Tag Archives: STRIVE

Hypefast Dikabarkan Mendapat Pendanaan Seri A Senilai 203,5 Miliar Rupiah (UPDATED)

*Pembaruan per 23 July 2021: Pihak Hypefast mengoreksi bahwa perusahaannya mengakuisisi startup “Digital & E-commerce Native Brands” alih-alih “Direct to Consumer”. Keduanya memiliki perbedaan dalam hal distribusi brand produk, yakni melalui e-commerce dan kanal sendiri.

Hypefast dikabarkan telah membukukan pendanaan seri A senilai $14 juta atau setara 203,5 miliar Rupiah. Dari data yang kami peroleh, putaran ini dipimpin oleh Monk’s Hill Ventures dengan partisipasi Jungle Ventures, Strive, dan Amand Ventures.

Ketika dihubungi, Founder & CEO Hypefast Achmad Alkatiri memilih tidak memberikan komentar terkait pendanaan ini.

Ia menyampaikan, saat ini perusahaannya sedang fokus untuk menumbuhkan merek yang ada dalam portofolionya. Sampai saat ini, sudah ada lebih dari 20 brand yang ada dalam jaringannya, mengelola lebih dari 150 tim di seluruh Asia Tenggara. Dengan model bisnis yang dijalankan, Hypefast juga mengaku sudah profitable sejak tahun pertamanya.

Seperti diketahui, Hypefast berinvestasi dan mengakuisisi startup “Digital & E-commerce Native Brands” yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi brand global. Selain dukungan kapital, di dalamnya pemilik merek juga mendapatkan banyak dukungan mulai dari pemasaran, produksi dan operasi, hingga pemanfaatan data untuk membantu analisis bisnis.

Brand yang diakuisisi seperti pengembang produk busana, makanan, perawatan tubuh, dan lain sebagainya — yang diproduksi, dipasarkan, dan dijual secara langsung ke konsumen melalui berbagai kanal, khususnya online marketplace seperti Tokopedia, Shopee, dll. Dua contoh startupnya adalah Boonles dan NOORE Sport Hijab.

D2C mendapat momentum

Startup D2C atau new economy memang tengah menjadi perhatian di tengah perkembangan digital saat ini.  Di Indonesia juga mulai ada beberapa investor yang mulai menjamah secara serius startup D2C, di antaranya East Ventures, Alpha JWC Ventures, ANGIN, BRI Ventures, dan Salt Ventures.

Di kancah global, khususnya Amerika Serikat, putaran investasi ke startup D2C sudah cukup kencang sejak beberapa tahun terakhir. Kendati demikian, menurut data CBInsights, secara global performanya menurun di tahun 2020, salah satunya diakibatkan oleh pandemi.

Di Indonesia D2C justru seperti tengah mendapatkan momentum di tengah kehadiran [yang cukup marak] generasi entrepreneur baru. Faktor penting yang menjadi penyokong adalah tingginya minat konsumen dalam berbelanja di platform online marketplace – setiap tahun trennya mengalami pertumbuhan pesat membukukan GMV yang signifikan. Data terbaru dari Google, Temasek, dan Bain&Company per tahun 2020 GMV e-commerce Indonesia mencapai $32 miliar, terbesar di regional.

Kreativitas pemasaran melalui kanal digital, seperti media sosial, membuat para pengembang brand mendapat perhatian dan meraup untung dari pasar lokal. Strateginya bermacam-macam, ada yang berkolaborasi untuk menghadirkan produk limited bersama influencer ternama, membuat strategi pemasaran viral, dan lain-lain.

Di samping itu menurut survei yang dilakukan Facebook, ada kecenderungan konsumen di Indonesia untuk membeli produk dari banyak brand. Ini menjadikan kompetisi pasar menjadi lebih dinamis, dibanding dengan basis konsumen yang loyal terhadap produk tertentu saja.

Raksasa digital di Indonesia juga memiliki perhatian khusus ke startup D2C. Misalnya yang dilakukan decacorn Gojek, mereka memanfaatkan program akselerator Xcelerate untuk menjaring startup D2C lokal untuk dibina dan dibantu melalui kekuatan di ekosistem layanannya.

Raena’s Target in Indonesia Post Series A Funding and Business Pivot

The impact of the pandemic can significantly drive startup businesses, especially for those who promote online services and trending products among communities. One that has experienced an increase during the pandemic is Raena. The platform helps promotional activities take advantage of social media influencers.

In order to increase traction, the company’s decided to pivot (in the sense of turning a business direction to widen market share), by providing integrated solutions not only for influencers but also for women who want to have additional income to become beauty entrepreneurs.

Raena’s Founder & CEO, Sreejita Deb revealed to DailySocial, from the beginning to the end of 2020, Raena’s new business line has experienced massive growth. One of the reasons is the increasing number of people who make online transactions during the pandemic.

“Even though many claims pivoting is something negative, for us, it is an opportunity for business to be more flexible. Previously, we only provide a platform to influencers, now, we want to provide a comprehensive solution for those who want to have their own business,” Sreejita said.

Raena’s new concept is social commerce, managing all the needs and processes that are usually performed by online sellers. Starting from managing stock of goods, suppliers, selecting brands, to logistics. For those who want to join Raena and want to become a seller, they can focus more on developing their number of followers on social media, WhatsApp, marketplace channels such as Shopee, Lazada, Tokopedia, and others.

“Previously, we have a one-to-one model that links one supplier to one influencer. Now, we offer a many-to-many model, which connects various brands and various suppliers to various influencers,” she added.

Series A funding

In order to massively grow business, Raena has completed a $9 million Series A fundraising activity led by Alpha Wave Incubation and Alpha JWC Ventures. Other investors involved in this year’s funding include AC Ventures, Beenext, Beenos, and Strive. In 2019, Raena secured $1.8 million in early-stage funding.

“To date, we have not spent too much money on marketing activities. That’s why we are not too aggressive in raising funds. Our focus is to increase the value of influencers or those who join Raena,” Sreejita said.

With this fresh fund, Raena’s future plans are to increase the number of sellers, increase the number of brands, and the internal team. Currently, Raena has a team consisting of 15 people in Indonesia. And until the end of next year, the number is planned to be increased. Raena also sees the Indonesian market as the main target.

Alpha JWC Ventures said the reason they were interested in investing was Raena’s vision to empower female entrepreneurs throughout Indonesia by opening access to high-quality beauty products. In addition, Raena is a solution for brands that expect to enter Southeast Asia, especially Indonesia, and for entrepreneurs who are looking for business consistency.

“By serving these two segments, Raena is entering a large market that continues to grow along with the growing middle class in Indonesia and Southeast Asia. With the expertise of Raena’s founding team and our support, we are confident that Raena can grow into a leading player in the Southeast Asian beauty industry,” Alpha JWC Ventures’ Co-founder & General Partner, Chandra Tjan said.

Previously, DailySocial had reviewed the beautytech trend in Indonesia, which is defined as a new model for actors in the beauty industry to reach consumers. Its business model no longer revolves around conventional distribution channels but combines the strengths of technology and digital.

Based on the Euromonitor report, the beauty market value in Indonesia was estimated to reach $8.46 billion in 2022, up from the estimated value in 2019 of $6.03 billion.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Seri A dan Pivot Raena

Fokus Raena di Indonesia Setelah Kantongi Pendanaan Seri A dan Lakukan Pivot

Dampak pandemi bisa mendorong bisnis startup secara signifikan, terutama bagi mereka yang mengedepankan layanan online dan produk yang menjadi tren di kalangan masyarakat. Salah satu yang mengalami peningkatan selama pandemi adalah Raena. Platform tersebut membantu kegiatan promosi memanfaatkan influencer media sosial.

Guna meningkatkan traksi, kini memutuskan untuk melakukan pivoting (dalam artian berbelok haluan bisnis untuk memperlebar pangsa pasar), dengan memberikan solusi terpadu bukan hanya untuk influencer, namun juga untuk kalangan perempuan yang ingin memiliki penghasilan tambahan menjadi beauty entrepreneur.

Kepada DailySocial, Founder & CEO Raena Sreejita Deb mengungkapkan, sejak awal hingga akhir tahun 2020, bisnis baru yang dikembangkan oleh Raena telah mengalami pertumbuhan yang cukup masif. Salah satu alasan adalah makin besarnya jumlah masyarakat yang melakukan transaksi secara online selama pandemi.

“Meskipun banyak yang mengatakan pivoting adalah sesuatu hal yang negatif, namun bagi kami justru menjadi peluang agar bisnis bisa menjadi lebih fleksibel. Jika di awal kami hanya ingin memberikan platform kepada influencer, kini kami ingin memberikan solusi menyeluruh kepada mereka yang ingin memiliki bisnis sendiri,” kata Sreejita.

Konsep baru yang ditawarkan oleh Raena adalah social commerce, mengelola semua kebutuhan dan proses yang biasanya dilakukan oleh penjual secara online. Mulai dari pengelolaan stok barang, supplier, pemilihan brand, hingga logistik. Untuk mereka yang ingin bergabung dengan Raena dan ingin menjadi penjual, selanjutnya bisa lebih fokus mengembangkan jumlah pengikut mereka di media sosial, WhatsApp, kanal marketplace seperti Shopee, Lazada, Tokopedia dan lainnya.

“Sebelumnya model kita adalah oneto-one yang menghubungkan satu supplier ke satu influencer saja. Sekarang konsep yang kita tawarkan adalah many-to-many model, yang menghubungkan berbagai brand dan berbagai supplier kepada berbagai influencer,” kata Sreejita.

Kantongi pendanaan seri A

Untuk mengembangkan bisnis lebih masif lagi, Raena telah merampungkan kegiatan penggalangan dana tahapan seri A senilai $9 juta yang di pimpin oleh Alpha Wave Incubation dan Alpha JWC Ventures. Investor lain yang terlibat dalam pendanaan kali ini di antaranya AC Ventures, Beenext, Beenos, dan Strive. Tahun 2019 lalu Raena telah mengantongi pendanaan tahap awal senilai $1,8 juta.

“Selama ini kita tidak terlalu banyak mengeluarkan uang untuk kegiatan pemasaran. Karena itu kami tidak terlalu gencar untuk melakukan penggalangan dana. Fokus kami adalah meningkatkan nilai para influencer atau mereka yang bergabung dengan Raena,” kata Sreejita.

Dengan dana segar ini rencana Raena ke depannya adalah menambah jumlah penjual, menambah jumlah brand, dan tim internal. Hingga kini Raena telah memiliki tim di Indonesia sebanyak 15 orang. Dan hingga akhir tahun depan, jumlah tersebut rencananya akan ditambah. Raena juga melihat pasar Indonesia sebagai fokus utama yang disasar oleh mereka.

Alpha JWC Ventures menyebutkan, alasan mereka tertarik untuk berinvestasi adalah visi Raena untuk memberdayakan entrepreneur perempuan di seluruh Indonesia dengan cara membuka akses pada produk kecantikan berkualitas tinggi. Tidak hanya itu, Raena menjadi solusi bagi brand yang ingin masuk ke Asia Tenggara, terutama Indonesia, dan untuk entrepreneur yang mencari konsistensi usaha.

“Dengan melayani dua segmen ini, Raena memasuki pasar besar yang terus berkembang seiring pertumbuhan kelas menengah di Indonesia serta Asia Tenggara. Dengan keahlian tim pendiri Raena serta dukungan kami, kami yakin Raena dapat tumbuh menjadi pemain unggul di industri kecantikan Asia Tenggara,” kata Co-founder & General Partner Alpha JWC Ventures Chandra Tjan.

Sebelumnya DailySocial sempat mengulas tren beautytech di Indonesia, yang didefinisikan sebagai model baru bagi pelaku di industri kecantikan dalam menjangkau konsumen. Model bisnisnya tak lagi berkutat pada jalur distribusi konvensional, tetapi mengombinasikan kekuatan teknologi dan digital.

Berdasarkan laporan Euromonitor, nilai pasar kecantikan di Indonesia sempat ditaksir bakal mencapai $8,46 miliar di 2022, naik dari estimasi nilai di 2019 yang sebesar $6,03 miliar.

Application Information Will Show Up Here

NusaTalent to Build Up Team and Aquire Users After Seed Funding

NusaTalent, a tech company connecting fresh graduate with hiring companies, has graduated from SKALA accelerator program of Strive and Innovation Factory. After receiving seed funding from Salim Group, NusaTalent is to use it for team building and user acquisition.

Steven Gouw as the Co-founder said, after its launching in 2018, they had a promising improvement, in terms of registered fresh graduates or the partnered companies. The user growth is said to reach tens of thousands.

“We’ve partnered up with over 200 companies in Jabodetabek and 50 universities more to this August. It works well as we’re organizing some activities, such as seminar and digital job fair,” he added.

He mentioned as digital job fair becoming one of the on-demand events in university for adopting the paperless concept, without having to bring printed CV and application letter, it’s considered practical and efficient.

“We adopt the paperless concept so that during the job fair, the applicants may download, register, complete the profile and apply through the company QR Code. Each company will do the follow up after the digital job fair ended,” he added.

Almost a year goes by, NusaTalent still striving for business growth. They just graduate from SKALA accelerator program and receive fresh funding from Salim Group. The experience and investment are to be used for a better and bigger team to support business growth.

“The raised funding is to be focused on a bigger team on business and technology, also make a commitment to reach more universities in all over Indonesia. In the future, NusaTalent will keep forming good connections with thousands of companies for better recruitment ecosystem. It also to help fresh graduates to meet their first job. They also have a commitment to help universities in observing their graduates career,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
NusaTalent mendapat pendanaan dari Salim Group setelah lulus program akselerator SKALA

Peroleh Pendanaan Tahap Awal, NusaTalent Perkuat Tim dan Jangkau Lebih Banyak Pengguna

NusaTalent, perusahaan teknologi yang mengusung konsep menghubungkan lulusan baru atau fresh graduate dengan perusahaan, telah lulus dari program akselerator SKALA besutan Strive dan Innovation Factory. Pasca perolehan dana segar dari Salim Group, NusaTalent menggunakannya untuk memperkuat tim dan mengakselerasi pertumbuhan pengguna.

Co-founder Steven Gouw menyebutkan, setelah diluncurkan pada tahun 2018 silam mereka mengalami perkembangan yang cukup menjanjikan, baik dari segi fresh graduate yang mendaftar maupun dari perusahaan yang bekerja sama. Ia mengklaim pertumbuhannya mencapai puluhan ribu pengguna.

“Kami telah bekerja sama dengan lebih dari 200 perusahaan di daerah Jabodetabek dan lebih dari 50 perguruan tinggi sampai bulan Agustus ini. Kerja sama yang kami lakukan dengan perguruan tinggi di Indonesia berjalan dengan baik karena kami sering sekali mengadakan kegiatan seperti semiar dan juga digital job fair,” terang Steven.

Ia melanjutkan, digital job fair menjadi salah satu acara yang paling banyak diminati oleh perguruan tinggi karena membawa konsep paperless, atau tidak membutuhkan pelamar mencetak CV dan surat lamaran, sehingga dinilai lebih praktis dan mudah.

“Kami mengusung tema paperless job fair, jadi yang terjadi pada saat job fair adalah pencari kerja atau jobseekers hanya tinggal download, registrasi, mengisi profil dan tinggal apply melalui QR code yang sudah disediakan di perusahaan. Lalu follow up akan dilakukan oleh perusahaan setelah digital job fair ini berakhir,” imbuhnya.

Hampir satu tahun berjalan, NusaTalent terus mengupayaan pertumbuhan bisnisnya. Mereka baru saja lulus dari program akselerator SKALA dan mendapatkan suntikan dana segar dari Salim Group. Pengalaman dan investasi ini akan dimanfaatkan NusaTalent untuk membentuk tim yang lebih baik dan lebih besar demi menunjang pertumbuhan bisnis perusahaan.

“Pendanaan yang didapatkan ini akan difokuskan untuk membentuk tim yang lebih besar dalam bidang bisnis dan teknologi serta berkomitmen untuk menjangkau lebih banyak perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Ke depannya, NusaTalent akan terus menjalin relasi yang baik dengan ribuan perusahaan serta ratusan perguruan tinggi untuk mencapai ekosistem rekrutmen yang baik. Serta membantu lulusan baru atau fresh graduates untuk mendapatkan pekerjaan pertamanya. Nusatalent juga berkomitmen untuk membantu perguruan tinggi untuk memantau perjalanan karir lulusannya,” tutup Steven.

Application Information Will Show Up Here
SKALA digagas Innovation Factory dan STRIVE (sebelumnya bernama GREE Ventures). Membuka pendaftaran program akselerator batch kedua

Program Akselerator SKALA Batch Kedua Resmi Dibuka

Dirasa cukup sukses dengan program akselerator batch pertama, Skala kembali dibuka untuk batch kedua. Program investasi tahap awal ini memakai metrik dan pertumbuhan sebagai landasannya. Saat ini Skala sudah menanamkan modal senilai Rp437 juta masing-masing untuk enam alumni startup pada angkatan pertama yang dipilih dari 400 lebih peserta. Mereka antara lain Atenda (penyedia manajemen HRD), Storial (platform berbagi cerita), Magalarva (produksi pakan ternak dan pengolah limbah), Calista (dermatologis online), NusaTalent (platform pencarian kerja untuk fresh graduate), dan Noompang (komunitas berbagi tumpangan).

Untuk angkatan kedua ini Skala akan memilih 15 startup. Jika sebelumnya Skala mendapatkan 5% dari investasi yang diberikan untuk angkatan kedua ini mereka akan memberikan Rp700 juta untuk 8% saham. Term sheet Skala akan terbuka secara publik dan dapat diakses oleh siapapun, dengan demikian founder akan memiliki seluruh informasi yang mereka butuhkan sebelum memutuskan untuk masuk ke dalam program.

“Melihat antusiasme yang sangat besar di program pertama, kami terdorong untuk bisa melatih dan membimbing lebih banyak perusahaan startup di angkatan kedua ini. Indonesia memiliki banyak sekali founder berkualitas dengna produk dan layanan yang inovatif,” terang Program Head Skala Agustiadi Lee.

“Namun, mereka sering menghadapi tantangan untuk mengembangkan bisnis karena belum memiliki cukup pengalaman atau pengetahuan terkait dunia startup. Karena itulah kani ingin membimbing mereka sejak awal melalui program mentorship intenshif selama 20 minggu. Kami merasa itu jenjang waktu yang tepat untuk mengakselerasi sebuah perusahaan rintisan,” lanjutnya.

Program Skala digagas oleh Innovation Factory dan Strive (sebelumnya dikenal dengan GREE Ventures). Nantinya startup yang berpartisipasi akan dilatih untuk menjabarkan metrik utama dan tujuan bisnis yang ingin dicapai selama program berlangsung. Skala saat ini juga didukung oleh jaringan mentor profesional yang berpengalaman di bidang masing-masing. Seperti CEO Popbox Adrian Lim, Co-founder Bukalapak Fajrin Rasyid, dan masih banyak lainnya.

Pendaftaran akan dibuka sampai dengan 9 Agustus 2019. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan Skala dalam memilih startup antara lain tim founder yang memiliki keahlian dan pemahaman yang mendalam untuk pasar di Indonesia, startup yang sudah melakukan customer development dan telah menguji produk mereka di pasar, bukan perusahaan yang baru tahap ide, dan yang terakhir akan menjadi poin plus jika startup telah melakukan riset pasar atau MVP dengan market traction.