Tag Archives: super app

Gojek Beli Saham Blue Bird

Gojek Dikabarkan Segera Beli 5% Saham Blue Bird Senilai 420 Miliar Rupiah

Gojek dikabarkan segera akuisisi 5% kepemilikan saham PT Blue Bird Tbk (Blue Bird). Nilai yang akan dibayarkan sekitar $30 juta atau setara 420 miliar Rupiah, lebih tinggi jika melihat kapitalisasi pasar perusahaan pada penutupan bursa saham per hari Senin (16/12) lalu sekitar 6,8 triliun Rupiah.

Kabar ini pertama kali dirilis oleh Bloomberg. Menurut sumber, kesepakatan ini dibangun berdasarkan kemitraan yang sudah ada sebelumnya, sejak tahun 2016. Diketahui bersama, saat ini layanan taksi Blue Bird bisa dipesan dengan aplikasi Gojek, melalu opsi Go-Blue Bird.

Aksi perusahaan ini diyakini sejalan dengan strategi bisnis untuk terus memimpin pasar di tengah persaingan ketat bersama rivalnya Grab. Kemitraan strategis dengan perusahaan transportasi lokal turut diterapkan Gojek di Singapura. November 2019 lalu mereka umumkan kerja sama strategis dengan Trans-Cab Services, untuk mengakomodasi pemesanan lebih dari 3000 armada taksi melalui aplikasi. Layanan ini dijanjikan mulai efektif per Desember 2019.

Di lain sisi, saat ini Gojek masih terus membuka peluang partisipan baru dalam putaran pendanaan seri F. Dengan target perolehan $3 miliar, dikabarkan saat ini sudah capai $2 miliar, dan akan ditutup pada Januari 2020. Turut disampaikan oleh Komisaris Gojek Boy Thohir rencana perusahaan melakukan IPO.

Berambisi menjadi super app, Gojek terus kembangkan sayap layanannya. Termasuk dengan melakukan akuisisi ke sejumlah startup digital. Yang terbaru layanan point of sales Moka, tengah dalam tahap finalisasi akuisisi senilai 1,6 triliun Rupiah.

Application Information Will Show Up Here

Super App Approach for The Future’s Collaboration Form

It is undeniable, that Gojek and Grab kinds of services as the top of mind are getting high awareness among users due to flexibility and simplicity offered within just one platform. Each platform is claimed to be the super app, not only just a ride-hailing tool, and has accommodated various services in the application.

Gojek’s Co-Founder who is recently appointed as Indonesia’s Minister of Education and Culture, Nadiem Makarim said in an interview that an application capable to be the one-for-all services would create a great potential in Indonesia.

“When you digitize human movement and trace back transactions, you create a new visibility level and understand very clearly how each city operates,” he said.

A similar statement comes from Grab’s CEO, Anthony Tan. He thought as the number of young users grows, it actually changes the habit and lifestyle in more digital ways. Through smartphones and apps, the data collected can be very useful for service development.

Starts in China

superapp

Since China, many applications have emerged offering solutions and provide more than one service. The term super app began to extend and happened to capture as much attention from people.

Super app has created a relevant ecosystem and needed on a daily basis. Starts from purchasing groceries, transportation, shopping and payment to the extent of entertainment.

Today, the super app model is rapidly growing in the emerging market, such as India, South America, and Southeast Asia. Its focus is on making horizontal expansion and dominating certain geographic spots aggressively. Eventually, with the right and relevant features and categories, the super app is predicted to be the future technology.

The Future Technology

Using the super app framework as the direction of many technology startups, it’ll be wiser for those startups, corporates, and brands to collaborate and create an application with a one-stop-shopping concept.

Gojek, for example, has partnered up with cinemas, health consulting service, and drug purchasing, also the news portal for users can stay longer in the application.

Grab, on the other side, provides grocery service with GrabFresh in collaboration with HappyFresh. Partnering with Grab allows HappyFresh to add more slots in the sales, also to improve delivery time.

HappyFresh’s CEO, Guillem Segarra said, the partnership approach, as the one with Grab, will give consumers easier access to groceries from their currently used app, without having to download the HappyFresh app.

“We believe in the partnership approach and it has proven with Grab. They are very helpful towards us getting new users. Hereby, we decided to stay open to other platforms with lots of user base,” He added.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pendekatan "super app" didukung ekosistem dan kemitraan dengan berbagai pihak

Pendekatan “Super App” Sebagai Format Kolaborasi Masa Depan

Tidak dapat dipungkiri, layanan seperti Gojek dan Grab bisa menjadi top of mind dan mendapatkan awareness tinggi di antara pengguna karena fleksibilitas dan kemudahan yang ditawarkan dalam satu platform. Masing-masing platform mengklaim menjadi super app, tak hanya sekadar layanan ride hailing, dan sudah mengakomodasi berbagai layanan di satu aplikasi.

Dalam sebuah wawancara, Co-Founder Gojek Nadiem Makarim, yang kini menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, menyebutkan, aplikasi yang bisa menjadi layanan untuk semua memiliki potensi sangat besar dikembangkan di Indonesia.

“Ketika Anda mendigitalkan pergerakan manusia, barang, dan melacak semua transaksi, Anda membuat lapisan visibilitas baru dan mengetahui dengan jelas cara masing-masing kota beroperasi,” kata Nadiem.

Hal senada disampaikan CEO Grab Anthony Tan. Menurutnya, makin besarnya pertumbuhan pengguna dari kalangan muda telah mengubah kebiasaan dan gaya hidup menjadi lebih digital. Melalui smartphone dan aplikasi, data yang masuk bisa dimanfaatkan untuk pengembangan layanan.

Dimulai di Tiongkok

Sejak diawali di Tiongkok, mulai banyak bermunculan aplikasi yang mampu mengatasi masalah dan memberikan solusi lebih dari satu layanan. istilah super app kemudian mulai banyak dikembangkan dan ternyata mampu menarik perhatian orang banyak.

Super app telah menciptakan ekosistem yang relevan dan dibutuhkan setiap harinya oleh orang banyak. Mulai dari membeli kebutuhan sehari-hari, transportasi, pembelian dan pembayaran hingga hiburan.

Saat ini model super app berkembang pesat di pasar negara berkembang, seperti India, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara. Fokus super app adalah melakukan ekspansi secara horizontal dan mendominasi geografi tertentu secara agresif. Pada akhirnya, dengan fitur dan kategori yang tepat dan relevan, diprediksi super app menjadi teknologi masa depan.

Masa Depan

Dengan framework super app yang menjadi arahan banyak startup teknologi,  menjadi hal yang bijak bagi startup, korporasi, dan brand untuk berkolaborasi dan menciptakan aplikasi dengan konsep one stop shopping.

Gojek, misalnya, telah menggandeng bioskop, layanan konsultasi kesehatan dan pembelian obat-obatan, dan platform berita supay pengguna betah berlama-lama menggunakan aplikasinya.

Sedangkan Grab menghadirkan layanan pembelian barang-barang sehari-sehari bersama GrabFresh menggandeng HappyFresh. Kehadiran mitra Grab memungkinkan HappyFresh menambah lebih banyak slot pengiriman dan meningkatkan waktu pengiriman.

CEO HappyFresh Guillem Segarra menjelaskan, pendekatan partnership, seperti dengan Grab ini, akan memudahkan konsumen dalam mengakses layanan groceries dari aplikasi yang mereka pakai, tanpa harus mengunduh aplikasi HappyFresh.

“Kita percaya dengan pendekatan partnership dan sudah terbukti dengan Grab. Mereka sangat membantu kami dalam mendapatkan konsumen baru. Dari sini kami memutuskan untuk terbuka ke platform lain yang memiliki basis pengguna yang banyak,” unggap Guillem.

grab decacorn

Banyak Fitur Tambahan, Apakah Grab Makin Asyik Digunakan?

Ketika mendengar tentang Grab, apa yang pertama kali terlintas dalam pikiran kita? Sebagian besar orang tentu akan membayangkan sebuah aplikasi yang menyediakan layanan transportasi online menggunakan mobil dan sepeda motor, pemesanan makanan, serta pengantaran barang. Ternyata selain layanan tersebut, banyak fitur lain yang tersedia, namun mungkin tidak kita sadari.

Fitur-fitur tersebut dapat kita lihat di bagian bawah halaman utama aplikasi. Scroll ke bawah setelah menu utama aplikasi, kita akan menemukan beberapa fitur tambahan yang dimiliki Grab. Beberapa bagian masih berkaitan erat dengan layanan Grab. Seperti “Tea Places” dan “Foodie Swipe” yang menawarkan rekomendasi makanan terdekat, “Places to Go” sebagai rekomendasi tempat menarik, atau “Penawaran Spesial” yang berisi informasi mengenai promo terbaru.

Sejak akhir tahun 2018 lalu, Grab telah meningkatkan statusnya dari Unicorn menjadi Decacorn pertama di Asia Tenggara. Decacorn sendiri merupakan istilah yang diberikan kepada perusahaan startup yang valuasinya mencapai $10 miliar. Setelah mendapatkan pendanaan seri H, valuasi Grab saat ini mencapai nilai sekitar $11 miliar. Ketersediaan dana yang besar tentu menjadi salah satu pendorong berbagai inovasi layanan dapat dilakukan oleh Grab.

grab decacorn

Beberapa fitur lain seperti Stories by Grab dan Grab TV, serta UGC (User Generated Content) bertajuk “Jadi Foodie Sejati” tampaknya diniatkan sebagai strategi untuk meningkatkan user engagement. Konten-konten di dalamnya masih sangat lekat dengan layanan Grab dan pengalaman para pengguna dalam menggunakan layanan tersebut. Namun, ada beberapa fitur lain pula yang mulai disematkan Grab dalam aplikasinya dengan konten-konten yang tidak berhubungan dengan layanan Grab, seperti transportasi, pemesanan makanan, pengantaran barang, atau pembayaran tagihan yang juga mereka miliki.

Yang pertama adalah “Games For You” yang menyajikan lima permainan yang dapat dimainkan secara gratis atau menggunakan poin. Ada pula “Horoskopnya Grab” yang menyajikan ramalan zodiak, serta “Personality Quiz” untuk melihat kepribadian pengguna. Ketiga fitur tersebut cukup menyenangkan untuk digunakan pada waktu senggang atau untuk sekedar seru-seruan.

Dengan filosofi platform terbuka mereka, Grab juga menjalin kerja sama dengan beberapa pihak untuk fitur-fitur lain yang dimiliki. Antara lain dengan Yahoo, Detik, dan CNN Indonesia untuk fitur Daily News sebagai aggregator berita, dengan OVO untuk pembayaran, serta yang terbaru dengan HOOQ untuk berbagai konten video yang dapat dinikmati secara langsung bagi pengguna level Platinum di aplikasi Grab. Berbagai fitur ini telah menjadikan Grab sebagai “Super App“. Nah, menurut Anda, dengan berbagai fitur tersebut apakah membuat aplikasi Grab makin asyik digunakan?

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Grab.

grab super app

Super App Grab Semakin Mantap dengan Menjadi Decacorn

Sejak tahun lalu, platform transportasi online Grab telah menjadi Super App pertama dan terbesar di Asia Tenggara. Hal ini bisa dilihat dari menu-menu baru di dalam aplikasinya selain hanya sekedar jasa transportasi. Fitur baru tersebut termasuk layanan konten video dari HOOQ (bagi pengguna level Platinum) dan layanan lainnya hasil kerjasama dengan pihak ketiga.

Beberapa di antaranya layanan kecantikan dan gaya hidup dengan Minutes, pemesanan tiket hiburan dengan BookMyShow, dan jasa servis dengan Sejasa.com. Ketiganya tergabung sebagai portofolio dalam program akselerator Grab Ventures Velocity. Berbagai layanan baru yang disediakan Grab pun merupakan hasil kerja samanya dengan beberapa perusahaan lain, seperti Tokopedia, OVO, dan Kudo.

Grab telah menjalani tahun-tahun yang penuh dengan gejolak hingga saat ini. Setelah mengakuisisi Uber pada bulan Maret 2018, Grab terus berkembang untuk membentuk ekosistem digital terbesar di Indonesia. Kesepakatan tersebut juga membantu Grab untuk memperluas bisnis intinya, dan menjadi Super App sehari-hari.

Grab saat ini bermain di liga-liga besar. Terutama setelah naik status dari unicorn ke decacorn, menurut sebuah laporan yang diterbitkan pada Senin (19 November) oleh Google dan Temasek. Bagi Anda yang belum memahami perbedaannya, unicorn adalah perusahaan yang bernilai lebih dari $1 miliar, sementara decacorn bernilai lebih dari $10 miliar.

Dengan valuasi $11 miliar, Grab adalah decacorn pertama dan satu-satunya di Asia Tenggara, dan berencana melipatgandakan nilai dengan mengintegrasikan lebih banyak layanan di platformnya. Untuk itu, perusahaan juga membuka pusat R&D ke-7 di Kuala Lumpur dan berencana menambah 1.000 pekerjaan teknologi untuk mendukung upaya pengembangan.

Dengan tercapainya decacorn ini sekaligus mengawali visi grab di tahun 2019, Grab pastinya akan menambahkan lebih banyak lagi layanan sesuai permintaan di platformnya, untuk meningkatkan statusnya sebagai Super App.

grab super app

Bagi Grab sektor transportasi adalah bagian inti dari bisnis, Grab mencari untuk meningkatkan kemampuannya sebagai perusahaan teknologi untuk mengembangkan fitur keamanan yang digerakkan teknologi untuk diintegrasikan ke dalam platformnya.

Karena orang menghabiskan lebih banyak waktu pada ponsel mereka dan lebih sedikit waktu beralih antar-aplikasi, Grab makin tumbuh seiring dengan perkembangan smartphone dan juga transaksi non-tunai yang menjadi gaya hidup masyarakat modern. Awalnya yang hanya menawarkan layanan ride-hailing, mulai berkembang dengan fitur fintech hingga marketplace. Kini Grab telah beroperasi di 8 negara dan 336 kota yang ada di Asia Tenggara. Mulai dari Vietnam, Myanmar, Thailand, Filipina, Kamboja, Malaysia, Singapura dan Indonesia.

Disclosure: Artikel ini adalah konten bersponsor yang didukung oleh Grab.

Hooq di Grab

Konten Video Hooq Kini Bisa Ditonton Melalui Aplikasi Grab

Grab hari ini (13/2) meresmikan kemitraan strategis dengan Hooq dalam menghadirkan konten video on-demand di dalam aplikasinya. Indonesia jadi negara pertama yang menjajal integrasi layanan tersebut, berikutnya akan digulirkan ke Singapura, Filipina, dan Thailand.

President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata menerangkan, Indonesia jadi negara pertama menikmati layanan ini, karena bagi kedua perusahaan (Grab dan Hooq) Indonesia adalah pasar utama. Mengutip dari berbagai riset, video online telah menjadi salah satu format media yang paling populer di Asia Tenggara.

Sebanyak 80% masyarakat Asia Tenggara menyatakan mereka menonton video online setiap harinya. Diprediksikan pendapatan dari biaya berlangganan video on-demand meningkat hingga 6,5 kali, menjadi US$390 juta pada 2022 dari US$60 juta di 2017.

“Ke depannya kami juga akan menyediakan pilihan rekomendasi video yang sesuai dengan lokasi, waktu, dan perilaku pengguna,” ucapnya Rabu (13/2).

Ridzki menambahkan, kehadiran Hooq dalam Grab juga melihat dari tren tingkat unduhan aplikasi yang semakin ketat semakin waktu. Risiko churn rate yang tinggi mengakibatkan orang semakin selektif dalam menggunakan aplikasi. Upaya Grab untuk menjadi super app dengan menghubungkan ekosistem di sekitarnya dapat menjadi jawaban untuk risiko tersebut.

“Sekarang orang spending ke aplikasi sudah selektif. Jadi fight suatu aplikasi untuk dipakai sangat luar biasa. Sekarang pengguna Hooq tidak perlu unduh aplikasi lagi, cukup lewat Grab untuk menonton video.”

Country Head Hooq Indonesia Guntur Siboro melanjutkan, pihaknya tidak khawatir apabila terjadi penurunan dari angka unduhan karena pengguna yang mulai beralih ke Grab. Tinggi rendahnya angka unduhan bukan faktor utama yang dikejar perusahaan, melainkan berapa besar tingkat engagement yang dihasilkan.

“Ketika diklik [menu] video dalam Grab, itu engagement-nya masuk ke kita karena kan video player-nya yang sudah kita masukkan ke Grab. Jadi orang sudah enggak perlu unduh dua aplikasi lagi. Untungnya buat Grab, setelah selesai nonton, orang tetap ada di dalam Grab,” kata Guntur.

Aplikasi Hooq sendiri sudah diunduh lebih dari 35 juta kali di Indonesia. Dari seluruh negara, Indonesia menyumbang traffic terbesar antara 60%-70%.

Sebelumnya, Hooq sudah tersedia di dalam aplikasi Ovo. Namun sebatas menyediakan opsi pembelian paket Hooq. Untuk menonton videonya, pengguna diarahkan ke peramban atau aplikasi Hooq.

Pada tahap awal, konten Hooq dalam aplikasi Grab baru bisa dinikmati oleh pelanggan yang sudah berada di kategori Platinum. Pelanggan dapat menikmati seluruh tayangan Hooq, mulai dari premium channel, film lokal, free to air TV, multi channel network secara gratis sampai tiga bulan ke depan.

Pelanggan akan dikenakan biaya sebesar Rp100 ribu untuk berlangganan selama tiga bulan berikutnya. Pembelian paket Hooq ke depannya juga bisa dilakukan lewat Grab.

Rencana Grab

Setelah ini, Ridzki menyebut pihaknya akan merealisasikan investasi strategis yang sudah diumumkan tahun lalu lewat peluncuran sejumlah layanan baru. Grab akan segera menyediakan layanan medis dan travel di dalam aplikasinya, melengkapi ambisinya sebagai super app.

Grab menggandeng startup medis dari Tiongkok Ping An Good Doctor dan Booking Holdings untuk menyediakan layanan travel. Kedua mitra ini tergabung dalam putaran pendanaan Grab. Dia enggan menyebut kapan peluncurannya, namun dipastikan seluruh layanan akan hadir dalam tahun ini.

Kurang lebih tujuh tahun beroperasi, Grab telah memiliki 8,5 juta micro entrepreneurs termasuk di dalamnya mitra pengemudi se-Asia Tenggara. Cakupan layanan Grab tersedia di 335 kota, 222 kota di antaranya adalah Indonesia. Aplikasi Grab sudah diunduh lebih dari 130 juta kali. Sementara jumlah karyawan Grab ada lebih dari 5 ribu.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Hooq video will be available through Grab app

Grab Partners with Hooq, Introducing In-App Video Content

A ride-hailing service, Grab, partners with video on-demand platform, Hooq, to introduce in-app video channel. This is Grab’s initiative to be the “everyday super app”. As it was said by Grab’s Group Head of Strategy, Hidayat Liu, the latest feature is to be tested first in Indonesia.

Previously, other than on-demand platform services, Grab has released GrabDaily, a special page contains informative content and entertainment. It’s to invite customers to often access the app, not only for transportation or delivery.

He said, video-based content will be more entertaining. It goes along with a moment of interest growth on video subscription. Based on “Video-on-demand Survey 2017” report released by DailySocial, Hooq (48.30%) is the most popular service in Indonesia, followed by Netflix (24.93%), and iflix (24.35%).

Peter Bithos in his speech said the partnership with Grab is a way to make the service available in various platforms. The scenario is, new user will watch movie teaser or video from Grab, then they’ll watch the full version through Hooq.

In marketing the service, Hooq has partnered with telco in Indonesia. They provide exclusive access bundled with internet data. It’s a good penetration, considering Netflix, the competitor is currently blocked by ISP under Telkom group.

Gojek, as Grab’s biggest competitor, actually intends to implement similar strategy – to provide in-app entertainment. To make it possible, Gojek, through its venture unit – Go-Venture – has make an investment to an online news portal kumparan and Millennials video content developer Narasi TV.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Grab menjalin kerja sama dengan Hooq untuk hadirkan konten video-on-demand di dalam aplikasinya.

Jalin Kerja Sama dengan Hooq, Grab Hadirkan Konten Video di Aplikasinya

Layanan ride hailing Grab bermitra dengan platform video on-demand Hooq untuk menghadirkan kanal video di dalam aplikasi. Inisiatif ini dilakukan sebagai salah satu langkah menjadi Grab sebagai “everyday super app”. Menurut pemaparan Group Head of Strategi Grab Hidayat Liu, rencananya fitur anyar tersebut akan diuji coba pertama kali untuk pengguna di Indonesia.

Sebelumnya, di luar layanan pokok sebagai platform on-demand, Grab telah merilis GrabDaily, yakni sebuah laman khusus yang berisi konten informatif dan hiburan. Misinya agar pengguna bisa lebih sering untuk mengakses aplikasi, tidak sekadar saat ingin melakukan jasa transportasi atau pengiriman barang.

Liu memaparkan, konten berbasis video dinilai akan lebih diminati pengguna. Hal ini bebarengan dengan momentum pertumbuhan minat terhadap layanan video berlangganan. Menurut laporan “Video-on-Demand Survey 2017” yang dirilis DailySocial, Hooq (48,30%) menjadi layanan paling populer di Indonesia, di atas Netflix (24,93%), Viu (25,02%), dan iflix (24,35%).

Dalam sambutannya CEO Hooq Peter Bithos mengatakan, kerja sama dengan Grab merupakan cara baru bagi perusahaan untuk membuat layanannya tersedia di berbagai platform. Skenario yang diharapkan, pengguna awal akan melihat teaser film atau video dari aplikasi Grab, selanjutnya ia akan menonton secara utuh melalui aplikasi Hooq.

Sejauh ini untuk memasarkan layanannya, Hooq bermitra dengan perusahaan telekomunikasi di Indonesia. Mereka menghadirkan akses eksklusif yang dipaketkan dengan paket internet. Penetrasinya cukup baik, terlebih pesaing utamanya Netflix hingga saat ini masih diblokir oleh ISP di bawah grup Telkom.

Tidak hanya Grab, pesaing terbesarnya Gojek juga terus mengupayakan strategi yang sama – menghadirkan konten hiburan ke dalam aplikasi. Untuk menghadirkan in-app content, secara khusus Gojek melalui unit ventura miliknya –Go-Ventures—telah memberikan investasi kepada portal berita online kumparan dan pengembang konten video milenial Narasi TV.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Pusat R&D untuk Startup

Menyimak Strategi Pengembangan Pusat R&D dalam Bisnis Digital

Pusat riset dan pengembangan (R&D) saat ini seakan menjadi kewajiban untuk dimiliki perusahaan teknologi. Umumnya pusat R&D didirikan untuk memastikan pengembangan produk berkelanjutan dan memaksimalkan potensi data bisnis (big data). Perusahaan teknologi kelas atas seperti Grab, Gojek hingga Bukalapak sudah memulai inisiatif R&D.

Alasan spesifiknya pun beragam, mulai dari mengoptimalkan tenaga engineer yang dimiliki, merekrut dan membentuk talenta baru, hingga eksplorasi teknologi baru seperti artificial intelligence, IoT, machine learning dan lainnya.

Pusat R&D di Grab

Miliki visi untuk menjadi “super app“, saat ini Grab tidak hanya miliki pusat R&D di Indonesia, namun juga di India, Vietnam, Amerika Serikat, Malaysia, Singapura dan Tiongkok.

Salah satu peruntukan pusat R&D yang dimiliki Grab ialah untuk pengelolaan data. Data yang dikumpulkan dimanfaatkan Grab untuk mencari solusi dan inovasi jangka pendek maupun jangka panjang.

Solusi jangka pendek yang coba dibangun seperti mengoptimalkan jumlah permintaan dengan persediaan pengemudi. Sementara untuk rencana jangka panjang, Grab ingin mengubah sistem transportasi ke arah yang lebih baik, misalnya mengurangi jumlah kendaraan di jalan, menyediakan transportasi lebih aman, dan mengurangi polusi.

Seperti diinformasikan KrAsia, pusat R&D Grab di masing-masing negara mengembangkan produk yang berbeda sesuai kondisi setempat. Di Bangalore India misalnya, tim R&D Grab fokus kepada pengembangan platform finansial dan big data.

Sementara untuk R&D di Beijing fokus kepada GrabFood dan IoT. Di Ho Chi Minh, tim R&D Grab fokus kepada pengembangan sistem manajemen untuk membantu pelaku UKM. Di Malaysia, tim engineer mengembangkan komunikasi secara real time, machine learning dan web product.

Di Amerika Serikat, tim R&D Grab fokus kepada keamanan transportasi pengguna, iklan dan platform data. Di Singapura tim engineer fokus kepada pengalaman untuk mitra pengemudi dan pengguna, pengembangan GrabPay, GrabRewards dan growth hacking. Di Indonesia sendiri pusat R&D Grab yang bertempat di kantor pusat Kudo, fokus kepada merchant, mitra pengemudi Grab, dan GrabFood.

Meski fokus bisnis Grab adalah Asia Tenggara, penempatan pusat R&D di beberapa negara di luar Asia Tenggara dilakukan untuk pemenuhan talenta. Perspektif global ini mendorong misi tim R&D Grab yang berupaya untuk memanfaatkan kekuatan dan bakat di seluruh dunia untuk melayani tujuan intinya.

Peranan pusat R&D

Bisnis digital senantiasa dituntut untuk memberikan layanan prima, dengan terus melahirkan inovasi-inovasi yang memudahkan penggunanya. Pusat R&D dapat berperan banyak di sini, melangkah lebih dulu menjajaki kemungkinan inovasi yang dapat diaplikasikan dalam layanan.

Meskipun belum memberikan konfirmasi secara resmi terkait dengan pusat R&D yang didirikan, namun Gojek juga dikabarkan telah memiliki pusat R&D di Jakarta, India, dan Singapura. Pusat R&D ini dimanfaatkan oleh Gojek untuk mendapatkan engineer kelas dunia, juga memberikan peluang talenta lokal untuk belajar lebih banyak.

Pusat R&D juga mulai dilirik oleh layanan e-commerce seperti Bukalapak. Menyadari bahwa data yang dimiliki bisa berguna untuk pengembangan produk dan memanfaatkan kreativitas tim engineer yang ada, awal Desember 2018 lalu mereka resmikan kantor R&D di Bandung.

Co-Founder dan President Bukalapak Fajrin Rasyid mengungkapkan, kantor R&D Bukalapak di Bandung akan mencoba mengembangkan teknologi IoT, big data, dan uji coba produk baru. Saat ini Bukalapak telah memiliki sekitar 650 engineer yang bertugas untuk mengembangkan teknologi mutakhir seperti kecerdasan buatan. Masing-masing-masing tim bekerja secara dedicated untuk mengembangkan produk hingga menghadirkan inovasi untuk kepentingan Bukalapak.

Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here
Application Information Will Show Up Here