Tag Archives: student loan

Startup fintech lending JULO masuk ke ranah student loan

JULO Optimistis Segmen Pembiayaan Pendidikan Punya Ruang di Indonesia

Startup fintech lending JULO memercayai potensi pembiayaan di segmen pendidikan masih memiliki ruang pertumbuhan yang besar di Indonesia. Melalui peluncuran Biaya Pendidikan, JULO berharap dapat membantu meringankan beban masyarakat dengan cicilan ringan dan bunga bersahabat.

Dalam wawancara singkat bersama DailySocial.id, Chief Business Officer JULO Group Nimish Dwivedi menjelaskan, latar belakang perusahaan tertarik dengan segmen ini karena sejalan dengan visi yang ingin meningkatkan kualitas hidup dan membuat masyarakat Indonesia lebih berdaya, melalui fasilitas finansial yang merata.

“JULO percaya bahwa pendidikan adalah kebutuhan esensial masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara berkepanjangan. Sangat disayangkan jika pendidikan terhalang oleh kendala finansial, maka itu JULO kredit digital melalui fitur Biaya Pendidikan ingin memfasiliasi pembiayaan pendidikan dengan sistem cicilan dengan bunga bersahabat,” ujarnya.

Co-founder dan CEO JULO Adrianus Hitijahubessy menuturkan, tahun ini akan menjadi tahun penuh gebrakan inovasi bagi JULO Kredit Digital. Menurutnya, selain inovasi dari segi kampanye dan fitur-fitur, pihaknya akan perbanyak kerja sama dengan berbagai partner strategis ke depannya dalam waktu dekat – seperti yang sudah dilakukan bersama Grab.

“Dengan demikian, semakin banyak lapisan masyarakat yang dapat terjangkau oleh akses kredit dan menjadi lebih berdaya secara finansial untuk kualitas hidup yang lebih baik,” ujarnya.

Sebagai catatan, Indonesia merupakan negara sistem pendidikan terbesar ke-4 di dunia – setelah Tiongkok, India, dan Amerika Serikat, dengan 50 juta siswa di lebih dari 250 ribu sekolah. Potensi sedemikian luas ini tidak terlepas dari berbagai masalah, salah satunya fenomena putus sekolah.

Mengutip dari data Badan Pusat Statistik mencatat bahwa sebanyak 67% pelajar putus sekolah karena kendala ekonomi. Dengan 86% jumlah penggangguran terbuka yang didominasi oleh tingkat pendidikan setara dan di bawah SMA, kendala ini tentunya menjadi hambatan utama bagi masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjadi berdaya secara finansial.

JULO bukanlah pemain lending pertama yang masuk ke segmen ini. Sebelumnya ada Pintek, Danacita, CICIL, Danadidik, Edufund, dan KoinPintar dari Koinworks, dengan berbagai skema pembiayaan untuk industri pendidikan.

KoinPintar dan Pintek sudah hengkang dari bisnis ini. Koinworks beralasan penutupan per April 2023 ini ditempuh karena perusahaan memutuskan untuk beralih ke bisnis pembiayaan dengan daya tarik lebih tinggi.

Adapun Pintek, hingga kini belum ada keterangan resmi yang disampaikan. Rumor yang beredar, Shipper mengeksplorasi produk pembiayaan untuk logistik bersama Pintek. Kini dalam situs Pintek, perusahaan menawarkan dua produk pembiayaan, yakni supply chain financing (distributor, supplier, dan merchant), dan pendanaan usaha (PO, invoice, dan inventory).

Dengan kata lain, produk yang ditawarkan Pintek ini kurang lebih sama dengan yang ditawarkan oleh pemain lending kebanyakan yang fokus di pembiayaan produktif, seperti Investree, Modalku, dan KoinWorks.

Kendati demikian, Dwivedi tetap melihat dengan pendekatan dan pengukuran risiko yang tepat, maka solusi yang ditawarkan perusahaan akan tetap menarik bagi masyarakat. Dia menjelaskan, dalam skema pembiayaan di produk ini terhubung dengan JULO Kredit Digital. Yang mana, JULO Kredit Digital memberikan limit kredit untuk pengguna yang telah memenuhi kualifikasi dan verifikasi big data melalui advance analytics secara kredit scoring, anti-fraud, dan affordability.

“Layaknya produk kartu kredit digital, JULO juga melakukan kredit skoring tidak hanya ketika proses pendaftaran, tetapi secara berkesinambungan berdasarkan histori kredit user di platform fintech.”

Biaya Pendidikan

Dia menjelaskan, fitur Biaya Pendidikan adalah salah satu fitur JULO Kredit Digital, sehingga mengikuti skema pembiayaan fitur JULO Kredit Digital lainnya. Pengguna dengan limit aktif dapat mengikuti alur seperti berikut:

Memilih produk Biaya Pendidikan dalam aplikasi JULO > Memasukkan keterangan siswa dan institusi pendidikan yang dituju > Memasukkan nilai pembayaran > Memilih tenor yang tersedia > Persetujuan transaksi.

“JULO Kredit Digital menyediakan bunga mulai dari 0,1% dengan tenor sampai dengan sembilan bulan.”

Sebagai catatan, JULO Kredit Digital diresmikan sejak September 2021 untuk memperluas fungsional plafon pinjaman agar pengguna dapat gunakan untuk berbagai jenis transaksi, mulai dari transaksi di situs e-commerce, bayar tagihan, top up saldo e-wallet, pinjaman tunai, transfer dana ke rekening sendiri atau orang lain, dan transaksi via QRIS.

Biaya Pendidikan, lanjutnya, dapat digunakan untuk membayar semua biaya pendidikan di sekolah mana pun, perguruan tinggi mana pun, universitas mana pun, dan kursus online apa pun di Indonesia. Cakupan ini meluas ke lebih dari 250.000 institusi dengan rencana penambahan lebih banyak ke depannya.

“Kami tetap fokus pada penggunaan kredit digital untuk memberdayakan pelanggan kami dan menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari mereka. Konsumen sudah mulai menggunakan fitur pendidikan JULO ini untuk pembayaran yang meliputi biaya pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah dan universitas di kota-kota tingkat pertama dan kedua di seluruh Indonesia,” tambah Dwivedi.

Terkait kinerja perusahaan, akumulasi pembiayaan yang telah disalurkan JULO sejak didirikan sudah mencapai Rp9,87 triliun. Adapun untuk pinjaman tahun ini saja sebesar Rp1,64 triliun dengan outstanding Rp1,06 triliun. Sementara itu, untuk total peminjamnya mencapai 1,4 juta orang dengan 1,04 juta orang di antaranya adalah peminjam aktif.

Para peminjam ini didominasi oleh kelompok usia pekerja aktif dengan rentang usia 21 tahun-40 tahun. Mereka tersebar di kota urban (70%) dan sisanya di rural (30%). Disebutkan 70% dari tujuan pinjaman ini digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup, termasuk modal usaha, biaya pendidikan, biaya kesehatan, dan renovasi rumah.

Application Information Will Show Up Here

KoinWorks Tutup KoinPintar, Layanan Pembiayaan Pendidikan Tak Lagi Menarik?

Meski terus bertumbuh, sektor fintech di Indonesia masih berupaya menemukan pasarnya. Salah satunya adalah produk pembiayaan pendidikan (student loan) yang sebetulnya tak banyak digarap oleh pelaku startup di tanah air.

Platform P2P lending, KoinWorks baru-baru ini dilaporkan menghentikan layanan KoinPintar yang sejak 2017 menawarkan pinjaman untuk pendidikan tingkat tinggi. Diberitakan pertama kali oleh Bisnis.com, KoinWorks tidak mengungkap alasan penutupan ini.

Menurut Co-Founder dan CEO KoinWorks Benedicto Haryono, langkah tersebut diambil agar dapat fokus ke produk-produk pembiayaan lain. Ke depannya, KoinWorks berupaya mencapai karbon netral dengan mendukung model bisnis pelaku UMKM yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Upaya KoinWorks untuk fokus ke segmen UMKM sebetulnya telah terlihat dari strateginya melalui KoinWorks NEO sehingga dapat memperluas jangkauan pembiayaan ke UMKM. Tahun lalu, pihaknya juga memperkenalkan penilaian profil risiko baru Grade S untuk menjangkau lebih banyak ekosistem UMKM

Biaya pendidikan

Sebelumnya pada awal Maret 2023, Pintek telah menyetop produk pembiayaan pendidikan dan beralih sepenuhnya pembiayaan rantai pasok (supply chain). Tutupnya produk pembiayaan pendidikan Pintek dan KoinWorks kini hanya menyisakan tiga pemain saja antara lain Danacita, DanaDidik, dan Cicil.

Cicil dan Danacita merupakan platform fintech lending, sedangkan DanaDidik menawarkan fasilitas pembiayaan pendidikan lewat model penggalangan dana (crowdfunding) yang bekerja sama dengan Yayasan Dana Abadi Pelajar.

Dalam paparan KrAsia beberapa tahun lalu, Presiden Indonesia Joko Widodo pernah mendesak bank-bank dalam negeri di 2018 silam untuk memberikan lebih banyak pinjaman pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas SDM.

Perlu diketahui, rasio pendaftaran ke perguruan tinggi di Indonesia masih berada di angka 31%, tertinggal dari negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Singapura (78%) dan Thailand (54%), menurut laporan Global Business Guide Indonesia. Faktor utamanya disebabkan karena alasan keuangan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per Juni 2022, total biaya kuliah tertinggi tercatat ada di D.I Yogyakarta dengan Rp21,1 juta, diikuti Banten (Rp19,59 juta), Maluku, (Rp19,44 juta), Maluku Utara (Rp17,47 juta), dan DKI Jakarta (Rp16,74 juta). Biaya pendidikan ini mencakup uang pendaftaran, uang saku, biaya transportasi, hingga biaya operasional.

Mengutip blog Danacita, akses terhadap fasilitas pembiayaan pendidikan untuk perguruan tinggi di Indonesia terbilang sulit karena dibebankan ke mahasiswa dan institusi. Berbeda dengan level sekolah dasar (SD) hingga menengah yang sebagian besar ditangguh pemerintah.

Student loan merupakan produk pinjaman yang memiliki transaksi tinggi di Amerika Serikat (AS). Di sana, jumlah pinjaman pendidikan yang disalurkan disebut nilainya lebih tinggi dari transaksi kartu kredit, yakni $1,3 triliun. Perbedaan student loan di AS dan Indonesia cukup terlihat pada bunga pinjaman dan tenor pelunasan.

Application Information Will Show Up Here
Startup fintech lending Pintek menyetop produk student loan, kini beralih sepenuhnya membiayai sektor rantai pasok (supply chain financing)

Pintek Stop Fasilitasi Student Loan, Beralih ke Pembiayaan Rantai Pasok

Startup fintech lending Pintek menghentikan produk pembiayaan untuk pendidikan, kini beralih sepenuhnya membiayai sektor rantai pasok (supply chain financing). Mengutip situs perusahaan, ada dua produk pembiayaan yang disediakan, yakni supply chain financing (distributor, supplier, dan merchant), dan pendanaan usaha (PO, invoice, dan inventory).

Produk yang ditawarkan Pintek ini relatif sama dengan yang ditawarkan  pemain lending kebanyakan yang fokus di pembiayaan produktif.

Hingga berita ini diturunkan, perwakilan Pintek tidak menanggapi pertanyaan yang diajukan DailySocial.id. Kami juga menghubungi Shipper mengenai relasinya dengan Pintek. Sebelumnya, Shipper dikabarkan mengeksplorasi produk pembiayaan untuk logistik bersama Pintek.

Beralihnya Pintek ke sektor lain menyisakan tiga pemain lending yang fokus bermain di student/education loan di Indonesia, yaitu Cicil, Danacita, dan DanaDidik. Ada juga KoinWorks dengan produk Koinpintar yang didedikasikan untuk sektor pinjaman pendidikan.

Di awal kehadirannya tahun 2018, startup yang didirikan oleh Tommy Yuwono dan Ioann Fainsilber ini membidik pelajar untuk mengambil pinjaman membayar sekolah atau kursus. Kemudian saat pandemi, mereka menyediakan kemudahan pembayaran cicilan bernama Pintek Instan.

Setahun kemudian, pada 2021, mereka masuk ke solusi embedded financing dengan menanamkan akses pendanaan di titik-titik penyaluran ke UKM pendidikan, seperti principal, distributor, reseller besar, dan mitra SIPLah (Sistem Informasi Pengadaan Sekolah atau SIPLah Kemdikbud).

Menurut publikasi terakhir, perusahaan dan afiliasinya telah mendukung lebih dari 2.750 institusi pendidikan dan 100 UKM pendidikan untuk menjangkau lebih dari 650 ribu siswa dan menyediakan konten edukasi keuangan ke 1,3 juta pengunjung unik tiap bulannya. Dana yang sudah tersalurkan mencapai Rp14,8 miliar ke 849 penerima pinjaman, dengan besaran dana mulai dari Rp3 juta-Rp300 juta.

Pada awal tahun lalu, Pintek dikabarkan sedang menggalang tambahan dana. FMO (Netherlands Development Finance Company), layanan perbankan asal Belanda, disebutkan bergabung dalam putaran tersebut.

Pintek terakhir kali mengumumkan perolehan pendanaan Seri A pada November 2021 sebesar $7 juta (lebih dari 100 miliar Rupiah).

The Story of Educational Loan Providers in Indonesia

There are many problems in Indonesia related to education. It is not only about curriculum and effective learning, but also access to education itself. The required capital or costs to get knowledge from courses or higher education is not cheap. For some people, it is quite burdensome. The government has issued several programs and incentives to help this access, one of which is KIP-Lecture.

Another alternative that could be an option is an education loan platform. The concept is like a loan service for capital funds, the difference is that the funds lent must be earmarked for education. Indeed, with different agreements and responsibilities on each lending platform. Some startups that have loaning products or services for education funds include Pintek, KoinPintar from KoinWorks, and DanaDidik.

Pintek’s co-founder & Managing Director Tommy Yuwono explained, in Indonesia 1 out of 4 children of high school graduates did not go to college, because the cost of education was expensive.

“In fact, the cost of education in Indonesia compared to the income per capita was 150% of GDP, whereas in America the cost of education compared to income per capita was only 51% of GDP,” Tommy said.

KoinWorks Co-Founder & CEO Benedicto Haryono said the same thing. Given the relatively high number of middle-class Indonesia and the limited number of scholarships each year, education loan services can be a solution to the inaccessibility of higher education costs in Indonesia.

“In addition, the Government also [should] provide full support so that the education loan program in Indonesia can be truly implemented. Moreover, the government development is currently focused on improving the quality of human resources towards “Advanced Indonesia”, where improvements in the quality of human resources can be pursued through good quality education,” Benedicto continued.

Education that is covered by educational loan platforms is not only limited to formal education such as tertiary institutions or vocational schools but also courses in various fields, such as programming, data science, business, to language courses.

The rise of loans for education funds are also subject to monthly installments or agreed upon, as well as the amount. There is also an ISA (Income Share Agreement) mechanism out there, a mechanism that allows loan payments by deducting salary. The amount and other things depend on the agreement in force.

Illegal fintech cases and the challenges ahead

The financial technology industry in Indonesia was hit by bad news, thanks to the actions of a number of unlicensed fintech companies entering the Indonesian market. This negative sentiment more or less has affected the whole industry, including the niche of educational loans.

Benedicto said that the rise of illegal fintech has an impact on the KoinWorks brand as a fintech company. However, he said as time passed by and the industry continues to grow, public understanding of fintech services is getting better. It was proven by the number of KoinWorks users in 2019 which increased 178% compared to the previous period.

Meanwhile, DanaDidik CEO Dipo Satria assessed that the rise of illegal fintech cases had an influence on people’s stigma on the fintech industry in Indonesia. To fight the negative stigma, Danadidik conducted a series of socialization in front of students and the campus.

“Fintech student loans such as DanaDidik which have been registered and supervised by the OJK may actually be an answer for students who want to study independently but somehow prohibited by expensive tuition fees. Campus and students stigma on loans (online loans) because illegal loans make potential borrowers worried,” Dipo said.

He also added that education funding is a new niche loan that many people do not know about, therefore, introducing products and industry to the general public is an important part of DanaDidik’s journey.

Public trust in the financial technology industry in Indonesia is also a special concern for Tommy. He said, all the owners of legal lending services, AFPI, and also the FSA are trying together to fight the illegal fintech case by educating the wider community. That became one of the main challenges to be fought together.

“In addition, there are negative perceptions of ‘loans’. In fact, not all loans are negative. For example, the loan service that Pintek provides is loans for investment. We make it easier for people to invest through education, which will be very useful for themselves in looking for work, help them meet the family, needs, also contribute to the country’s economy. So, not all loans are negative,” Tommy said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Kehadiran layanan penyedia pinjaman dana pendidikan bisa jadi jalan keluar alternatif untuk masyarakat menggapai cita-cita pendidikan tinggi

Cerita Penyedia Pinjaman Dana Pendidikan di Indonesia

Ada banyak permasalahan di Indonesia terkait dengan pendidikan. Tidak hanya soal kurikulum dan belajar yang efektif, tetapi juga akses terhadap pendidikan itu sendiri. Modal atau biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan ilmu dari kursus atau jenjang pendidikan tinggi tidaklah murah. Bagi sebagaian orang cukup memberatkan. Pemerintah sudah mengeluarkan beberapa program dan insentif untuk membantu akses ini, salah satunya KIP-Kuliah.

Alternatif lain yang bisa jadi pilihan adalah platform pinjaman dana pendidikan. Konsepnya seperti layanan peminjaman dana untuk modal, bedanya dana yang dipinjamkan harus diperuntukan untuk pendidikan. Tentu dengan kesepakatan dan tanggung jawab berbeda di setiap platform peminjaman. Beberapa startup yang memiliki produk atau layanan peminjaman untuk dana pendidikan antara lain Pintek, KoinPintar dari KoinWorks, dan DanaDidik.

Co-founder & Direktur Utama Pintek Tommy Yuwono menjelaskan, di Indonesia 1 dari 4 anak lulusan sekolah atas tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, karena biaya pendidikan mahal.

“Bisa dikatakan biaya pendidikan di Indonesia dibandingkan pendapatan per kapita 150% dari GDP, sedangkan di Amerika biaya pendidikan dibandingkan pendapatan perkapita hanya 51% dari GDP,” cerita Tommy.

Co-Founder & CEO KoinWorks Benedicto Haryono menyampaikan hal senada. Mengingat jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia yang cukup tinggi dan terbatasnya pemberian beasiswa setiap tahun, layanan peminjaman dana pendidikan bisa jadi solusi tidak terjangkaunya biaya pendidikan tinggi di Indonesia.

“Selain itu, Pemerintah juga [seharusnya] memberikan dukungan penuh agar program pinjaman pendidikan di Indonesia dapat benar-benar terlaksana. Apalagi saat ini fokus pembangunan pemerintah berada di perbaikan kualitas SDM untuk menuju “Indonesia Maju”, yang mana perbaikan kualitas SDM dapat ditempuh lewat kualitas pendidikan yang bagus,” lanjut Benedicto.

Pendidikan yang dijangkau platform pinjaman pendidikan tidak hanya terbatas pada pendidikan formal seperti perguruan tinggi atau sekolah vokasi, tetapi juga kursus di berbagai macam bidang, seperti pemrograman, data science, bisnis, hingga kursus bahasa.

Lazimnya pinjaman, untuk dana pendidikan ini juga dikenai angsuran bulanan atau yang disepakati, demikian juga besarannya. Di luar sana juga ada mekanisme ISA (Income Share Agreement), sebuah mekanisme yang memungkinkan pembayaran pinjaman dilakukan dengan memberlakukan potong gaji setelah bekerja. Besaran dan hal lainnya tergantung kesepakatan yang berlaku.

Kasus fintech ilegal dan tantangan yang dihadapi

Industri teknologi finansial di Indonesia sempat diterpa kabar tak baik berkat ulah sejumlah perusahaan fintech tak berizin yang masif masuk ke Indonesia. Sentimen negatif ini pun sedikit banyak memberikan pengaruh ini terhadap industri keseluruhan, termasuk niche pinjaman pendidikan.

Benedicto menceritakan, maraknya fintech ilegal memberikan dampak kepada brand KoinWorks sebagai salah satu perusahaan fintech. Namun menurutnya seiring berjalannya waktu dan industri yang terus tumbuh pemahaman masyarakat terkait layanan fintech semakin membaik. Terbukti dari jumlah pengguna KoinWorks di tahun 2019 yang meningkat 178% dibandingkan periode sebelumnya.

Sementara itu CEO DanaDidik Dipo Satria menilai maraknya kasus fintech ilegal bepengaruh pada stigma masyarakat terhadap industri fintech di Indonesia. Untuk melawan stigma negatif itu, Danadidik melakukan serangkaian sosialisasi di depan mahasiswa dan kampus.

“Fintech student loan seperti DanaDidik yang telah terdaftar dan diawasi OJK padahal sebenarnya dapat menjadi jawaban bagi mahasiswa yang ingin kuliah mandiri tetapi terhalang biaya kuliah yang mahal. Stigma kampus dan mahasiswa soal pinjol (pinjaman online) karena pinjaman ilegal membuat calon peminjam menjadi khawatir,” ujar Dipo.

Ia juga menambahkan bahwa pinjaman dana pendidikan merupakan niche baru yang belum banyak masyarakat tahu, sehingga memperkenalkan produk dan industri kepada khalayak ramai menjadi bagian penting dalam perjalanan DanaDidik.

Kepercayaan masyarakat terhadap industri teknologi finansial di Indonesia juga menjadi perhatian khusus Tommy. Menurutnya semua pemilik layanan peminjaman legal, AFPI, dan juga OJK tengah berusaha bersama-sama memerangi kasus fintech ilegal dengan bersama-sama mengedukasi masyarakat luas. Itu menjadi salah satu tantangan utama yang harus diperangi bersama.

“Selain itu, adanya persepsi negatif mengenai ‘pinjaman’. Padahal, tidak semua pinjaman itu bersifat negatif. Sebagai contoh layanan pinjaman yang Pintek berikan yaitu pinjaman untuk investasi. Kami mempermudah masyarakat untuk investasi melalui pendidikan, yang nantinya akan sangat berguna untuk dirinya sendiri dalam mencari pekerjaan, dapat membantu pemenuhan kebutuhan keluarganya, juga berkontribusi pada perekonomian negara. Jadi, tidak semua pinjaman itu bersifat negatif,” ujar Tommy.

DanaRupiah

Layanan P2P Lending DanaRupiah Berikan Pinjaman Produktif di Sektor Pertanian dan Pendidikan

DanaRupiah adalah platform p2p lending dengan varian produk meliputi pinjaman personal, pinjaman produktif dan pinjaman pendidikan. Bernaung di bawah PT Layanan Keuangan Berbagi, layanan ini sudah terdaftar dan diawasi OJK sejak Juni 2018.

Kepada DailySoical, Head of Business Development DanaRupiah Christine Tandeans memaparkan, hingga periode paruh pertama 2019 jumlah pengguna sudah mencapai lebih dari 4,1 juta dengan nilai pendanaan mencapai 1,7 triliun Rupiah.

Weshare Financial merupakan parent company DanaRupiah, saat ini sudah mengoperasikan layanan fintech di berbagai negara seperti di Filipina, Vietnam, Rusia hingga Afrika. DanaRupiah didirikan oleh Andy Zhang, didukung jajaran direksi meliputi Entjik S. Djafar sebagai Presiden Direktur, Wahyu S. Ariyanto sebagai Direktur, Charisa Dini sebagai Komisaris.

“Untuk market paling besar saat ini masih pinjaman personal karena produk ini adalah produk pertama dari DanaRupiah, tetapi setelah grand launching pinjaman pendidikan 29 Mei 2019 dan pinjaman produktif kepada petani 4 Juli 2019 lalu, DanaRupiah akan lebih fokus untuk meningkatkan porsi  kepada produktif dengan target 25% hingga akhir tahun ini,” ujar Christine.

Tidak hanya berhenti di sana, tahun depan DanaRupiah miliki ambisi untuk luncurkan pinjaman produktif kepada UKM secara umum. Untuk tingkatkan penetrasi pinjaman pendidikan, juga akan digalang kemitraan strategis dengan berbagai universitas terkemuka di Indonesia. Untuk saat ini, seperti yang tertera dalam situs, DanaRupiah baru bermitra dengan Hacktiv8 untuk pembiayaan kursus di sana.

Disinggung mengenai diferensiasi dan kelebihan yang dimiliki Christine berujar, “proses yang ditawarkan DanaRupiah relatif  lebih cepat, karena kami didukung dengan teknologi seperti artificial intelligence, cloud computing, blockchain dan big data.”

Kendati untuk legalitas operasional izin terdaftar dan diawasi sudah cukup, namun kini para pemain fintech lending mulai mengejar status izin usaha “layanan pinjam meminjam uang berbasis teknologi informasi” dari OJK. DanaRupiah termasuk yang belum memperoleh izin tersebut. Data terbaru per Mei 2019, baru ada 7 platform yang sudah mengantongi izin usaha, yakni Danamas, Investree, Amartha, Dompet Kilat, Kimo, Tokomodal dan UangTeman.

“DanaRupiah berkomitmen tunduk dan patuh pada setiap aturan OJK demi menjaga industri fintech agar dapat berkembang dengan baik. Langkah-langkah nyata yang telah kami antara lain mengikuti program sertifikasi fintech untuk jajaran pengurus dan pemegang saham, aktif memberikan sosialisasi ke masyarakat, dan sertifikasi untuk para collector agar menjalankan tugasnya dengan baik dan sesuai dengan SOP yang berlaku,” tutup Christine.

Application Information Will Show Up Here
Pembiayaan pendidikan KoinWorks dan Quipper menargetkan siswa SMA dan mahasiswa dengan skema pembiayaan hingga Rp2 miliar

Quipper dan KoinWorks Tawarkan Pembiayaan Pendidikan Hingga Rp2 Miliar

Bertujuan mengakomodasi lebih banyak pelajar di Indonesia yang ingin meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, Quipper, perusahaan teknologi pendidikan, menjalin kerja sama strategis dengan penyedia layanan investasi dan meminjam uang KoinWorks. Kolaborasi ini memberikan kesempatan kepada siswa SMA dan mahasiswa mendapatkan konsultasi dan skema pembiayaan untuk pendidikan lanjutan dari KoinWorks.

KoinWorks melalui layanan KoinPintar memberikan pembiayaan kepada pengguna yang ingin mendapatkan pendidikan lanjutan, kelas pelatihan hingga short course dengan memanfaatkan pinjaman dengan skema peer-to-peer lending (P2P). Dengan menggandeng Quipper yang selama ini fokus sebagai platform edtech di Indonesia, KoinWorks menargetkan lebih banyak borrower yang bergabung dengan KoinWorks.

“Sejak berdiri hingga saat ini, KoinWorks sudah memiliki 100 ribu lender atau yang biasa kami sebut dengan investor dan 3 ribu borrower. Melalui kerja sama ini kami menawarkan pinjaman biaya pendidikan hingga Rp2 miliar,” kata CMO KoinWorks Jonathan Bryan.

Untuk memastikan pembiayaan tersebut berjalan dengan lancar tanpa adanya penipuan, KoinWorks menerapkan proses assessment kepada calon borrower dan kampus yang dipilih, memanfaatkan teknologi machine learning dan artificial intelligence (AI).

KoinWorks juga menjalin relasi dan memberikan edukasi kepada universitas, lembaga pendidikan swasta dan negeri, tentang skema pembiayaan pendidikan yang dimilikinya.

“Sebelum menjalin kerja sama strategis dengan Quipper, KoinWorks juga sudah memiliki hubungan baik dengan kampus dan lembaga pendidikan lainnya. Sehingga memudahkan calon borrower untuk menentukan kampus atau lembaga pendidikan yang ideal untuk mereka,” kata Jonathan.

Untuk menjamin dana tersebut digunakan dengan benar, bagi borrower yang lolos verifikasi dan berhak mendapatkan pinjaman, dana akan ditransfer langsung ke kampus atau lembaga pendidikan yang dipilih. Dengan demikian dana tersebut sampai kepada pihak yang benar tanpa adanya fraud.

“Selain itu kami juga memberikan kemudahan proses pendaftaran yang semua dilakukan secara online untuk calon borrower dengan proses approval sekitar 2-3 hari saja,” kata Jonathan.

Rekomendasi universitas dan lembaga pendidikan Quipper

Saat ini layanan Quipper telah digunakan lebih dari 5 juta siswa dengan 350 ribu guru di seluruh Indonesia. Quipper juga telah mengunjungi lebih dari 3 ribu sekolah di 33 provinsi dan direkomendasikan oleh dinas provinsi, kabupaten dan nasional.

Melalui kerja sama ini, Quipper akan memberikan rekomendasi kepada calon borrower KoinWorks, universitas mana yang bisa diajukan biaya pendidikan.

“Intinya adalah kampus atau lembaga pendidikan tersebut terakreditasi dan jelas eksistensinya secara hukum. Kami tidak akan merekomendasikan kampus yang tidak jelas dan akan hilang secara mendadak keberadaannya,” kata Head of PR & Marketing Quipper Indonesia Tri Nuraini.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
The Vanderes Foundation akan jadi salah satu lender utama DANAdidik

DANAdidik Bermitra dengan The Vanderes Foundation

Tha Vanderes Foundation (Vanderes) resmi menjalin kerja sama dengan platform pembiayaan pendidikan asal Indonesia DANAdidik. Vanderes akan beperan sebagai salah salah satu lender utama DANAdidik dan membantu DANAdidik dalam memberikan mentorship dan membantu dalam pengembangan binsis.

Tingkat partisipasi pendidikan tinggi di Indonesia yang dinilai masih rendah, jika dibandingkan dengan negara tetangga, menjadi salah satu alasan Vanderes menggandeng DANAdidik. Venderes percaya bahwa mereka berada dalam satu misi dengan DANAdidik. Percaya bahwa pendidikan adalah jalan utama untuk meloloskan diri dari kemiskinan secara permanen.

CEO DANAdidik Dipo Satria melihat kerja sama ini menunjukkan bahwa industri student loan di Indonesia akan berkembang, mengingat industri student loan merupakan hal yang sangat baru. Selain itu kerja sama ini juga menunjukkan bahwa investor luar negeri sudah mulai percaya pada student loan di Indonesia.

“Partnership ini menunjukkan bahwa industri student loan akan berkembang di Indonesia. Mengingat student loan adalah hal yang sangat baru di Indonesia. Partnership ini menunjukkan bahwa investor luar pun sudah mulai percaya dengan industri student loan Indonesia.  Note pada awal tahun ini Presiden Jokowi mem-push perbankan untuk mengeluarkan produk student loan. Sepertinya fintech startup seperti DANAdidik yang akan me-lead pertumbuhan industri student loan tersebut,” terang Dipo.

Dipo juga menerangkan bahwa keduanya akan mulai fokus pada pengembangan bisnis lokal student loan di Indonesia. Vanderes juga menyatakan ketertarikan utnuk lebih aktif dalam membangun kualitas pendidikan tinggi di Indonesia.

“Kami sudah mulai berbicara semenjak awal tahun, namun baru terealisasi sekarang ini. Seperti partnership pada umumnya, banyak pengenalan terhadap masing-masing pihak dan diskusi strategi apa yang paling untuk merelisasikan sinergi antara kedua pihak,” ungkap Dipo.

Cicil's Founders

East Ventures and Vertex Ventures Lead Series A Funding for Cicil

Cicil, a fintech platform focused on student loan segment receives a Series A funding from a number of investors. They are East Ventures, Vertex Ventures, K3 Ventures, Ethos Partners and Accord Ventures. In total, Cicil has received more than $5 million (more than IDR 70 billion) in external funding.

East Ventures, which was involved in the previous series of funding, saw Cicil not only as a loan company but also a service capable of solving the most critical problem in Indonesia, said the development of human capacity by bridging the gap of education financial.

Cicil is not just another loan company. [Cicil’s Co-Founder] Leslie and Edward solved the most critical problem in Indonesia regarding human capacity development. Access to the real education can improve public’s living standard, but Indonesia’s education system is still high maintenance. Cicil fills the gap by providing funds for students to finance their study and buy their learning equipment, such as laptop and PC. It certainly can help students in developing along with the national movement to become the Energy of Asia,” Willson Cuaca, East Ventures’ Managing Partner, said.

It’s corroborated by Vertex Ventures’ Managing Partner Joo Hock Chua. He said that he’s excited to lead the funding for Cicil and could help them make expansion in Indonesia’s student market segment.

“Cicil has accomplished all important and ongoing mission in the education journey of students by helping them finance their needs, including laptop, travel cost, housing, and school fees. They have the right tools and opportunities to focus on producing a better learning experience. We also see great opportunities in Indonesia, it’s to help SEA students as well,” he explained.

Cicil has been focused on solutions for financial issues in Indonesia. It’s either for tuition or online purchases with monthly installment without a credit card.

Since founded in 2016, Cicil has grown and managed to reach 10 provinces and 29 cities in Indonesia, also served students over 100 universities. Using this fresh funding, Cicil plans to help more students.

“We see the financial access is a real problem for Indonesian students and we hope Cicil can help to solve the problem. We also expect to overcome similar problems not only in Indonesia but also throughout Southeast Asia. The fresh fund will enable us to accelerate expansion and serve more students,” Leslie Lim, Cicil‘s Co-Founder, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Para pendiri Cicil

East Ventures dan Vertex Ventures Pimpin Pendanaan Seri A untuk Cicil

Platform fintech yang fokus ke pinjaman segmen mahasiswa Cicil meraih pendanaan Seri A dari sejumlah investor. Beberapa investor yang terlibat antara lain East Ventures, Vertex Ventures, K3 Ventures, Ethos Partners dan Accord Ventures. Dengan pendanaan kali ini secara total Cicil sudah mendapatkan lebih dari $5 juta (lebih dari 70 miliar Rupiah).

Pihak East Ventures yang juga terlibat dalam pendanaan seri sebelumnya melihat Cicil tidak hanya sebagai perusahaan pinjaman, tapi juga layanan yang berhasil memecahkan masalah paling critical di Indonesia yaitu pengembangan kapasitas manusia dengan menjembatani kesenjangan pembiayaan pendidikan.

“Cicil bukan hanya sekadar perusahaan pinjaman lainnya. [Co-Founder Cicil] Leslie dan Edward  memecahkan masalah paling kritikal di Indonesia, yakni pengembangan kapasitas manusia. Akses ke pendidikan sesungguhnya mampu meningkatkan standar hidup masyarakat, namun sistem pendidikan di Indonesia masih sangat mahal. Cicil mengisi kesenjangan ini dengan memberikan pembiayaan bagi para mahasiswa untuk membiayai pendidikan serta membeli kebutuhan belajar seperti laptop dan komputer. Hal ini tentunya dapat membantu mahasiswa untuk dapat maju berkembang dan selaras degan gerakan nasional untuk menjadi Energi Asia,” terang Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.

Hal senada disampaikan Managing Partner Vertex Ventures Joo Hock Chua. Ia menyampaikan bahwa pihaknya cukup senang bisa bersama-sama memimpin pendanaan untuk Cicil dan bisa membantu mereka untuk melakukan ekspansi pada segmen pasar mahasiswa di Indonesia.

“Cicil telah memenuhi misi yang penting dan berkelanjutan dalam perjalanan pendidikan para mahasiswa dengan membantu pembiayaan kebutuhan mereka, dari laptop, perjalanan, tempat tinggal hingga uang sekolah. Mereka memiliki alat dan peluang yang tepat untuk fokus menghasilkan pengalaman belajar yang lebih baik. Kami juga melihat peluang besar di Indonesia, yaitu membantu para pelajar di kawasan ASEAN juga,” jelas Joo.

Cicil sejauh ini memang fokus pada solusi untuk permasalahan keuangan mahasiswa di Indonesia. Baik untuk membayar uang sekolah maupun pembelian secara online dengan cicilan bulanan tanpa kartu kredit.

Sejak didirikan akhir tahun 2016, Cicil telah berkembang dan berhasil menjangkau 10 provinsi dan 29 kota di Indonesia dan berhasil melayani mahasiswa di lebih dari 100 universitas. Dengan dana baru ini, Cicil sudah merencanakan untuk bisa membantu lebih banyak lagi mahasiswa.

“Kami melihat bahwa akses keuangan merupakan masalah yang nyata bagi mahasiswa Indonesia dan kami berharap Cicil dapat membantu menyelesaikan masalah tersebut. Kami juga berharap dapat mengatasi masalah serupa bukan hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh Asia Tenggara. Dana baru ini akan memungkinkan kami untuk mempercepat ekspansi dan melayani lebih banyak lagi mahasiswa,” ungkap Co-Founder Cicil Leslie Lim.