Tag Archives: Sulawesi

FoodMe adalah aplikasi listing makanan asal Kendari

FoodMe Hadirkan Layanan “Listing” Gerai Makanan di Kendari

Didirikan pada September 2017 silam di Kendari, Sulawesi Tenggara, di bawah bendera Techno’s Studio, FoodMe hadir sebagai aplikasi berbasis web dan mobile (Android) yang bertujuan memudahkan para pemilik gerai agar dapat memasarkan produk makanan yang dijual. FoodMe didesain sebagai sarana promosi untuk menampilkan produk makanan, sehingga pecinta kuliner dapat melihat informasi produk dan promo yang ditawarkan dari setiap gerai.

“Untuk sementara layanan kami baru di sekitar Kota Kendari saja,” ujar CEO Techno’s Studio Zulqifli Hedrianto Tahir.

Saat ini terdapat empat layanan utama FoodMe, yakni:

  • List Gerai; Pengguna dapat melihat daftar gerai /toko yang ada dalam aplikasi FoodMe.
  • List Makanan; Pengguna dapat melihat daftar makanan yang tersedia dari setiap gerai.
  • Promo Makanan; Pengguna aplikasi dapat melihat daftar promo yang ditawarkan dari setiap gerai.
  • Search; Pengguna aplikasi dapat melakukan pencarian daftar makanan maupun toko yang ada.
Tampilan aplikasi FoodMe di perangkat Android
Tampilan aplikasi FoodMe di perangkat Android

Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini sudah banyak startup digital serupa di tanah air yang menghadirkan layanan listing gerai makanan. Namun Zulkifli mengatakan, ada beberapa keunggulan yang coba diusung FoodMe. Pertama, FoodMe tidak sekadar menjual tapi juga mempromosikan produk para mitranya terutama dengan foto produk yang menarik.

Kedua, FoodMe memiliki layanan call center yang memastikan pesanan dari pelanggan, gerai, sampai kurir, berjalan dengan baik sesuai SOP pengantaran yang telah dibuat FoodMe. Terakhir, untuk transaksi fake order (order fiktif) pihak FoodMe mengganti 50% dari ongkos produk sehingga gerai tidak terlalu rugi.

“Ke depan, kami ingin mengembangkan fitur pre-order agar bisa meng-handle makanan dalam jumlah besar untuk melayani konsumsi event di Kendari, menambah gerai dan pelanggan, serta mengembangkan layanan FoodMe ke beberapa kota besar di Sulawesi seperti Kolaka, Makassar, Bau-Bau, dan Palopo.”

FoodMe menerapkan tiga model bisnis. Pertama, mereka mengutip biaya administrasi sebesar Rp50.000 per bulan untuk setiap gerai yang bergabung (menjadi mitra FoodMe). Kedua, FoodMe mendapat bagi hasil 7,5% dari setiap transaksi. Ketiga, mendapat bagi hasil sebesar 20% dari biaya kurir.

“Selain itu, FoodMe juga membuka layanan jasa food styling photography dan iklan slider di aplikasi kami,” jelas Zulkifli.

Application Information Will Show Up Here

BugisDev Komunitas Pembelajar Coding di Bulukumba, Sulawesi Selatan

Demi mengenalkan dan mengajarkan ilmu pemrograman komputer (coding) kepada generasi pemuda di Bulukumba, Sulawesi Selatan, sejak bulan November 2014 BugisDev berdiri. Diinisiasi oleh Adhy Ngurajeka, BugisDev memiliki visi besar pemrograman menjadi viral di kalangan pemuda. Hal tersebut diharapkan mampu mendongkrak inovasi digital di Bulukumba. Inovasi digital menjadi penting untuk dikenalkan sedari dini, karena produk digital menjadi komoditas yang mampu tersebar secara cepat dan memberikan dampak yang signifikan kepada pembuatnya.

Konsep awal dari BugisDev adalah kelompok belajar bersama, saling bertemu antara instruktur (pemrogram yang sudah andal) dengan yang baru mulai belajar. Akses terhadap materi pembelajaran yang terbatas juga menjadikan model komunitas belajar menjadi efektif untuk menyebarkan virus memprogram di sana.

“Untuk mencari teman belajar pemrograman sangatlah sulit. Saya sendiri sewaktu belajar pemrograman sejak tahun 2009 merasakan kesulitan yang sama, dan itulah yang menjadi alasan kenapa BugisDev saya dirikan,” ujar Adhy.

Agenda rutin BugisDev, mulai dari pertemuan intensif hingga sosialisasi

Pertemuan rutin diadakan setiap malam Senin dan Jumat. Bertajuk daily meetup, acara ini membahas berbagai hal yang sedang dikerjakan dalam proyek pemrograman yang diajarkan. Para instruktur setelah memberikan materi biasanya akan memberi tugas, pada kegiatan daily meetup ini para peserta dapat berkonsultasi masalah apa yang ditemukan, hingga berdiskusi kiat dalam memprogram sesuai dengan aplikasi yang ingin diselesaikan.

“Di BugisDev, setiap member kita arahkan untuk membangun produknya masing-masing, dengan harapan kita bisa mencetak programmer yang jauh lebih kompeten,” papar Adhy kepada DailySocial.

Untuk mensosialisasikan tentang pemrograman dan dunia digital, BugisDev juga rutin mengunjungi sekolah tingkat menengah atas. Dalam rangkaian event rutin, agenda ke sekolah diisi dengan berbagai presentasi seputar konsep pemrograman dan peluang karier di bidang digital. Untuk memperluas cakupan, saat ini BugisDev juga tengah gencar memaksimalkan pelatihan/kursus secara online.

Salah satu program yang menjadi unggulan BugisDev adalah CodeCamp. Pada tahun 2016 ini, CodeCamp diadakan di Bira, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Selama satu hari penuh, 50 orang peserta dari tiga kota besar di Sulawesi Selatan berkumpul dan menginap, untuk mempelajari secara mendalam tentang konsep pemrograman atau pembuatan produk digital tertentu.

“Dikarenakan member di BugisDev kebanyakan adalah mahasiswa (90%), salah satu kendala yang sering ditemui adalah sulitnya mengatur waktu antara kuliah dan belajar di BugisDev. Tidak bisa dipungkiri, terkadang banyaknya tugas dan padatnya jadwal kuliah membuat mereka menjadi kehilangan semangat untuk belajar. Parahnya lagi, bahkan sebagian mereka sampai kehilangan waktu untuk melakukan riset-riset yang berkaitan dengan pemrograman komputer,” ungkap Adhy.

Ke depan BugisDev bertekad mencetak lebih banyak programmer lokal yang kompeten serta mampu menjadi salah satu pegiat di dunia pendidikan tanah air, khususnya di bidang pendidikan pemrograman. Terkait dengan produk hasil belajar pemrograman yang ingin ditekankan oleh komunitas ini berfokus pada pemecahan masalah lingkungan.