominanlah yang menarik investor datang. Karena startup dapat memahami dengan cepat pelanggan atau menciptakan keuntungan yang dapat dipertahankan. Melalui lingkup sederhana ini yang dinilai cukup menjadikan startup Anda berkembang pesat mendominasi pangsa pasar kemudian.

Modal besar dengan target tinggi

Fase ini sangat sensitif ketika dilakukan oleh pelaku startup yang baru memulai bisnisnya. Terlebih masih menggunakan pendanaan pribadi (bootstrap), memulai dengan dana besar sesuai target yang tinggi.

Padahal, target tinggi itu diraih ketika startup memiliki tonggak bisnis yang memikirkan perkembangan startup berikutnya. Seperti memperhatikan produk, manajemen yang terstruktur, dan terpenting adalah traksi/target pelanggan di awal pendapatan. Karena berhubungan langsung dengan valuasi dana yang tinggi.

Terpenting pencapaian dengan menetapkan nilai pertama startup untuk melihat target yang wajar, mengejar valuasi yang tinggi dan putaran yang besar setelah substansi tercapai.

Nilai Produk yang Terlalu Tinggi

Di sisi lain, kekayaan ide atau gagasan yang di aplikasikan terkait pengalaman teknologi atau produk Anda sangat menarik perhatian investor. Karena memiliki kualitas yang menjanjikan strategi mengarah ke persaingan bisnis.

Namun, sering kali produk yang memiliki hak cipta membuat marketvalue yang tidak masuk akal bagi para investor. Mungkin bagi startup menjunjung nilai paten akan sangat berarti, tetapi ada baiknya jalin investasi yang berhubungan erat dengan reputasi baik.

Dengan adanya pengalaman suatu ide dalam bisnis startup yang akan Anda jalani, akan percuma bila dilandasi dengan nilai terlalu berlebihan tanpa memikirkan perkembangan startup selanjutnya. Pelajari mengenal ruang bisnis Anda, maka jaminan investor akan lebih besar.

Evaluasi Ketika Bisnis Tidak Kunjung Tumbuh dan Berkembang

Salah satu syarat bagi bisnis startup untuk mencapai kesuksesan adalah terus bertumbuh (scaling-up). Baik dari segi fitur atau layanan, pengguna, hingga profit atau pendapatan. Pertumbuhan bisnis harus menjadi perhatian khusus karena berdampak bagi keberlangsungan bisnis. Untuk mengevaluasi pertumbuhan bisnis, berikut beberapa hal yang harus diperhatikan jika lajunya masih jalan di tempat.

Kurangnya peluang

Untuk bisa bertumbuh harus wajib memiliki ruang dan peluang. Jika bisnis menghadapi posisi stuck atau tidak mengalami pertumbuhan dalam waktu yang lama hal yang paling mungkin adalah sudah tidak ada peluang untuk tumbuh. Di sinilah seorang pemimpin harus menganalisis, mulai dari model bisnis, ekosistem, hingga target pengguna. Lakukan ekspansi jika perlu, tambah jumlah layanan jika dibutuhkan.

Kebosanan

Hal selanjutnya yang diperhatikan adalah kebosanan. Dalam menjalankan sebuah bisnis kebosanan bisa melanda banyak aspek, seperti kebosanan pada strategi marketing, kebosanan dengan inovasi yang tidak ada perubahan berarti maupun kebosanan yang melanda orang-orang di dalam tim. Di titik inilah pemimpin perlu mengambil langkah bijak, seperti mencari insight baru dari orang-orang di luar tim, atau melakukan inovasi yang cukup membuat antusiasme secara menyeluruh.

Melihat ke dalam tim

Selanjutnya, jika bisnis tidak kunjung juga mendapatkan pertumbuhan sebagai pemimpin wajib untuk melakukan evaluasi. Tidak ada salahnya mendatangkan satu-dua orang yang memiliki kompetensi lebih untuk mengubah keadaan. Atau paling tidak pemimpin bisa memberikan kebijakan untuk setidaknya mengubah suasana atau memberikan kesempatan anggota tim untuk berkreasi lebih.

Prioritas fokus

Fokus adalah hal penting lainnya yang harus diprioritaskan. Jangan sampai fokus bisnis diletakkan ke hal-hal yang tidak semestinya. Jika di tahap awal fokus bisa diletakkan untuk melakukan eksplorasi pasar dan menggali peluang, target pengguna dan pembenahan model bisnis. Hal tersebut bisa menjadi kunci. Selanjutnya bisa fokus pada bagaimana terus menumbuhkan bisnis.

Kiat Mendapat Dukungan dari Lingkungan Terdekat dalam Menjalankan Startup

Mendirikan startup merupakan proses yang panjang dan melelahkan, akan menjadi lebih baik jika Anda memiliki pendukung yang mampu memberikan dorongan hingga semangat atas semua ide, inovasi serta rencana yang Anda miliki sebagai pendiri. Di sisi lain pendukung seperti keluarga, teman hingga pegawai bukan hanya berguna untuk pemberi semangat, namun juga masalah finansial jika dibutuhkan.

Artikel berikut ini akan membahas 3 hal yang bisa diterapkan untuk memanfaatkan dukungan dari keluarga, teman hingga pegawai untuk menjalankan startup.

Sampaikan tujuan dan cita-cita secara jelas

Jika saat ini Anda telah memiliki pendukung yang selalu siap membantu dan menantikan produk atau layanan yang bakal diluncurkan, pastikan untuk selalu menyampaikan visi dan misi serta tujuan akhir dari usaha Anda. Apa pun strategi serta fitur yang akan Anda hadirkan, pastikan untuk menjelaskan dengan benar kepada pendukung Anda, mulai dari rencana awal, eksekusi yang akan diterapkan, hingga potensi mendapatkan revenue jika nantinya layanan atau produk dirilis.

Jelaskan kegiatan uji coba atau rencana untuk pivoting

Jika saat ini Anda merasa layanan atau produk yang dimiliki terlihat lambat dalam pertumbuhan dan Anda berniat untuk melakukan uji coba hingga akhirnya melakukan pivoting, jelaskan maksud dan rencana Anda kepada pendukung Anda. Dalam hal ini adalah keluarga, rekan dan pegawai. Dengan demikian Anda bisa dengan baik melancarkan kegiatan uji coba dan coba memperkenalkan layanan serta produk terbaru tersebut kepada kalangan terdekat dulu hingga akhirnya siap diluncurkan kepada pelanggan.

Melakukan koordinasi

Saat ini ada dua kriteria dari pendiri startup, yaitu mereka yang memiliki ide serta inovasi terkini, namun gagal untuk mengelola keuangan, sementara ada pula pendiri startup yang pandai mengelola keuangan oprasional namun tidak mampu untuk menghasilkan ide serta inovasi terbaru untuk startup.

Idealnya adalah pendiri startup yang baik memiliki beberapa elemen dari kemampuan untuk menciptakan inovasi dan kecerdasan untuk mengelola keuangan, dengan demikian startup bisa berjalan ke arah yang jelas dan berpeluang untuk tumbuh dengan baik.

Salah satu cara yang bisa dilakukan jika Anda sebagai pendiri tidak memiliki kemampuan tersebut adalah, dengan memanfaatkan pendukung Anda, dalam hal ini keluarga, teman hingga pegawai yang memiliki kemampuan yang Anda tidak miliki. Isi celah tersebut dengan dukungan dari mereka, agar Anda bisa menjalankan bisnis yang sukses.

Pentingnya Evaluasi Produk Sebelum Melakukan Pivot

Mengevaluasi produk yang sudah diluncurkan ke pasar sangat penting untuk diukur keefektifannya, apakah sudah sesuai target atau belum sebelum akhirnya pendiri memilih langkah pivot sebagai bagian dari strategi bisnis. Perusahaan perlu melakukan pengumpulan feedback data dari konsumen.

Seperti dikemukakan halaman Medium Chargify, menurut pendiri Qualaroo Sean Ellis sebaiknya feedback berisi pertanyaan yang spesifik. Misalnya:

Bagaimana rasanya bila anda tidak dapat menggunakan produk ini?

1. Sangat kesal
2. Agak kecewa
3. Tidak kecewa
4. Saya tidak lagi memakai produk ini

Ellis menjelaskan, apabila lebih dari 40% koresponden memilih opsi nomor 1, artinya anda sudah menemukan produk sesuai dengan kebutuhan pasar. “Untuk produk di atas 40%, berarti produk sudah stabil dari skala bisnis. Tapi untuk di bawah 40% tampaknya perlu ditingkatkan,” ujarnya.

Cara lainnya, yakni dengan memberikan Net Promoter Score (NPS). NPS bekerja dengan memberikan pertanyaan ke konsumen, seberapa jauh keinginan mereka untuk merekomendasikan produk ke koleganya dengan skala 1 sampai 10.

Terakhir, temui langsung konsumen. Alex Turnbull, CEO Groove, menjelaskan saat perusahaan baru berdiri, pihaknya kerap aktif menemui langsung setiap konsumen yang melakukan transaksi di tempatnya.

“Kita menghabiskan banyak waktu berbicara ke setiap pelanggan kami. Kita tidak punya pilihan, berbicara dengan pelanggan selama berjam-jam adalah satu-satunya cara terbaik yang bisa membuat produk kami cocok di pasar,” katanya.

Sisi positifnya, lanjut Turnbull, kita tidak perlu banyak cara untuk mendapat feedback dari konsumen. Dia mengaku beberapa bulan kemudian, saat Groove meluncurkan produk baru, apresiasi pasar ternyata yang luar biasa.

Repetisi menjadi kunci evaluasi

Menjadikan konsumen terus melakukan repetisi penggunaan produk, tentunya menjadi model bisnis impian seluruh perusahaan, sebab dari sanalah tercipta produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar.

“Mendapatkan pelanggan yang melakukan menjadi validasi utama membangun model bisnis ideal yang dapat terukur,” kata Ash Maurya, kreator LeanStack.

Pivot sebagai strategi

Menurut Jens Lapinski, Direktur Pelaksana Techstar Berlin, mendefinisikan pivot sebagai strategi mengubah target konsumen, proposisi produk, pemasaran, penjualan, atau perubahan model bisnis secara signifikan.

Dari pengalaman Lapinski berkarier, pihaknya menemukan fakta bahwa pivot bisa dilakukan sampai kamu menemukan produk yang pas, tapi pivot bisa membuat bisnis menjadi gagal.

Sementara itu, Marc Andressen, penulis blog The Only Thing That Matters, mengatakan lakukan apapun demi mendapatkan produk yang sesuai pasar.

Caranya bisa lewat mengubah orang, menulis ulang produk, mengubah target pasar, atau lainnya apapun yang diperlukan. “Untuk bisa capai target, abaikan hal lain seluruhnya.”

Pendapat lainnya, Brian Balfour, pendiri Boundless, produk sesuai pasar bisa didapat bila menggunakan konsep “trifecta,” yakni non-trivial top line growth, retention, dan meaningful usage.

Dia mencontohkan, salah satu produk yang menggunakan konsep tersebut adalah Snapchat. Aplikasi tersebut, setelah beberapa diluncurkan, mencatatkan perolehan yang fantastis, yakni diunduh 200.000 kali, memiliki 100.000 pengguna harian, dan secara rata-rata pengguna harian mengirimkan 1 juta foto per harinya.

Produk lainnya adalah PayPal. Awalnya PayPal tidak berjalan sesuai ekspektasi kemudian pendirinya melakukan pivot. Kemudian, perubahan yang terjadi ialah PayPal memberikan fitur kepada penggunanya mengirimkan uang secara elektronik.

Ketika eBay menemukan PayPal, kedua perusahaan pivot lagi hingga kemudian PayPal menjadi pilihan pembayaran pengguna eBay.

Pivot yang terakhir dilakukan tersebut menjadi apa yang orang-orang kenal PayPal saat ini: menawarkan transaksi pembayaran yang aman via internet.

Intinya adalah entah itu perubahan kecil atau besar saat melakukan pivot, asalkan mengarah ke perubahan yang signifikan produk dijamin cocok dengan kebutuhan pasar.

Pivot yang sukses adalah selalu menggunakan apa yang selama ini anda pelajari. Misalnya, dari hasil survei jajak pendapat konsumen.

“Proses memilih strategi tidak akan berakhir karena pasar terus bergerak dengan cepat. Saat pasar anda bergerak, produk yang anda buat juga harus bergerak mengikutinya,” pungkas Balfour.

Agate Survey: Indonesians Love RPG, Strategy and FPS Games

One of the most prominent game studio in Indonesia, Agate Studio, held a survey about gaming in Indonesia. 1200 gamers were participating to gain inside knowledge about current condition in Indonesia. The result apparently quite obvious. RPG (Role Playing Games), Strategy, and FPS (First Person Shooting) are three most popular genre in Indonesia. In other hand, music and puzzle are the least favorites.

Desktop remains the most popular platform for playing games, although the popularity of mobile gaming is skyrocketing. Almost 90% confessed that they still use desktop to play games, with 33% said to play games using smartphones. In accordance to previous fact, most people (89&) are playing games at home, with only 31% are still playing in Internet Cafe or Game Center.

Continue reading Agate Survey: Indonesians Love RPG, Strategy and FPS Games

Perusahaan yang Fokus Pada Strategi Mobile, Cenderung Abaikan Web

Angel investor dan pengusaha kawakan, Mark Suster mendiskusikan tentang bagaimana perusahaan yang fokus pada strategi mobile sebagai yang utama, seperti yang disarankan oleh Fred Wilson sekitar satu tahun yang lalu, cenderung melupakan aspek kedua dari nasihat Fred, yaitu web.

Mobile memang bagian utama dalam masa depan konsumsi teknologi. Dalam beberapa tahun ke depan, segalanya nampak akan beralih ke mobile dengan beberapa contoh perusahaan yang mengutamakan akses mobile seperti Instagram dan Square. Ini juga terbukti dari pertumbuhan penjualan smartphone yang meroket dalam beberapa tahun ke belakang. Walaupun demikian, web memiliki kapabilitas yang lebih luas, fleksibel dan lebih komprehensif dalam memberikan akses pada pengguna. Perusahaan yang fokus pada mobile sebagai strategi utama sayangnya cenderung melupakan kemampuan yang bisa diberikan dari akses web.

Menjalankan strategi mobile sebagai pilihan pertama adalah sebuah pilihan strategi yang cukup baik, namun ada banyak pengalaman dan fitur yang tidak bisa dihantarkan oleh akes dari mobile. Contoh yang diberikan Mark, Pinterest, adalah sebuah contoh tepat yang menunjukkan kemampuan web di atas mobile.

Continue reading Perusahaan yang Fokus Pada Strategi Mobile, Cenderung Abaikan Web

Mobile First Companies Tend to Neglect the Web

Angel investor and long time entrepreneur Mark Suster talks about how companies who have been focusing on the mobile-first strategy, as described by Fred Wilson over a year ago, are forgetting the second part of Wilson’s advice which is web second.

Mobile is without question an important part of the future of consumer technology. Everything seems to be going mobile in the last few years with companies like Instagram and Square, and that is evidenced by the skyrocketing number of smartphones sold in the past few years. The web however, is capable of offering more simply by being larger, more flexible, more comprehensive. Companies focusing on mobile first unfortunately tend to forget about the web’s capabilities.

Continue reading Mobile First Companies Tend to Neglect the Web

NulisBuku.com, About a Year Running and Its Future Plan [Interview]

This October, NulisBuku.com celebrates its first anniversary. As explained by Ega from NulisBuku, NulisBuku anniversary is on last 8th October. However, they will celebrate it on 11th November 2011 (11.11.11).

NulisBuku is a self publishing service. By this service, anyone can publish their book. Writers can use NulisBuku service to make their book published and then sell it on NulisBuku site or other places. By the Print on Demand system, writers can order books as they want. You can find the complete information about it here.

DailySocial has contacted Brilliant Yotenega (Ega) from NulisBuku to know NulisBuku.com’s development in a year. He will also explain us what are NulisBuku plans in the future. Here is the short interview about NulisBuku.com:

Continue reading NulisBuku.com, About a Year Running and Its Future Plan [Interview]