Tag Archives: sunarso

BRI disebut memang sedang menjajaki investasi ke Traveloka, namun belum ada keputusan final

BRI Jajaki Potensi Investasi ke Traveloka

Sumber kami mengonfirmasi BRI memang sedang menjajaki investasi atau berbagai peluang lain ke Traveloka, namun belum ada keputusan final. Penjajakan ini dimulai dari tersedianya top up Brizzi, peluncuran kartu kredit PayLater, yang berlanjut pada potensi investasi.

Wacana ini diungkapkan Direktur Utama BRI Sunarso, kemarin (24/10). Dia menyebut perseroan mempertimbangkan untuk menyuntik modal ke Traveloka. Ada beberapa opsi yang bakal dilakukan, kerja sama operasi, titip jual produk BRI di aplikasinya, atau ikut ambil kepemilikan saham.

“Nanti kami pilih opsi yang paling optimal, kalau ketiganya optimal, ya kami lakukan semua,” terang Sunarso seperti dikutip dari Kontan.

Tidak dijelaskan berapa nominal yang disiapkan BRI untuk investasi ke Traveloka. Bisa jadi berasal dari alokasi dana tahunan sebesar Rp5 triliun untuk menggelar aksi korporasi.

“Setiap tahun kami mencadangkan dana hingga Rp5 triliun untuk aksi korporasi. Namun apakah dana tersebut akan disalurkan ke satu target (perusahaan) atau ke beberapa (perusahaan) nanti kita lihat.”

Di luar wacana ini, ambisi yang ingin dicapai BRI adalah menjadi perbankan yang kuat di kredit mikro yang dapat melayani rakyat sebanyak mungkin dengan harga semurah mungkin.

Sebelumnya, ada wacana untuk membuat perusahaan fintech di bidang kredit, tabungan, hingga pembayaran. Namun bentuk konkretnya masih dipikirkan, entah ditempatkan di anak perusahaan, memiliki sendiri, atau kolaborasi.

BRI sendiri telah mengumumkan pendirian BRI Ventures yang mengelola dana senilai $250 juta (setara Rp3,5 triliun) untuk startup fintech late stage atau Seri A ke atas. BRI Ventures dipimpin oleh Nicko Widjaja.

Di bawah kepemimpinan Sunarso, BRI akan memperkuat dominasi di segmen kredit UMKM dengan rencana akuisisi layanan fintech kredit, tabungan, dan pembayaran

BRI Rencanakan Akuisisi Startup Fintech untuk Kuasai Kredit Mikro

BRI resmi menunjuk Sunarso sebagai Direktur Utama menggantikan Suprajarto lewat RUPSLB yang digelar kemarin (2/9). Di bawah kepemimpinannya, perseroan akan terus konsisten meningkatkan dominasinya pada pembiayaan UMKM yang lebih luas.

“BRI harus bisa melayani rakyat sebanyak mungkin dengan harga semurah mungkin,” ujarnya dikutip dari Tempo.

Dia berujar cara tersebut hanya bisa dilakukan dengan menggencarkan transformasi digital dan kultural, menciptakan model bisnis dan pelayanan yang efisien.

“Biaya-biaya harus diturunkan, proses juga harus dipercepat dengan digitalisasi, sasarannya kami akan lebih fokus ke mikro yaitu menyasar ceruk pasar yang belum disentuh bisnis pembiayaan lain.”

Dia memperjelas, pasar mikro yang dimaksud di satu sisi bersinggungan dengan area pembiayaan fintech. Perseroan akan menciptakan produk khas fintech, seperti pembiayaan dalam jumlah lebih kecil dan tenor yang lebih cepat, dan proses yang mudah dilakukan secara digital.

“Kami akan go smaller dan go shorter, sehingga BRI harus memiliki [unit usaha] fintech, serta mempunyai kapasitas dan kapabilitas sebagai [perusahaan] fintech juga.”

Sunarso membeberkan keinginannya untuk membuat perusahaan fintech untuk bidang kredit, tabungan, hingga pembayaran. Meskipun demikian, dia masih memikirkan akan seperti apa skema membuat fintech ini, entah ditempatkan di anak perusahaan, bisa memiliki sendiri atau kolaborasi.

Sebenarnya strategi ini sudah dijalankan perseroan melalui anak usahanya BRI Agro yang meluncurkan aplikasi Pinang (Pinjaman Tenang). Lewat aplikasi ini, konsumen bisa mengajukan kredit dengan plafon Rp20 juta dan tenor satu bulan hingga 12 bulan. Proses pengajuannya hanya memakan waktu 10 menit.

Kinerja kredit UMKM di BRI mendominasi seluruh portofolio kredit. Dari total kredit Rp888,32 triliun, sebesar 76,72% di antaranya, atau senilai Rp681,5 triliun, adalah kredit UMKM dengan pertumbuhan 13% per tahun.

G5TAR led by Rama Manusama and Bhimo Hantoro aims to provide loans up to IDR 15 trillion by 2023

Pegadaian Announces G5TAR Fintech Business Unit

PT Pegadaian (Pegadaian) announces the development of G5TAR business unit to support the company’s initiative as a dominant fintech player. G5TAR is a realization of IDR 1.2 trillion investment last April. It’ll be led by Rama Manusama (previously Chief of Innovation MDI Ventures) and Bhimo Hantoro (previously Accenture Netherland’s Consultant). G5TAR is expected to distribute loans up to IDR 15 trillion by 2023.

G5TAR is said to perform as an omnichannel lending platform, available online and offline, to digitize Pegadaian business which mostly are offline, including through 4300 outlets all over Indonesia.

As a separate business unit, G5TAR is prepared to become a lending platform for individual consumers and micro business segments. Currently, Pegadaian reportedly has assets of IDR 50 trillion and profit of IDR 2,5 trillion.

“On this occasion, we see an opportunity to digitize some process and business development through fintech initiative particularly for consumers and micro-segments. Fintech has grown rapidly in Indonesia, but there are some reality check should be considered, such as the high price of consumer’s acquisition which leads to limitation while scaling up. Pegadaian owns a physical footprint to answer all the challenges,” Sunarso, Pegadaian’s President Director, said.

Although the lending business will be the main guide of the company’s business, the digital platform will also support Pegadaian’s existing business, including fiduciary

“Fintech will certainly lead the future’s economy and provide financial inclusion for consumer and business segments where banks haven’t reached. We are targeting [to distribute loans] IDR 15 trillion for fintech channels over the next four years,” Teguh Wahyono, IT and Digital Service Director, said.

Sets up a Digital Team

To support this initiative, Pegadaian keeps on recruiting new talents with high experience in the digital industry, investment, and corporate innovation.

In leading this initiative, Rama Manusama and Bhimo Hantoro are supported by Herdi Sularko (VP of Digital Partnership and Business Development) and Aditya Rachman (PMO and Change Management) in the G5TAR management boards. Previously, Herdi was MDI Ventures Head of Synergy and Partnership, while Aditya was the Country Head of LotusFlare, a Silicon Valley company engaged in data science to support telco business and OTT.

“We continue to build a team consists of some background industries, including banking, consulting, telco, venture capital, and startup to support our transformation into the future fintech company,” he concluded.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

G5TAR dipimpin bersama oleh Rama Manusama dan Bhimo Hantoro, berharap memberikan pinjaman hingga Rp15 triliun di tahun 2023

Pegadaian Umumkan Unit Bisnis G5TAR, Siap Jadi Pemain Fintech Dominan

PT Pegadaian (Pegadaian) mengumumkan pendirian unit bisnis fintech G5TAR untuk mendukung inisiatif perusahaan menjadi pemain fintech dominan. G5TAR merupakan realisasi investasi Rp1,2 triliun yang diumumkan April lalu. G5TAR bakal dipimpin bersama oleh Rama Manusama (sebelumnya Chief of Innovation MDI Ventures) dan Bhimo Hantoro (sebelumnya Consultant di Accenture Belanda). G5TAR ditargetkan bisa menyalurkan dana hingga 15 triliun Rupiah di tahun 2023.

G5TAR disebutkan bakal mengarah menjadi platform lending secara omni-channel, tersedia secara online maupun offline, yang berharap mendigitalisasi bisnis Pegadaian yang kebanyakan saat ini masih berupa kantor fisik, termasuk 4300 gerai di seluruh Indonesia.

Sebagai unit bisnis tersendiri, G5TAR disiapkan menjadi platform peminjaman bagi segmen konsumen perorangan dan bisnis mikro. Saat ini Pegadaian disebutkan memiliki aset Rp50 triliun dan profit Rp2,5 triliun.

“Pada kesempatan ini, kami melihat saatnya untuk melakukan digitisasi beberapa proses dan pertumbuhan bisnis melalui inisiatif fintech terlebih kepada segmen konsumen dan mikro. Fintech di Indonesia memang pesat pertumbuhannya, namun banyak reality check yang harus diperhatikan seperti tingginya harga akusisi konsumen yang akhirnya harus melihat keterbatasan ketika scaling up. Pegadaian memiliki footprint fisik yang dapat menjadi jawaban bagi tantangan ini,” ujar Dirut Pegadaian Sunarso.

Meskipun bisnis lending bakal menjadi pendorong utama bisnis perusahaan, platform digital ini juga akan mendukung bisnis existing Pegadaian, termasuk bisnis gadai.

“Fintech tentunya akan menjadi penggerak ekonomi di masa depan, di mana akan memberikan inklusi finansial bagi segmen konsumen dan usaha yang selama ini belum dijangkau oleh perbankan. Kami menargetkan [menyalurkan dana pinjaman] Rp15 Triliun untuk channel fintech selama empat tahun ke depan,” kata Direktur IT dan Digital Service Teguh Wahyono.

Menyiapkan tim digital

Untuk mendukung inisiatif ini, Pegadaian terus merekrut talenta yang sudah berkecimpung di industri digital, investasi, dan inovasi korporasi.

Selain Rama Manusama dan Bhimo Hantoro yang memimpin inisiatif ini, termasuk dalam jajaran manajemen G5TAR adalah Herdi Sularko (VP Digital Partnership dan Business Development dan Aditya Rachman (PMO dan Change Management). Herdi sebelumnya adalah Head of Synergy and Partnership MDI Ventures, sementara Aditya sebelumnya adalah Country Head LotusFlare, sebuah perusahaan Silicon Valley yang bergerak di bidang data science untuk membantu bisnis perusahaan telekomunikasi dan OTT.

“Kami terus membangun tim yang terdiri dari latar belakang industri yaitu bankingconsulting, telco, modal ventura, dan startup untuk mendukung transformasi kami menjadi perusahaan fintech di masa depan,” tutup Teguh.

To support go public campaign, Pegadaian transforms to become fintech company / Pegadaian

Pegadaian Setups Rp1.2 Trillion Budget to Become Fintech Company

Pegadaian (state-owned fiduciary company) setups Rp1.2 trillion budget to support its ambition to be fintech company this year. Majority will be used for Pegadaian Digital Services (PDS) app development, acquire 600 new agents, expanding services, and going global.

“We’ll run farther, therefore, this year’s capex will be bigger [to help] for going global. Pegadaian finally will have fintech, fiduciary, and pawn service,” Sunarso, Pegadaian’s President Director, said in an official release.

Sunarso continued, to become a fintech company, the corporate transformation has passed “dreaming stage” after going through “diagnosis stage”. Later, it will get into “design” and “delivery stage” to support go public effort in 2020. Corporate will keep digitizing business, improving outlet service, revitalizing warehouse and logistics, and maintain excellent service.

PDS becomes Pegadaian’s new ammo to enter fintech, serving loyal and potential young customers. Customers can apply for pawn or microcredit in need, pay instalments, accommodate customers in opening new accounts and top-up gold savings.

Pegadaian targets to acquire two million new customers through the app by the end of this year. At that time, total customers are expected to reach 11.5 million.

Fiducia industry generally consists of a small number of players. Other player, Pinjam, is focused on providing online services.

Opening coffee shop

To engage with millennials, Sunarso said the company is using “direct-to-consumer” strategy by opening “The Gade” coffee shop which located in Kebayoran Baru, Jakarta. Potential customer are able to have access to all Pegadaian services, including applying for capital, fiduciary, and so on.

There will be more branches in other locations throughout Indonesia. The coffee shop is to attract male customers which currently not optimally engaged.

The 72% of Pegadaian’s current active customers are women and 68% are under 45 years old.

“Men usually resist to access Pegadaian. Therefore, we open The Gade to attract them.”

Pegadaian also launched a fiduciary product with no interest to reach millennials, particularly students. With this product, customers can apply for a loan up to Rp500 thousand for two months period. It is targeted to acquire one million customers.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pegadaian Kucurkan Investasi Rp1,2 Triliun untuk Jadi Perusahaan Fintech / Pegadaian

Pegadaian Kucurkan Investasi Rp1,2 Triliun untuk Jadi Perusahaan Fintech

Pegadaian mengalokasikan investasi sebesar Rp1,2 tiliun untuk mewujudkan ambisinya sebagai perusahaan fintech tahun ini. Sebagian besar anggaran tersebut akan diarahkan untuk pengembangan aplikasi Pegadaian Digital Services (PDS), menggaet 6 ribu agen, memperluas produk layanan, dan going global.

“Kami akan lari jarak jauh, oleh sebab itu capex yang kami sediakan tahun ini cukup besar karena kami akan going global. Akhirnya Pegadaian akan memiliki jasa gadai, fidusia, dan fintech,” terang Direktur Utama Pegadaian Sunarso dalam keterangan resmi yang diterima DailySocial.

Untuk menjadi perusahaan fintech, lanjut Sunarso, transformasi perseroan saat ini sudah melalui tahap dreaming untuk menjadi perusahaan fintech, setelah melalui tahapan diagnosis. Seluruh proses dilakukan secara 4D.

Selanjutnya mereka masuk ke tahapan design dan delivery untuk mendukung rencana melantai di bursa pada 2020. Perseroan akan terus melakukan digitalisasi proses bisnis, meningkatkan kenyamanan layanan di outlet, revitalisasi gudang dan logistik, serta pelayanan prima kepada nasabah.

PDS menjadi senjata Pegadaian untuk masuk ke ranah fintech, melayani nasabah dan calon nasabah yang berasal dari kalangan millennial. Nasabah bisa mengajukan gadai atau pengajuan kredit mikro sesuai kebutuhan nasabah, mengakomodasi nasabah yang ingin membuka tabungan emas, membayar angsuran, dan melakukan top up tabungan emas.

Lewat aplikasi ini, ditargetkan Pegadaian dapat menjaring dua juta nasabah baru sampai akhir tahun ini. Diharapkan total nasabah perseroan dapat mencapai 11,5 juta orang.

Sektor gadai sendiri secara umum tidak memiliki banyak pemain resmi. Selain pegadaian, terdapat pula Pinjam yang fokus memberikan pelayanan gadai secarara online.

Buka kedai kopi

Agar dapat menjaring nasabah dari kalangan millennial, Sunarso menuturkan perseroan menganut strategi “jemput bola” dengan membuka kedai kopi “The Gade” yang berlokasi di Kebayoran Baru, Jakarta.

Di dalam kedai ini, nasabah dapat berkenalan dengan produk-produk Pegadaian yang selama ini belum banyak dikenal kalangan millennial. Nasabah dapat mengakses berbagai layanan Pegadaian seperti mengajukan modal usaha, gadai barang, dan sebagainya.

Ke depannya Pegadaian segera menambah gerai kedai kopi di lokasi lainnya di seluruh Indonesia. Kehadiran kedai kopi ini juga diharapkan bisa menjaring nasabah dari kaum laki-laki yang dinilai belum tergarap optimal oleh perseroan.

Tercatat 72% nasabah aktif Pegadaian adalah ibu-ibu, dengan sekitar 68% nasabah berusia di bawah 45 tahun.

“Sepertinya kaum laki-laki cenderung ada rasa gengsi untuk mengakses Pegadaian. Maka kami membuka kafe The Gade agar mereka tidak malu-malu lagi untuk ke Pegadaian.”

Tak hanya itu, Pegadaian juga meluncurkan produk gadai tanpa bunga untuk menjangkau pengguna millennial khususnya mahasiswa. Untuk produk ini, nasabah bisa mengajukan pinjaman maksimal Rp500 ribu dengan tenor dua bulan. Produk tersebut ditargetkan dapat menjaring satu juta nasabah

Application Information Will Show Up Here

.