Tag Archives: Suci Arumsari

e-farmasi indonesia

Masih Dini, Pasar Apotek Online Berpotensi Tinggi

Kesadaran gaya hidup sehat telah menjadi pendorong utama di balik pertumbuhan sektor ritel farmasi. Menurut hasil temuan Ken Research, pasar ritel farmasi Indonesia diperkirakan akan tumbuh pada CAGR 1,5% berdasarkan pendapatan penjualan selama 2019-2025.

Ada beberapa faktor dari kenaikan ini, yakni jumlah peserta Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) terus bertambah. Per 31 Desember 2019, jumlahnya mencapai 224 juta orang dan telah melampaui 83% dari total penduduk Indonesia.

Di samping itu, obat generik banyak digunakan sebagai alternatif obat paten yang harganya mahal, akibat bahan baku mayoritas diimpor. Alhasil melalui program JKN, pemerintah mengatur harga agar obat terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Bila dilihat dari angka harapan hidup orang Indonesia pada 2019 adalah 71,59 tahun, meningkat dari 0,25% pada 2018. Statistik ini mencerminkan cara yang lebih baik untuk mengendalikan penyakit menular dan fasilitas medis yang lebih baik, pada akhirnya menyebabkan peningkatan usia rata-rata penduduk Indonesia.

Sedangkan, makin menuanya umur seseorang turut dipengaruhi oleh meningkatnya pengeluaran untuk perawatan kesehatan. Dengan meningkatnya populasi usia tua, penjualan obat-obatan di dalam negeri juga cenderung meningkat dari tahun ke tahun.

Untuk meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan, hampir semua rantai ritel farmasi besar mulai menawarkan produknya melalui portal online, tak terkecuali pemain startup. Meski apotek online mungkin belum terlalu populer di Indonesia, pandemi kemarin membuka pintu lebar-lebar bagi bisnis ini. Lambat tapi pasti, dampak kehadirannya mulai terasa.

Tak sekadar kemudahan dan kecepatan dalam membeli obat, ada banyak isu genting yang tengah diselesaikan oleh pemain digital dengan pendekatan digital pula. Di antaranya, rantai pasok dan keaslian produk farmasi. Lifepack adalah salah satu contoh startup yang mencoba menangkal isu tersebut.

Startup yang dirintis oleh eks petinggi Tiket.com, Natali Ardianto, menyampaikan tantangan dunia farmasi di Indonesia masih dihadapi oleh obat palsu. Dari data yang ia kutip, bahkan sebanyak 25% dari total pendapatan penjualan obat nasional adalah sumbangsih dari penjualan obat palsu yang masuk ke Indonesia secara ilegal dan tidak memiliki tanda BPOM.

“Kondisi ini membuat rasa percaya konsumen untuk beli sesuatu secara online jadi rendah karena mereka takut barangnya tidak asli. Tantangan ini sama seperti saat memulai Tiket.com dulu, banyak yang bertanya ini penipuan atau enggak. [Tantangan] ini umum banget bagi perusahaan teknologi untuk adopsi di pasar yang masih early adopter ini,” terangnya kepada DailySocial.id.

Masih dari laporan yang ia kutip, pada 2025, industri farmasi di Indonesia diprediksi akan tumbuh dua kali lipat dengan estimasi nilai pasar mendekati $20 miliar. Apotek online hanya mencakup 3,5% dari total angka tersebut.

Dia juga menekankan permasalahan yang paling mengakar di industri farmasi itu bukan karena kekurangan jumlah apotek dan distributor, melainkan sistem rantai pasoknya yang tidak efisien. Ambil contoh, apotek yang berlokasi di rumah sakit atau klinik sangat mudah untuk menebus resep dari dokter di rumah sakit tersebut. Apotek pun mudah untuk menyetok suplai obat-obat dengan frekeuensi penjualan yang tinggi.

Kondisi sebaliknya, justru sangat sulit bagi konsumen bila menebus obatnya di luar lingkaran rumah sakit di mana resep itu dibuat. Alasannya karena beragamnya merek farmasi yang beredar untuk satu molekul. Sementara pada umumnya, dokter itu menuliskan resep bukan dari molekul tapi dari mereknya.

“Jadi apotek di rumah sakit itu suplai produknya berdasarkan apa yang sering ditulis dokter. Bagaimana dengan apotek kecil di luar rumah sakit? Itu yang kita coba selesaikan masalahnya.”

Co-Founder & President Director of Alodokter Suci Arumsari sepakat bahwa bisnis apotek online ini berpotensi besar dalam meraih pasar yang semakin mengadopsi belanja online. Tantangan yang perlu diatasi, seperti kepatuhan regulasi terkait penjualan obat, membangun kepercayaan konsumen terhadap kualitas dan keamanan produk, dan persaingan dengan pemain besar.

Sebagai catatan, Alodokter menjadikan layanan telemedisin sebagai bisnis utamanya yang dilengkapi dengan ekosistem pendukungnya, salah satunya apotek online Aloshop yang sudah diperkenalkan sejak 2021. Perusahaan bekerja sama dengan mitra apotek dan kurir last-mile untuk pengantarannya.

Dalam membangun kepercayaan, Alodokter melakukan sejumlah langkah preventif untuk meminimalisir pelanggaran. Misalnya, untuk penjualan obat non-OTC yang memerlukan resep dokter, maka setiap pembelian obat di Aloshop akan diverifikasi secara ketat. Resep yang diunggah untuk dibeli, akan diverifikasi lagi oleh tim dokter di Alodokter.

“Hal ini bisa mencakup validasi apakah obat yang diresepkan sudah sesuai dengan kondisi medis pasien atau tidak, apakah obat tersebut memang bisa ditebus secara online atau tidak (karena ada beberapa obat yang tidak bisa dibeli secara online) dan sebagainya. Kami juga terus edukasi ke pengguna tentang pentingnya resep dokter untuk obat-obatan tertentu,” terang Suci.

Pengambilan suplai stok di Aloshop berasal dari jaringan mitra apotek resmi, seperti Century, Apotek K24, Watsons, dan Viva Medika. Jaringan yang luas ini memungkinkan Aloshop dapat diakses dan melakukan pengantaran untuk para penggunanya di seluruh Indonesia.

Isu rantai pasok

Natali melanjutkan, sebagai pemain apotek online, tidak efisiennya rantai pasok di industri farmasi ini dilatarbelakangi oleh regulasi yang berlaku. Setiap apotek itu setidaknya harus bekerja sama dengan 80-100 distributor. Distributor itu biasanya mengambil inventarisnya dari beberapa pabrik.

Masalah berikutnya, jika apotek tersebut berbentuk jaringan, seperti K24. Maka setiap outletnya yang tersebar di tiap kota itu harus cari distributor farmasi yang ada di masing-masing kota dan harus membentuk badan hukum sendiri. Regulasi juga tidak memperbolehkan apotek di suatu kota membeli suplai dari kota lain.

Lifepack

“Karena dari dulu cara kerja distributor itu akuisisi apoteknya menggunakan sales. Di tiap kota itu ada tim sales masing-masing dan punya target masing-masing. Jadi purchasing-nya tidak ter-centralized, negosiasi diskon di masing-masing titik makanya tidak efisien. Ketidakefisiensinya ini sangat luar biasa. Industri farmasi paling terlambat [adopsi teknologi].”

Untuk mengatasi isu besar ini, Lifepack mengakuisisi perusahaan distributor Tetama (PT Global Logistic Medika) pada September 2022. Tetama adalah perusahan distributor farmasi online yang mendistribusikan obat & suplemen kesehatan. Perusahaan inilah yang menangani rantai pasok untuk apotek Lifepack dan pebisnis apotek.

Melalui solusi one-click purchase, Tetama ingin mempermudah pebisnis farmasi dalam pemesanan produk. Mereka dapat mengisi stok produk dari berbagai manufaktur secara lebih mudah tanpa perlu membuat banyak surat pemesanan, belum lagi untuk dapat diskon, harus negosiasi yang panjang.

Fitur ini dapat diakses berkat integrasi API Tetama dengan VMedis, software dengan fitur stok dan pengadaan anti-bocor (pencegah kecurangan). Data terakhir menyebut, terdapat lebih dari 2.900 apotek dan klinik di dalam jaringan VMedis.

Tetama sendiri memberikan jaminan stok lengkap, mulai dari obat resep, obat yang dijual bebas (OTC), suplemen, vaksin, produk kecantikan, hingga fast moving consumer goods (FMCG). Ditambah, telah mengantongi sertifikat Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB), Cold-Chain Product (CCP), BPOM, Alat Kesehatan, dan lainnya demi menjaga kualitas produk yang optimal selama proses distribusi.

Selain kemudahan inventaris barang, software Tetama juga memudahkan apotek dalam pencatatannya berdasarkan kode batch kedaluwarsa. “Tanggal expire itu harus dicatat satu-satu, first expire first out. Jadi pergerakan barangnya sesuai tanggal expire. Ketika terima barang, sekarang tinggal masuk ke rak saja.”

Disebutkan, ada 500 apotek, klinik, dan RS yang pakai solusi dari Tetama di Lifepack. Lifepack memiliki empat apotek yang tersebar di Jakarta, Cakung, Bandung, dan Surabaya. Walau disebut apotek, sebenarnya sangat berbeda dengan kebanyakan apotek offline lainnya. Lantaran apotek ini berada di area pergudangan sehingga tidak menerima pembelian langsung oleh konsumen.

“Segmentasi konsumen kami berbeda, kami hanya menyasar pasien penderita penyakit kronis, seperti diabetes, hipertensi yang harus konsumsi obat setiap hari. Jadi beli obatnya berkala lewat kita. Dengan fokus ke sana, jadi servis kami lebih detail dan spesifik. Sebelum obat habis, biasanya kita selalu ingatkan mereka.”

Pasien penyakit kronis ini, menurut data Riskesdas 2018 (Riset Kesehatan Dasar), jumlahnya 20% dari total pasien se-Indonesia. Tapi biaya yang harus mereka keluarkan, lebih tinggi sampai 70% karena harga obat yang dibeli tergolong mahal.

Selain menawarkan pelayanan yang ekstra untuk pasien penyakit kronis, Lifepack memiliki aplikasi Lifepack for medic, untuk suster dan dokter. Di aplikasi tersebut, dokter dapat langsung menulis resep untuk pasiennya. Pasien tidak perlu antre untuk menebus resepnya karena obatnya dikirim oleh Lifepack. Dokter juga bisa melihat apakah pasien tersebut menebus obatnya atau tidak. Sebanyak 2 ribu dokter spesialis telah menggunakan solusi ini.

“Lifepack juga ada aplikasi untuk end-user tapi itu bukan main activity kita.”

Prospek positif

Bagi Natali, industri farmasi akan mendominasi di dunia kesehatan. Di negeri maju, seperti Tiongkok dan Amerika Serikat, bahkan India, penggunaan apotek online sudah de-facto sudah umum. “Di Cina, orang langsung ke apotek karena ada screen untuk konsultasi online dengan dokter dan bisa langsung tebus obat. Apotek digital akan jadi sesuatu yang biasa.”

Dia melanjutkan, “Industri farmasi ini challenging karena ubah budaya itu butuh waktu lama dan harapan saya dukungan dari semua pihak itu sangat membantu kita semua.”

Untuk itu, Lifepack, melalui Tetama, akan terus menggenjot kinerjanya agar distribusi farmasi dapat makin merata ke seluruh titik di Indonesia. Dengan demikian konsumen mau di manapun mereka dapat mengakses obat dengan harga yang sama di Jakarta, tanpa harus beli dari negara tetangga.

Diklaim saat ini kontribusi bisnis dari apotek Lifepack dan Tetama imbang, yakni 50:50. Kontribusi dari Tetama ditargetkan akan melaju lebih jauh karena ke depannya semakin banyak software apotek yang akan bergabung untuk melakukan pembelian suplai farmasi secara lebih efisien.

“Kami pasang harga tidak jauh dari HET (harga eceran tertinggi), tetap kompetitif karena ada pemain lain yang pasang di atas 20%-30% dari HET. Mimpi kita ingin beri harga jauh lebih murah, tapi efisiensi meningkat terus. Karena semakin banyak volume yang dibeli, diskon [dari distributor] makin banyak, jadi harga jual bisa diturunkan.”

Partner Antler Indonesia Agung Bezharie Hadinegoro menyampaikan secara umum healthtech di Indonesia masih memiliki kesenjangan yang perlu diatasi. Di saat yang sama, di ranah regional, Indonesia selalu menjadi pasar penting yang banyak mewakili lahirnya kesempatan baru.

Adanya founder startup yang memiliki ketertarikan di sektor ini dapat menjadi peluang besar untuk mengisi kekosongan tersebut. Dalam menyikapi inovasi di sektor ini, perlu disadari bahwa sebagian besar ide berasal dari inisiatif atau pain point yang dialami oleh para founder sendiri.

“Upaya kami terfokus pada mendengarkan cerita di balik motivasi mereka untuk terlibat dalam sektor kesehatan, serta bagaimana mereka ingin memberikan solusi terbaik kepada target pengguna. Keunggulan dari pendekatan ini, solusi yang dihasilkan cenderung lebih relevan dan dapat langsung mengatasi permasalahan konkret dalam dunia kesehatan,” kata Agung.

Sejauh ini, Antler belum memiliki dana kelolaan khusus untuk sektor ini karena pendekatannya masih secara agnostik. Namun, ketika melihat portofolio perusahaan yang telah dihasilkan oleh Antler, terlihat banyak founder yang memiliki passion yang menarik di healthtech.

“Hal ini mungkin menunjukkan bahwa, meskipun tidak ada fokus secara eksplisit, tetapi potensi dan minat dalam sektor ini tetap ada.” Adapun portofolio Antler di Indonesia khusus healtech adalah CareNow, Healthpro, Qalboo, Sesama Care, dan Ziwa.

Pengguna aktif bulanan Alodokter mencapai 30 juta orang, didukung dengan 1.000 dokter umum, 500 dokter spesialis, dan 1.500 rumah sakit dan klinik

Bisnis Telemedisin Tumbuh Positif, Alodokter Klaim Capaian Profit Tahun Ini

Terdorong adopsi layanan telemedisin selama pandemi, bisnis Alodokter tumbuh subur dan mengklaim telah mencapai posisi laba tahun ini.

“Sudah profit official mulai tahun ini, tahun depan mau profitable lebih besar lagi. Bisnis Alodokter ini sangat berhubungan satu sama lain karena berbentuk ekosistem, makanya monetisasi kami saling bersinergi,” ucap Co-founder dan Presiden Direktur Alodokter Suci Arumsari kepada DailySocial.id.

Kontribusi pendapatan dari bisnis telemedisin disebutkan mencapai 30%-40% per bulannya. Kemudian sisanya datang dari buat janji konsultasi, Aloshop, Aloproteksi, dan iklan content marketing. Keseluruhan ekosistem produk dan layanan ini saling memberikan kontribusi bisnis yang positif terhadap perusahaan.

“Bisnis yang efektif dan efisien itu landasan utama di Alodokter. Kita benar-benar fokus sama apa yang mau dikerjakan, visi-misi jelas, InsyaAllah karyawan akan paham.”

Menurut Suci, jumlah tenaga kerja yang efisien juga disebut mampu membuat struktur Alodokter lebih ramping. Pihaknya justru tidak banyak menambah talenta baru pada saat bisnis tumbuh-tumbuhnya sepanjang pandemi kemarin. Jumlah karyawan di Alodokter terhitung sebanyak 350 orang, keseluruhannya adalah talenta lokal.

Ekosistem menyeluruh

Suci menuturkan, medis dan teknologi adalah dua aspek penting yang selalu diutamakan perusahaan sejak awal berdiri di 2014. Bila telemedisin tidak dibarengi teknologi, maka hasilnya tidak akan efektif. Contohnya, saat chat dokter tapi balasnya lama.

Berkaitan dengan itu pula, dibarengi dengan riset yang terus-menerus, Alodokter berinovasi meningkatkan layanan telemedis agar semakin memudahkan pengguna dan dokter dengan memanfaatkan teknologi terkini. Contohnya: rekam medis elektronik (Electronic Medical Record/EMR), Alni –asisten virtual interaksi percakapan dengan dokter bertenaga AI, tes batuk (remote diagnostic) bekerja sama dengan ResApp.

Diklaim ketiga inovasi ini membuat proses telemedisin jadi lebih cepat penanganannya. Alni misalnya, dikembangkan sebagai clinical decision tool yang mampu berinteraksi dengan pasien terkait kondisi kesehatan, untuk langkah awal konsultasi dan membantu alur kerja dokter dalam penanganan pasien. Alni juga sudah terhubung dengan EMR.

“Alni bukan menggantikan dokter tapi sebagai asisten, dokter tetap memutuskan diagnosis akhirnya. Alni jadi signifikan buat dokter karena lebih efisien dan mempercepat waktu.”

Sementara, tes batuk ResApp ini juga ditenagai AI dapat mendeteksi suara batuk melalui smartphone pengguna. Fitur ini akan membantu dokter melakukan pemeriksaan secara remote dengan mencocokkan ciri-ciri dari suara batuk berdasarkan enam diagnosis: infeksi paru, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), ISPA, batuk rejan, dan bronkitis. Tes ini punya tingkat efisiensi 95%-97%.

“Tes batuk ini hanya bisa dipakai oleh pasien yang mendapat rekomendasi dari dokternya. Metode ini juga dipakai oleh dokter saat mengambil tindakan konvensional di rumah sakit, tapi lebih efisien karena dilakukan dari smartphone pengguna saja.”

Untuk mendukung ketiga fitur ini tetap relevan, tim Alodokter rutin membuka jalur komunikasi dengan ekosistem (pasien, dokter, industri).

“Riset itu penting agar kita punya produk yang relevan. Kalau buat bisnis tidak bisa dari apa yang saya/kita rasa bisa. Tapi lihat dari pasar butuh atau enggak. Selain itu riset [harus kontinu] baik sebelum dan setelah produk di-launch.”

Ekosistem telemedisin di Alodokter disebutkan telah menyeluruh, dari buat janji konsultasi, Aloshop, artikel medis, hingga Aloproteksi. Keseluruhan produk mendukung ambisi perusahaan menjadi pemain telemedis terdepan di Indonesia. Bahkan ke depannya, inovasi akan terus dilakukan untuk mendukung ambisi tersebut.

“Alodokter dari dulu tidak tiba-tiba buat klinik karena saya sendiri benar-benar fokus ingin memberikan informasi, telemedisin, booking, Aloproteksi, Aloshop. Kita di situ saja. Sebab bisnis online yang terpenting itu adalah kepercayaan, bagaimana refleksi masyarakat terhadap kita.”

Berkaitan dengan ekosistem pula, Alodokter meluncurkan Alomedika pada 2018. Alomedika adalah platfom komunitas digital dokter yang memungkinkan mereka untuk mengakses informasi medis terkini dan bertukar ilmu dengan sesama rekan dokter. Diklaim hingga kini, Alomedika telah menaungi lebih dari 95 ribu dokter se-Indonesia.

Fitur-fitur yang dikembangkan di platform ini, di antaranya: personalisasi Home Feed, Konten Diskusi, Follow, E-course, dan Specialist only post. “Alomedika ini online university untuk dokter karena biasanya mereka yang mau lulus pasti cari informasi medisnya di sini.”

Disebutkan pengguna aktif bulanan Alodokter mencapai 30 juta orang, mayoritas penggunanya adalah kelompok usia produktif berusia 18-35 tahun. Didukung pula dengan 1.000 dokter umum dan 500 dokter spesialis, serta 1.500 rumah sakit dan klinik tersebar di seluruh Indonesia. Para dokter yang bergabung ini minimal memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) yang masih aktif.

Mengedepankan transparansi

Suci menuturkan bisnis online seperti Alodokter harus mengedepankan transparansi dengan membuka jalur komunikasi dengan seluruh ekosistem, baik saat menyajikan informasi, obat-obatan, perawatan, dan lainnya. Berbagai inisiatif di lakukan demi memancing umpan balik, baik itu kritik dan saran.

Perusahaan menyiapkan tim customer service 24/7 yang dapat dihubungi kapan saja. Bahkan kantor Alodokter juga terbuka untuk pengguna yang ingin bertemu langsung dengan tim, menyampaikan keluh kesahnya.

Selanjutnya, pada tahun lalu, Alodokter mengumumkan Medical Board yang berisi profesional di dunia medis, ada yang berasal dari dokter, professor, dan berbagai macam asosiasi. Peran mereka cukup vital karena memastikan Alodokter memberikan pelayanan yang terpercaya dan memenuhi standar medis.

Lalu melakukan pertemuan regular untuk mengevaluasi dan membahas kinerja program dan fitur-fitur yang diluncurkan Alodokter, dari sisi medis dan pandangan kedokteran. “Medical board itu tugasnya untuk cek kita, kritik kita, dan beri masukan. Mereka semua objektif. Jadi ada penilaian khusus mengenai pelayanan kita. Ini inisiatif kita sendiri dan pertama.”

Seluruh artikel yang dipublikasi di Alodokter juga disupervisi langsung oleh tim penasihat ini demi memastikan keakuratan informasi. Menariknya, channel ini juga masuk ke dalam langkah monetisasi di Alodokter. Selain artikel berbayar, bentuk iklan di Alodokter juga bisa berupa aktivitas live di Instagram.

Untuk tetap menjaga kredibilitas dan profesionalitas, setiap artikel berbayar yang dibayar oleh brand, bagus atau tidaknya produk dari brand tersebut, ditentukan langsung oleh dokter.

“Karena kami mau mengembalikan semua keputusan akhir di tangan pasien, kepercayaan itu nomor satu. Kita enggak mau berikan sesuatu yang belum tervalidasi oleh dokter kita sendiri. Aturan beriklan di kita itu spesifik, tapi banyak brand besar yang mau gabung untuk berikan edukasi.”

Karena strategi organik, berdampak pula pada pencarian artikel berdasarkan SEO yang tinggi di mesin pencarian Google. Alodokter tidak perlu menganggarkan bujet belanja iklan agar masuk ke urutan teratas di laman pertama.

Mengutip dari Semrush, situs Alodokter dikunjungi hingga 41,3 juta kali (organic) pada Oktober 2023. Sementara paid search traffic hanya 112 kali. Rata-rata durasi kunjungan sekitar 7 menit dengan bounce rate 85,37%.

Alodokter bersaing ketat dengan Halodoc. Dalam kurung waktu yang sama, situs Halodoc dikunjungi hingga 59,6 juta kali (organic) dan 6 kali (paid). Tapi rata-rata durasi kunjungan lebih rendah dari Alodokter, yakni sekitar 6 menit dengan bounce rate lebih tinggi, yakni 91,15%.

“Hampir semua SEO di artikel kami itu alami. Google itu pintar, semakin banyak orang cari, maka Google enggak mungkin menurunkan artikelnya. Jadi semuanya organik karena kita sangat berdedikasi pada keselamatan pasien.”

Dalam menjaga keamanan data pengguna, perusahaan sudah tersertifikasi oleh ISO 27001, yakni standar internasional untuk sistem manajemen kemanan informasi. Salah satu manfaat utama dari patuh terhadap ISO 27001 adalah perlindungan data dan informasi sensitif.

Standar ini membantu perusahaan mengidentifikasi aset informasi yang penting dan mengimplementasikan kontrol yang sesuai untuk melindungi kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan informasi tersebut.

Application Information Will Show Up Here

Pandemi Reda, Telemedisin Makin Bermakna

Pandemi Covid-19 merombak dinamika industri medis dan lanskap layanan kesehatan pun ikut berubah. Ketika itu, ketegangan yang signifikan terjadi di rumah sakit dan sistem kesehatan. Kepadatan di rumah sakit jadi hal biasa karena tenaga kesehatan kekurangan sumber daya.

Pandemi menimbulkan tantangan baru, namun juga mempercepat percepatan inovasi layanan kesehatan. Ketimpangan jumlah dokter masih akan terjadi, namun penyedia layanan kesehatan harus cari cara untuk berbuat lebih banyak dengan sumber daya yang ada.

Salah satu subsektor yang saat itu dibutuhkan adalah telemedisin, memungkinkan pasien konsultasi jarak jauh dengan dokter tanpa tatap muka. Analisis Bain & Company terbaru menegaskan bahwa tingkat penggunaan telemedisin yang tinggi di Asia bertahan pada 2022 dan tetap jauh di atas tingkat penggunaan pada 2020.

Laporan tersebut juga memprediksi ruang adopsi dapat bertumbuh di beberapa negara. Pengguna di Malaysia, Thailand, dan Filipina tercatat tumbuh pesat, tapi jauh tertinggal dibandingkan pengguna di Singapura, India, dan Indonesia.

“Perkembangan [adopsi] sangat signifikan dari tahun ke tahun. Kalau ada yang mengira saat endemi menurun karena sudah tidak ada pandemi, justru sekarang lebih meningkat karena orang mulai terbiasa dan lebih nyaman menggunakan telemedisin, juga percaya mengutarakan permasalahannya ke dokter,” ucap Co-founder dan Presiden Direktur Alodokter Suci Arumsari kepada DailySocial.id.

Dibandingkan saat Alodokter baru berdiri di 2014, layanan telemedisin baru mulai terdengar oleh sebagian orang, hanya saja masih enggan menggunakannya. Artinya telemedisin ini punya peluang untuk bertumbuh lebih besar ke depannya.

“Sehingga perkembangannya naik 200% dari sebelum pandemi dan even sekarang pun perkembangannya tetap signifikan,” tambah dia.

Kenaikan adopsi juga dirasakan oleh Good Doctor Managing Director Good Doctor Technology Indonesia Danu Wicaksana mengatakan adopsi antara pengguna individu, maupun korporat dan asuransi terus meningkat. Terhitung perusahaan sudah bekerja sama dengan lebih dari 60 perusahaan asuransi dan lebih dari 2.500 perusahaan.

Menurut Danu, ada dua hipotesis dibalik terus berkembangnya telemedisin pasca pandemi. Pertama, diyakini terjadi fase adopsi oleh masyarakat akan layanan telemedisin yang memberikan solusi dan kenyamanan selama masa pandemi. Ini menyebabkan adopsi telemedisin tidak menurun, malah justru meningkat.

Kedua, tidak hanya masyarakat yang melihat benefit dari telemedisin, namun juga pihak pembayar (payor), yakni perusahaan asuransi dan klien korporatnya.

“Mengacu pada industri asuransi di luar negeri juga, seperti di Amerika Serikat dan Tiongkok, mereka melihat bahwa telemedisin sangat layak untuk dimasukkan sebagai salah satu provider utama, khususnya di pelayanan lapis pertama (primary care) untuk memberikan layanan yang lebih prima kepada pelanggannya, sekaligus dalam upaya mereka untuk menjaga rasio klaim,” terang Danu.

Suci menuturkan adopsi yang meningkat ini mengindikasikan naiknya tingkat kepuasan masyarakat. Kebiasaan mereka perlahan berubah, bukan lagi konsultasi ke dokter saat sudah sakit, tapi jadi preventif sebelum jatuh sakit. Proses pembelajaran ini sangat terdorong saat terjadi pandemi, tren positif ini terus berlanjut hingga sekarang.

“Kita berikan pembelajaran ke mereka, bukan hanya cari informasi tapi bicara yuk ke dokter. Kalau ada masalah yang tidak bisa diselesaikan dengan telemedisin, baru diarahkan ke offline untuk langsung ditangani. Telemedisin ini buat masyarakat jadi paham, jadi langkah preventif awal apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. […] bahwa telemedisin bukan untuk menggantikan peran dokter maupun layanan kesehatan.”

“Masyarakat jadi lebih aware dan perilakunya mulai pintar dan responsif, kalau ngerasa sakit selalu cari second opinion tentang apa yang mereka rasakan. Jadi potensi telemedisin di Indonesia akan jauh jauh lebih besar ke depannya, apalagi didukung teknologi jadi ekosistemnya akan fully dari A-Z,” sambung Suci.

Co-founder dan Presiden Direktur Alodokter Suci Arumsari / Alodokter

Kebiasaan untuk dorong masyarakat bertanya ke dokter juga “dipaksakan” untuk Aloproteksi, produk asuransi kesehatan yang menyasar pengguna individu dan korporasi. Manfaat yang ditawarkan adalah perlindungan Rp100 juta per tahun cashless biaya rawat jalan, rawat inap & obat-obatan. Produk ini hadir sejak 2022 berkat kerja sama dengan Sequis Life dan Cermati Protect.

Walau ‘dipaksakan’, namun berkat ekosistem Alodokter sudah lengkap (telemedisin, buat janji, Aloshop), pengguna dapat memanfaatkan telemedisin tanpa potong limit, berkonsultasi dengan banyak dokter meski tidak sakit. Obat pun akan langsung dikirim begitu sudah konsultasi ke dokter tanpa dikenai biaya lagi. Kalau benar-benar tidak dapat ditangani, dokter akan berikan surat rujukan.

“Kita mau ubah perilaku. Aloproteksi bukan hanya produk yang berikan manfaat tapi juga memberikan edukasi dan informasi. Kalau sakit jangan asal minum obat, jangan ambil tindakan sendiri, lebih baik cerita ke dokter. Ini yang membedakan kita dengan asuransi. Awalnya memang repot [harus konsultasi dulu], tapi ini sangat ekonomis. Mau sakit atau tidak tetap bisa konsultasi ke dokter terus menerus, jadi enggak ada ruginya.”

Saat ini, pengguna aktif bulanan Alodokter tembus ke angka 30 juta orang, didukung dengan 1.000 dokter umum dan 500 dokter spesialis, serta 1.500 rumah sakit dan klinik tersebar di seluruh Indonesia.

Menjaga relevansi

Baik Alodokter dan Good Doctor sama-sama yakin bahwa dukungan teknologi dapat membawa adopsi telemedisin jauh lebih pesat lagi. Suci menyampaikan teknologi dan medis adalah dua aspek penting yang diutamakan perusahaan. Beberapa yang sudah diluncurkan adalah rekam medis elektronik (Electronic Medical Record/EMR), Alni –asisten virtual interaksi percakapan dengan dokter bertenaga AI, tes batuk (remote diagnostic) bekerja sama dengan ResApp.

Diklaim ketiga inovasi ini membuat proses telemedisin jadi lebih cepat penanganannya. Alni misalnya, dikembangkan sebagai clinical decision tool yang mampu berinteraksi dengan pasien terkait kondisi kesehatan, untuk langkah awal konsultasi dan membantu alur kerja dokter dalam penanganan pasien. Alni juga sudah terhubung dengan EMR.

“Alni bukan menggantikan dokter tapi sebagai asisten, dokter tetap memutuskan diagnosis akhirnya. Alni jadi signifikan buat dokter karena lebih efisien dan mempercepat waktu.”

Sementara, tes batuk ResApp ini juga ditenagai AI dapat mendeteksi suara batuk melalui smartphone pengguna. Fitur ini akan membantu dokter melakukan pemeriksaan secara remote dengan mencocokkan ciri-ciri dari suara batuk berdasarkan enam diagnosis: infeksi paru, asma, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), ISPA, batuk rejan, dan bronkitis. Tes ini punya tingkat efisiensi 95%-97%.

“Tes batuk ini hanya bisa dipakai oleh pasien yang mendapat rekomendasi dari dokternya. Metode ini juga dipakai oleh dokter saat mengambil tindakan konvensional di rumah sakit, tapi lebih efisien karena dilakukan dari smartphone pengguna saja.”

Bagi Suci, inovasi dan transparansi perusahaan terhadap publik itu memegang peranan penting untuk setiap bisnis yang bermain di ranah online agar dapat terus berkembang. Pihaknya selalu membuka jalur komunikasi dengan seluruh ekosistem (pasien, dokter, pemain industri) untuk mendapatkan umpan balik.

“Riset itu penting agar kita punya produk yang relevan. Kalau buat bisnis tidak bisa dari apa yang saya/kita rasa bisa. Tapi lihat dari pasar butuh atau enggak. Selain itu riset [harus kontinu] baik sebelum dan setelah produk di launch.”

Tak jauh berbeda, Good Doctor memfokuskan inovasinya berdasarkan konsumen utamanya, yakni korporat. Beberapa di antaranya:

  • fitur plug-in: integrasi aplikasi ke berbagai aplikasi dari perusahaan-perusahaan asuransi ataupun aplikasi marketplace pada umumnya di Indonesia,
  • co-payment: mitra asuransi bisa menerapkan kebijakan co-payment untuk benefit tertentu, misalnya 80% ditanggung asuransi dan 20% ditanggung oleh karyawan,
  • surat sakit elektronik: karyawan perusahaan bisa mendapatkan surat sakit elektronik secara resmi dari dokter di Good Doctor ketika sakit dan harus melaporkannya ke direktorat SDM perusahaan tersebut.
  • Population Health Management (PHM): solusi pencegahan penyakit bagi karyawan korporasi melalui medical check-up.

“Seiring dengan semakin bertumbuhnya klien perusahaan asuransi dan korporat, kami mengembangkan beberapa fitur-fitur yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Inovasi tidak pernah berhenti sampai disini, dan akan terus kami kembangkan ke depannya,” ujar Danu.

Dalam menjaga kepuasan pengguna, Good Doctor secara rutin melakukan survei pelanggan dan mitra (dokter, apotek, RS, dll) secara regular per kuartal, disebut sebagai NPS survey (Net Promoter Score). Hal ini dibutuhkan demi mendapatkan saran-saran yang konstruktif dari pelanggan dan mitra agar Good Doctor dapat terus mengerti dan memahami apa yang mereka butuhkan dari waktu ke waktu.

“Kedua, kami selalu mencoba personalisasi layanan agar konsumer mendapatkan layanan yang lebih personal dan sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Yang ketiga, kami juga melakukan studi banding secara reguler, melihat tren pelayanan kesehatan digital yang sedang berkembang di seluruh dunia dan kita coba mengadopsikan ke pasar Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

Prospek telemedisin

Danu mengungkapkan dengan strategi gaet pengguna B2B, mampu menunjang kontribusi dari bisnis telemedisin terhadap keseluruhan bisnis. Diklaim secara kuantitatif, persentasenya mencapai 60%-70%. Pendapatan yang diperoleh dari pembelian dan pengiriman obat, serta kolaborasi dengan berbagai perusahaan FMCG dan farmasi.

“Secara absolut, kami melihat perkembangan yang baik juga setiap tahun, di mana beberapa lini bisnis di dalam telemedis ini mampu tumbuh kurang lebih dua kali lipat dari tahun 2022 ke tahun 2023 ini.”

Alodokter juga mencatatkan bisnis yang positif dari masing-masing produknya. Pendapatan terbesar datang dari bisnis telemedisin sebesar 30%-40% setiap bulannya, lalu disusul bisnis dari buat janji dengan dokter. Kinerja baik ini membawa perusahaan dapat cetak laba pada tahun ini, walau Suci tidak bersedia merinci lebih lanjut nominalnya.

“Sudah profit official mulai tahun ini, tahun depan mau profitable lebih besar lagi. Bisnis Alodokter ini sangat berhubungan satu sama lain karena berbentuk ekosistem, makanya monetisasi kami saling bersinergi.”

Bagi Suci, kesempatan untuk memperluas adopsi masih sangat besar karena akses kesehatan itu juga dibutuhkan oleh orang-orang di kota lapis dua, tiga, hingga pedalaman. Maka dari itu, dukungan pemerataan jaringan internet yang baik sangat dibutuhkan. Di satu sisi, kini layanan telemedisin tidak hanya digunakan saat sakit saja. Salah satu konsultasi yang banyak digunakan pengguna adalah kesehatan mental dan hidup sehat.

“Saya percaya ini bisnis yang sangat menjanjikan, asalkan disokong dengan teknologi yang mempermudah sehingga bisa bawa manfaat digitalisasi bagi masyarakat. Sebab kalau telemedisin tidak dibarengi dengan teknologi, misal chat dokter tapi balasnya lama jadinya itu tidak efektif.”

Dukungan regulasi juga diberikan dari pemerintah. Danu menyampaikan tindak lanjut dari UU Kesehatan Nomor 17 Tahun 2023 yang telah diresmikan, diharapkan Kemenkes dapat memimpin aturan turunnya secara baik agar adopsi teknolodi di sektor kesehatan semakin mudah, khususnya layanan telemedisin yang sudah terbukti dapat membantu memberikan layanan kesehatan yang baik saat pandemic dan di tahun ini pasca pandemi.

“Kami berpartisipasi langsung dalam Regulatory Sandbox yang diinisiasikan oleh Digital Transformation Office (DTO) Kemenkes untuk memastikan keselamatan dan privasi pasien. Good Doctor sudah memasuki tahap sebagai mitra yang diawasi oleh Kemenkes dan saat ini sedang memasuki proses tahap akhir menuju mitra yang dibina oleh Kemenkes.”

Antusiasme investor

Investment Associate AC Ventures Giovanni Wilson menyampaikan dalam bidang healthtech, AC Ventures berfokus pada startup penyedia infrastruktur penunjang kesehatan yang dapat mengembangkan utilisasi dari para tenaga kesehatan dan jangkauan dari layanan kesehatan, baik perawatan maupun pengobatan.

Hal ini selaras dengan permasalahan utama industri kesehatan di Indonesia, yakni rendahnya tingkat pelayanan kesehatan yang terindikasi oleh rasio tempat tidur rumah sakit, rasio tenaga kesehatan, dan rasio tenaga apoteker terhadap jumlah penduduk.

Dia melanjutkan, teknologi layaknya aplikasi smartphone, dapat digunakan sebagai akses dan membuka pintu layanan untuk daerah-daerah yang belum terjangkau oleh gerai ritel misalkan cabang bank atau cabang klinik dan farmasi. Dengan memberikan pelayanan melalui internet, tenaga kesehatan dan produk yang tersedia di kota besar dapat juga dinikmati oleh pengguna yang jauh, tanpa harus menghabiskan biaya untuk mengunjungi secara langsung.

“Teknologi digital juga dapat memberikan informasi yang akurat dan langsung kepada semua pengguna mengenai suatu produk kesehatan, misalnya vaksin, obat-obatan, dan prosedur pembedahan yang baru. Selain itu, dapat juga menjadi platform edukasi terhadap kesehatan, gaya hidup, dan resiko-resiko penyakit baru,” kata Giovanni.

Selain dukungan teknologi digital, lanjut dia, sebenarnya tingkat partisipasi asuransi kesehatan sebagai unsur penopang industri kesehatan juga penting dalam memfasilitasi konsumsi kesehatan. Misalnya, program BPJS sangat berdampak positif terhadap keperluan dasar kesehatan bagi golongan pekerja.

“Penduduk Indonesia yang diproyeksikan akan terus bertambah penghasilannya dan masuk ke middle-income country akan memberikan dorongan positif ke penetrasi asuransi kesehatan yang akhirnya membuka akses dan pola pikir konsumsi layanan kesehatan dari yang bersifat mengobati (treatment) ke pencegahan (preventif).”

Sejauh ini, ACV belum memiliki dana kelolaan khusus untuk healthtech. Dana yang diinvestasikan berasal dari AC Ventures Fifth Investment V (ACV Fund V) senilai $250 juta, untuk seluruh startup tahap awal, termasuk healthtech. Subsektor healthtech yang sudah masuk ke dalam portofolio ACV adalah wellness (Sirka) dan klinik digital (KLAR).

Startup healthtech Alodokter peroleh investasi dari Marubeni Corporation, sekaligus umumkan akuisisi aplikasi Diary Bunda

Alodokter Terima Investasi dari Marubeni Corporation, Akuisisi Platform Diary Bunda

Startup healthtech Alodokter mengumumkan perolehan investasi dengan nominal dirahasiakan dari Marubeni Corporation. Bersamaan dengan itu perusahaan juga mengakuisisi anak usaha dari investor tersebut, Diary Bunda, sebuah aplikasi pemantauan kehamilan.

Menurut keterangan resmi perusahaan yang disampaikan pada hari ini (05/7), akuisisi ini merupakan bagian langkah strategis Alodokter untuk mewujudkan misinya dalam memperkuat rangkaian layanan kesehatan, yang bertujuan meningkatkan pengalaman perawatan kesehatan digital bagi ibu dan calon ibu di seluruh Indonesia. Semua informasi penting serta layanan perawatan kesehatan yang mereka butuhkan tersaji dalam satu aplikasi.

“Diary Bunda terbukti telah memberikan pengalaman menyenangkan di masa kehamilan yang lengkap dengan basis pengguna yang besar, menjadikan Diary Bunda tambahan yang sempurna untuk portofolio perawatan kesehatan Alodokter,” ucap Co-founder dan President Director Alodokter Suci Arumsari.

Diterangkan lebih lanjut, Diary Bunda mendapat popularitas yang signifikan di kalangan ibu Indonesia, memberi mereka alat pemantauan kehamilan dan pertumbuhan bayi yang dipersonalisasi, termasuk konten edukasi dan forum-forum komunitas. Suci berharap akuisisi ini makin mengukuhkan posisi Alodokter sebagai pemimpin pasar dalam solusi kesehatan digital, khususnya kesehatan perempuan dan anak.

“Kami senang dapat melanjutkan kemitraan dengan Alodokter dan mendukung sepenuhnya komitmen mereka untuk meningkatkan akses layanan kesehatan di Indonesia. [..] Juga sangat antusias untuk melihat pertumbuhan dan inovasi lebih lanjut yang akan dibawa oleh akuisisi ini,” tambah General Manager of Healthcare & Medical Business Department Marubeni Kanao Shigenobu.

Suci menuturkan, ke depannya perusahaan berencana untuk sepenuhnya mengintegrasikan fitur dan layanan Alodokter ke aplikasi Diary Bunda, demi menciptakan pengalaman yang integral dan terpadu bagi penggunanya.

Sebagai bagian dari integrasi, Alodokter berupaya meningkatkan dan memperluas fitur yang telah tersedia di Diary Bunda, memastikan aplikasi tersebut tetap menjadi sumber yang andal dan komprehensif untuk komunitas para ibu Indonesia.

Aplikasi seputar keluarga

Para rivalnya, Klikdokter juga sebelumnya sudah merilis aplikasi serupa bernama Hallobumil, sebagai sistem informasi terpadu seputar kehamilan. Halodoc juga merilis Bidanku sebagai layanan on-demand pemenuhan kebutuhan perawat.

Platform media kesehatan theAsianParent juga memiliki aplikasi sejenis untuk pasar Indonesia, fokus pada layanan informasi seputar kehamilan dan bayi dengan segmen utama pengguna dari kalangan ibu-ibu muda.

Belakangan memang pemain startup yang berfokus pada parenting dan vertikal turunannya makin dilirik investor. Sebelumnya, ada aplikasi Tentang Anak yang didirikan oleh pasangan suami-istri Mesty Ariotedjo dan Garri Juanda. Aplikasi ini dikabarkan kantongi pendanaan tahap awal dari sejumlah investor, di antaranya SEA Surge Ventures, Insignia Ventures, dan beberapa nama angel investor: Mohammed Alabsi, Herman Widjaja, dan lainnya.

Fokus aplikasi ini menyediakan layanan holistik, berupa aktivitas stimulasi anak yang dipersonalisasi, menu nutrisi, pelacak pertumbuhan, konsultasi gratis, dan pelibatan orang tua dalam perkembangan anak, terutama bagi anak usia 0-5 tahun. Di samping itu, menyediakan kurasi informasi dari jaringan dokter anak, psikolog, pendidik anak, perencana keuangan, dan obygn.

Selain Tentang Anak, di vertikal lainnya, yakni e-commerce juga sudah dirambah oleh Sociolla yang menghadirkan sub-brand Lilla by Sociolla. Platform yang sudah hadir sejak 2020 ini menyediakan empat fitur utama, di antaranya Easy Shopping, Motherhood Tracker, Personalized Experienced, dan Learn from the Expert.

Application Information Will Show Up Here
Alodokter meluncurkan fitur Electronic Medical Record (EMR) atau jejak rekam medis elektronik dalam rangka penuhi PMK Nomor 24 Tahun 2022

Alodokter Hadirkan Fitur Rekam Medis Elektronik untuk Peningkatan Layanan Pasien

Alodokter meluncurkan fitur Electronic Medical Record (EMR) atau jejak rekam medis elektronik. EMR adalah berkas yang berisi pencatatan dan dokumentasi identitas, serta perjalanan penyakit pasien, perannya begitu penting bagi tenaga kesehatan untuk menilai dan menentukan perawatan dan pengobatan bagi pasien.

Bagi Alodokter, EMR tidak hanya penting dalam fasilitas kesehatan konvensional, tapi juga dalam layanan telemedisin yang kini berkembang pesat dalam membantu masyarakat mendapat kemudahan akses konsultasi medis dengan cepat, tepat, dan terpercaya.

Selain mendukung efisiensi layanan dan menciptakan pengalaman konsultasi kesehatan online yang menyenangkan, EMR sekaligus jadi jawaban perusahaan dalam memenuhi kewajiban penerapan rekam medis elektronik yang tertuang di dalam beleid Peraturan Menteri Kesehatan (PMK) Nomor 24 Tahun 2022 tentang Rekam Medis.

“Alodokter menjadi platform telemedisin pertama di Indonesia yang memiliki fitur EMR, karena kami melihat pengguna layanan Alodokter semakin banyak dengan berbagai kebutuhan akan layanan kesehatan, dan kami selalu berinovasi untuk memperbaiki layanan yang sudah ada dengan EMR untuk pengalaman konsultasi telemedisin yang lebih baik lagi di Indonesia,” ucap Co-founder dan President Director Alodokter Suci Arumsari dalam keterangan resmi, Jumat (24/3).

Suci melanjutkan, penerapan EMR di Alodokter memberikan manfaat, seperti kemampuan untuk mengakses rekam medis pasien secara real-time dan konsisten, melihat hasil tes laboratorium, resep obat sebelumnya, dan catatan medis lainnya dengan cepat, sehingga dapat membuat keputusan yang lebih baik dan memberikan perawatan yang lebih tepat dan akurat.

Di dalam aplikasi Alodokter, sistem EMR merekam dan memuat riwayat kesehatan pasien dan jejak medis yang dibuat oleh dokter, termasuk merekam history chat pada platform Alodokter, riwayat tindakan, pembelian obat pada farmasi dengan alasan tindakan medis yang dilakukan. Tidak hanya memangkas risiko dalam kesalahan pencatatan data pasien dan membantu berbagai kegiatan manajemen, penggunaan EMR juga memudahkan dokter dan staf fasilitas kesehatan dalam berkomunikasi dengan pasien.

“Fitur EMR pada Alodokter memberikan dampak yang baik bagi jangkauan layanan telemedisin untuk semakin membantu masyarakat Indonesia dan memberikan pilihan akan layanan terbaik untuk jaringna telekonsultasi, dengan 85.000 dokter yang telah bergabung. Ke depannya fitur EMR pada Alodokter akan terus berkembang untuk perbaikan kesehatan di Indonesia,” tutup Suci.

Asisten Telekonsultasi Virtual “Alni”

Pada akhir Februari kemarin, perusahaan juga baru merilis asisten virtual berbasis AI “Alni” untuk membantu dokter memberikan analisis dan diagnosis terhadap keluhan penyakit pasien. Alni memiliki kemampuan untuk memahami konteks pertanyaan pasien sehingga mempermudah telekonsultasi melalui aplikasi Alodokter.

Bila diibaratkan, Alni seperti ChatGPT, chatbot berbasis AI yang mampu melakukan percakapan dan memberikan jawaban terhadap kebutuhan pertanyaan penggunanya. Saat ini, Alni baru tersedia khusus untuk layanan telekonsultasi.

Alni menggunakan teknologi Natural Language Processing (NLP) sehingga dapat memahami bahasa sehari-hari dan membedakan puluhan ribu kondisi medis. Alni juga didukung dengan algoritma dan kumpulan data raksasa interaksi percakapan pasien dengan dokter di ekosistem Alodokter.

Tak sekadar berdialog, Alni memiliki keterampilan kognitif untuk menentukan tingkat risiko pasien dari minor hingga mendesak. Ini adalah hasil aspek pemrograman Alni yang berfokus pada pemilihan algoritma yang tepat untuk mencapai hasil akurat dan lebih lanjut diverifikasi oleh dokter. Alodokter memastikan setiap percakapan di Alni yang berisi data sensitif pasien, disimpan dan dianalisis dengan aman.

Pasien dapat berinteraksi dengan sistem perawatan kesehatan untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan medisnya. Alni memastikan pasien dapat mengambil diagnosisnya berdasarkan gejala yang diberikan lewat antarmuka yang kompatibel dengan bahasa manusia, serta mendukung pasien membuat janji temu dengan dokter atau klinik pilihan, semua diverifikasi oleh dokter.

Application Information Will Show Up Here
Alomedika eCourse

Alodokter Meluncurkan Fitur Kuliah Online “Alomedika eCourse”

Startup healthtech Alodokter meluncurkan fitur kuliah online Alomedika eCourse bagi para dokter. Fitur ini diklaim sebagai yang pertama dihadirkan oleh startup healthtech di Indonesia, dan telah diakui oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sebagai kursus online resmi.

Sebagai informasi, Alomedika merupakan platform komunitas dokter yang diluncurkan pada 2019. Platform tersebut dikembangkan agar seluruh dokter di Indonesia dapat memiliki akses terhadap pengetahuan, informasi, dan tren terkini seputar dunia medis.

Co-founder & President Director Alodokter Suci Arumsari mengatakan era digitalisasi di dunia medis berkembang sangat pesat. Sementara, dokter menjadi kunci utama dalam memberikan layanan kesehatan.

“Semakin berkualitas dokter di kalangan masyarakat, semakin baik pula kualitas kesehatan. Ini semua sesuai dengan komitmen Alodokter memberikan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat Indonesia,” tuturnya dalam keterangan resmi.

Sementara, Senior Vice President Alomedika dr. Andi Marsali menambahkan fitur ini menjadi salah satu upaya untuk memberdayakan seluruh dokter melalui fasilitas keilmuan dan dukungan profesi dalam bentuk Satuan Kredit Profesi (SKP).

“Kolaborasi kami dengan IDI memungkinkan ini semua. Kami memberikan beragam cara bagi dokter untuk meraih SKP di Alomedika, seperti menyimak artikel Continuing Medical Education (CME), mengikuti program webinar mingguan, dan kini tinggal mengikuti eCourse,” jelasnya.

Alomedika eCourse masuk dalam kategori program Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB), dokter peserta akan memperoleh SKP apabila menyelesaikan modul. Sekadar informasi, SKP dibutuhkan untuk memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR) sebagai salah satu syarat memperpanjang Surat Izin Praktik (SIP) dokter.

Menariknya, seluruh poin SKP beserta sertifikat akan otomatis tersimpan pada akun pengguna dan dapat diunduh. Adapun, Alomedika eCourse membekali pre-test dan post-test di awal dan akhir modul. Selain itu, modul-modul tersebut akan dipandu oleh para dokter senior dari seluruh spesialis dan cabang ilmu kedokteran.

Untuk saat ini, modul-modul tersedia mulai dari treatment, studi, hingga penemuan baru dengan topik meliputi pendekatan klinis kasus nyeri, penanganan depresi, advanced suturing course, dan beberapa modul kegawatdaruratan sehari-hari.

Tak ketinggalan, dokter peserta dapat mengajukan topik menarik agar tetap berperan aktif dalam mengikuti perkembangan ilmu di dunia medis. Menurut pihak Alodokter, kegiatan ini memungkinkan Alomedika eCourse tetap dapat menghadirkan modul-modul keilmuan ter-update dan diminati para dokter.

Pengembangan inovasi

Dalam dua tahun terakhir, Alodokter terus menggencarkan pengembangan produk baru untuk memperkuat posisinya di pasar healthtech Indonesia, terutama menyambut pasca-pandemi nanti. Di tahun lalu, Alodokter meluncurkan layanan epharmacy Aloshop untuk mengakomodasi kebutuhan lebih dari 30 juta penggunanya.

Bagi perusahaan, Aloshop disebut sebagai epharmacy pertama yang berkomitmen penuh untuk bermitra dengan supply chain terpercaya di Indonesia. Aloshop juga menawarkan model bisnis yang sustainable dengan harga produk terjangkau pada kisaran 5%-20% di pasar epharmacy Indonesia.

Kemudian, Alodokter juga memperkenalkan fitur tes batuk yang di-embed ke dalam layanan telekonsultasinya. Untuk menghadirkan tes batuk jarak jauh ini, Alodokter menggandeng dengan perusahaan teknologi diagnosis kesehatan digital ResApp yang berbasis di Australia.

Suci sempat mengungkap bahwa fitur tersebut dapat memudahkan dokter untuk melakukan remote diagnostic pada suatu penyakit dan memberikan perawatan secara lebih efisien.

Application Information Will Show Up Here

Alodokter Locks Additional Funding from MDI Ventures and Samsung Ventures

Healthtech startup Alodokter today (07/6) announced additional funding from MDI Ventures and Samsung Ventures Investment Corporation. The value is undisclosed and this is a follow on investment to the series C+ funding in November 2020 and series C funding in October 2019.

“Investments from MDI Ventures and Samsung Ventures will be directed towards further enhancing the Alodokter ecosystem [..] Key areas of focus going forward include technological innovation, increasing the talent pool, and adding new features and functionality. Our expansion has always focused on providing a better customer experience. fast, accurate and reliable on the Alodokter platform,” Alodokter’s Founder & CEO, Nathanael Faibis.

Based on the statistics, Alodokter is currently connected to around 43 thousand doctors and 1500 hospitals/health clinics. They have also served millions of patients in Indonesia. The services offered include health content, telemedicine, online ordering of doctor’s appointments, drug purchases, and insurance packages.

“The pandemic has driven the acceptance of telemedicine services for both patients and healthcare providers. We believe that enabling better healthcare through technology is more important than ever,” Alodokter’s Co-Founder & President Director, Suci Arumsari.

Throughout 2021, the health-tech sector has raised bigger attention due to its potential to help people gain access to health facilities. Other health-tech startups also being invested, including the rival Halodoc in April 2021 with series C funding worth IDR 1.1 trillion. Recently, Prixa also secured a seed funding worth of 40 billion Rupiah from MDI Ventures and TPFT.

“Alodokter has a proven track record in developing their comprehensive healthcare solutions. All innovations, from telemedicine to insurance, have been developed to provide Indonesian people for affordable healthcare. MDI investment will further expand healthcare growth through potential collaborations with several SOEs in Indonesia,” MDI Ventures’ CEO, Donald Wihardja said.

Since 2019, Alodokter has been supported by ranks of investors, including Softbank Ventures, Sequis, Golden Gate Ventures, Philips, Heritas, and Hera Capital.

In terms of Samsung Ventures, apart from Alodokter, they have invested in Travelio and Gojek. Meanwhile, apart from Alodokter and Prixa, MDI Ventures also invested in other healthtech startups, mClinica (Singapore), CXA Group (Singapore), and Heals Healthcare Group (Hong Kong).


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Co-Founder & President Director Alodokter Suci Arumsari / Alodokter

Alodokter Dapat Pendanaan Tambahan dari MDI Ventures dan Samsung Ventures

Startup healthtech Alodokter hari ini (07/6) mengumumkan perolehan dana tambahan dari MDI Ventures dan Samsung Ventures Investment Corporation. Tidak disebutkan nominal dana yang ditambahkan, investasi ini melanjutkan pendanaan seri C+ yang sebelumnya dibukukan pada November 2020 dan pendanaan seri C pada Oktober 2019 lalu.

“Investasi dari MDI Ventures dan Samsung Ventures akan diarahkan untuk lebih meningkatkan ekosistem Alodokter [..] Key area fokus ke depan meliputi inovasi teknologi, peningkatan talent pool, serta penambahan fitur dan fungsionalitas baru. Ekspansi yang kami lakukan selalu berfokus pada penyediaan pengalaman konsumen yang cepat, akurat, dan andal di platform Alodokter,” ujar Founder & CEO Alodokter Nathanael Faibis.

Dari statistik yang disampaikan, Alodokter saat ini telah terhubung dengan sekitar 43 ribu dokter dan 1500 rumah sakit/klinik kesehatan. Mereka juga sudah melayani jutaan pasien di Indonesia. Adapun layanan yang dijajakan meliputi konten kesehatan, telemedis, pemesanan online janji dokter, pembelian obat, dan paket asuransi.

“Pandemi telah mendorong penerimaan layanan telemedicine baik untuk pasien maupun penyedia layanan kesehatan. Kami percaya bahwa memungkinkan layanan kesehatan yang lebih baik melalui teknologi menjadi lebih penting dari sebelumnya,” tambah Co-Founder & President Director Alodokter Suci Arumsari.

Sepanjang 2021 ini, sektor healthtech memang mendapatkan perhatian lebih, lantaran potensinya untuk membantu masyarakat mendapatkan akses kesehatan. Startup kesehatan lain juga menerima pendanaan, termasuk rivalnya Halodoc pada April 2021 lalu mengumumkan pendanaan seri C senilai 1,1 triliun Rupiah. Belum lama ini Prixa juga membukukan pendanaan awal 40 miliar Rupiah dari MDI Ventures dan TPFT.

“Alodokter memiliki rekam jejak yang terbukti dalam mengembangkan solusi perawatan kesehatan komprehensif mereka. Semua inovasi, dari telemedicine hingga asuransi, telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan Indonesia akan layanan kesehatan yang terjangkau dan terjangkau. Pendanaan dari MDI akan semakin memperluas pertumbuhan layanan kesehatan melalui potensi kerja sama dengan beberapa entitas BUMN di Indonesia,” sambut CEO MDI Ventures Donald Wihardja.

Sejak 2019, Alodokter juga telah didukung oleh berbagai kalangan investor, di antaranya Softbank Ventures, Sequis, Golden Gate Ventures, Philips, Heritas, dan Hera Capital.

Untuk Samsung Ventures sendiri, selain Alodokter, mereka telah berinvestasi ke Travelio dan Gojek. Sementara selain Alodokter dan Prixa, MDI Ventures juga telah berinvestasi ke startup healthtech lain, yakni mClinica (Singapura), CXA Group (Singapura), dan Heals Healthcare Group (Hong Kong).

Application Information Will Show Up Here
Apotek Online Aloshop Alodokter

Alodokter Perkenalkan Layanan Apotek Online “Aloshop”

Beberapa waktu lalu, platform healhtech Alodokter memperkenalkan layanan epharmacy terbaru Aloshop yang terintegrasi langsung di aplikasinya. Saat ini baru tersedia di sebagian besar kawasan Jakarta dan Bekasi, tetapi akan diperluas jaringannya secara nasional pada Maret 2021 mendatang.

Menurut informasi yang dibagikan Co-Founder & CEO Alodokter Nathanael Faibis, Aloshop disebut sebagai epharmacy pertama yang berkomitmen penuh untuk bermitra dengan supply chain terpercaya di Indonesia. Aloshop juga menawarkan model bisnis yang sustainable dengan harga produk terjangkau pada kisaran 5%-20% di pasar epharmacy Indonesia.

Dihubungi DailySocial secara terpisah, Presiden Direktur Alodokter Suci Arumsari mengatakan Aloshop hadir untuk memenuhi kebutuhan produk kesehatan kepada 31 juta pengguna Alodokter. Pihaknya akan bekerja sama dengan mitra strategis yang terpercaya dan memiliki reputasi bagus dalam hal penyediaan obat-obatan demi menjamin kualitas dan keaslian produk.

“Saat ini, Aloshop bekerja sama dengan satu mitra strategis yang belum bisa kami ungkap untuk bergabung [di Aloshop]. Ke depannya, kami akan terus evaluasi kebutuhan pengguna kami sehingga bisa bekerja sama dengan mitra terpercaya lainnya,” ujarnya.

Diungkapkan Suci, Alodokter saat ini sedang dalam proses untuk memperkuat jaringan penyedia obat dan produk kesehatan agar penyediaan bisa dilakukan secara efisien. Selain itu, pihaknya juga tengah melakukan integrasi sistem dengan salah satu perusahaan kurir berskala nasional untuk meningkatkan jaringan pengiriman produk di Aloshop.

“Lewat rencana jangka panjang kami dengan mitra strategis, kami berupaya memberikan pelayanan lengkap dan harga terbaik serta mudah diakses oleh pengguna Alodokter. Kami memastikan kerja sama dengan para mitra strategis dapat saling menguntungkan agar masing-masing pihak bisa tumbuh bersama,” ungkapnya.

Melalui aplikasi Alodokter, pengguna dapat bertransaksi di Aloshop, baik menggunakan resep dokter maupun tidak. Untuk pembelian dengan resep dokter, pengguna tentu harus berkonsultasi terlebih dulu dengan dokter melalui aplikasi Alodokter. Hal ini dilakukan Alodokter untuk menjaga keabsahan dan keamanan pada peresepan dan pengobatan.

Suci menyebut bahwa Alodokter telah memiliki tim untuk melakukan kurasi obat-obatan bebas, vitamin, dan suplemen yang tidak memerlukan resep sesuai dengan regulasi pemerintah. Selain itu, Aloshop juga menyediakan obat keras sesuai resep dokter, produk kecantikan dan kesehatan kulit, dan produk untuk kebutuhan ibu dan anak.

“Semua produk yang tersedia di AloShop adalah produk-produk terkurasi yang telah memenuhi standar regulasi pemerintah, seperti yang diatur pada peraturan BPOM No. 8 Tahun 2020,” tambah Suci.

Berdasarkan peringkat Similarweb saat ini, Alodokter masih menduduki peringkat teratas untuk layanan healthtech di Indonesia. Adapun per November 2020, Alodokter telah memperoleh pendanaan seri C senilai $33 juta dari sejumlah investor, seperti MDI Ventures, Sequis, hingga Golden Gate Ventures.

Pertumbuhan healthtech dan epharmacy di masa pandemi

Layanan epharmacy merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam ekosistem healthtech. Dalam kasus ini, layanan epharmacy menjadi strategi yang penting dalam menghubungkan masyarakat terhadap layanan kesehatan dari hulu ke hilir.

Apalagi saat ini akses terhadap kesehatan di Indonesia terbilang masih minim. Dengan kondisi ekonomi saat ini, tidak semua masyarakat mampu memperoleh perawatan dan produk kesehatan yang sama di setiap wilayah.

Di Indonesia, sejumlah pelaku bisnis di industri farmasi sudah mulai mengembangkan platform layanan sejenis sendiri, seperti k24klik yang dimiliki jaringan apotek K24 hingga raksasa farmasi Kalbe melalui platform KALCare.

Adapun di masa pandemi Covid-19, healthtech menjadi salah satu layanan yang memperoleh pertumbuhan signifikan, tidak hanya di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara. Capaian ini salah satunya tervalidasi dalam laporan terbaru Google, Temasek, dan Bain & Company dalam e-Conomy SEA 2020.

Berdasarkan riset Market Data Forecast, pasar epharmacy di dunia menunjukkan pertumbuhan signifikan dikarenakan kebijakan lockdown. Epharmacy dinilai menjadi opsi yang tepat dan lebih aman demi mengurangi tingkat penyebaran Covid-19. Riset menunjukkan sekitar 30-40 persen pembelian obat atau produk kesehatan telah dilakukan melalui platform digital sejak awal pandemi.

Application Information Will Show Up Here
Presiden Direktur Alodokter Suci Arumsari

Alodokter Umumkan Pendanaan Seri C+ dari MDI Ventures dan Sejumlah Investor

Alodokter mengumumkan telah mendapatkan pendanaan dari sejumlah investor, di antaranya MDI Ventures, Sequis, Golden Gate Ventures, Heritas, dan Hera Capital. Tidak disebutkan detail nominal yang didapat. Ini merupakan perpanjangan dari putaran seri C yang telah diumumkan sejak Oktober 2019 (atau disebut seri C+). Kala itu, startup healthtech yang didirikan Nathanael Faibis dan Suci Arumsari tersebut berhasil bukukan dana $33 juta atau sekitar Rp468 miliar.

Platform Alodokter terdiri dari beberapa fitur. Mulai dari info dan forum tanya-jawab kesehatan, kanal pencarian dokter, chat dokter, asuransi kesehatan, dan layanan pembelian obat. Untuk asuransi, mereka bekerja sama dengan Sequis yang juga turut andil dalam investasi ini; sedangkan untuk fitur pembelian obat bekerja sama dengan Apotek Century dan Apotek Generik. Berbagai fitur tersebut bisa diakses lewat aplikasi mobile dan/atau situs web.

Dari rilis yang kami terima, perusahaan mengklaim telah menghubungkan lebih dari 30 dokter dan 1500 rumah sakit/klinik kesehatan di Indonesia. Sementara untuk aplikasi konsumer sudah diunduh lebih dari 5 juta pengguna. Ditinjau dari statistik penggunaan layanan, salah satunya Similarweb, Alodokter memang cenderung lebih unggul dibanding dengan beberapa pemain lainnya untuk akses ke situs maupun aplikasi.

Rivalnya, yakni Halodoc punya strategi lain, yaitu dengan integrasi. Salah satunya bekerja sama dengan Gojek untuk hadirkan layanan GoMed di aplikasi ride-hailing tersebut. Selain menyasar konsumer, Halodoc juga melayani konsumen bisnis. Kemudian, selain itu masih ada beberapa layanan lain yang terus kebut bisnis di tengah “momentum” pandemi, salah satunya Medigo.

Masuknya MDI ke jajaran shareholder akan membuka peluang kerja sama antara Alodokter dengan perusahaan di lingkup BUMN. Hal ini ditegaskan oleh CEO MDI Ventures Donald Widjaja, “Sebagai bagian dari CVC Telkom Group, MDI selalu melihat peran kami sebagai jembatan untuk membawa inovasi dari startup untuk bermitra dan tumbuh bersama Telkom.”

Di wawancara sebelumnya dengan Donald juga disampaikan, sampai saat ini MDI berhasil bukukan dana kelolaan hingga $790 juta (setara 11,6 triliun Rupiah) — menjadi dana kelolaan CVC terbesar, tak hanya di Indonesia tetapi juga di Asia Tenggara. Salah satu implikasinya, MDI mengemban tugas untuk membawa kemitraan inovatif dari startup ke perusahaan BUMN lainnya.

“Pendanaan ini menyatukan misi layanan publik Telkom untuk masyarakat Indonesia dan pendekatan bisnis Alodokter untuk mendukung perawatan kesehatan umum. Dana akan dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan kami memenuhi harapan pengguna Indonesia dan meningkatkan platform kesehatan digital kami agar lebih kuat, mudah diakses, dan terjangkau,” ujar Presiden Direktur Alodokter Suci Arumsari.

Meninjau dari berbagai hasil riset, healthtech memang jadi salah satu model bisnis yang saat ini diperhatikan investor. Pandemi memberikan pertumbuhan eksponensial bagi layanan tersebut, tidak hanya di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara — salah satunya divalidasi laporan terbaru Google, Temasek, dan Bain & Company dalam e-Conomy SEA 2020.

Healthtech in SEA

Beberapa layanan kesehatan digital telah tervalidasi, baik yang menyasar konsumer maupun bisnis. Di antaranya konsultasi daring (telemedicine), sistem informasi kesehatan, lokapasar kesehatan dan kebugaran, layanan pemasanan obat (e-pharmacy), hingga sistem pemesanan jadwal temu dokter.

Application Information Will Show Up Here